BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 2008), hlm Winata Putra Udin S., dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas. Terbuka, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. Eko Wahyuningtyas 1, Aminuddin PP 2

Bimafika, 2016, 8, 10 15

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang pengajaran, dikenal dengan istilah interaksi belajar-mengajar. pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk., 2000) mengungkapkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERVARIATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGAJAR GURU DI SDN 113 PEKANBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. menangkap sari dan makna dalam hal-hal yang dipelajari Menurut (Bloom

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang telah menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, menyebabkan semakin derasnya arus informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil observasi di sekolah MTs Muslimat NU pada tanggal 05-08

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, menurut

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diterapkan supaya hasil belajar siswa semakin meningkat.

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Oleh: NINIK ASROFIN Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd. 2. Drs. Darsono, M.Kom.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau. model pembelajaran adalh suatu rencana atau pola yang dapat

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia telah memasuki fase baru: yakni suatu tatanan baru dimana masing-masing orang harus memikul tanggung jawab atas hidupnya sendiri. Setiap individu harus mampu menaklukkan dan menguasai tubuhnya sendiri supaya dapat bertahan dan berhasil dalam dunia yang berkompetisi. 1 Menurut keberadaan kodratnya, manusia merupakan makhluk yang labil. Maksudnya, sepanjang hidupnya tidak pernah berada dalam kecukupan, baik secara lahir maupun batin, secara individual maupun sosial. Sifat labil ini berakar dari adanya potensi cipta, rasa dan karsa.. Dengan melalui proses pendidikan, manusia bisa menumbuh-kembangkan potensi cipta, rasa dan karsa sampai pada titik padu untuk mendirikan sikap dan perilaku arif, agar selanjutnya manusia mampu memimpin kelangsungan hidupnya. 2 Adanya suatu kemampuan dasar pada setiap individu, seperti membaca, menulis, dan berhitung, serta kemampuan untuk belajar sepanjang hidup, tidak akan muncul dengan sendirinya selama proses pembelajaran di sekolah masih didominasi dengan metode ceramah; siswa duduk, dengar, dan catat. Kemampuan dasar di atas dapat tertanam dan menjadi sebuah kebiasaan dalam diri siswa, ketika para guru dan pengajar di sekolah secara sadar dan terencana merancang proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa. 3 Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Pendidikan kita tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, mampu memecahkan masalah, serta belum mampu 1 Ratno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), hlm. 14. 2 Suparlan Suharsono, Wawasan Pendidikan-Sebuah Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2008), hlm. 15-16. 3 Op.cit., hlm. 15.

2 membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang bertujuan agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. 4 Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku, yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, ataupun sikapnya. 5 Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, dari segi siswa dan dari segi guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 6 Guru dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi, di mana ada guru di situ ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya, di mana ada anak didik di sana ada guru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada anak didik. Guru dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan anak didiknya. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai Dwitunggal yang kokoh bersatu. 7 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 2. 5 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 1. 6 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 18. 7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 2

3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu mengenai alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Mata Pelajaran Biologi merupakan salah satu cabang dari IPA, yang menuntut seorang siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajannya. Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi pelajaran biologi, seorang guru sudah seharusnya memiliki pengetahuan tentang modelmodel pembelajaran yang dapat digunakan agar mampu memancing keaktifan dan kreatifitas siswanya. Proses pembelajaran biologi di MTs. Al-Khoiriyyah I Semarang, pada umumnya masih menggunakan metode konvensional (ceramah), yang tentunya dapat menyebabkan para siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru. Kurangnya variasi dalam penyampaian materi inilah yang membuat para siswa kurang terlibat langsung (aktif) di dalam proses pembelajaran. Jika para siswa sudah tidak fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru, maka hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak akan maksimal. Dengan begitu, para guru dituntut untuk selalu menemukan model-model pembelajaran yang lebih bervariasi, demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah. Salah satu model pembelajaran alternatif yang akan diperkenalkan oleh peneliti yaitu model pembelajaran "Snowball Throwing" atau Lemparan Bola Salju. Model pembelajaran ini membantu penyampaian materi melalui diskusi kelompok, namun diselingi dengan permainan dengan cara saling melempar pertanyaan yang ditulis dalam secarik kertas (seolah-olah sebagai Bola Salju), kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab oleh setiap siswa. Dengan model pembelajaran ini, para siswa lebih dilibatkan secara langsung dan akan menjadi lebih aktif, khususnya ketika mereka harus membuat sebuat pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh teman mereka sendiri. Cara belajar seperti ini sangatlah berbeda dengan metode

4 konvensional, yang tidak melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena semua penyampaian materi pelajaran hanya terpusat dari seorang guru. Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII MTs. Al-Khoiriyyah I Semarang Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah: 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam proses pembelajaran biologi di kelas VIII MTs. Al- Khoiriyyah I Semarang pada materi pokok sistem pencernaan? 2. Apakah penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII MTs. Al- Khoiriyyah I Semarang pada materi pokok sistem pencernaan? C. Pembatasan Masalah Dalam pembatasan masalah ini, peneliti ingin memberikan pembatasan masalah mengenai materi biologi. Materi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian yaitu bukan materi tentang sistem pencernaan secara umum, akan tetapi hanya sistem pencernaan yang terjadi pada manusia, atau Sistem Pencernaan Pada Manusia. D. Penegasan Istilah Untuk memperjelas makna dari judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan tentang beberapa istilah berikut: 1. Model Pembelajaran

5 Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. 8 2. Snowball Throwing Snowball Throwing (lemparan bola salju) merupakan suatu model pembelajaran yang dapat diterapkan bagi siswa. Model pembelajaran ini dilaksanakan melalui diskusi kelompok, setiap anggota kelompok harus membuat satu pertanyaan dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut nantinya akan dilemparkan secara acak (selama 5 menit), kemudian setiap siswa harus berusaha menjawab pertanyaan yang diperoleh. 9 3. Hasil Belajar Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. 10 Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar. 11 Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud oleh penulis adalah hasil belajar biologi siswa pada materi pokok sistem pencernaan dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing di kelas VIII MTs. Al-Khoiriyyah I Semarang. 4. Biologi Menurut Abercrombie dalam kamus Biologi dijelaskan: Biologi berasal dari dua kata, yaitu "bios" yang berarti hidup dan "logos" yang berarti ilmu. Biologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan segala aspek yang menyertainya, mulai dari 8 Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP, (Semarang: 2007), hlm. 1. 9 http://re-searchengines.com/0408trimo.html, diakses pada tanggal 16-07- 09, jam 19:10 10 http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajarpengertiandandefinisi.html, diakses pada tanggal 2-09- 09, jam 10:00 11 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet. I, hlm. 37.

6 proses biokimia di dalam sel sampai pada tingkatan ekosistem, bahkan hingga ke perubahan iklim global. 12 Biologi atau ilmu hayat, merupakan istilah yang diciptakan oleh Lamarck pada tahun 1802. cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan sifat-sifat dan interaksi sistem kimia-fisik yang rumit, sehingga istilah "hidup" (atau "mati") dapat diterapkan. 13 5. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa dari proses tersebut. 14 Pencernaan makanan merupakan suatu proses mengubah makanan menjadi sari-sari makanan agar dapat diangkut oleh darah atau sistem limfe, agar dapat dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. 15 E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Siswa 1) Dengan model pembelajaran Snowball Throwing diharapkan dapat membuat siswa untuk lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran biologi. 2) Dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing diharapkan hasil belajar biologi siswa dapat meningkat. b. Bagi Guru Dapat mengenalkan suatu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan pada siswa, sehingga menambah variasi dalam penyampaian materi biologi. 2. 12 Istamar Syamsuri, Biologi untuk SMA Kelas X-1A. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 13 M. Abercrombie, dkk, Kamus Lengkap Biologi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), hlm. 69. 14 http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_pencernaan, diakses pada tanggal 2-08- 09, jam 10:30. 15 Mardiyanti Pujiastuti, dkk., Sains Biologi SMP/MTs Kelas VIII, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2008), hlm. 43.

7 c. Bagi Sekolah Sebagai bahan kajian bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah yang bersangkutan. d. Bagi Peneliti Pelaksanaan penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan model pembelajaran Snowball Throwing bisa digunakan dalam proses mengajar di masa mendatang.