BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bidan merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai peran

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Stres adalah konsekuensi yang tidak terhindarkan dari kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat serta di dukung oleh instansi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

TUGAS MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA KEPUASAN KERJA DAN STRES KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung pengembangan perusahaan. Keberhasilan pengelolaan organisasi ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Salah satu kebutuhan strategis dalam suatu organisasi adalah tersedianya sumber daya manusia yang professional, dan bukan hal mudah untuk mewujudkannya karena ada beberapa faktor penghambat, seperti hambatan dari faktor organisasi maupun dari dalam diri karyawan sendiri yang dapat berupa stres kerja. Masalah stres kerja yang dialami oleh karyawan cenderung lebih mudah timbul daripada mengatasinya. Oleh karena itu, stres kerja tidak akan muncul bila tidak ada pemicunya. Stres kerja dapat dilihat dari suara yang muncul dari karyawan, seperti munculnya keluhan-keluhan seputar masalah pekerjaan. Hal-hal yang menjadi keluhan karyawan adalah banyaknya beban pekerjaan yang harus diselesaikan karena sebagian karyawan kurang memanfaatkan waktu kerja yang ada, sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kondisi ini menyebabkan terjadinya akumulasi atau penumpukan pekerjaan, yang pada akhirnya menjadi beban yang harus segera diselesaikan. Beban yang semakin bertambah akan mengakibatkan karyawan menjadi stres. Beban kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada karyawan, dan faktor tersebut paling sering dirasakan oleh setiap karyawan. Beban kerja juga merupakan faktor yang paling sering dialami oleh setiap karyawan, dan kondisi tersebut dapat memunculkan kondisi stres bagi karyawan. Miqdad (dalam Schultz 1982) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang dapat menimbulkan stres kerja adalah beban kerja yang berlebihan secara kualitatif maupun kuantitatif. Karyawan akan merasa beban kerjanya berlebihan secara kuantitatif apabila terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan,

sedangkan karyawan akan merasa bahwa beban kerjanya berlebihan secara kualitatif apabila menurutnya pekerjaannya sulit bagi dirinya. Stres kerja terjadi jika tuntutan kerja melebihi kemampuan atau kapasitas yang dimiliki seorang karyawan. Untuk itu, perusahaan perlu mengetahui besarnya tingkat stres karyawannya. Setelah mengetahui, perusahaan dapat mengambil tindakan perbaikan, sehingga karyawan dapat bekerja secara produktif (French et al., 1982). Kondisi stres kerja juga dapat berdampak langsung pada kesejahteraan karyawan dengan membatasi kemampuan individu untuk membuat perubahan positif (Landsbergis et al., 1998). Stres kerja juga dianggap sebagai penghalang utama untuk berfungsinya organisasi yang efektif (Noblet dan Lamontagne, 2016). Stres kerja memberikan kontribusi dalam keberhasilan organisasi, termasuk absensi, perputaran tenaga kerja dan prestasi kerja (Dollard et al., 2000; Michie dan Williams, 2003). Industri secara keseluruhan telah mengalami kerugian yang cukup besar sebagai akibat dari stres kerja dan, di Inggris, pengusaha telah memperkirakan kerugian akibat stres kerja mencapai antara 353 dan 381 juta pound per tahun (HSE 1999). Suatu studi juga mengungkapkan bahwa perusahaan kehilangan penghasilan sebesar US$ 68 miliar per tahun karena turunnya produktivitas sebagai efek dari stres karyawan (Gibson, 2003). Faktanya di lapangan adalah tuntutan untuk dapat selalu bekerja lebih baik setiap harinya dapat memberikan tekanan bagi karyawan yang akan menimbulkan stres. Karyawan yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan tuntutan pekerjaan dan lingkungan tempat dia bekerja, lama kelamaan karyawan yang bersangkutan mengalami kondisi yang dinamakan stres. Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau tegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Seperti yang dikemukakan oleh Miqdad (dalam Handoko, 2001), bahwa stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Terdapat berbagai faktor penyebab dari stres. Menurut Munandar (2014), faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dikelompokkan dalam 5

kategori besar, yaitu : faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karier, hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan iklim organisasi. Pertama, kategori faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas, untuk fisik misalnya kebisingan dan panas, sedangkan tugas mencakup beban kerja, shift kerja, kelelahan dan penghayatan dari risiko dan bahaya. Kedua, peran individu dalam organisasi artinya setiap karyawan mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Ketiga, pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih atau promosi yang kurang. Keempat, hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terlihat dari kepercayaan yang rendah, minat yang rendah dalam pemecahan masalah organisasi. Untuk yang kelima, adalah struktur organisasi, kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Menurut Kimberly (2009), kelelahan merupakan keluhan umum bagi pekerja shift yang akan menurunkan daya konsentrasi, motivasi, dan daya ingat, sehingga rentan terhadap stres. Shift kerja dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola secara baik oleh perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan perilaku pekerja dan pada akhirnya akan mengurangi produktivitas kerja (Kimberly, 2009). Permasalahan kelelahan kerja selayaknya mendapatkan perhatian khusus. Kelelahan pada pekerja yang tidak teratasi akan memberikan efek negatif, baik bagi pekerjaan maupun individu pekerja. Kelelahan kerja dapat menimbulkan berbagai risiko yang berefek negatif bagi pekerja. Sangat banyak risiko kelelahan yang dialami pekerja, di antaranya: turunnya motivasi kerja, performansi yang rendah. Selain itu, juga kelelahan dapat menimbulkan meningkatnya frekuensi kesalahan, sehingga menyebabkan produktivitas kerja menjadi rendah. Bahkan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan akibat kerja (Tarwaka, 2004). Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan kejadian kecelakaan kerja sehingga merugikan diri pekerja maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktivitas kerja (Setyawati, 2011). Lebih dari 65% pekerja di

Indonesia memiliki keluhan kelelahan kerja saat berkunjung ke poliklinik perusahaan (Suma mur, 1996). Hasil penelitian pada tenaga kerja bagian drilling di pertamina EP Jambi juga menunjukkan sebanyak 53,3% tenaga kerja mengalami kecelakaan (Fahri & Pasha, 2010). Angka kecelakaan kerja di Indonesia dalam 5 tahun terakhir cenderung naik. Pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2009 terdapat 96.314 kasus, 2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007 terdapat 83.714 kasus. Direktur Pelayanan PT. Jamsostek Djoko Sungkono mengungkapkan hal ini berdasarkan meningkatnya jumlah klaim kecelakaan kerja yakni Rp. 504 miliar pada 2011, dari Rp. 401,2 miliar pada tahun 2010. Sementara, pada 2009 sebesar Rp. 328,5 miliar, 2008 sebesar Rp. 297,9 miliar, dan 2007 hanya Rp. 219,7 miliar (Anonim, 2012). Menurut Suma mur (1993), secara umum terdapat 2 faktor penyebab kecelakaan, yaitu: 1. Tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan ( unsafe human acts), dan 2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja, yaitu antara 80-85%. Penyebab utama kecelakaan yang disebabkan manusia adalah stres dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms akibat shift kerja. Sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada shift malam memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada shift normal ( shift pagi). Josling (1998) dalam artikelnya yang berjudul Shift Work and III-Health mempertegas anggapan tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Circadian Learning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para pekerja shift, terutama yang bekerja di malam hari, dapat terkena beberapa masalah kesehatan. Permasalahan

kesehatan ini antara lain: gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Segala gangguan kesehatan tersebut, ditambah tekanan stres yang besar, dapat secara otomatis meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja shift malam. Menurut Suma mur (1993), shift kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal manusia (circadian rithm) terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, timbul reaksi psikologis dan pengaruh yang kumulatif. Masalah stres kerja dalam kehidupan organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting untuk diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut, karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur. Perusahaan perlu memandang karyawan sebagai pribadi yang mempunyai kebutuhan atas pengakuan dan penghargaan, bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut saja. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya menuntut yang harus diberikan karyawan terhadap perusahaan, namun juga memikirkan kebutuhan karyawan telah terpenuhi atau belum. Apabila hal tersebut tidak mendapatkan perhatian yang serius dari perusahaan akan menyebabkan stres kerja bagi para karyawan dan jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas stres kerja yang cukup tinggi akan mengakibatkan karyawan menderita kelelahan fisik, emosional, maupun mental ( burn out) dan akan mempertinggi tingkat jumlah karyawan yang keluar (turnover). Salah satu perusahaan yang memiliki jam kerja yang cukup panjang pada divisi produksi adalah PT. Pulogadung Tempajaya yang bergerak di bidang steel forging, dengan jumlah karyawan divisi produksi sebanyak 139 orang. Untuk memenuhi pemesanan, PT. Pulogadung Tempajaya melakukan produksi selama 24 jam perhari dengan mempekerjakan karyawan secara shift (pola waktu kerja). Perusahaan ini memberlakukan pola kerja 3 shift. Jam kerja normal pada shift pagi dimulai pada pukul 08.00 16.00, dengan waktu istirahat pada pukul 11.30-12.30.

namun untuk memenuhi target produksi, sering dilakukan lembur hingga pukul 20.00. Shift siang dimulai pukul 16.00-00.00, dengan waktu istirahat pukul 20.30 21.30, jika target produksi belum terpenuhi, maka sering dilakukan lembur hingga pukul 07.30. Shift malam dimulai pukul 00.00 08.00, dengan waktu istirahat pada pukul 03.30 04.30. Pada umumnya, karyawan bekerja dari hari Senin sampai dengan Jumat, namun bila diperlukan jam kerja lembur, maka karyawan akan bekerja pada hari Sabtu dan Minggu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah kelelahan kerja, shift kerja dan beban kerja berhubungan dengan stres kerja pada karyawan di PT. Pulogadung Tempajaya?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara kelelahan, shift, dan beban kerja dengan stres kerja pada karyawan PT. Pulogadung Tempajaya. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara kelelahan, dengan stres kerja pada karyawan PT. Pulogadung Tempajaya. b. Untuk mengetahui hubungan antara shift dengan stres kerja pada karyawan PT. Pulogadung Tempajaya. c. Untuk mengetahui hubungan antara beban dengan stres kerja pada karyawan PT. Pulogadung Tempajaya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan, khususnya bagi pengembangan bidang keilmuan yang diteliti dan lebih luas lagi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan stres kerja yang dialami oleh para karyawan.

2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan perumusan kebijakan dalam rangka terciptanya lingkungan kerja yang kondusif bagi para karyawan pada umumnya dan khususnya pada karyawan di PT. Pulogadung Tempajaya. 3. Manfaat bagi masyarakat Menjadi bahan masukan sebagai penambahan informasi pada masyarakat tentang hubungan kelelahan kerja, shift kerja, dan beban kerja dengan stres kerja pada para karyawan pada umumnya dan khususnya karyawan di PT. Pulogadung Tempajaya. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan ini, antara lain dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keaslian penelitian Nama Judul Metode Hasil Perbedaan Kimberly, 2009. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kemungkinan terjadinya Kelelahan pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Penelitian bersifat analitik, menggunakan rancangan cross sectional. yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan dan stres Lokasi waktu variabel penelitian. Miqdad, 2014. Hubungan antara beban kerja dan self- efficiency dengan stres kerja pada dosen Universitas X Menggunakan teknik accidental sampling positif antara beban kerja dan self- efficiency dengan stres kerja. positif antara beban kerja dengan stres kerja. negatif antara selfefficiency dengan stres kerja. Lokasi waktu variabel penelitian.

Lanjutan Nama Judul Metode Hasil Perbedaan Haryono, 2009. Hubungan antara beban kerja, stres kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota yogyakarta. Penelitian bersifat analitik, menggunakan rancangan cross sectional. yang signifikan antara beban kerja, stres, tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat RSIY PDHI. Lokasi waktu penelitian. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di atas, kebaruan dalam penelitian ini berupa adanya penambahan variabel yang belum diteliti sebelumnya, yaitu variabel shift kerja.