BAB II TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

1. Pengertian Penguat RF

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian

DISAIN DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN KOPLING INDUKTIF PENALA TUNGGAL DAN GANDA UNTUK PENGUKURAN DAN ANALISA BANDWIDTH

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. magnet akan dihasilkan disekitar kumparan. Fenomena ini dikenal sebagai

Nama : Taufik Ramuli NIM :

Dioda-dioda jenis lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit) By : Team Dosen Elkom

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR

ANALISIS RANGKAIAN RLC

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

Rangkaian Penguat Transistor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

BAB III PERANCANGAN ALAT. tunjukkan pada blok diagram di bawah ini:

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

MAKALAH PENGUAT DAYA

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

Modul 1. Elektronika Komunikasi. RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

Antiremed Kelas 12 Fisika

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Elektronika. Pertemuan 8

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

UNIVERSITAS INDONESIA

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR

BAB III KONSEP RANCANGAN

Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA DAN RANCANG BANGUN RANGKAIAN TRANSMITTER PADA TRANSFER DAYA LISTRIK TANPA KABEL SKRIPSI HELMY KAUTSAR

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

II. TINJAUAN PUSTAKA

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

8 RANGKAIAN PENYEARAH

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN)

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

Bias dalam Transistor BJT

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 1.1 Tinjauan Teoritis Nama lain dari Rangkaian Resonansi adalah Rangkaian Penala. Dalam bahasa Inggris-nya adalah Tuning Circuit, yaitu satu rangkaian yang berfungsi untuk menala sinyal dengan frekuensi tertentu dari satu band frekuensi. Melakukan penalaan berarti rangkaian tersebut beresonansi dengan sinyal tersebut. Dalam keadaan tertala, sinyal bersangkutan dipilih untuk diteruskan ke tahap selan-jutnya. Rangkaian penala dapat digunakan sebagai berikut ; Ditempatkan diantara sistem antena dan penguat RF satu sistem penerima. Ditempatkan diantara tahap-tahap peguat RF, IF pada sistem penerima superheterodyne, dsb. Gambar 1 Blok Diagram umum Rangkaian Coupling Pada gambar 1 dijelaskan bahwa rangkaian coupling merupakan media transmisi yang ditempatkan antara 2 buah penguat. Rangkaian Coupling ini Berfungsi peghubung dan media transmisi antara 2 buah penguat tersebut. Dalam berbagai aplikasi Radio Frekuensi (RF) penggunaan rangkaian resonansi tunggal tidak mungkin cukup untuk menghasilkan output yang maksimal. Dalam situasi seperti ini, rangkaian resonansi sering dicouple bersama-sama dengan rangkaian resonator berikutnya untuk menghasilkan attenuasi lebih baik di frekuensi tertentu dibandingkan menggunakan satu resonator. Mekanisme perancangan suatu rangkaian kopling umumnya dipilih secara khusus untuk setiap aplikasi dan kegunaannya, karena setiap jenis Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 4

kopling memiliki karakteristik sendiri yang khas yang harus dipahami dan dimengerti. Bentuk yang paling umum dari kopling adalah: kapasitif, induktif, transformator (bersama), dan aktif (transistor) 1.2 Penggunaan Rangkaian Penguat Tuning ( Penala) Penggunaan Rangkaian Tuning contohnya diaplikasikan pada satu penguat. Setelah digabungkan dengan penguat, rangkaian tuning (penala) dapat dibagi menjadi yaitu : Single Tuned Amplifier (Penguat dengan Tala Tunggal) Double Tuned Amplifier (Penguat dengan Tala Ganda) Single Tuned Amplifier Penguat ini dibagi juga kedalam tiga macam, yaitu : a). Direct coupling Rangkaian direct coupling seperti ditunjukkan pada gambar 2. Sinyal yang diteruskan ke output adalah sinyal dengan frekuensi resonansi (f r.) rangkaian tuning tersebut. Sementara sinyal dengan frekuensi f f r, akan dibuang ke ground. f = f r f r C L b). Induktif coupling Gambar 2 Rangkaian Single-Tuned direct coupling rangkaian induktif coupling seperti ditunjukkan pada gambar 3. Sinyal input diteruskan ke output (f r ) secara induktif melalui hubungan kumparan primer dengan kumparan sekunder yang ditunjukkan oleh symbol M. Pada M terjadi proses resonansi dan proses coupled antar lilitan yang bersifat induktif. Sementara sinyal dengan frekuensi f f r, akan dibuang ke ground. Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 5

f = f r M fr C L p L s Gambar 3 Rangkaian Single-Tuned inductive coupling c). Wideband Bandwidth suatu single-tuned amplifier dapat menjadi lebih lebar dengan menambahkan satu resistor paralel rangkaian tuning, seperti terlihat pada gambar Resistor atau tahanan tersebut dinamakan swampingresistor(r S ). Fungsi Rs adalah memperkecil nilai faktor kualitas semula menjadi faktor kualitas efektif (Q ef ) yang baru. Sehingga bandwidth rangkaian tuning yang baru menjadi, B = f Q o eff... dimana, Q eff = R " D X L... sementara R D = R D // R. Rangkaian tuning wideband ditunjukkan pada gambar 4berikut ini. C L R S Gambar 4 Rangkaian Single-Tuned Wideband amplifier Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 6

Double Tuned Amplifier Pada rangkaian penguat seperti gambar 5, kita bisa liat pengaturan penalaan berada pada rangkaian primer dan sekunder. Komponen LC ditala dan disesuaikan dengan frekuensi kerja resonansi rangkaian. Gambar 5 Penguat Dengan Resonansi Ganda Kopling Transformator Gambar 6 dibawah menunjukka rangkaian ekuivalen penguat dengan tala ganda. Komponen LC pada kumparan primer dan sekunder sangat berpengaruh terhadap penalaan rangkaian, hal ini membantu rangkaian agar lebih maksimal dalam beresonansi. Gambar 6 Rangkaian EkivalenPenguat Dengan Resonansi Ganda Kopling Transformator Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 7

1.3 Induktansi Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama. Definisi kuantitatif dari induktansi sendiri (simbol: L) adalah : Dimana v adalah gaya gerak listrik yang ditimbulkan dalam volt dan i adalah arus listrik dalam ampere. Bentuk paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan sehingga tidak ada gaya gerak listrik yang dihasilkan atau ketika arus berubah secara konstan (linier) sehingga gaya gerak listrik yang dihasilkan konstan (tidak berubah-ubah). Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik (dijelaskan oleh Hukum Ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan memanfaatkan gaya gerak listrik yang dihasilkannya. Bentuk umum dari K buah rangkaian dengan arus i m dan tegangan v m adalah (1) Koefisien L yang digunakan pada rumus di atas merupakan matriks simetris, rumus tersebut berlaku selama tidak menggunakan bahan yang bisa menjadi magnet, jika tidak maka besaran L merupakan fungsi dari besaran arus (induktansi non-linier). Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 8

1.4 Induktor yang berpasangan ( Kopling Induktor) Induktansi bersama muncul ketika perubahan arus dalam satu induktor menginduksi (mempengaruhi) timbulnya gaya gerak listrik di induktor lain yang ada di dekatnya. Mekanisme ini merupakan dasar yang sangat penting dalam cara kerja transformer, namun kadang kala induksi bersama yang bisa terjadi antara konduktor yang berdekatan malah menjadi hal yang harus dihindari dalam suatu rangkaian. Induktansi bersama, M, juga merupakan ukuran saling induksi antara dua buah induktor. Induktansi bersama oleh rangkaian i kepada rangkaian j dihitung menggunakan integral ganda Rumus Neumann. Induktansi bersama memiliki hubungan persamaan:.(2) dimana adalah nilai induktansi bersama, dan tanda 21 menunjukkan keterkaitan GGL yang terinduksi dalam kumparan 2 disebabkan oleh perubahan arus dalam kumparan 1. N 1 adalah jumlah lilitan pada kumparan 1, N 2 adalah jumlah lilitan pada kumparan 2, P 21 adalah ruang dimana fluks magnetik berada. Induktansi bersama juga memiliki keterkaitan dengan koefisien. Koefisien kopling bernilai antara 1 dan 0, koefisien kopling digunakan sebagai indikator keterkaitan antara induktor yang dipasangkan..(3) dimana k adalah koefisien kopling dan 0 k 1, L 1 adalah nilai induktansi kumparan pertama, dan L 2 adalah nilai induktansi kumparan kedua. Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 9

Jika nilai induktansi bersama, M, sudah diketahui, maka nilai ini dapat digunakan untuk memprediksi sifat dari suatu rangkaian: (4) dimana V 1 adalah tegangan dalam induktor yang dihitung, L 1 adalah induktansi dalam induktor yang dihitung, di 1 /dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang dihitung, di 2 /dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang dikopling (diinduksi oleh induktor pertama), dan M adalah nilai induktansi bersama. Tanda minus muncul karena menurut konvensi titik, kedua arus yang mengalir pada masing-masing induktor saling berlawanan arah. Jika suatu induktor dipasangkan secara berdekatan dengan induktor lain dengan menggunakan prinsip induktansi bersama, seperti dalam transformer, maka tegangan, arus, dan jumlah lilitan dapat dihubungkan sebagai berikut:.(5) dimana V s adalah tegangan pada induktor sekunder, V p adalah tegangan pada induktor primer (yaitu yang terhubung dengan sumber listrik), N s adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan N p adalah jumlah lilitan pada induktor primer. Begitu pula untuk arus: dimana...(6) I s adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder, Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 10

I p adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder (yaitu yang terhubung dengan sumber listrik), N s adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan N p adalah jumlah lilitan pada induktor primer. Perlu diperhatikan bahwa daya dari kedua induktor tersebut adalah sama. Juga persamaan di atas tidak berlaku jika kedua induktor memiliki sumber energi sendiri-sendiri (keduanya induktor primer). Jika kedua sisi transformer merupakan rangkaian LC yang mana frekuensi tegangan menjadi penting, nilai induktansi bersama antara dua lilitan ini menentukan bentuk dari kurva renspon frekuensi. Walaupun batas-batas nilai indutansi bersama ini tidak didefinisikan, namun sering disebut sebagai loose-coupling, critical-coupling, dan over-coupling. Jika rangkaian tersebut melalui transformer yang loose-coupling, bandwidth-nya akan sempit. Ketika nilai induktansi bersama ditingkatkan, bandwidth-nya ikut naik pula. Ketika nilai induktansi bersama telah melampaui titik kritis, respon bandwidth akan mulai menurun, frekuensi-frekuensi tengah akan teratuentasi lebih dibanding frekuensi-frekuensi samping. Kondisi ini disebut over-coupling. 1.5 Kopling Magnetik Ketika dua buah kumparan didekatkan atau digandengkan, maka akan timbul suatu induksi, dengan kata lain kalau dua buah kumparan tersebut terpasang dalam masing-masing loop, maka interaksi dua buah loop yang di dalamnya terdapat kumparan yang digandengkan maka akan timbul medan magnet induksi atau kopling magnet. 1.5.1 Induktansi Sendiri Tegangan yang melewati kumparan didefinisikan sebagai perubahan arus terhadap waktu yang melewati kumparan tersebut. di V L L dt Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 11

Gambar 7 Kopling dengan Induktansi sendiri (tunggal) Atau dapat didefinisikan ketika terjadi perubahan arus, maka terjadi perubahan arus, maka terjadi perubahan fluks magnetik dikumpar tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan induksi emf (tegangan kumparan). V L d N (7) dt dengan N : jumlah lilitan kumparan φ : fluks magnet sehingga, di L (8)..(8) dt L = d N..(9) di Gambar 8 Interaksi pada induksi sendiri Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 12

1.5.2 Induktansi Bersama Ketika terjadi perubahan arus i I 1, maka fluks magnet di kumparan 1 berubah ( 11 ) 1. Bagian fluks magnetik yang hanya melingkupi kumparan 1 disebut fluks bocor ( L1 ) 2. Sisa fluks magnetik yang melingkupi kumparan 1 dan kumparan 2 disebut fluks bersama ( 21 ) Gambar 9 Kopling dengan Induktansi bersama (Ganda) Sehingga secara umum dikatakan fluks magnetik yang disebabkan oleh arus I 1 adalah : 1 = L1+ 21 Tegangan induksi di kumparan 2 (Hukum Faraday) : V 2 = d dt 21 N2 menghasilkan N2 21 = M 21 Sehingga : di V 2 = M 1 21 dt d 21 di1 N2 M 21 dt dt M d 21 21 N21 (induksi bersama) (10) di1 Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 13

Gambar 10 Interaksi Fluks Magnetik yang terjadi pada Induksi Bersama Fluks magnetik yang diakibatkan oleh arus I 1: 11 = 21 + L1 + 12 = 11+ 12..(11) V 1 = dimana : Tegangan dikumparan 1 : d = dt 1 N1 N 1 11 = L 1. I 1 N 1 12 = M 12.I2 d d + 12 N1.....(12) dt dt 11 N1 di1 di2 sehingga : V1 L1 M12..(13) dt dt Fluks magnetik yang disebabkan oleh arus i2: 2 L 2 12 21 22 21 Tegangan di kumparan 2 : d 2 d 22 d 21 V2 N2 N2 N2 dt dt dt N L dimana : 2 22 2i2 N M 2 21 21i1 di2 sehingga : V2 L2 M dt 21 di1...(14) dt M 21= M 12 = M...(15) Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 14

1.5.3 Koefisien Kopling Koefisien kopling didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks bersama dengan total fluks magnetik di satu kumparan. Koefisien kopling (K) didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks bersama dengan total fluks magnetik di satu kumparan. k 21 11 12 22 Dari persamaan sebelumnya : M N 21 21 2 dan i1 M 12 12 N1....(16) i 2 dimana M 21 M 12 M..(17) sehingga: M M M k L1L 2 k - L L 1 2 - Jika nilai k = 0, berarti nilai M = 0, artinya tidak ada kopling magnetik. - Jika nilai k = 1, berarti M = (L1 L2)^1, yang berarti tidak ada fluks bocor atau semua fluks bersama melingkari kedua kumparan, unity coupled transformator. 1.6 Teknik Resonansi Untuk keperluan desain dan implementasi rangkaian coupling ini dipergunakan teori teori tentang rangkaian osilasi yang terdiri dari rangkaian resonansi seri dan resonansi paralel. 1. Resonansi Seri Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 15

Gambar 11 Resonansi Seri XL = jωl = j 2πf L...(18) Xc = =...(19) Untuk resonansi seri terjadi arus maksimum : I = IL + IC...(20) 2. Resonansi Paralel Gambar 12 Resonansi Paralel XL = Xc (21) 2πf L = (22) Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 16

f 2 = (23) Dimana f = fo.(24) Untuk resonansi parallel terjadi arus minimum : IL berlawanan arah karena sifat coil sehingga : I = (-IL) + IC I = IC IL Dimana : XL Xc L C IL IC Fo : Impedansi Induktansi : Impedansi Kapasitansi : Induktansi : Kapasitansi : Arus Induktansi : Arus Kapasitansi : frekuensi resonansi Dari persamaan rumus diatas dapat diasumsikan bahwa pada resonansi seri akan mempunyai sifat impedansi minimum dan arus maksimum sedangkan pada resonansi parallel akan mepunyai impedansi maksimum dan arus minimum. Sehingga pada proyek akhir ini menggunakan resonansi parallel untuk mendapatkan impedansi maksimum. Untuk mendapatkan frekuensi resonansi kita harus melinierkan rangkaian tranformator terlebih dahulu seperti pada gambar 13. Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 17

R1 M R2 + VS I1 L1 L2 I2 Z L V L - Gambar 13 Transformator Linear Tinjaulah impedansi masukan pada terminal rangkaian primer. Kedua persamaan mesh adalah...(25)...(26) Kita dapat menyederhanakan dengan mendefinisikan Sehingga...(27)... (28) Dengan memecahkan persamaan kedua untuk I 2 dan menyisipkannya di dalam persamaan pertama memungkinkan kita mencari impedansi masukan,... (29) Dari persamaan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, hasil ini tidak bergantung pada tempat bintik pada masing-masing lilitan, karena jika satu diantara bintik tersebut dipindahkan ke ujung lain dari koil, maka hasilnya adalah perubahan tanda setiap suku yang melibatkan M di dalam (17) dan 20). Kita dapat juga memperhatikan di dalam (21) bahwa impedansi masukan adalah Z 11 jika kopling direduksi ke nol. Jika kopling dinaikkan dari nol, maka impedansi masukkan berbeda dari Z 11 sebanyak s 2 M 2 /Z 22 yang disebut impedansi yang direfleksi. Hakekat dari perubahan ini lebih nyata bila diamati dalam kerja keadaan mantap sinusoida. Dengan menyebut s=jω.... (30) Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 18

Karena ω 2 M 2 R 22 /(R 2 22 +X 2 22 ) harus positif, maka jelaslah bahwa adanya sekunder menaikkan rugi di dalam rangkaian primer. Dengan kata lain, hadirnya sekunder dapat diperkirakan di salam rangkaian primer dengan menambahkan harga R 1. Reaktansi X 22 merupakan jumlah dari ωl 2 dan X L ; rekatansi ini perlu positif untuk muatan-muatan induktif dan boleh positif atau negatif untuk muatan kapasitif; bergantung pada reaktansi beban. Kita tinjau pengaruh reaktansi dan tahanan yang direfleksikan dengan meninjau hal khusu dimana kedua primer dan sekunder adalah rangkaian resonansi seri yang identik. Jadi, R 1 =R 2 =R, L 1 =L 2 =L dan impedansi beban Z L dihasilkan oleh kapasitansi C, yang identik dengan sebuah kapasitansi yang disisipkan seri di dalam rangkaian primer. Frekuensi resonansi seri dari primer dan sekunder sendiri adalah... (31) Resonansi ini terjadi bila,... (32) Gambar 14 di bawah ini merupakan magnitudo respon dari rangkaian resonansi yang diperlihatkan sebagai fungsi frekuensi. V(jω) I R 0.707 I R ω 1 ω 0 ω 2 ω Gambar 14 Respon dari rangkaian resonansi Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 19

1.7 Penguat RF Penguat RF merupakan perangkat yang berfungsi memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan osilator RF dan diterima oleh antena untuk dipancarkan. Penguat RF yang ideal harus menunjukkan tingkat perolehan daya yang tinggi, gambaran noise yang rendah, stabilitas dinamis yang baik, admitansi pindah baliknya rendah sehingga antena akan terisolasikan dari osilator, dan selektivitas yang cukup untuk mencegah masuknya frekuensi IF, frekuensi bayangan, dan frekuensi-frekuensi lainnya. Pada penguat RF, rangkaian yang umum digunakan adalah penguat kelas A dan Kelas C. Secara umum, penguat RF lengkap terdiri dari tiga buah tingkatan, yaitu buffer, driver, dan final. Penguat narrow band Penguat wide band Kedua respon jenis diatas digambarkan pada gambar 15 : Gambar 15 Respon Penguat RF 1.7.1 Pra-Tegangan Transistor (Biasing) Pemberian bias tegangan DC pada rangkaian transistor bertujuan untuk mendapatkan level tegangan dan arus kerja transistor yang tetap. Selain itu juga berguna untuk menentukan titik kerja dan garis beban DC dari transistor. Ada dua macam pemberian bias tegangan DC yang biasa digunakan pada transistor BJT, yaitu: 1. Self Bias Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 20

Pemberian bias tegangan pada transistor dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan. Rangkaian untuk self bias terlihat pada gambar 12. VCC R 1 R C I B R 2 R E Gambar 16 Rangkaian Self Bias Persamaan untuk rangkaian pada gambar 16 diatas: (33) (34) Berdasarkan persamaan (11) dan (12) maka rangkaian penggantinya bisa menjadi seperti pada gambar 17. VCC R C I B R B V BB BE R E CE Gambar 17 Rangkaian Pengganti Self Bias Loop BE: Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 21

..(35)..(36) Loop CE: (37) 2. Fixed Bias Pemberian bias tegangan dengan menggunakan tahanan basis dan tahanan kolektor, seperti terlihat pada gambar 18 dibawah ini VCC I C R C BE R B I B CE Gambar 18 Rangkaian Fixed Bias Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 22

Persamaan untuk rangkaian seperti gambar 18 diatas adalah: Loop BE:.(38) Loop CE:..(39) 3. Feedback Bias Feedback bias dilakukan dengan memberikan umpan balik dari kolektor menuju basis. Gambar 19 menunjukkan rangkaian feed back bias. R C VCC I C I B I C R B R C Gambar 19 Rangkaian Feedback Bias Loop BE: Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 23

Maka,.(40) Loop CE: Maka, (41) 1.7.2 Kelas-kelas Operasi Penguat Daya Pemberian bias tegangan pada transistor akan menempatkan suatu titik kerja pada kurva karakteristik sehingga menentukan daerah kerja transistor dan disebut titik Q (Quiescent Point). Titik kerja transistor ditempatkan di tengah daerah aktif pada kurva karakteristik output transistor agar rangkaian penguat dapat menguatkan sinyal dengan linier atau tanpa cacat. 4 kelas, yaitu: Berdasarkan titik kerjanya, penguat daya dapat diklasifikasikan menjadi Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 24

1. Penguat Kelas A Penguat Kelas A adalah penguat dengan titik kerja yang berada ditengah garis beban transistor, seperti pada gambar 17. Hal ini berarti tegangan kerja transistor ( ) adalah ½ dari V CE. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengaur arus bias yang sesuai di titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Rangkaian dasar penguat transistor kelas A dapat dilihat pada gambar 20. Gambar 20 Rangkaian Dasar Penguat Kelas A Q V CE q V CE cutoff V CE Gambar 21 Kurva Garis Beban DC dan Titik Kerja Penguat Kelas A Gambar 21 diatas menunjukkan kurva garis beban DC pada penguat kelas A. Garis beban pada penguat kelas A ditentukan oleh besarnya R E dan R C. sedangkan R1 dan R2 dipasang untuk menentukan arus bias. Besarnya arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan. 2. Penguat Kelas B Penguat kelas B adalah penguat dengan titik kerja terletak berhimpit dengan VCE dan berptongan dengan garis Ib = 0, seperti pada gambar 22. Karena letak titik yang demikian, maka transistor hanya bekerja aktif pada satu bagian phase gelombang saja. Oleh sebab itu penguat kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor, yaitu transistor NPN (Q1) dan PNP (Q2), seperti terlihat pada gambar 22. Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 25

Gambar 22 Penguat Kelas B Gambar 23 Rangkaian Dasar dan Kurva Garis Beban DC dan Titik Kerja Penguat Kelas B Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B sering dinamakan sebagai penguat Push-Pull. Penguat kelas B lebih efisien dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada sinyal input ( Vin = 0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis membuat kedua trasistor dalam keadaan OFF. Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti masalah sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0.7 volt yang menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih besar beberapa ma dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat transisi dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. 3. Penguat Kelas AB Rangkaian penguat kelas AB adalah penguat transistor yang titik kerjanya antara titik kerja transistor penguat kelas A dan B. Rangkaian dasar penguat kelas AB dapat dibuat sama dengan penguat kelas B, hanya nilai RB1 dan RB2 yang berbeda. Rangkaian dasar penguat kelas AB dapat dilihat pada gambar 20 dan grafik titik kerja penguat kelas AB dapat dilihat pada gambar 24. Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 26

Gambar 24 Rangkaian Dasar dankurva Garis Beban DC dan Titik Kerja Penguat Kelas AB 4. Penguat Kelas C Penguat kelas C dapat bekerja dengan baik dengan hanya menggunakan 1 transistor. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada gambar 25. Gambar 25 Rangkaian Dasar Penguat Kelas C Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian LC pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 27

menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian LC paralelnya tersebut memiliki frekuensi resonansi sebesar: Penguat kelas C banyak digunakan pada penguat dengan rangkaian ternala, misalnya pada penguat akhir pemancar. Rangkaian ini jika diberi umpan balik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan juga pada pemancar. 1.7.3 Rangkaian Penyesuaian Impedansi Rangkaian penyesuaian impedansi (matching impedance) diperlukan antara penguat akhir dan beban. Rangkaian ini diperlukan untuk mendapatkan transfer daya maksimum. Beberapa jenis rangkaian LC dapat digunakan untuk fungsi penyesuai impedansi[5], diantaranya penyesuain transformator tala-tunggal, penyesuaian-l (L-match), dan penyesuaian- π (π-match). Pada gambar 25 menunjukkan jenis-jenis rangkaian matching impedance, diantaranya 26(a) adalah rangkaian penyesuaian transformator tala-tunggal, 26(b) L-match dengan L seri, 26 (c) L-match dengan L parallel, 26(d) π-match. L L1 R S C1 L2 R L R S C R L (a) C (b) L R S L R L RS C 1 C 2 R L (c) (d) Gambar 26 Jenis-Jenis Rangkaian Matching Impedance Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 28

L-match adalah jenis matching impedance yang biasanya digunakan untuk penyesuaian keluaran pemancar. Ada dua jenis rangkaian L-match, yaitu L-match dengan L seri seperti terlihat pada gambar 26(b) dan L-match dengan L parallel seperti terlihat pada gambar 26. Ghaniyya Rahman Azizan (08334012) 29