PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

Katalog BPS :

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

BAB II URAIAN SEKTORAL

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

III. METODE PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II.1. SEKTOR PERTANIAN

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BERITA RESMI STATISTIK

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

III. METODE PENELITIAN

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Produk Domestik Bruto (PDB)

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

8.1. Keuangan Daerah APBD

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Kerjasama : KATALOG :

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.


PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

Transkripsi:

PDRB KAB. BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO Jl. KH. Asyari 7. Telp. 0332-421775 BONDOWOSO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012 2013 P E M E R I N TA H K A B U PAT E N B O N D O W O S O BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Letnan Amir Kusman 2.Telp. 0332-423934 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K K A B U P AT E N B O N D O W O S O Jl. KH. Asyari 7. Telp. 0332-421775

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012 No. Publikasi: 35110.1204 Katalog BPS : 9302011.3511 Ukuran Buku: 21 cm x 29,7 cm Jumlah Halaman : v + 85 halaman Naskah: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso, 2013 Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bondowoso menurut kecamatan tahun 2012 merupakan salah satu publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bondowoso bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bondowoso (Bappeda). Publikasi ini berisikan data PDRB menurut Kecamatan tahun 2012, di mana angkaangka yang disajikan dalam publikasi ini didasarkan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan semuanya dalam satuan rupiah. Untuk mengetahui perkembangan perekonomian kecamatan di Kabupaten Bondowoso disajikan pula analisa sederhana mengenai tinjauan ekonomi dan struktur ekonomi yang dapat digunakan untuk memantau perkembangan kemajuan ekonomi. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan dalam penyusunan publikasi ini, namun kami menyadari bahwa publikasi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu segala kritik dan saran yang merupakan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan penerbitan pada masa yang akan datang. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya publikasi ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Bondowoso, September 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO KEPALA, BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO KEPALA, Drs.H.AGUNG TRIHANDONO,SH,MM Nip. 19700510 198903 1 005 Drs. Ec. MANU ATMOJO NIP. 19620803 198202 1 001 i

DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Hal i ii v v I. PENDAHULUAN... 1 Pendapatan Regional... 1 Perubahan Tahun Dasar (Rebasing)... 2 II. KONSEP DAN DEFINISI... 3 2.1. Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto... 4 2.2. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita... 6 2.3. Cara Penyajian & Angka Indeks... 6 2.4. Agregat Produk Domestik Regional Bruto... 8 2.5. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan... 9 2.5.1. Revaluasi... 9 2.5.2. Ekstrapolasi... 10 2.5.3. Deflasi... 10 2.5.4. Deflasi Berganda... 10 III. URAIAN SEKTORAL... 11 3.1 Sektor Pertanian... 11 3.1.1. Tanaman Bahan Makanan... 11 3.1.2. Tanaman Perkebunan... 11 3.1.3 Peternakan dan Hasil-Hasilnya... 12 3.1.4 Kehutanan... 12 3.1.5 Perikanan... 12 3.2. Sektor Pertambangan & Penggalian... 13 3.2. Sektor Industri Pengolahan... 13 ii

3.4. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih... 14 3.4.1. Listrik... 14 3.4.2. Air Bersih... 14 3.5 Sektor Bangunan... 14 3.6. Sektor Perdagangan Hotel & Restoran... 14 3.6.1. Perdagangan Besar & Eceran... 14 3.6.2. Hotel... 15 3.6.3. Restoran... 15 3.7. Sektor Pengangkutan & Komunikasi... 15 3.7.1. Angkutan Kereta Api... 15 3.7.2. Angkutan Jalan Raya... 16 3.7.3. Jasa Penunjang Angkutan... 16 3.7.4. Komunikasi... 16 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan... 17 3.8.1 Bank... 17 3.8.2 Lembaga Keuangan Bukan Bank... 17 3.8.3 Sewa Bangunan... 17 3.8.4 Jasa Perusahaan... 18 3.9. Sektor Jasa Jasa... 18 3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum... 18 3.9.2. Jasa Sosial & Kemasyarakatan... 18 3.9.3. Jasa Hiburan & Kebudayaan... 18 3.9.4. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga... 19 IV. TINJAUAN EKONOMI KECAMATAN... 20 4.1. Distribusi PDRB Kabupaten Bondowoso menurut Kecamatan... 20 4.2. Besaran PDRB per Kapita antar Kecamatan... 22 4.3. Struktur Ekonomi Kecamatan-Kecamatan... 24 iii

V. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL KECAMATAN... 28 5.1. Sektor Pertanian... 28 5.2. Sektor Pertambangan & Penggalian... 28 5.3. Sektor Industri Pengolahan... 29 5.4. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih... 29 5.5. Sektor Bangunan... 29 5.6. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran... 30 5.7. Sektor Pengangkutan & Komunikasi... 30 5.8. Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan... 30 5.9. Sektor Jasa Jasa... 31 VI. LAMPIRAN... 32-85 iv

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Distribusi PDRB menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012... 21 PDRB per kapita menurut kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012... 23 Struktur Ekonomi menurut kecamatan di Kab. Bondowoso Tahun 2012... 25 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Distribusi PDRB menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012... 22 PDRB per Kapita menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012... 24 Struktur Ekonomi menurut Kecamatan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2012... 26 v

1.1. Pendapatan Regional Ketersediaan data tentang Pendapatan Regional pada suatu wilayah sangat diperlukan sebagai dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan dalam perencanan pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Sehingga sasaran pembangunan yang dilaksanakan dapat dicapai dengan tepat. Selain itu juga sebagai bahan evaluasi dari strategi dan kebijaksanaan yang telah dilaksanakan pada masa-masa yang lalu. Pendapatan Regional dapat ditinjau dari tiga segi yaitu dari segi produksi, segi pendapatan, dan segi pengeluaran. - Dari segi produksi disebut Produk Regional yang merupakan nilai tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). - Dari segi pendapatan disebut Pendapatan Regional merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). - Dari segi pengeluaran disebut pengeluaran regional merupakan jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor neto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Untuk mengukur secara makro dari produk suatu daerah dan perkembangannya secara menyeluruh, maka pendapatan regional dapat pula digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sedangkan pendapatan perkapita dapat digunakan menilai tingkat kemakmuran masyarakat. Angka-angka Pendapatan Regional yang disajikan dapat memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan ekonomi sebagai hasil dari pembangunan. Selain itu berguna pula untuk memberikan penilaian hasil pembangunan di masa lalu, keadaan masa kini maupun kemungkinan-kemungkinan dimasa yang akan datang. Dengan demikian pendapatan regional sangat bermanfaat untuk perencanaan pembangunan pada umumnya, khususnya pembangunan bidang ekonomi. 1

1.2. Perubahan Tahun Dasar (Rebasing) Perubahan tahun dasar (Rebasing) adalah proses penetapan kembali tahun dasar baru yang digunakan dalam pengukuran PDB maupun PDRB, atau untuk selanjutnya disebut sebagai tahun rujukan penilaian (reference year). Tahun 2004 di Indonesia mulai dilaksanakan perubahan tahun dasar secara nasional yaitu dari tahun dasar 1993 menjadi tahun dasar 2000. Karena serial perhitungan PDB/PDRB dengan menggunakan tahun dasar sebelumnya (1993) dianggap sudah terlalu tua (lama). Selain itu serial tahun dasar tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau kondisi ekonomi yang terjadi dewasa ini. Dasar yang digunakan dalam pergantian tahun dasar ini adalah rekomendasi yang dibuat oleh PBB bahwa seluruh negara agar selalu berupaya untuk memperbaharui tatacara serta teknik perhitungan PDB/PDRB dengan menggunakan tahun yang dianggap lebih up to-date, mengikuti perubahan/perkembangan tatanan yang terjadi. Sehingga dianjurkan bahwa perubahan tahun dasar dapat dilakukan dalam setiap waktu 5 atau 10 tahun sekali Dijadikannya tahun 2000 sebagai pengganti tahun dasar 1993 disebabkan pada tingkat nasional tahun 2000 dianggap sebagai tahun yang representatif untuk digunakan sebagai rujukan (patokan) bagi penghitungan PDB/PDRB bagi tahun-tahun lainnya. Sehingga semua wilayah baik propinsi maupun kabupaten seluruh Indonesia harus menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar yang baru. Sehingga diharapkan dari hasil perhitungann masing-masing wilayah dapat dibandingkan dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan. Di Kabupaten Bondowoso mulai tahun 2004 juga sudah mengikuti perhitungan PDRB dengan menggunakan tahun dasar 2000. Namun demikian masih dilakukan pula penghitungan dengan tahun dasar 1993 sebagai perbandingan, tetapi yang disajikan dalam publikasi ini adalah angka-angka yang sudah dihitung dengan tahun dasar 2000. Prinsip dasar pergantian tahun dasar (rebasing) ini adalah mengganti data harga pada tahun dasar sebelumnya (1993) menjadi harga pada tahun dasar yang baru yang telah ditetapkan yaitu tahun 2000. 2

Menurut definisi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (Regional) tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun). Dalam buku teks, biasanya disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular (circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga cara : metoda total keluaran (the total - output method); metoda pengeluaran atas keluaran (the spending-on-output method); dan metoda pendapatan dari produksi (the incomefromproduction method). Secara populer, pendekatan penghitungan PDRB dengan metoda yang pertama dikenal dengan sebutan Pendekatan Produksi, yang kedua dikenal dengan Pendekatan Pengeluaran, dan yang terakhir dikenal dengan Pendekatan Pendapatan. Dalam kondisi ketersediaan data mentah atau (raw data) yang belum terlalu rinci, penghitungan pendekatan pengeluaran dan pendapatan di Bondowoso belum dapat diterapkan. Penghitungan PDRB kabupaten Bondowoso yang disajikan dalam buku ini menggunakan pendekatan pertama yaitu pendekatan produksi. Mengawali penjelasan mengenai konsep dan definisi, berikut ini dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu : output, biaya antara, dan nilai bruto. Kejelasan pengertian dari tiga istilah tersebut sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB. Selain hal tersebut, pada bab ini juga dijelaskan mengenai pendekatan penghitungan PDRB, serta angka perkapita. Output Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output = O diperoleh dari perkalian kuantum produksi (Quantum = Q) dan harganya (Price = P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui rumus : 3

Biaya Antara Biaya antara merupakan nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi oleh unit-unit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : NTB = Output Biaya Antara. Pengertian Nilai Tambah Bruto sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada region tertentu, dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dengan demikian harus dipahami bahwa total output dalam suatu wilayah merupakan penjumlahan dari seluruh NTB dari seluruh proses produksi. Mengapa total output bukan merupakan penjumlahan dari seluruh output?. Hal ini disebabkan karena ada inter-relasi antara satu proses produksi dengan proses produksi yang lain. Contohnya, produksi kedelai akan menjadi input antara pada produksi tempe. Oleh karena itu, apabila dijumlahkan seluruh output dari semua proses produksi, akan terjadi penghitungan ganda. Jelaslah bahwa yang dijumlahkan bukannya output, tetapi NTB. Secara lebih teknis, PDRB merupakan penjumlahan seluruh net output. 2.1 Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Cara penghitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu : pendekatan produksi ; pendekatan pendapatan ; dan pendekatan pengeluaran, yang selanjutnya dijelaskan berikut ini. a. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu : 1. Sektor Pertanian ; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ; 3. Industri Pengolahan ; 4

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih ; 5. Bangunan ; 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ; 7. Pengangkutan dan Komunikasi ; 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan ; 9. Jasa jasa. b. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung ; 2. Konsumsi pemerintah ; 3. Pembentukan modal tetap domestik bruto ; 4. Perubahan stok ; dan 5. Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ). Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. c. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pegertian PDRB, kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor ( lapangan usaha ). Dari tiga pendekatan penghitungan tersebut, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor faktor produksinya. Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung netto. 5

2.2 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di wilayah ini, maka akan diperoleh suatu PDRB per kapita. Secara matematis, PDRB per kapita dapat dirumuskan seperti berikut ini. 2.3 Cara Penyajian dan Angka Indeks PDRB, seperti yang telah diuraikan, secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat dijelaskan berikut ini : a. Pada Penyajian Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto. b. Pada Penyajian Atas Dasar Harga Konstan suatu Tahun Dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar ( dalam publikasi ini harga konstan didasarkan kepada harga pada tahun 2000 ). Karena menggunakan harga konstan (tetap), maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga (Inflasi/Deflasi). PDRB juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral dan angka-angka indeks, yaitu: indeks perkembangan; indeks berantai; dan indeks harga implisit yang masing masing dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Peranan Sektoral diperoleh dengan cara membagi nilai masing masing sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu). Penghitungan peranan sektoral dapat dirumuskan berikut ini : 6

P = peranan sektoral ; i = sektor 1,., sektor 9 Dalam tabulasi penyajiannya, peranan sektor diberi judul tabel : Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto. b. Indeks Perkembangan diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan berikut ini : IP I T o = = = = Indeks Perkembangan ; Sektor 1,, sektor 9 ; Tahun t ; Tahun Dasar. d. Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing masing tahun. Metode penghitungan ini dapat pula digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan sektoral. Apabila penghitungan ini dirumuskan, maka rumus penghitungannya adalah : IB = Indeks Berantai i = sektor 1,.., sektor 9 t = tahun t. 7

e. Indeks Harga Implisit diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk masing masing tahun dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah penghitungan PDRB. Indeks harga implisit dapat menggunakan rumus berikut ini : IHI hb hk = Indeks harga implisit = harga berlaku = harga konstan 2.4 Agregat Produk Domestik Regional Bruto a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value addad) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah, nilai tambah bruto disini mencakup komponen pendapatan faktor (upah gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung neto). b. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar adalah Produk Domestik Regional Bruto atas dasar dikurangi dengan penyusutan. Penyusutan dimaksud adalah nilai susutnya (ausnya) barang barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut dalam proses produksi. c. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor adalah Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung neto.pajak Tak Langsung Neto adalah pajak yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit unit produksi. 8

d. Pendapatan Regional adalah merupakan pengurangan dari Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk diluar wilayah lain (pendapatan yang mengalir keluar), ditambah dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk wilayah ini yang berada diwilayah lain (pendapatan yang mengalir kedalam). Dari hasil pengurangan ini akan diperoleh Produk Regional Neto, yaitu jumlah pendapatan yang benar benar diterima oleh penduduk yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk Regional Neto inilah yang merupakan Pendapatan Regional. e. Pendapatan Regional Perkapita adalah Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu. 2.5 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Angka angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 2000 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupakan produk domestik regional bruto secara keseluruhan, nilai tambah sektoral (PDRB sektoral) ataupun komponen penggunaan produk domestik regional bruto. Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan. Masing masing cara dapat diuraikan berikut ini. 2.5.1 Revaluasi Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing masing tahun dengan harga pada tahun dasar (2000). Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan di peroleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan. 9

2.5.2 Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks kuantum produksi. Indeks ini bertindak sebagai ekstrapolator yang dapat merupakan indeks dari masing-masing kuantum produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator kuantum produksi lainnya seperti : tenaga kerja; jumlah perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang di hitung. Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. 2.5.3 Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks perdagangan harga besar dan sebagainya, tergantung indeks mana yang dianggap lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. 2.5.4 Deflasi berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya; sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara; disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik regional bruto atas dasar harga kostan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai. 10

Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini meliputi ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. 3.1 Sektor Pertanian 3.1.1 Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, tanaman pangan lainnya, dan hasil-hasil produk ikutannya. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso, sedangkan data harga seluruhnya bersumber dari data harga yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Bondowoso. Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya; kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. Sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi pada tahun berlaku dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga pada tahun dasar 2000. 3.1.2 Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok, tebu, tembakau, cengkeh, dan tanaman perkebunan lainnya. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso, sedangkan data harga diperoleh dari BPS Kabupaten Bondowoso. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Rasio biaya antara diperoleh dari hasil survei khusus. Sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan. 11

3.1.3 Peternakan dan Hasil Hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kuda, kambing, domba, susu segar,dan telur. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stock populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta banyaknya ternak yang keluar masuk wilayah Kabupaten Bondowoso diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bondowoso sedangkan data harga ternak diperoleh dari laporan harga produsen BPS Kabupaten Bondowoso. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, dengan mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000. 3.1.4 Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup kegiatan yang dilakukan di areal hutan oleh perorangan dan badan usaha, yang mencakup usaha penanaman, pemeliharaan dan penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan ini meliputi, penebangan kayu yang menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, dan arang. Data produksi kayu dan hasil hutan lainnya diperoleh dari Perum Perhutani Kabupaten Bondowoso. Sebagaimana dengan subsektor lainnya, dalam sektor pertanian, output sub sektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan kuantum produksi dengan harga masing-masing tahun yang menghasilkan output atas dasar harga berlaku, dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. 3.1.5 Perikanan Yang dicakup dalam kegiatan perikanan adalah seluruh kegiatan penangkapan dan pengambilan ikan di perairan umum, kolam, keramba dan mina padi. Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bondowoso. Penghitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan kuantum produksi dengan harga masing-masing tahun yang menghasilkan output atas dasar harga berlaku, dan penggunaan tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. 12

3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Komoditi yang dicakup dalam kegiatan ini adalah tanah liat, pasir, batu dan penggalianpenggalian lainnya. Data yang digunakan untuk penghitungan produksi Sektor pertambangan dan Penggalian diperoleh dari survei yang dilakukan BPS. Nilai output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara produksi dengan harga masing-masing, sedangkan output atas dasar harga konstan dengan cara revaluasi. 3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor ini mencakup kegiatan untuk mengubah atau mengolah suatu barang organik dan anorganik menjadi barang baru yang mempunyai nilai lebih tinggi, sedang pengolahannya dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Data yang digunakan untuk penghitungan produksi Sub sektor Industri kecil dan Rumah tangga diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bondowoso. Sedangkan Industri besar dan sedang datanya diperoleh dari survei industri besar/sedang yang dilakukan BPS. Pengelompokan kegiatan industri didasarkan pada jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan, secara garis besar kegiatan industri tersebut dikelompokkan menjadi 9 sub sektor, yaitu: - Industri makanan, minuman dan tembakau - Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki - Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya - Industri kertas dan barang cetakan - Industri pupuk, barang kimia dan barang dari karet - Industri semen dan baerang galian bukan logam - Industri logam dasar besi dan baja - Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya - Industri barang lainnya. Nilai output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara produksi masing-masing komuditi dengan harga berlaku, sedangkan output atas dasar harga konstan dengan cara revaluasi. 13

3.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Data produksi yang disajikan adalah data dari Perusahaan Listrik Negara Area Situbondo dan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bondowoso. Output masing-masing subsektor mencakup semua produsi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya. 3.4.1 Listrik Sub sektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun Non PLN. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi. 3.4.2 Air Bersih Sub Sektor ini meliputi proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum termasuk penyalurannya melalui pipa. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bondowoso. Perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada subsektor Listrik. 3.5 Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, irigasi, jaringan listrik, air minum, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Data diperoleh dari Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten Bondowoso untuk pembagunan fisik serta perbaikannya yang pendanaannya diperoleh dari pemerintah. Sedangkan untuk dana di luar pemerintah, data diperoleh dari developer dan Survei Khusus. 3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, 14

pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari hasil komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Data yang digunakan dalam penghitungan produksi sub sektor perdagangan diperoleh dari Hasil Survei Khusus dan data dari masing-masing kecamatan. Dalam penghitungan data tersebut dilakukan mark-up, guna mencakup seluruh kegiatan perdagangan yang dilakukan secara sambilan oleh rumah tangga maupun sebagai kegiatan tambahan utnuk memperoleh pendapatan. 3.6.2 Hotel Kegiatan sub sektor ini mencakup semua hotel dan Guest House yang ada di Kabupaten Bondowoso. Data yang digunakan dalam penghitungan produksi sektor Hotel diperoleh dari BPS yaitu hasil laporan bulanan dan tahunan hotel-hotel yang ada di Kabupaten Bondowoso. 3.6.3 Restoran Kegiatan Sub Sektor ini meliputi : penyediaan makanan dan minuman jadi untuk dikonsumsi dengan cara menghidangkan. Yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan, seperti kegiatan restoran, warung, kantin, café, catering dan sebagainya. Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari sub sektor ini diperoleh dari data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bondowoso dan data dari Kecamatan. 3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan pengakutan umum untuk barang dan penumpang meliputi Angkutan Jalan Raya dan Angkutan Kereta Api. Sektor ini mencakup juga Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi. 3.7.1 Angkutan Kereta Api Data yang digunakan untuk penghitungan output pada sub sektor ini sejak tahun 2004 tidak tersedia. Hal tersebut dikarenakan data yang biasa dipakai bersumber dari PT. KAI Bondowoso, sementara mulai tahun 2004 PT. KAI Bondowoso sudah tidak beroperasi lagi. Sehingga dalam penghitungan output sektor ini menjadi nihil. 15

3.7.2 Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor maupun tidak bermotor, seperti Bis, truk, MPU, becak, dokar dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang yang diperoleh dari laporan Tahunan Dinas Pariwisata Pemuda Olah Raga dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso, sedangkan untuk data kendaraan tidak bermotor diperoleh dari BPS Kabupaten Bondowoso. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. 3.7.3 Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang, ekspedisi, dan sebagainya. Data terminal dan parkir diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Dinas Pariwisata Pemuda Olah Raga dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso dan untuk data keagenan barang, ekspedisi diperoleh dari Survei Khusus. 3.7.4 Komunikasi Nilai tambah yang dicakup pada sub sektor komunikasi ini meliputi Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa Penunjang Komunikasi. a. Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari Laporan Tahunan PT POS Indonesia Kabupaten Bondowoso. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon dan teleks, baik hubungan telepon lokal maupun interlokal. Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian jumlah pulsa terjual dengan harga yang berlaku pada tahun berjalan, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi. 16

c. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wartel, warnet, warpostel, telepon seluler (ponsel). 3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan. 3.8.1 Bank Nilai tambah bruto sub sektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Dalam penghitungan PDRB tidak menghitung nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia yang mencakup pembayaran bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Pinjaman dari Luar Negeri, karena hal itu merupakan kebijakan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan. 3.8.2 Lembaga Keuangan Bukan Bank Yang dicakup dalam Sub Sektor Lembaga Keuangan Bukan Bank masih terbatas pada kegiatan Asuransi, Koperasi Simpan Pinjam, dan Pegadaian. Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi. Data yang digunakan didasarkan pada data sekunder yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik dan Perum Pegadaian Kabupaten Bondowoso. 3.8.3 Sewa Bangunan Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto tahun 2000 didasarkan kepada data jumlah bangunan tempat tinggal hasil Sensus Penduduk, serta berdasarkan pengeluaran konsumsi rumah tangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan antara jumlah bangunan dengan rata-rata tarip sewa untuk bangunan rural dan urban. 17

3.8.4 Jasa Perusahaan Cakupan sub sektor Jasa Perusahaan untuk sementara masih bertumpu pada Jasa Notaris dan LBH. Sedangkan kegiatan lainnya seperti advokat, konsultan, reklame dan lainnya tidak ada. Data yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah ini diperoleh dari hasil Survei Khusus. 3.9 Sektor Jasa-Jasa 3.9.1 Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan Data yang digunakan diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah. 3.9.2 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Yang dicakup dalam sub sektor ini adalah kegiatan pendidikan yang dikelola swasta, Jasa Kesehatan dan Organisasi Kemasyarakatan seperti misalnya : Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Perguruan Tinggi/Akademi, Kursus-kursus, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Swasta, Dokter Praktek, Bidan Praktek, Dukun Bayi, Kegiatan Perkumpulan dan Perhimpunan serta Organisasi Keagamaan. Data-data tentang kegiatan sosial tersebut antara lain bersumber dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, RSUD serta dari Survei Khusus. 3.9.3 Jasa Hiburan dan Kebudayaan Data yang diperlukan dalam penghitungan produksi sub sektor ini belum tersedia secara lengkap. Untuk mengatasi hal tersebut penghitungan dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu melalui penggunaan data pajak pertunjukan dan keramaian yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bondowoso. Didasari bahwa hasil penghitungan masih memerlukan adanya mark-up untuk mencakup kegiatan hiburan perorangan seperti : peminjaman kaset video CD dan sebagainya. Untuk kegiatan studio radio swasta perkiraan nilai tambahnya didasarkan kepada rata- rata output per radio swasta dengan jumlah radio swasta. 18

3.9.4 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumah tangga.yang digunakan dalam penghitungan kegiatan ini diperoleh dari hasil Sensus dan Survei Khusus yaitu jumlah tenaga kerja, rata-rata output per tenaga kerja dan persentase biaya antara. Output diperoleh dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara output dikurangi dengan biaya antara, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara ekstrapolasi. Berhubung dengan keterbatasan data maka belum semua kegiatan jasa perorangan dan rumah tangga dapat dicakup. 19

Kebijakan ekonomi atau politik ekonomi adalah cara-cara yang ditempuh atau tindakan yang diambil oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatur kehidupan nasional guna mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan dan dituangkan dalam GBHN, yang diringkas dalam Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan. Pembangunan ekonomi merupakan proses yang dapat menyebabkan peningkatan pendapatan per kapita penduduk dalam jangka panjang. Tujuan dasar Pembangunan ekonomi tidak semata hanya mengejar pertumbuhan ekonomi namun juga untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat. Ketimpangan pendapatan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat telah lama menjadi persoalan dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi akan sustainable bila kemajuan industri dan jasa didukung maju pertanian, sektor penyerap lapangan kerja terbesar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisa derajat kesenjangan dalam pembangunan ekonomi antar daerah, diantaranya adalah koefisien Gini (gini ratio), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per propinsi atau distribusi propinsi dalam pembentukan PDB nasional. Karena keterbatasan data yang kami miliki, tulisan ini hanya mengulas derajat penyebaran dari hasil pembangunan ekonomi di Kabupaten Bondowoso melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kecamatan atau distribusi kecamatan dalam pembentukan PDRB Kabupaten. 4.1 Distribusi PDRB Bondowoso menurut Kecamatan Tabel 4.1 menunjukkan kontribusi masing masing kecamatan (diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah) terhadap pembentukan total nilai tambah yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Urutan 5 teratas penyumbang PDRB ditempati Kecamatan 20

Bondowoso, Maesan, Wringin, Cermee dan Tapen, kelimanya menikmati sekitar 37,08 persen PDRB Kabupaten. Perekonomian kelima kecamatan jauh lebih produktif dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini dikarenakan kelimanya merupakan daerah konsentrasi kegiatan ekonomi dengan dukungan infrastruktur yang jauh lebih banyak. Tabel 4.1 Distribusi PDRB menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2012 No Kecamatan Kontribusi PDRB Kecamatan thd Kabupaten 1 Bondowoso 13,05 2 Maesan 6,41 3 Wringin 6,02 4 Cermee 5,86 5 Tapen 5,74 6 Tamanan 5,54 7 Wonosari 5,23 8 Grujugan 4,95 9 Tlogosari 4,72 10 Tenggarang 4,52 11 P u j e r 4,19 12 Prajekan 3,98 13 Curahdami 3,69 14 Sbr wringin 3,59 15 Botolinggo 2,98 16 Klabang 2,89 17 Tegalampel 2,82 18 Jambesari DS 2,78 19 Pakem 2,64 20 Sukosari 2,52 21 Sempol 2,02 22 Binakal 1,94 23 Taman Krocok 1,91 Partisipasi terendah dipegang oleh Kecamatan Binakal, Taman Krocok, Sempol dan Sukosari. Sumbangan keempat kecamatan ini berkisar antara 1,91 persen hingga 2,52 persen dari total nilai PDRB yang terwujud di Kabupaten Bondowoso. Rendahnya penciptaan nilai tambah di keempat kecamatan tersebut disebabkan oleh sedikitnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif terutama yang berasal dari sektor sekunder dan tersier, infrastruktur yang terbatas dan letaknya yang agak jauh dari lintas utama jalur perdagangan (Jember- Bondowoso-Situbondo). 21

Gambar 1. Distribusi PDRB menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 14 12 10 8 6 4 2 0 Bondowoso Maesan Wringin Cermee Tapen Tamanan Wonosari Grujugan Tlogosari Tenggarang P u j e r Prajekan Curahdami Sbr wringin Botolinggo Klabang Tegalampel Jambesari DS Pakem Sukosari Sempol Binakal Taman Krocok 4.2 Besaran PDRB per Kapita antar Kecamatan Dalam menghitung Pendapatan Domestik Regional Bruto perkapita, ada dua macam penghitungan yang dapat dilakukan yaitu berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Penghitungan menurut harga berlaku penting untuk memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk suatu daerah itu membeli barang (kemampuan daya beli masyarakat). Data ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan perbedaan tingkat kemakmuran suatu kecamatan dengan kecamatan lainnya. 22

Tabel 4.2 PDRB per kapita menurut kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2012 No Kecamatan Besaran PDRB per kapita kecamatan (Rp) 1 Bondowoso 16.158.860 2 Sempol 15.548.028 3 Tapen 15.281.574 4 Sukosari 14.862.330 5 Prajekan 13.946.130 6 Klabang 13.727.687 7 Tamanan 13.613.039 8 Wringin 13.277.898 9 Grujugan 12.562.379 10 Maesan 12.165.566 11 Wonosari 11.916.191 12 Cermee 11.724.603 13 Binakal 11.320.183 14 Pakem 10.901.449 15 Curahdami 10.277.516 16 Taman Krocok 10.222.363 17 Tegalampel 10.095.244 18 Tenggarang 9.899.957 19 P u j e r 9.757.385 20 Sbr wringin 9.529.985 21 Tlogosari 9.402.617 22 Botolinggo 9.126.312 23 Jambesari DS 6.988.001 Besaran PDRB per kapita kecamatan di Kabupaten Bondowoso ternyata sangat bervariasi, mulai dari 6.988.001 rupiah hingga tertinggi mencapai 16.158.860 rupiah. ( lihat tabel 4.2) merupakan tabel PDRB per kapita kecamatan yang raihannya telah diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil. Dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bondowoso, besaran PDRB per kapita Kecamatan Bondowoso, Sempol, Tapen, Sukosari dan Prajekan menempati urutan teratas (lihat tabel 4.2). Tingginya PDRB per kapita kecamatan Bondowoso, Tapen, dan Prajekan tersebut karena merupakan daerah perkotaan yang dilalui lintas utama jalur perdagangan, sedangkan untuk kecamatan Sempol dan Sukosari meskipun tempatnya jauh dari daerah kota namun karena adanya enclave agrowisata terutama perkebunan kopi arabika dan jumlah penduduk yang relatif kecil, sehingga PDRB per kapita agak tinggi. Disamping itu juga untuk Kecamatan Sukosari dan Sermpol tingginya PDRB per kapita karena ditopang oleh share sektor primer yang melebihi 65 persen dan jumlah penduduk yang tidak terlalu besar. Atau dengan kata lain sumber daya yang melimpah namun jumlah penduduk tidak banyak. 23

Meskipun kecamatan Maesan, Wringin dan Cermee kontribusinya cukup besar terhadap pembentukan PDRB kabupaten, namun termasuk kecamatan yang rendah tingkat PDRB per kapitanya. Adapun tingkat PDRB per kapita kecamatan Maesan, Wringin, dan Cermee adalah sebesar 11.916.191 rupiah, 13.277.898 rupiah dan 11.724.603 rupiah. Walaupun aktifitas ekonomi cukup tinggi namun dengan jumlah penduduk yang relatif besar, menyebabkan produktifitas tenaga kerja berjalan lambat, sehingga pertambahan pendapatan yang dialami faktor produksi juga berjalan lambat. Fenomena ini yang menyebabkan PDRB per kapita kecamatan ini tergolong rendah, di samping itu rendahnya penguasaan teknologi dan minimnya kualitas SDM diduga menjadi penyebab rendahnya PDRB per kapita di tiga kecamatan tersebut. Gambar 2. PDRB per Kapita menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 20.000.000 16.000.000 12.000.000 8.000.000 4.000.000 0 Bondowoso Sempol Tapen Sukosari Prajekan Klabang Tamanan Wringin Grujugan Maesan Wonosari Cermee Binakal Pakem Curahdami Taman Krocok Tegalampel Tenggarang P u j e r Sbr wringin Tlogosari Botolinggo Jambesari DS 4.3 Struktur Ekonomi Kecamatan-Kecamatan Agar lebih ringkas, efisien dan mudah dipahami, maka struktur ekonomi kecamatan yang akan disajikan terdiri dari tiga sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor 24

tersier. Sektor primer merupakan penjabaran dari sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor sekunder merupakan rangkuman dari sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan sektor Bangunan, sektor tersier merupakan gabungan dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-Jasa. Tabel 4.3 Struktur Ekonomi menurut kecamatan Kab. Bondowoso tahun 2012 No Kecamatan Sektor Primer Sekunder Tersier 1 Bondowoso 5,72 15,96 78,32 2 Maesan 42,21 17,37 40,42 3 Grujugan 38,13 31,41 30,47 4 Wonosari 43,19 16,81 40,00 5 Tenggarang 33,78 19,10 47,12 6 Cermee 55,12 14,53 30,35 7 Tapen 51,85 14,34 33,81 8 Tlogosari 44,95 18,06 36,99 9 Wringin 55,00 18,66 26,34 10 Tamanan 62,61 12,97 24,42 11 P u j e r 44,46 18,33 37,21 12 Prajekan 44,59 29,38 26,03 13 Sbr wringin 51,68 17,76 30,56 14 Curahdami 50,42 20,69 28,89 15 Jambesari DS 35,89 24,12 40,00 16 Klabang 56,66 12,05 31,29 17 Botolinggo 54,74 17,27 28,00 18 Tegalampel 48,79 16,90 34,31 19 Pakem 50,67 24,31 25,02 20 Sukosari 66,08 11,79 22,13 21 Sempol 71,09 10,07 18,83 22 Taman Krocok 54,35 16,03 29,62 23 Binakal 46,63 28,87 24,50 Tabel 4.3 memperlihatkan struktur ekonomi masing masing kecamatan yang telah diurutkan dari kecamatan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai PDRB Kabupaten hingga terkecil. Atau diurutkan dari kecamatan yang memiliki besaran PDRB tertinggi hingga terendah (sesuai dengan tabel 4.1). Dari tabel di atas diketahui, kecamatan Bondowoso sebagai kecamatan penyumbang PDRB terbesar ternyata memiliki share sektor primer yang terkecil yaitu hanya sebesar 5,72 persen, sedangkan sektor tersier merupakan sektor yang paling dominan, sumbangan sektor ini mencapai 78,32 persen. 25

Struktur ekonomi kecamatan Pujer dan Tlogosari hampir sama dan terlihat seimbang baik sektor primer, sektor sekunder maupun sektor tersier, untuk sektor primer maupun sektor tersier masing-masing diatas 40 persen dan 30 persen sedangkan untuk sektor sekunder nilainya diatas 18 persen atau hanya selisih 0,27 persen poin lebih tinggi kecamatan Pujer. Demikian pula antara kecamatan Tapen dan Sumber wringin juga memiliki stuktur ekonomi yang hampir sama. Hal menarik yang dapat diperhatikan bahwa kecamatan Tamanan dan Sukosari share sektor primer lebih dari 60 persen bahkan untuk kecamatan Sempol sharenya melebihi 70 persen. Dengan kata lain bahwa perekonomian ketiga kecamatan ini didominasi oleh sektor primer terutama sektor pertanian. Sedangkan ruang untuk sektor sekunder disediakan hanya sekitar 10,07 persen sampai dengan 12,97 persen, sedangkan untuk sektor tersier menyumbang sebesar 18,83 persen sampai dengan 24,42 persen. Agar lebih menarik keragaman struktur ekonomi kecamatan di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3. Struktur Ekonomi menurut Kecamatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012 100,00 80,00 Sekunder Primer Tersier 60,00 40,00 20,00 0,00 26

Dari gambar 1 terlihat beberapa fenomena menarik, di antaranya adalah : Rentang variasi peranan sektor sekunder pada tiap tiap kecamatan tidak terlau lebar dibandingkan sektor primer dan tersier, yaitu berada pada kisaran 10,07 persen hingga 31,41 persen. (bandingkan : sektor primer 5,72 persen 71,09 persen, sektor tersier 18,83 78,32 persen). Dengan kata lain peranan sektor sekunder terhadap pembentukan nilai PDRB pada tiap tiap kecamatan tidak berbeda jauh. Kecamatan dengan share sektor tersier lebih dari 26 persen cenderung memiliki besaran PDRB yang lebih tinggi, demikian juga sebaliknya untuk kecamatan dengan share sektor primer lebih dari 60 persen cenderung memiliki besaran PDRB yang lebih rendah. 27

5.1 Sektor Pertanian Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Bondowoso. Sektor Pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yaitu : 1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan 4. Kehutanan 5. Perikanan Subsektor yang sumbangannya paling besar dalam pembentukan PDRB kecamatan masih diduduki oleh subsektor Tanaman Bahan Makanan, disusul sub sektor Tanaman Perkebunan, kemudian subsektor Peternakan. Namun komposisinya untuk tiap-tiap kecamatan mungkin berbeda, seperti Kecamatan Sempol sumbangan sektor pertanian mencapai 70,57 persen terhadap pembentukan PDRB kecamatan, 45,72 persen berasal dari subsektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, 14,21 persen dan subsektor kehutanan sebesar 6,17 persen sedangkan dari subsektor peternakan dan subsektor perikanan masing-masing menyumbang 3,90 persen dan 0,56 persen. 5.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Dari sembilan sektor yang dicakup dalam penghitungan PDRB, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap pembentukan PDRB adalah yang paling kecil. Peranan sektor ini pada setiap kecamatan hampir merata yaitu di bawah 3 persen, terendah yaitu 0,16 persen terdapat di kecamatan Bondowoso, sedangkan tertinggi sebesar 2,95 persen dicapai kecamatan Klabang. 28

5.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bondowoso, dari tahun ke tahun sektor ini mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 hanya meningkat sebesar 0,09 persen poin namun membawa dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bondowoso artinya walaupun dalam situasi perekonomian yang tidak menentu pasca krisis keuangan global tetapi sektor industri di Kabupaten Bondowoso masih mampu bertahan. Pada tahun 2011 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 16,16 persen kemudian pada tahun 2012 meningkat menjadi 16,25 persen, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Bondowoso mulai berkembang namun perkembangan tersebut berjalan secara perlahan. Kecamatan Grujugan dan Prajekan adalah dua kecamatan yang memiliki potensi cukup tinggi dalam sektor industri pengolahan. Peranan sektor ini mencapai 29,78 persen dan 27,63 persen terhadap pembentukan PDRB kecamatan. Sedangkan yang paling rendah adalah kecamatan Sempol dengan kontribusi sektor industri pengolahan hanya sebesar 8,90 persen. 5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Peranan sektor ini pada setiap kecamatan pada tahun 2012 hampir merata yaitu berkisar antara 0,20 persen hingga 0,85 persen, kondisi ini menunjukkan bahwa hampir semua kecamatan di kabupaten Bondowoso sudah mendapatkan fasilitas listrik serta sarana penampungan dan penyaluran air bersih. Kontribusi sektor Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap total pembentukan PDRB tergolong kecil demikian juga kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB kecamatan masing-masing dibawah 1 persen. 5.5 Sektor Bangunan Peranan Sektor Bangunan selama lima tahun terakhir cenderung stagnan pada level 1,20 hingga 1,42 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten. Pada tingkat kecamatan, kontribusi sektor bangunan ini hampir merata berkisar antara 0,60 persen hingga tertinggi 2,16 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan telah dilaksanakan secara merata diseluruh kecamatan wilayah Kabupaten Bondowoso, seperti kecamatan Tegalampel proyek pembangunan perumahan/pemukiman berkembang pesat dalam lima tahun terakhir sehingga kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB paling tinggi dibandingkan kecamatan yang lain. 29

5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Peranan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap pembentukan PDRB kabupaten menduduki peringkat kedua setelah sektor Pertanian. Demikian pula pada tingkat kecamatan, peranan sektor ini juga menduduki urutan kedua setelah pertanian. Kecamatan Bondowoso, Tenggarang, Maesan, dan Wonosari, merupakan kecamatan yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembentukan PDRB kecamatannya yaitu masing-masing sebesar 46,12 persen, 32,63 persen, 29,04 persen, dan 28,67 persen, sedangkan sumbangan yang paling kecil terjadi di kecamatan Sukosari yaitu hanya sebesar 17,19 persen. 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Terhitung mulai tahun 2004 PT. KAI yang ada di Bondowoso sudah tidak beroperasi lagi atau tutup, hal ini sedikit banyak memang mempengaruhi asupan nilai tambah sektor pengangkutan dan komunikasi. Seiring perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi informasi sektor komunikasi meningkat secara tajam sehingga selama beberapa tahun terakhir ini subsektor komunikasi dan subsektor angkutan jalan raya dikabarkan mengalami perkembangan yang menggembirakan. Sumbangan sektor pengangkutan dan komunikasi pada tingkat kecamatan tertinggi di kecamatan Bondowoso sebesar 6,94 persen dan terendah di kecamatan Pakem sebesar 0,23 persen. 5.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bondowoso sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan menyumbang sebesar 2,42 persen menduduki urutan kelima setelah sektor Jasa-jasa. Sementara di tingkat kecamatan sangat bervariasi sebesar 21,74 persen dari total kecamatan menyumbang diatas 2 persen dalam pembentukan besaran PDRB sedangkan 78,26 persen kecamatan menyumbang dibawah 2 persen. Kecamatan yang kontribusinya paling besar dalam dalam pembentukan PDRB Kecamatan adalah kecamatan Bondowoso dan kecamatan Wonosari yaitu masing-masing sebesar 8,23 persen dan 2,82 persen, kemudian kecamatan yang paling kecil kontribusinya terhadap PDRB adalah kecamatan Binakal yaitu sebesar 0,30 persen. 30

5.9 Sektor Jasa-Jasa Peranan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bondowoso tahun 2012 adalah sebesar 7,71 persen atau menempati posisi keempat. Kalau kita lihat di tingkat kecamatan peranan paling signifikan dijumpai ditiga kecamatan yaitu kecamatan Bondowoso sebesar 17,04 persen, Tenggarang sebesar 10,12 persen dan Maesan 8,94 persen. Kontribusi terendah untuk sektor jasa-jasa terjadi pada kecamatan Sempol dan Botolinggo yaitu masingmasing sebesar 0,80 persen dan 1,26 persen. 31