BAB II OPERATIF DENTISTRI PADA ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
KONSERVASI GIGI PADA ANAK

RESTORASI GIGI ANAK I. PENDAHULUAN. Gigi karies harus direstorasi untuk mencegah terkenanya pulpa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT)

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

BPSL BLOK BUKU PRAKTIKUM SKILL S LAB KONSERVASI GIGI SEMESTER III TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

IV. PRINSIP BIOMEKANIK PREPARASI

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BPSL BLOK 5 BUKU PRAKTIKUM SKILL S LAB KONSERVASI GIGI SEMESTER III TAHUN AKADEMIK

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang

INSTRUMENTASI OPERATIVE DENTISTRY

DENTAL AMALGAM. HENU SUMEKAR,drg., Sp.KG

BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM. 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam. yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

ALAT-ALAT DAN BAHAN-BAHAN KONSERVASI GIGI BESERTA FUNGSINYA

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

Restorasi Amalgam. Oleh: Bakri Soeyono, drg

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SPACE MAINTAINER TIPE CROWN AND LOOP: SUATU PERAWATAN KASUS TANGGAL DINI GIGI SULUNG. Vera Yulina *, Amila Yumna **, Dharli Syafriza *

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca berbentuk bulat.

CIRI-CIRI : Alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan melengkung/membentuk sudut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Restorasi pada gigi pasca perawatan endodonti sangat penting untuk

BPSL BUKU PANDUAN SKILL S LAB PENYAKIT PULPA PERIAPIKAL 1 BLOK 5 SEMESTER III TAHUN AKADEMIK NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

2. Sesudah jaringan keras diangkat dan perawatan endodontik, dindind tidak mendapat dukungan yang baik dank arena preparasi ruang pulpa.

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

Dental Anatomi. Bentuk anatomis gigi

Adaptasi marginal restorasi Kelas 2 menggunakan bahan adhesif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB IV POSISI KERJA DALAM FOUR HA DED DE TISTRY

BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI KONSERVASI GIGI

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Mahkota Jaket a. Indikasi Mahkota jaket dapat dipakai untuk memugar gigi gigi anterior yang :

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D.

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ribbon-shaped yang memutar 180 o dimulai dari mesial (mesiobukal dan atau mesiolingual) melintasi daerah bukal dan berakhir di distal. Sering ditemuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

Pencegahan Karies Dan Penyakit Jaringan Periodonsium

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. KOMPONEN-KOMPONEN GIGI TIRUAN CEKAT

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2

BPSL BLOK BUKU PRAKTIKUM SKILLS LAB KONSERVASI GIGI SEMESTER III TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

Definisi Yaitu keausan gigi yang disebabkan oleh kontaknya gigi.makin sering kontak terjadi, makin besar keausannya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan Pembuatan restorasi Pencabutan gigi

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II OPERATIF DENTISTRI PADA ANAK 1. Pendahuluan Maksud perawatan operatif dentistri (opdent) pada gigi desidui adalah untuk mengembalikan bentuk, sedang tujuannya adalah : mencegah atau menghilangkan rasa sakit, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan gigi supaya gigi desidui tetap sehat sampai waktunya tanggal, berfungsi pada proses pengunyahan untuk gigi posterior dan estetika untuk gigi anterior. Sebagai seorang dokter gigi harus dapat menentukan apakah gigi itu harus dicabut atau dapat dirawat dan dipertahankan sampai waktunya tanggal. Karies pada fisura dan cervic yang banyak terdapat pada anak-anak, biasanya masih dapat dirawat. Pada tindakan preparasi dengan menggunakan mesin putar, untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul dapat dilakukan dengan menggunakan bor yang tajam dan dengan putaran cepat, misalnya dengan high speed. High speed ialah suatu unit yang putarannya permenit melebihi putaran unit biasa. Unit high speed harus disertai dengan suatu sistem seprotan air (water jet system), yaitu air yang terus menerus mengalir membasahi kavitas untuk menjaga supaya jangan timbul panas akibat dan putaran yang sangat tinggi tersebut. Tidak dibenarkan dan tidak dianjurkan pemakaian bor-bor yang sudah tumpul, sebab dapat menambah nasa sakit pada waktu preparasi. Yang utama dalam merawat gigi anak ialah kerja cepat, tepat dan rasa sakit yang timbul diusahakan minimal. 2. Bentuk-bentuk Preparsi Kavitas Pada Gigi Desidui Perbedaan secara prinsip perawatan opdent pada gigi anak dengan perawatan pada orang dewasa adalah : a. Behavior anak : operator harus mampu menguasai/ mengendalikan anak, sehingga anak mengikuti instruksi anjuran operator selama perawatan. b. Morfologi gigi desidui berbeda dengan gigi permanen dalam hal : 1. Anatomi permukaan okiusal lebih sempit (Gbr. 2-1) 2. Ruang pulpa relatif lebih lebar 3. Tanduk pulpa lebih menonjol (Gbr. 2-2) 4. Permukaan proksimal luas, leher gigi sempit, kontak proksimal berupa bidang (flat). 5. Struktur email dan dentin lebih tipis. c. Waktunya tanggal Universitas Gadjah Mada 1

d. Penangaran (management) anak yang tepat dan nyaman merupakan kunci keberhasilan perawatan opdent. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan restorasi gigi desidul adalah : (1) Umur anak; (2) tingkat keparahan karies; (3) kondisi gigi dan tulang pendukung; (4) faktor tanggal fisiologis; (5) pengaruhnya terhadap kesehatan anak; dan (6) pertimbangan ruang dalam Iengkung. Pada tiap preparasi kavitas harus dipertimbangkan tahap-tahap preparasi yaitu : a. Out line form b. Resistence dan retention form c. Convenience form d. Removel of remaining caries e. Finising wall den toilet of the cavity Klasifikasi preparsi kavitas pada gigi desidui didasarkan pada klasifikasi Black yang dimodifikasi yaitu: Kelas I : Kavitas pada pit dan fissura oklusal gigi molar, pit dan fissura bukal dan lingual gigi. Kelas II : Kavitas pada permukaan proksimal molar Kelas III : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior tetapi belum melibatkan permukaan incisal Kelas IV : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior tetapi sudah melibatkan permukaan incisal Kelas V : Kavitas pada 1/3 gingival permukaan bukal/ labial dan lingual/ palatal pada semua gigi. Universitas Gadjah Mada 2

Restorasi Amalgam Kelas I a. Preparasi dibuat meluas sampai permukaan halus gigi, daerah yang rentan karies perlu diambil atau dilibatkan, dengan menggunakan fissure bur. Kedalaman kavitas sampai + 0,5 mm masuk dentin (dan dentino enamel junction). Untuk pengambilan jaringan karies sebaiknya menggunakan bur metal dengan putaran lambat, sedang untuk tujuan preparsi atau pengambilan janingan gigi yang sehat menggunakan diamond bur dengan putaran tinggi (Gbr. 2-3) b. Sedapat mungkin jangan memotong tonjol gigi, kecuali memang tonjol gigi sudah terlibat karies. (Gbr. 2-4) c. Dinding preparasi agak konvergen ke arah okiusal (Gbr. 2-5) d. Sisa jaringan karies diambil dengan bur kecepatan rendah, selanjutnya dinding preparasi dihaluskan. e. Isolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton rool, untuk rahang atas tempatkan pada sebelah bukal, untuk rahang bawah pada sebelah bukal dan lingual (dibawah lidah) Universitas Gadjah Mada 3

f. Bersihkan dan keringkan kavitas, kemudian ben cavity varnish atau bahan lain seperti semen seng phospat, semen ionomer kaca, semen polikarboksilat. g. Pada kavitas yang dalam lindungi pulpa dengan kalsium hidrokside (Ca (OH)2). h. Siapkan adonan amalgam yang baik. i. Aplikasikan ke dalam kavitas dengan amalgam pistol dan padatkan dengan amalgam condenser. Tahapan ini diulangi sampai kavitas penuh. j. Bentuk/ ukir tumpatan dengan amalgam karver sesuai anatomis gigi, dan tidak traumatik dengan gigrantagonis. Haluskan dengan borniser (Gbr. 2-6). Gambar 2-6. Dengan menggunakan amalgam kondenser yang kecil untuk kondensasi pada sudutsudut preparasi. B. Dengan menggunakan burnisher untuk menghaluskan permukaan tumpatan amalgam k. Pemolishan dilakukan setelah 24 jam penumpatan, untuk mengurangi resiko terjadinya tamis dan korosi pada tumpatan amalgam. Pemolishan dilakukan dengan menggunakan bor karborundum, vinir kasar, vinir halus, kemudian yang terakhir menggunakan sikat (brush) dan fletcher kering sampai tumpatan mengkilat dan tidak ada step antara tumpatan dengan gigi. Restorasi Amalgam Kelas II a. Oklusal boks : preparsi oklusal dengan menggunakan fissure bur meluas sampai pit dan fisura, dinding preparasi konvergen ke arah oklusal. Tepi preparasi sejajar dengan ridge, sedapat mungkin tidak memotong tonjol, kecuali memang tonjol sudah terlibat dalam karies (Gbr. 6-7) b. Proksimal boks : kedalamn preparasi ke arah pulpa I - 1,5 mm. c. Isthmus Iebarnya + 1/3 jarak inter tonjol (> 1,5 mm), retensi berbentuk groove pada bukoaksial dan linguoaksial line angle (Gbr. 6-8). Universitas Gadjah Mada 4

d. Garis sudut aksiopulpa line angle dibuat membulat (Cbr. 6-9) e. Sisa jaringan karies diambil dengan bur kecepatan rendah, selanjutnya dinding preparasi dihaluskan. f. Isolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton rool, untuk rahang atas tempatkan pada sebelah bukal, untuk rahang bawah pada sebelah bukal dan lingual (dibawah lidah) g. Bersihkan dan keringkan kavitas, kemudian ben cavity varnish atau bahan lain seperti semen seng phospat, semen ionomer kaca, semen polikarboksilat. h. Pada kavitas yang dalam lindungi pulpa dengan kalsium hidrokside (Ca (OH) 2 ). i. Pasang matriks dan maljkota sampai melewati dinding gingival, pasang wedge untuk stabilisasi malriks dan membetuk bagian proksimal (2-10). j. Siapkan adonan amalgam yang baik. k. Aplikasikan ke dalam kavitas dengan amalgam pistol, dahulukan pada bagian proksimal kemudian baru bagian oklusal, padatkan dengan amalgam condenser. Usahakan wedge tidak terdorong ke arah proksimal pada waktu kondensasi amalgam. Ulangi sampai kavitas penuh. Universitas Gadjah Mada 5

l. Gunakan eksplorer atau sonde untuk membentuk tepi permukaan proksimal, untuk mengurangi resiko terjadinya fraktur tumpatan (Gbr 2-11). m. Lepaskan matriks secara hati-hati agar tumpatan bagian proksimal tidak engalami kerusakan (Gbr 2-12).. n. Bentuk/ukir tumpatan dengan amalgam karver sesuai anatomis gigi, dan tidak traumatik dengan gigi antagonis. Haluskan dengan borniser. o. Pemolishan dilakukan seteiah 24 jam penumpatan, untuk mengurangi resiko terjadinya tamis dan korosi pada tumpatan amalgam. Pemolishan dilakukan dengan menggunakan bor karborundum, vinir kasar, vinir halus, kemudian yang terakhir menggunakan sikat (brush) dan fletcher kering sampai tumpatan mengklat dan tidak ada step antara tumpatan dengan gigi. Restorasi Kavitas Kelas III a. Bila tidak ada jalan masuk, maka buka dan permukaan palatal atau lingual dengan menggunakan round bur kecil, yang selanjutnya dimanfaatkan untuk membuat dovetail. b. Preparasi pada proksimal berbentuk segitiga dengan dasar pada gingival area dengan menggunakan inverted cone bur atau round bur kecil (Gbr. 2-13). c. Bentuk isthmus dari dovetail ke arah proksimal boks (Gbr. 2-14) d. Retensi berbentuk grooepada dinding bukal dengan round bur kecil. e. Buat bevel pada aksiopulpa line angle. Universitas Gadjah Mada 6

f. Sisa jaringan kanes diambil dengan bur kecepatan rendah, selanjutnya dinding preparasi dihaluskan g. Isolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton rool, untuk rahang atas tempatkan pada sebelah labial, untuk rahang bawah pada sebelah labial dan lingual (dibawah lidah) h. Bersihkan dan keringkan kavitas, kemudian ben cavity varnish atau bahan lain seperti semen seng phospat, semen ionomer kaca, semen polikarboksilat. i. Pada kavitas yang dalarn lindungi pulpa dengan kalsium hidrokside (Ca (OH) 2 ). Pasang matriks dari mahkota sampai melewati dinding gingival, pasang wedge untuk stabilisasi matriks dan membetuk permukaan tumpatan bagian proksimal (Gbr. 2-15). j. Siapkan adonan amalgam yang baik. k. Aplikasikan ke dalam kavitas dengan amalgam pistol, dahulukan pada bagian proksimal kemudian baru bagian lingual/palatal, padatkan dengan amalgam condenser. Usahakan wedge tidak terdorong ke arah proksimal pada waktu kondensasi amalgam. Ulangi sampai kavitas penuh. l. Lepaskan matriks secara hati-hati agar tumpatan bagian proksimal tidak mengalami kerusakan. m. Bentuk/ukir tumpatan dengan amalgam karver sesuai anatornis gigi, dan tidak traumatik dengan gigi antagonis. Haluskan dengan borniser. n. Pemolishan dilakukan setelah 24 jam penumpatan, untuk mengurangi resiko terjadinya tamis dan korosi pada tumpatan amalgam. Pemolishan dilakukan dengan menggunakan bor karborundum, vinir kasar, vinir halus, kemudian yang terakhir menggunakan sikat dan fletcher kering sampai tumpatan mengkilat dan tidak ada step antara tumpatan dengan gigi. Universitas Gadjah Mada 7

Restorasi Amalgam Kelas V a. Kedalaman preparasi 0,5 mm ke dalam dentin. b. Retensi : dinding sedikit konvergen ke arah permukaan, dibuat undercut pada gingivoaksial line angle dan oklusoaksial line angle (dengan round bur) sehingga akan didapat retensi seperti ditunjuk pada gambar dengan garis patah-patah (Gbr 2-16 A) c. Sisa jaringan karies diambil dengan bur kecepatan rendah, selanjutnya dinding preparasi dihaluskan. d. Isolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton rool, untuk rahang atas tempatkan pada sebelah bukal, untuk rahang bawah pada sebelah bukal dan lingual (dibawah lidah) e. Bersihkan dan keringkan kavitas, kemudian ben cavity varnish atau bahan lain seperti semen seng phospat, semen ionomer kaca, semen polikarboksilat. f. Pada kavitas yang dalam lindungi pulpa dengan kalsium hidrokside (Ca(OH) 2 ). g. Siapkan adonan amalgam yang baik. h. Aplikasikan ke dalam kavitas dengan amalgam pistol dan padatkan dengan amalgam condenser. Tahapan ini diulangi sampai kavitas penuh. i. Bentuk/ukir tumpatan dengan amalgam karver sesuai anatomis gigi. (Gbr. 2-16-B). j. Pemolishan dilakukan setelah 24 jam penumpatan, untuk mengurangi resiko terjadinya tarnis dan korosi pada tumpatan amalgam. Pemolishan dilakukan dengan menggunakan bor karborundum untuk membentuk permukaan tumpatan sesuai dengan anatomis gigi, vinir kasar, vinir halus. Pada penggunaan vinir kasar diusahakan tidak terlalu menekan, sedangkan pada penggunaan vinir halus Universitas Gadjah Mada 8

agak ditekan. Tahap selanjutnya atau yang terakhir adalah menggunakan sikat (brush) dan fletcher kering sampai tumpatan mengkilat dan tidak ada step antara tumpatan dengan gigi. 3. Amalgam Amalgam adalah suatu alloy dari merkuri dengan satu atau lebih logam lain. Dental amalgam adalah suatu alloy dan merkuri dengan perak, timah, tembaga dan kadangkadang seng. Meskipun amalgam adalah toksis, karena adanya merkun. Akan tetapi sampai saat ini amalgam masih merupakan bahan tumpatan yang banyak digunakan untuk menumpat gigi posterior, termasuk gigi sulung. Amalgam mempunyai adaptasi yang baik, dapat menerima tekanan yang besar, ekonomis dan luas penggunaannya. Amalgam dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah komponen penyusunnya: 1) Binary amalgam: Amalgam ini mengandung merkuri dan satu logam penyusun lain seperti tembaga. 2) Tertiary amalgam: Amalgam ini mengandung merkuri dan dua logam penyusun lain seperti perak dan timah 3) Quartenary amalgam: Amalgam ini mengandung merkuri dan tiga logam penyusun lain seperti timah, tembaga dan perak. 4) Quinary amalgam: Amalgam ini mengandung merkuri dan empat logam penyusun lain seperti timah, tembaga, perak dan seng. 5) Dan seterusnya. Trirturasi (pencampuran) amalgan ada dua cara yaitu: 1) Secara manual (dengan tangan) yaitu: menggunakan morter dan pastle. Pada pencampuran secara manual ini sering kali menghasilkan masa amalgam dengan kinsistensi yang kurang baik, karena kesulitan mengendalikan tiga hal yaitu : waktu pencampuran, tekanan pencampuran dan kecepatan pencampuran. 2) Secara mekanikal yaitu dengan amalgamator. Pencampuran dengan metode ini akan menghasilkan masa amalgam yang lebih baik. Universitas Gadjah Mada 9

4. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Perawatan Opdent Pada Gigi Desidul Dengan Tumpatan Amalgam Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan restorasi atau perawatan opdent pada gigi desidui dengan bahan amalgam yaitu: a. Fraktur pada struktur gigi Ketebalan struktur jaringan email gigi desidui lebih tipis dibanding gigi permanen, sehingga bila terdapat lapisan email yang tidak didukung oleh dentin yang sehat menjadi rnudah patah/ fraktur setelah dilakukan restorasi, walau proses penumpatan dilakukan dengan baik. Dengan patahnya jaringan email pada tepi restorasi maka akan memudahkan berkembangnya karies sekunder, yang akhirnya nanti tumpatan menjadi lepas. b. Fraktur restorasi amalgam Fraktur pada tumpatan amalgam dapat terjadi karena beberapa hal antara lain: 1) Sudut axiopulpa line angle runcing, 2) Ketebalan amalgam yang kurang, sehingga tidak mampu menahan tekanan penguntahan. Hal ini dapat terjadi karena kedalaman prepararasi yang kurang, kedalaman preparasi cukup tetapi liner yang terlalu tebal, over conturing. 3) Preparasi yang terlalu sempit dapat mempengaruhi kondensasi amalgam. Jika lebar preparasi terlalu sempit maka amalgam kodenser tidak mampu menjangkau daerah yang sempit tersebut, sehingga menghasilkan kekuatan tekan dan tarik yang lebih rendah. Kondisi seperti ini sering terjadi di daerah isthmus pada restorasi kelas II amalgam terutama pada gigi molar satu desidui baik rahang atas maupun rahang bawah. 4) Traumatik oklusi. Hal ini dapat terjadi karena adanya penumpatan yang terlalu tinggi. Pada saat karving yang kurang memperhatikan bentuk anatomis mahkota gigi yang ditumpat maupun oklusi dengan gigi antagonis menyebabkan bagian tertentu mendapat tekanan yang berlebuhan pada saat proses pengunyahan. Tekanan yang lebih dan yang seharusnya sering kali menyebabkan tumpatan fraktur pada bagian tersebut. c. Karies yang timbul kembali. Karies disekitar tumpatan amalgam biasanya terjadi karena adanya preparasi yang kurang baik, daerah yang rentan terhadap karies yaitu pit dan fisura tidak dilibatkan dalam out line form. Kadang kadang juga dapat timbul akibat adanya kondensasi yang kurang sempurna terutama restorasi daerah interproksimal. Universitas Gadjah Mada 10

d. Retensi yang kurang. Struktur jaringan keras gigi desidui (email dan dentin) yang tipis dan anatomis mahkota gigi yang relatif kecil menyulitkan pembuatan retensi, terutama pada gigi yang sudah mengalami karies yang luas. Sehingga pada preparasi yang retensinya kurang sempurna memudahkan tumpatan amalgam lepas. Universitas Gadjah Mada 11