I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mesin pertumbuhan (engine of growth). Kota yang memiliki aspek pembangunan

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

5.1 Perkembangan Investasi Swasta di Kabupaten Indramayu. terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

3. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL

BAB 8 PENUTUP. Manfaat Investasi terhadap Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan dalam struktur, corak kegiatan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk antar daerah dan antar sektor (Kuncoro, 2004). Investasi bertujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang setinggi tingginya serta bertujuan menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Salah satu indikator yang dijadikan acuan dalam perubahan kinerja perekonomian adalah pertumbuhan ekonomi (economic growth) melalui data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Selaras dengan perkembangan ekonomi daerah, ruang yang berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan pembangunan menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan. Dalam kaitannya dengan kebijakan pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Indramayu dalam wilayah timur merupakan wilayah utama yang berfungsi sebagai motor penggerak utama kegiatan perekonomian Jawa Barat bagian Timur (Badan Perencanaan Daerah Kab. Indramayu, 1995). Kegiatan utama wilayah ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan sistem perekonomian interregional dan intraregional yaitu kegiatan ekonomi industri, perdagangan dan jasa, pemukiman dan pertanian lahan basah. Oleh karena itu perencanaan tata ruang harus memperhatikan berbagai aspek yang saling berkaitan, di antaranya ialah aspek keruangan, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, aspek lingkungan hidup serta aspek prasarana dasar dan fasilitas umum.

Tujuan ekonomi menurut aspek kewilayahan yaitu mewujudkan sistem dan sektor kegiatan berdasarkan keunggulan kompetitif yang terdapat di wilayah tersebut ( Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, 2001). Sektor kegiatan tertentu dikatakan unggul dan kompetitif apabila memiliki tingkat produktivitas dan kemampuan bersaing yang signifikan dalam menentukan basis perekonomian wilayah tersebut. Pemikiran tersebut merupakan prinsip dasar aspek ekonomi yang diterapkan dalam konteks kewilayahan dan dalam dimensi waktu jangka panjang. Prinsip dasar tersebut diikuti oleh pertimbangan besar-kecilnya peluang/kemungkinan untuk membangkitkan sebesar-besarnya efek penggandaan lokal (local multipliers effect) dari suatu kegiatan apabila kegiatan tersebut direalisasikan. Efek penggandaan lokal menjelaskan bahwa sebagai sebuah wilayah dapat mengelola sumberdaya miliknya sedemikian rupa agar memberikan keuntungan dan kemanfaatan sebesar-besarnya terhadap kesejahteraan penduduk setempat maupun oleh penduduk sekitarnya. Salah satu upaya dapat untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui peningkatan investasi pada sektor perekonomian unggulan. Investasi adalah salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembangunan ekonomi. Keberadaan investasi merupakan modal dasar bagi perwujudan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Apabila dalam jangka panjang dibarengi dengan peningkatan daya saing, investasi akan meningkatkan penawaran melalui peningkatan stok kapital yang pada gilirannya akan meningkatkan sektor produksi untuk menghasilkan output atau melakukan kegiatan-kegiatan produksi (Bappenas, 2007). Kegiatan produksi tersebut akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan proses tersebut pada akhirnya meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi. Peningkatan nilai tambah perekonomian di daerah tersebut akan memberikan dampak positif pada besaran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi, misalnya dalam bentuk sewa tanah, upah, bunga dan keuntungan akan meningkat karena adanya aktivitas penanaman modal. Selain itu, meningkatnya intensitas perekonomian akan membuka peluang kerja penduduk di daerah sekitar penanaman modal. Dengan demikian, secara langsung dan tidak langsung akan terwujud multiplier effect terhadap kegiatan ekonomi dan pendapatan penduduk di kawasan-kawasan sekitar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan daerah secara keseluruhan. Lingkaran ekonomi ini akan semakin besar dengan munculnya investasi pada potensi-potensi baru dalam membangun sektor industri lainnya.

Dalam konteks pembangunan Indramayu, kepentingan peningkatan investasi sesungguhnya memiliki tujuan yang lebih luas daripada hanya sekedar penciptaan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. misi peningkatan investasi pada dasarnya mencakup tiga tujuan yang saling berkaitan, yaitu: (1) penciptaan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan lapangan kerja, (2) berkurangnya jumlah penduduk miskin, dan (3) terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. ( Pemerintah Kabupaten Indramayu, 2006) 1.2 Perumusan Masalah Dalam pembangunan ekonomi daerah, pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi dan eksport import (Samuelson dan Nordhaus, 1997). Faktor investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta merupakan kunci utama dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari kemampuannya meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan. Dengan demikian kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat strategis karena merupakan tahapan mutlak dan merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi. Dampak multiplier effect dari investasi sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Implikasi kebijakan dari adanya hubungan timbal balik antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan tersebut adalah pada pembuatan proyeksi perkembangan investasi tahunan dan target pertumbuhan ekonomi. Investasi adalah roda pembangunan yang digerakkan oleh teknologi, pertumbuhan penduduk, dan faktor-faktor dinamis lainnya yang mempengaruhi profitabilitas dari investasi. Jika investasi berkembang dengan cepat dan berkesinambungan maka porsi investasi terhadap pendapatan regional tinggi. Hal ini berarti investasi memainkan peranan aktif terhadap pendapatan regional. Menurut Dinas Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (DPPMD) Kab. Indramayu (2007) dan Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Jawa Barat (2006), perkembangan realisasi investasi selama periode tahun 2000-2005 sebanyak 14 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 301.170.354.401, meliputi PMDN sebanyak 4 proyek dengan nilai investasi Rp 125.457.596.901, PMA sebanyak 9 proyek dengan nilai investasi USD 20.491.000

dan Non PMA/PMDN 1 proyek dengan nilai investasi Rp 50.000.000.000. Bidang usaha yang banyak diminati adalah industri pengolahan minyak dan gas serta pertanian secara luas. Bidang usaha yang diminati investor tersebut berdampak terhadap perkembangan perekonomian Kabupaten Indramayu. PDRB Kabupaten Indramayu didominasi oleh sektor industri pengolahan minyak dan gas dan sektor pertanian secara luas. Sektor industri pengolahan kontribusinya sebesar 56 persen dan sektor pertanian sebesar 16 persen. Peranan sektor industri pengolahan minyak dan gas dan pertanian menjadi sangat penting bahkan sektor-sektor ini sebagai lokomotif dan penggerak roda perekonomian Kabupaten Indramayu (BPS Kabupaten Indramayu, 2005). Relatif kecilnya kontribusi investasi sektor lainnya dalam pertumbuhan ekonomi mencerminkan iklim investasi di Indramayu. Kondisi tersebut menjadi pertanyaan spesifik pertama dalam kajian ini yaitu bagaimana perkembangan investasi di Kabupaten Indramayu? Seiring dengan meningkatnya persaingan global, semua negara dan daerah berlombalomba menarik investor-domestik maupun asing-untuk menanamkan modal di wilayahnya. Pelaku usaha atau investor akan memilih lokasi yang paling memberikan kemudahan dan keuntungan bagi usahanya. Penciptaan iklim usaha yang kondusif merupakan elemen utama di dalam peningkatan investasi. Keberhasilan suatu negara/daerah menarik investor menggambarkan daya tarik dan daya saing negara/daerah yang bersangkutan. Dalam pemerintahan yang telah terdesentralisasi, peningkatan investasi merupakan hasil dari sebuah kemitraan yang sinergis antara para pemeran (stakeholders) ekonomi, baik yang ada di tingkat nasional maupun daerah. Kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab antara berbagai tingkatan pemerintahan menjadi sangat penting di dalam mewujudkan pola pengelolaan secara efisien berbagai sumber daya yang tersedia untuk menciptakan kesempatan lapangan kerja dan menggiatkan (stimulasi) ekonomi baik nasional maupun daerah. Secara ekonomi Indramayu mempunyai peranan strategis di Jawa Barat. selain letak wilayah sebagai jalur antara Jakarta Surabaya dan geografis wilayah Indramayu terdiri dari perairan dan daratan, di dalamnya terkandung berbagai potensi sumber daya alam (SDA) yaitu minyak dan gas bumi, pertanian dan perikanan. Keragaman potensi Ekonomi ini merupakan modal potensial sebagai daya tarik investasi. Namun daya tarik investasi suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta, dan yang lebih penting lagi, tidak selalu tergantung dari ketersediaan

SDA dan tenaga kerja yang murah tetapi juga adanya infrastruktur yang memadai, insentif, dan kondisi kelembagaan yang menyediakan kemudahan iklim usaha. Kombinasi ketersediaan faktorfaktor tersebut akan menciptakan kekuatan yang solid untuk meningkatkan daya tarik investasi dan daya saing daerah. Dinamika kemampuan daerah-daerah dalam mengembangkan potensi unggulannya, baik secara agregat maupun sinergi antardaerah selanjutnya akan meningkatkan daya saing nasional. Secara lebih spesifik, investasi atau penanaman modal membutuhkan iklim usaha yang sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur. Iklim investasi meliputi kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang, yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi. Tiga faktor utama dalam iklim investasi yang sehat tersebut mencakup: (1) kondisi ekonomi makro termasuk stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik, (2) pengelolaan kepemerintahan dan berbagai aturan main seperti perpajakan dan kebijakan fiskal, kompetensi lembaga fasilitasi kegiatan usaha, fleksibilitas pasar tenaga kerja serta keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan terampil, dan (3) infrastruktur yang mencakup antara lain sarana ekonomi seperti lembaga keuangan sampai dengan sarana fisik seperti jaringan transportasi, serta kapasitas telekomunikasi, listrik, dan air (Boediono, 2004). Pembentukan daya tarik investasi berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak aspek. Faktor ekonomi, politik dan kelembagaan, sosial dan budaya, diyakini merupakan beberapa faktor kunci pembentuk daya tarik investasi suatu daerah. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari komitmen dan kemampuan daerah dalam merumuskan dan mengimplementasikan secara konsisten kebijakan yang berkaitan dengan investasi. Dalam kaitan inilah pertanyaan spesifik kedua yaitu faktor-faktor apakah yang mempengaruhi investasi di Kabupaten Indramayu? Dilihat dari perkembangan investasi di Indramayu, baik PMA, PMDN dan Non PMA /PMDN selalu mengalami turun naik dalam setiap tahunnya, berdasarkan pemeringkatan investasi Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Propinsi Jawa Barat, selama tahun 2000-2005. Investasi di Indramayu menempati urutan 15 dari 25 Kabupaten dan Kota dengan 13

jumlah proyek, PMA dengan 9 proyek dan PMDN dengan 4 proyek (BPPMD, 2006). hal ini mengindikasikan daya tarik investasi Kabupaten Indramayu tidak baik dibandingkan dengan daerah lainnya. Untuk mencapai target Indramayu sebagai daerah tujuan investsi dan masuk kelompok pertama di Jawa Barat maka diperlukan identifikasi mengenai sektor-sektor ekonomi dan sektor unggulan daerahnya sehingga calon investor dapat mengetahui spesialisasi dan prioritas investasi di daerah tersebut. Hal ini menjadi penting karena percepatan investasi melalui sektor unggulan akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) yang lebih besar bagi upaya perbaikan perekonomian daerah, oleh karena itu, ketersediaan data dan informasi yang lengkap seputar jenis-jenis usaha dan sektor unggulan daerah merupakan ujung tombak percepatan investasi, selain indentifikasi potensi ekonomi, upaya peningkatan investasi sangat terkait erat dengan upaya peningkatan daya saing investasi daerah. Dalam kaitan inilah, diperlukan strategi untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan dan upaya memobilisasi para pelaku, organisasi, dan sumberdaya. Dengan demikian, pertanyaan utama kajian ini adalah bagaimana kebijakan strategi peningkatan investasi di Kabupaten Indramayu? 1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian Tujuan umum kajian ini adalah untuk merumuskan kebijakan strategi peningkatan investasi di Kabupaten Indramayu. Untuk memenuhi tujuan umum tersebut, maka tujuan spesifik dari kajian ini adalah : 1. Menganalisis perkembangan investasi di Kabupaten Indramayu. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Kabupaten Indramayu. 3. Merumuskan kebijakan strategi dan program peningkatan investasi di Kabupaten Indramayu. Hasil kajian ini diharapkan bermanfaat dalam peningkatan investasi yaitu : 1. Untuk mengembangkan strategi peningkatan investasi di Kabupaten Indramayu 2. Hasil kajian ini dapat menjadi masukan bagi studi peningkatan investasi dari strategi pendekatan yang berbeda

3. Untuk memberikan masukan kepada pembuat kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap strategi peningkatan investasi di Kabupaten Indramayu.