Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

dokumen-dokumen yang mirip
A.A. Gde Agung Yana 1

MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR)

BAB II STUDI PUSTAKA

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

BAB IV ANALISA TIME COST TRADE OFF

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Proyek

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI JADWAL PELAKSANAAN PROYEK JEMBATAN BETON BERTULANG TUKAD UNDA, KLUNGKUNG

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

STUDI OPTIMASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TIPE B SMPN BARU SIWALANKERTO

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB V ANALISA HASIL. kritis, artinya aktivitas tersebut merupakan aktivitas non kritis.

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Tahap II Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5, Malang)

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB III LANDASAN TEORI

Tugas Akhir HENDRAWAN MARTHA PRADIKTA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF

ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (TCTO) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB III LANDASAN TEORI

Optimalisasi Pelaksanaan Proyek Pembangunan Persinyalan Elektrik di Stasiun Kertapati dengan Penerapan Metode Crash Program

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PADA PROYEK REVITALISASI GEDUNG BPS KOTA GORONTALO

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

BAB II STUDI PUSTAKA

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK REVITALISASI GEDUNG BPS KOTA GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM DAN PDM

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

PERUBAHAN BIAYA DAN WAKTU AKIBAT CHANGE ORDER PADA PROYEK PARKMALL CIRCUS- WATERPARK, KUTA, BALI

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Motto... iii. Halaman Persembahan... iv. Kata Pengantar... v. Daftar Isi...

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction)

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlambat, maka kontraktor akan terkena sangsi berupa denda yang telah disepakati dalam dokumen kontrak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: SANDIKA HENDI SURYO ANGGORO

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. dari awal hingga akhir suatu proyek. Pelaksanaan proyek konstruksi


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERCEPATAN PELAKSANAAN DENGAN MENAMBAH JAM KERJA OPTIMUM PADA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU PROYEK DENGAN TAMBAHAN BIAYA YANG OPTIMUM

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO)

3 Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa Jalan Letjen TB Simatupang No. 152 Jakarta

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu penyelesaian proyek bisa dipercepat dari kurun waktu normal dengan

STUDI PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA BLOCK OFFICE PEMERINTAH KOTA BATU MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS BIAYA TENAGA KERJA DENGAN PROGRAM DINAMIK

PERCEPATAN PROYEK PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proyek konstruksi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu kegiatan rutin dan. jangka waktu yang pendek (Ervianto, 2002).

APLIKASI MICROSOFT PROJECT DALAM PENGENDALIAN WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD

Pradareozy Rauufan Rahima ( ) Halaman 1

STUDI OPTIMASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PADA PROYEK KONSTRUKSI

Kata kunci: perbandingan biaya, kerja lembur, penambahan tenaga kerja, time cost trade off

Ketut Wisnu Sanjoyo ( ) Halaman 1

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

Dono Wahyu Wibowo ( ) Halaman 1

BAB III LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit)

STUDI OPTIMASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG 1

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG UTAMA SEKDA KABUPATEN PROBOLINGGO ABSTRAK

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CRASHING PADA PROYEK SATRIO TOWER

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH JAM KERJA LEMBUR TERHADAP BIAYA PERCEPATAN PROYEK DENGAN TIME COST TRADE OFF ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali) A.A Gde Agung Yana Program Studi Teknik Sipil, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran Badung Bali E-mail: wi_gung@yahoo.com ABSTRAK Percepatan proyek tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya suatu perencanaan yang baik. Alternatif yang bisa digunakan untuk melakukan percepatan proyrk adalah dengan melaksanakan kerja lembur. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menganalisis percepatan proyek adalah Analisa Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off Analysis), yang bertujuan menganalisis percepatan proyek dengan waktu percepatan maksimal dengan biaya percepatan yang minimal. Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali dipilih untuk melakukan studi karena adanya permintaan dari pihak dinas untuk melakukan percepatan penyelesaian proyek lebih awal dari waktu rencana yang tercantum dalam kontrak. Asusmsi yang dilakukan dalam studi ini adalah sumber daya manusia terbatas, sehingga untuk melakukan percepatan dilakukan kerja lembur selama 4 jam sehari. Pengkompresian dimulai dengan kegiatan yang mempunyai cost slope terendah yang berada pada lintasan kritis, kemudian dilanjutkan dengan nilai cost slope terendah berikutnya sampai mencapai total cost proyek yang minimum dengan pengurangan durasi yang maksimum. Pengkompresian menyebabkan biaya langsung bertambah dan terjadi pengurangan pada biaya tak langsung. Dari hasil perhitungan diperoleh waktu penyelesaian proyek optimum yaitu 117 hari dengan biaya total proyek Rp 1.018.549.188,40. Sedangkan waktu penyelesaian normal 150 hari dengan biaya total proyek Rp 1.025.250.107,10. Jadi terjadi pengurangan durasi selama 33 hari dan penghematan biaya sebesar Rp 6.700.919,00 Kata kunci : Time Cost Trade Off Analysis, keterbatasan tenaga kerja (limited resources). 1. PENDAHULUAN Percepatan penyelesaian proyek tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya suatu perencanaan yang baik. Salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk melakukan percepatan aktivitas proyek adalah dengan melaksanakan kerja lembur. Penambahan jam kerja (dengan melakukan lembur) akan mempengaruhi biaya pelaksanaan proyek, oleh karena suatu proyek perlu dilakukan perencanaan yang baik untuk melaksankan lembur. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis percepatan suatu proyek konstruksi adalah dengan Analisis Pertukaran Biaya dan Waktu atau Time Cost Trade Off Analysis. Maksud dari analisis ini adalah mempercepat waktu pelaksanaan proyek dan menganalisa sejauh mana percepatan tersebut akan menambah biaya terhadap kegiatan yang bisa dipercepat tersebut. Dipilihnya Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali adalah karena adanya permintaan dari pihak dinas untuk mempercepat penyelesaian proyek lebih awal dari waktu rencana yang tercantum dalam kontrak. 2. TINJAUAN PUSTAKA Penjadwalan dengan menggunakan jaringan kerja (Network Planning) Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode tersebut, yaitu: 1) Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek?, 2) Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan penyelesaian proyek?, 3)Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan? Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta M 213

A.A Gde Agung Yana secara keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan mana yang harus dikerjakan pada suatu hari, pekerjaan mana yang pelaksanaannya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya, dan pekerjaan mana yang pekerjaannya boleh ditunda, sehingga dengan demikian terdapat kejelasan tahap pelaksanaan pekerjaan proyek. Biaya proyek Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto,1997). Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Mempercepat waktu penyelesaian proyek (Akselerasi / Crashing) Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaikan proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keadaan normal. Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan pada setiap kegiatan yang akan diadakan crash program. Dengan pengurangan durasi pada lingkup pekerjaan yang sama akan membutuhkan penambahan waktu kerja per hari atau penambahan sumber daya yang diperlukan. Dengan penambahan tersebut akan menimbulkan tambahan biaya yang menyebabkan bertambahnya biaya total proyek. Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam program mempercepat waktu proyek ini adalah memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan tambahan biaya seminimal mungkin. Untuk itu perlu adanya identifikasi aktivitas yang memiliki biaya paling minimum untuk dipercepat dan berapa besar biaya yang timbul akibat pengurangan waktu. Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur, penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode konstruksi di lapangan. Pelaksanaan kerja lembur Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah produktivitas kerja sehingga dapat mempercepat waktu pelaksanaan sebuah kegiatan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam memepercepat durasi sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah : 1. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 17.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal. 2. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP 608/MEN/1989 pasal 3 diperhitungkan sebagai berikut : a. Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam. b. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 (dua) kali upah sejam. Produktivitas kerja lembur Secara umum, produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input. Di bidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang telah dilakukan seperti meter kubik galian atau urugan, ataupun meter persegi untuk plesteran. Sedangkan inputnya merupakan jumlah sumber daya yang dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan, dan material. Karena peralatan dan material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas. Acap kali kerja lembur atau jam kerja lebih panjang dari kerja normal tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun ini menurunkan efisiensi kerja. Memperkirakan waktu penyelesaian proyek dengan mempertimbangkan kerja lembur, perlu diperhatikan kenaikan total jam orang. Gambar1. dibawah ini menunjukkan indikasi penurunan produktivitas, bila jumlah jam perhari dan hari perminggu bertambah. Acap kali kerja lembur atau jam kerja lebih panjang dari kerja normal tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun ini menurunkan efisiensi kerja. Memperkirakan waktu penyelesaian proyek dengan mempertimbangkan kerja lembur, perlu diperhatikan kenaikan total jam orang. Grafik dibawah ini menunjukkan indikasi penurunan produktivitas, bila jumlah jam perhari dan hari perminggu bertambah. M - 214 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pengaruh Jam Kerja Lembur terhadap Biaya Percepatan Proyek dengan Time Cost Trade Off Analysis (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali) Gambar 1. Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur (Sumber : Soeharto,1997) Dari uraian diatas dapat ditulis sebagai berikut : a. Produktivitas harian = b. Produktivitas tiap jam = Volume Durasi Normal Produktivitas harian 8 jam c. Produktivitas harian sesudah crash = (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod. tiap jam) dimana : a = jumlah kerja lembur b = koefisien penurunan prod. kerja lembur d. Crash durasi = Volume Prod harian sesudah crars Hubungan biaya terhadap waktu Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek. Keduaduanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1997). Seperti yang terlihat dalam Gambar 2. yang menunjukkan hubungan antara biaya langsung, biaya tak langsung dan total biaya dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya optimal didapat dengan mencari total biaya proyek terkecil. Gambar 2. Hubungan biaya total, biaya tak langsung, biaya langsung dan biaya optimal (Sumber: Soeharto, 1997) Hubungan semacam ini disebabkan karena setiap percepatan durasi proyek membutuhkan tambahan biaya langsung yang digunakan untuk menambah tingkat produktivitas kerja, menambah peralatan, mengganti metode kerja dan Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 215

A.A Gde Agung Yana lain-lain. Antara waktu penyelesaian proyek normal dan dipercepat mengakibatkan perubahan terhadap biaya total proyek. Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dan waktu suatu kegiatan, dipakai definisi berikut : 1. Kurun waktu normal yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai denga tingkat produktivitas kerja yang normal. 2. Kurun waktu dipersingkat yaitu waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih mungkin. 3. Biaya normal yaitu biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal. 4. Biaya untuk waktu dipersingkat yaitu jumlah langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat. Gambar 3. Hubungan waktu biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan. (Sumber : Soeharto, 1997) Penambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut cost slope, yang dirumuskan sebagai berikut : Cost Slope = Crash Cost - Normal Cost Normal Duration - Crash Duration Pertukaran waktu dan biaya (Time Cost Trade Off) Penyelesaian suatu aktivitas dalam suatu proyek memerlukan penggunaan sejumlah sumber daya tertentu dan waktu. Dengan penggunaan sumber daya yang minimum dan waktu penyelesaian yang optimal, aktivitas akan dapat diselesaikan dengan biaya normal dan durasi yang normal. Jika suatu saat diperlukan penyelesaian yang lebih cepat, penambahan sunber daya memungkinkan pengurangan durasi proyek dari waktu normalnya, tetapi biaya yang dikeluarkan akan lebih besar lagi. Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan kompresi durasi aktivitas. Kompresi yang dilakukan harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan pengurangan durasi. Kompresi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada pada lintasan kritis, jika kompresi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang tidak berada pada lintasan kritis, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan tetap. Kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintasan kritis. Selanjutnya langkah-langkah kompresi dapat dituliskan sebagai berikut : 1) Menyusun jaringan kerja proyek dengan menuliskan cost slope dari masing-masing aktivitas. 2) Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan mempunyai cost slope terendah. 3) Menyusun kembali jaringan kerjanya. 4) Mengulangi langkah kedua. M - 216 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pengaruh Jam Kerja Lembur terhadap Biaya Percepatan Proyek dengan Time Cost Trade Off Analysis (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali) Langkah kedua akan berhenti bila terjadi penambahan lintasan kritis dan bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakukan secara serentak pada semua lintasan kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya telah optimum (Nugraha et al., 1986). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian pekerjaan Dalam Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali di Jalan W.R Soepratman, terdiri dari 16 (enam belas) kegiatan utama. Masing-masing bagian tersusun atas item-item pekerjaan yang lebih spesifik dari kegiatan utama tersebut. Durasi normal dapat ditentukan dari banyaknya tenaga kerja yang ada di lapangan dan produktivitas kerja yang dapat dihasilkan dalam satuan hari. Tenaga kerja yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi sangat tergantung pada banyak faktor seperti jenis dan volume konstruksi, tingkat keahlian, peralatan yang dipergunakan dan kondisi dilapangan. Hubungan ketergantungan antar kegiatan Dari susunan atau kelompok kegiatan tersebut akan disusun menjadi suatu jaringan dengan menghubungkan tiap item kegiatan yang berhubungan sesuai dengan logika ketergantungannya. Dalam penyusunan jaringan kerja menggunakan Metode Preseden Diagram terdapat 4 hubungan ketergantungan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya yang disebut sebagai konstrain. Satu konstrain hanya menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal dan ujung akhir. Keempat konstrain itu adalah konstrain dari awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF),akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal (FS). Cara penulisan konstrain pada program Microsoft Project adalah sebagai berikut : Identifikasi float dan jalur kritis Setelah Digram Preseden selesai disusun, maka dari perhitungan tersebut dapat ditentukan kegiatan dan jalur kritis, float, serta tanggal penyelesaian proyek. Sesuai rumus yaitu bila ES LS = 0 atau selisih ES dengan EF sama dengan nol dan bila EF LF = 0 atau selisih EF dengan LF sama dengan nol maka kegiatan tersebut adalah kegiatan kritis dengan total float nol. Dan setelah melihat pada pekerjaan galian pondasi setempat tersebut maka kegiatan tersebut adalah kegiatan kritis. Rincian biaya langsung Biaya langsung (Direct Cost) adalah biaya yang langsung berhubungan dengan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit price) pekerjaan tersebut. Harga bahan dan upah pada Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali adalah sebagai berikut : - Upah Pekerja = Rp 226.260.025,70 - Bahan = Rp 527.940.060,00 Jadi total biaya langsung (Direct Cost) adalah sebesar Rp 754.200.085,70 Rincian biaya tak langsung Biaya tak langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Yang termasuk biaya tak langsung adalah biaya overhead, biaya tak terduga, dan profit. Adapun rincian biaya tak langsung dapat dilihat dalam Tabel 1. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 217

A.A Gde Agung Yana Tabel 1. Rincian biaya tak langsung No Jenis biaya Jumlah (Rp) Jumlah Gaji perhari (Rp) I Biaya Overhead 1. Gaji staf proyek - Penanggung jawab proyek 1 orang 100.000,00 100.000,00 - Site manager 1 orang 80.000,00 80.000,00 - Logistik 1 orang 40.000,00 40.000,00 - Pelaksana 1 orang 40.000,00 40.000,00 - Administrasi 1 orang 40.000,00 40.000,00 Total perhari 300.000,00 2. Fasilitas (telepon,listrik,air, transportasi dan biaya rapat lap.) perhari 140.000,00 II Biaya tak terduga 2% dari real cost 18.640.911,04 Biaya tak terduga perhari 124.272,74 III Profit 10% dari real cost 93.204.555,20 Sumber : PT.Putera Ningrat Dengan melihat rincian biaya tak langsung tersebut maka total biaya tak langsung yang dibutuhkan dalam proyek tersebut adalah sebesar Rp 177.845.466,20 Sehingga real cost dari proyek tersebut adalah = Rp 754.200.085,70 + Rp 177.845.466,20 = Rp 932.045.551,99 Berdasarkan Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak), Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% dari real cost. Pajak Pertambahan Nilai = 10% x Rp 932.045.551,99 = Rp 93.204.555,20 Sedangkan total cost dari proyek ini adalah sebagai berikut : Total Cost = real cost ditambah Pajak Pertambahan Nilai = Rp 932.045.551,99 + Rp 93.204.555,20 = Rp 1.025.250.107,10 Adapun staf yang langsung terlibat dalam kerja lembur dilokasi proyek adalah pelaksana, dan logistik dan untuk selanjutnya dilaporkan ke site manager. Rincian biaya yang harus dikeluarkan untuk staf di lapangan adalah sebagai berikut : Total gaji perhari untuk pelaksana, dan logistik adalah Rp 80.000,00 Rp 80.000,00 Total gaji perjam = = Rp 10.000,00 8 Total gaji lembur 1 hari (4 jam) = (Rp 10.000,00 x 1,5) + (3 x Rp 10.000,00 x 2) = Rp 75.000,00 Perhitungan crash duration Untuk mempercepat penyelesaian proyek maka diadakan percepatan durasi kegiatan pada jalur-jalur kritis, dimana percepatan yang dilaksanakan dengan melakukan kerja lembur. Dalam melaksanakan kerja lembur hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : - Aktivitas normal memakai 8 jam kerja dan 1 jam istirahat (08.00 17.00 wita ) sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal selama 4 jam perhari ( 18.00 22.00 ). - Harga upah pekerja untuk kerja lembur diperhitungkan 1,5 kali upah sejam pada kerja normal, dan untuk jam berikutnya sebesar 2 kali upah sejam normal. - Produktivitas untuk kerja lembur diperhitungkan sebesar 60 % dari produktivitas normal. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh kelelahan pekerja, keterbatasan pandangan pada waktu malam hari, serta keadaan cuaca yang lebih dingin. Produktivitas kerja lembur diperhitungkan berdasarkan grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur. M - 218 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pengaruh Jam Kerja Lembur terhadap Biaya Percepatan Proyek dengan Time Cost Trade Off Analysis (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali) Contoh perhitungannya adalah : Pekerjaan galian pondasi setempat a. Durasi normal = 8 hari b. Volume kegiatan = 65,38 m3 c. Produktivitas harian = 65,38 / 8 = 8,173 m3/hari d. Produktivitas tiap jam = 8,173 / 8 = 1,022 m3/jam e. Produktivitas harian setelah crash = (8 x 1,022 ) + ( 4 x 0,6 x 1,022 ) = 10,629 m3/hari f. Crash duration = 65,38 / 10,629 = 6 hari Crash Cost Pekerja Crash cost pekerja adalah besarnya biaya / upah pekerja yang diperlukan untuk menyelesaian kegiatan dengan kurun waktu dipercepat ( crash duration ), dalam analisa ini percepatan durasi dilakukan dengan metode lembur. Rencana kerja dari perhitungan crash cost pekerja ini sama dengan rencana kerja pada perhitungan crash durasi pekerjaan dengan metode lembur seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Upah pekerja dilapangan yang diterima sebesar upah pekerja dari daftar analisa dikurangi 10 %, dan ini diketahui dari interview langsung dengan para mandor. Adapun perhitungan crash cost pekerja dapat dituliskan sebagai berikut yaitu : Contoh perhitungannya adalah : Pekerjaan galian tanah pondasi setempat a. Harga satuan upah pekerja 1 m3 galian tanah pondasi setempat 0,5260 pekerja x Rp. 18.000,00 = Rp. 9.468,00 0,0526 mandor x Rp. 35.100,00 = Rp. 1.846,26 = Rp.11.314,26 b. Produktivitas normal tiap jam = 1,022 m 3 /jam c. Ongkos normal pekerja perjam = Rp. 11.314,26 x 1,022 = Rp 11.558,22 d. Biaya lembur pekerja = (1,5 x Rp. 11.558,22) + ( 3 x 2 x Rp. 11.558,22) = Rp. 86.686,68 e. Crash cost pekerja perhari = (8 x normal cost perjam) + (biaya lembur selama 4 jam) = (8 x Rp 11.558,22) + Rp. 86.686,68 = Rp. 92.465,79 + Rp. 86.686,68 = Rp. 179.152,47 Crash Cost Crash cost yang dimaksud adalah crash cost total dari sebuah aktivitas duration pada kegiatan tersebut atau besarnya biaya/upah pekerja yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu dipercepat (crash duration). Dan uraian perhitungan crash cost ini dapat ditulis sebagai berikut : Crash cost = crash cost pekerja x crash duration Perhitungan crash cost ini hanya dilakukan pada aktivitas pada jalur kritis saja. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : Pekerjaan galian tanah pondasi setempat Crash duration = 6 hari Crash cost pekerja = Rp 179.152,47 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 219

A.A Gde Agung Yana Jadi crash cost untuk pekerjaan galian tanah pondasi setempat adalah Crash cost = Rp 179.152,47 x 6 = Rp 1.074.914,82 Cost Slope Cost slope adalah pertambahan biaya langsung ( direct cost ) untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu. Atau dapat dirumuskan seperti berikut : crash cost - normal cost Cost slope = normal duration - crash duration Adapun perhitungan cost slopenya adalah sebagai berikut : Pekerjaan galian tanah pondasi setempat Normal cost = ( 8 x Rp 92.465,79 ) = Rp 739.726,32 Crash cost = Rp 1.074.914,82 Normal duration = 8 hari Crash duration = 6 hari Jadi cost slope pada pekerjaan galian tanah pondasi setempat adalah : Rp.1.074.914,82 - Rp. 793.726,32 Cost slope = 8-6 Rp. 335.188,50 = 2 = Rp 167.594,25 Analisa Time Cost Trade Off Setelah didapatkan nilai cost slope dari masing- masing aktivitas, maka dengan melihat diagram preseden yang dibuat dalam kondisi normal dapat diketahui lintasan kritisnya. Penekanan (kompresi) durasi proyek dilakukan untuk semua aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan dimulai dari aktivitas yang mempunyai cost slope terendah. Dari tahap-tahap pengkompresian tersebut akan dicari waktu optimal dari biaya total proyek yang minimal. Berikut akan diuraikan proses hitungan tahap kompresi dengan metode lembur yaitu dari kondisi normal, tahap kompresi 1, tahap kompresi 2, tahap kompresi 3, dan tahap kompresi 18 (optimum), Adapun proses perhitungan dalam tahap kompresi adalah sebagai berikut : Tahap normal Lintasan kritis = 2, 3, 4, 5, 6,,9, 11, 14, 20, 29, 30, 40, 41,42, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 111, 113, 114, 117, 119, 120, 121, 122, 123,125 Durasi normal = 150 hari Biaya overhead + contingence perhari = Rp 440.000,00 + Rp 124.272,74 = Rp 564.272,74 Profit 10% dari real cost = Rp 93.204.555,20 Pajak pertambahan nilai 10% dari real cost = Rp 93.204.555,20 Biaya tak langsung = (150 x Rp 564.272,74) + Rp 93.204.555,20 + Rp 93.204.555,20 = Rp 271.050.021,40 Biaya langsung = Rp 754.200.085,70 Total Cost = biaya tak langsung + biaya langsung = Rp 271.050.021,40 + Rp 754.200.085,70 = Rp 1.025.250.107,10 M - 220 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pengaruh Jam Kerja Lembur terhadap Biaya Percepatan Proyek dengan Time Cost Trade Off Analysis (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali) Tahap kompresi 1 No. item pekerjaan = 11 ( Urugan pasir bawah pondasi setempat) Cost Slope = Rp 6.998,27 Durasi normal = 6 hari Crash durasi = 5 hari Total crash = 1 hari Komulatif total crash = 1 hari Total durasi proyek = 150 1 = 149 hari Tambahan biaya = Rp 6.998,27 x 1 hari = Rp 6.998,27 Komulatif tambahan biaya = Rp 6.998,27 Biaya langsung = biaya langsung normal + komulatif tambahan biaya = Rp 754.200.085,70 + Rp 6.998,27 = Rp 754.207.083,97 Tambahan biaya lembur = Rp 75.000,00 x 5 hari = Rp 375.000,00 Komulatif tambahan biaya lembur = Rp 375.000,00 Biaya tak langsung = (149 hari x Rp 564.272,74) + Rp 93.204.555,20 + Rp 93.204.555,20 + Rp 375.000,00 = Rp 270.860.748,66 Total Cost = Rp 754.207.083,97 + Rp 270.860.748,66 = Rp 1.025.067.823,63 Kompresi selanjutnya caranya sama seperti yang dilakukan pada kompresi yang 1. Kompresi terus dilakukan sampai pada biaya yang paling optimum, dimana percepatan yang dilakukan tidak mengurangi biaya, akan tetapi percepatan akan menyebabkan biaya total menjadi meningkat. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa Time Cost Trade Off yang dilakukan pada Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari segi waktu didapatkan penyelesaian pelaksanaan selama 117 hari dari waktu pelaksanaan normal 150 hari atau terjadi pengurangan durasi selama 33 hari, atau dapat dipercepat sebesar 22% dari waktu normalnya. 2. Perubahan biaya total proyek yang terjadi akibat penambahan jam kerja untuk mencapai biaya proyek optimum yaitu dari biaya total normal sebesar Rp 1.025.250.107,10 menjadi Rp 1.018.549.188,40 DAFTAR PUSTAKA Badri, Sofwan, 1997, Dasar-dasar Network Planning (Dasar-dasar Perencanaan Jaringan Kerja), Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek Dan Konstruksi Jilid I, Penerbit Kanesius, Jakarta. Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek Dan Konstruksi Jilid II, Penerbit Kanesius, Jakarta. Madcoms, 2003, Seri Panduan Lengkap Microsoft Project 2003, Penerbit Andi, Yogyakarta. Nugraha Paulus, Ishak Natan, R. Sutjipto, 1985, Manajemen Konstruksi 1, Penerbit Kartika Yuda, Surabaya. Nugraha Paulus, Ishak Natan, R. Sutjipto, 1985, Manajemen Konstruksi 2, Penerbit Kartika Yuda, Surabaya. Richard I. Levin, Charles A. Kirkpatrick, 1982, Perencanaan Dan Pengendalian Dengan PERT Dan CPM (Network Planning),Balai Aksara, Jakarta. Santoso, Budi, 1996, Manajemen Proyek Edisi Pertama, Penerbit PT. Guna Widya, Jakarta Soeharto, Iman, 1997, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 221

A.A Gde Agung Yana KoNTekS 3, UPH UAJY Jakarta, 6 7 Mei 2009 M - 222 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta