BAB V PEMBAHASAN. perkecil ukurannya sebesar ton per bulan. Sedangkan kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya.

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. besar berwarna gelap vesicular batuan vulkanik yang bisanya porfiritik (berisi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA

DAFTAR ISI. RINGKASAN... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Maka pada tingkat awal pengolahan batugamping terutama dalam peremukan harus

PENINGKATAN PRODUKSI PABRIK PEREMUK BATU ANDESIT PT. PERWITA KARYA DI DESA BEBER KECAMATAN SUMBER CIREBON JAWA BARAT SKRIPSI

EVALUASI CRUSHING PLANT UNTUK PENINGKATAN TARGET PRODUKSI PADA PT INDONESIAN MINERALS AND COAL MINING KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN

EVALUASI KINERJAUNIT CRUSHING PLANT

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Jl. Tamansari No.1 Bandung

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

BAB I PENDAHULUAN Maksud dantujuan Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan pembuatan perencanaan peremuk andesit adalah sebagai berikut :

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemasaran. Pada kegiatan usaha pertambangan, terdapat suatu kegiatan

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM

BAHAN AJAR (HAND OUT)

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA

EVALUASI CRUSHING PLANT DAN ALAT SUPPORT UNTUK PENGOPTIMALAN HASIL PRODUKSI DI PT BINUANG MITRA BERSAMA DESA PUALAM SARI, KECAMATAN BINUANG

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Umur Pakai Bantalan Sisi Luar Pada Ring Hammer Coal. Tipe bantalan C C 0 Fr Fa Putaran kn

Kontrak Maintenance (Man Power)

ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR

BAB III DASAR TEORI. sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian

UPAYA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATU KAPUR TON/HARI PADA PENGOLAHAN DAN PENGANGKUTAN AREA DEPAN DI PT.SEMEN PADANG SUMATERA BARAT (PERSERO)

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU NOMOR MODUL CPO - 04 JUDUL MODUL LAPORAN OPERASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM UMUM OHT 1

Analisis Kinerja Alat Crushing Plant dan Hubungannya dengan Produksi

ALIRAN PROSES COAL HANDLING SYSTEM

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

Serba-serbi Lengkap Mesin Pemecah atau Penghancur Batu/Stone Crusher Machine

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah peralatan atau mesin berputar (rotary machine) sudah pasti terdapat

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB III METODOLOGI Data Data-data yang didapat dalam proyek gedung Ditjen Dikti Jakarta merupakan data-data umum dan teknis berupa :

Muhammad Oktakusgara 1, Abuamat HAK 2, Maulana Yusuf 3

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

EVALUASI KINERJA EXCAVATOR BACKHOE

MODIFIKASI SUDUT KEMIRINGAN IDLER ROLL BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 1200 TON/JAM.

BAB III TEORI DASAR 3.1 Pengertian Coal Processing Plant 3.2 Run Of Mine (ROM ) Stockpile

SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PROSES MAINTENANCE 500 JAM KERJA TERHADAP UNIT HYDRAULIC EXCAVATOR PC 200-8M0 Di PT. United Tractors Tbk.

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

OLEH : ADITYA RIZKI INDRAWAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Kajian Biaya Produksi Pemindahan Material Batugamping dari Room of Material ke Crusher di PT Lafarge Cement Indonesia, Lhoknga, Aceh Besar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN PT Nan Riang mempunyai target produksi batubara yang akan di perkecil ukurannya sebesar 25000 ton per bulan. Sedangkan kemampuan produksi yang ada pada saat ini pada site ampelu adalah kurang dari 22000 ton per bulan dengan waktu kerja efektif 207,4 jam per bulan dari waktu kerja yang ada yaitu sebesar 11 jam per hari, yang mana hanya kerja 1 shift dalam sehari. Sasaran produksi yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 25000 ton per bulan belum tercapai, untuk memperoleh produksi yang optimum maka perlu dilakukan penelitian dan penilaian terhadap sistem produksi pada unit peremuk site ampelu. Penelitian ini membahas mengenai kapasitas nyata, kapasitas desain, ukuran produk, dan waktu produksi efektif unit alat peremuk.berdasarkan pengamatan tersebut maka dapat dilakukan perbaikanperbaikan untuk meningkatkan produktifitas unit peremuk. 5.1. Kemampuan Produksi Unit Crushing palnt 5.1.1. Hopper Hopper berfungsi sebagai tempat penampungan sementara, tidak ad kendala di hopper yang menyangkut terhambatnya produksi crushing plan. Perawatan hopper harus sering di perhatikan agar tidak terjadi kerusakan. 72

73 Material yang akan di masukan ke dalam hopper juga harus diperhatikan agar tidak menghambat proses crushing plant. Material yang masuk harus ±800 mm, yang mana kenyataannya banyak material yang melebihi batas tersebut sehingga harus di bantu dengan Excavator untuk menghancurkan material. Hal ini membuat terbuangnya waktu dan menghabat waktu produksi. Disarankan agar material yang masuk kurang dari 800 mm agar produksi lancar dan bisa tercapai. 5.1.2. Feeder Sumber : Pengamatan Lapangan, 2014 Foto 5.1 Hopper Secara teknis hambatan pada feeder tidak ada, karena feeder hanya berfungsi mengatur umpan dari hopper ke jaw crusher. Berarti jika umpan dari hopper lancar maka feeder akan jalan terus, tetapi jika umpan dari hopper berhenti maka feeder akan berhenti pula.

74 5.1.3. Jaw Crusher PT. Nan Riang menggunakan jaw crusher merk Nordberg C Series Jaw Crusher dengan serie C80 dengan kapasitas 135 ton/jam. Ukuran umpan yang dapat masuk ke jaw crusher adalah < 800 mm. Tetapi pada kenyataannya dilapangan umpan yang masuk banyak yang berukuran lebih besar dari 800 mm, hal ini dapat menghambat jaw crusher, sehingga produksi terhenti karena umpan macet dan harus di hancurkan oleh excavator agar bisa masuk jaw crusher dan ini membuat waktu edar excavator berkurang. Oleh karena itu perlu diusahakan agar umpan yang masuk ke mulut jaw crusher berukuran < 800 mm. Perawatan alat jaw crusher ini harus terus di perhatikan agar produksi tidak terhambat. Sebaiknya pengecekan alat dilakukan setelah atau sebelum alat beroperasi. Sumber : Pengamatan Lapangan,2014

75 Foto 5.2 Jaw Crusher 5.4.4. Belt Conveyor Belt conveyor digunakan untuk mengangkut material hasil pengolahan, belt conveyor ini jenis stacker conveyor dengan kapasitas 150 hingga 250 ton perjam. Jumlah keseluruhan belt conveyor yang terdapat di areal crushing plant PT Nan Riang sebanyak 1 buah yang mengarah ke stock pile dengan panjang belt conveyor 20m dan lebar ban 1,2m. Jumlah unit roller yang ada pada belt conveyor ini sebanyak 68 unit yang berfungsi untuk menjalankan ban. Roller ini harus selalu diperhatikan dan harus selalu sering di beri pelumas agar ban berjalan lancar sehingga memperlancar produksi. Pemberian pelumas pada roller berpengaruh pada umur ban dan konsumsi solar yang di butuhkan, karena jika tidak sering di beri pelumas maka tekanan material yang di bebannkan terhadap ban semakin berat dikarenakan roller yang kurang pelumasnya.

76 Sumber : Pengamatan Lapangan, 2014 Foto 5.3 Belt Conveyor 5.1.5 Excavator PC 200 LC Excavator sebagai alat untuk memasukan material ke dalam hopper seringkali telat datang ke tempat peremukan barubara, sehingga ini membuat produksi menurun. Upaya perbaikan dilakukan dengan cara memarkirkan alat di tempat dilakukannya proses pengolahan, agar waktu tidak berkurang sehingga kerja tepat waktu dan akan meningkatkan produksi sehingga produksi yang di inginkan tercapai.

77 Sumber : Pengamatan Lapangan, 2014 Gambar 5.4 PC 200 LC 5.2 Produksi Optimal yang Bisa dicapai Produksi Optimal yang masih bisa dicapai oleh unit crushing plant tergantung pada jam kerja excavator pc 200. Excavator ini berfungsi sebagai alat untuk memasukan material batubara yang berukuran besar ke dalam unit crushing plant dan kemudian pengecilan ukuran pada batubara terjadi pada alat jaw crusher. Produksi optimal yang bisa dicapai adalah sebesar 27.251 ton/bulan dengan mengupayakannya perbaikan waktu agar target produksi tercapai untuk memenuhi permintaan pasar. 5.3 Upaya Perbaikan Terhadap Produksi Crushing Plant 5.3.1 Mengurangi Kehilangan Waktu Produktif Waktu produktif adalah waktu yang digunakan selama proses produksi berlangsung yang dimulai dari awal proses produksi sampai akhir produksi, waktu produksi ini ada yang tetap dan ada yang tidak tetap dan bisa dikurangi.

78 Waktu produksi tetap misalnya; waktu memanaskan alat, pemasangan peralatan, waktu mengisi bahan bakar dan lain lain. Sedangkan waktu produksi tidak tetap adalah waktu yang digunakan untuk kegiatan lainnya pada saat proses produksi berlangsung, misalnya kerusakan alat. Kehilangan waktu produksi ini bisa ditekan sekecil mungkin dengan cara mengurangi kehilangan waktu produksi (mengurangi hambatan yang ada). Upaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi kehilangan waktu produksi (mengurangi waktu hambatan): 1. Memanaskan alat sebaiknya dilakukan sebelum jam kerja dimulai. 2. Pengisian oli dan grease sebaiknya dilakukan sebelum jam pulang kerja. 3. Melumasi bagian bagian yang berputar (roda bearing pada jaw crusher crusher, idler dan pulley pada setiap belt conveyor) dimana usaha usaha ini sebaiknya dilakukan pada waktu produksi berlangsung. 4. Umpan harus selalu siap sehingga tidak terjadi telat pengisian pada hopper. 5. Ukuran umpan yang akan diproses harus dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak meghambat hopper (macet di hopper). 5.3.2 Hambatan Produksi Alat Peremuk Batu Hambatan yang ada pada alat peremuk batu adalah:

79 1. Persiapan Kegiatan persiapan dilakukan dengan cara memanaskan semua peralatan unit peremuk sebelum kegiatan dimulai, berupa pemanasan mesin. Serta lamanya excavator ke lokasi peremukan batubara. 2. Pengisian oli dan grease Pengisian oli dan grease merupakan kegiatan rutin yang dilakukan operator unit peremuk batu sebelum kegiatan dimulai. 3. Perbaikan Alat Dari pengamatan terjadi kehilangan waktu produktif pada unit peremuk batu karena alat mengalami perbaikan. 4. Telat pengisian Excavator sebagai alat pengisi ke hopper kadang mengalami telat pengisian karena batubara nya yang susah di ambil di lokasi tersebut. Dengan bantuan bulldozer mendorong untuk mengumpulkan batu bara ke tumpukan sehinga kerja excavator lebih maksimal. 5. Umpan macet Umpan yang dapat masuk ke receiving opening ke jaw crusher primer berukuran < 800 mm. Tetapi pada kenyataannya banyak umpan yang masuk melebihi ukuran penerimaan jaw crusher primer. 6. Gangguan cuaca

80 Kegiatan dilakukan pada bulan november dan desember 2014. Dari hasil pengamatan hambatan yang diakibatkan karena gangguan cuaca sering terjadi. Yang mana hujan sering bahakan sampai lamanya hari hujan 8 hari. 5.3.3 Penilaian Kesediaan Alat Pada Sistem Peremuk Tujuan dilakukannya penelitian terhadap peralatan pada unit peremuk batubara PT Nan Riang adalah untuk mengetahui kemampuan peralatan pada proses peremukan batubara dan sampai sejauh mana kemampuan tersebut dapat ditingkatkan. Ketersediaan alat dikatakan baik apabila persen kesediaan alat bekisar antara 83 92 %, dikatakan sedang apabila bekisar antara 75 83 %, dikatakan kurang baik apabila bekisar antara 67 75 % dan dikatakan buruk (kecil) apabila kurang dari 67 % (PTM, Partanto, 1995). Berdasarkan perhitungan kesediaan alat pada sistem peremuk (lampiran F) diperoleh persamaan yang memberikan pengertian sebagai berikut : 5.3.3.1 Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability) adalah cara untuk mengetahui kondisi alat yang sesungguhnya dari alat yang sedang digunakan. Kesediaan mekanis pada peremuk umpan, ayakan getar, peremuk kedua, ban berjalan adalah sebesar 74,09 % yang berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk perbaikan karena kerusakan pada alat sebesar 25,91 % dari waktu kerja alat. 5.3.3.2 Kesediaan Fisik (Physical Availability)

81 Kesediaan Fisik (Physical Availability) adalah untuk menunjukan ketersediaan keadaan fisik alat yang sedang digunakan. Kesediaan fisik pada peremuk umpan, ayakan getar, peremuk kedua, ban berjalan adalah sebesar 78,29 %, yang berarti bahwa waktu yang hilang karena berbagai alasan, baik karena kerusakan alat atau hambatan lainnya yaitu sebesar 21,71 % dari waktu kerja yang dijadwalkan. 5.3.3.3 Kesediaan Pemakaian (Use of Availability) Kesediaan Pemakaian (Use of Availability) adalah persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat dapat digunakan. Kesediaan pemakaian pada peremuk, ayakan getar, ban berjalanadalah 79,25 %, sehingga tingkat penggunaan alat pada saat alat tersebut dapat bekerja sedang, atau alat tidak bekerja yang mana seharusnya dapat bekerja adalah sebesar 20,75 % 5.3.3.4 Penggunaan Efektif (Effective Utilization) Penggunaan Efektif (Effective Utilization) adalah untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang bisa dicapai. Penggunaan efektif merupakan cara yang paling efektif untuk menyatakan efesiensi kerja dari alat berdasarkan data-data kerja dari alat yang ada dilapangan, dan alat tersebut dapat digunakan sebesar 62,05 % dari waktu kerja yang ada, atau sebesar 37,95 % dalam keadaan tidak digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi mekanik dan fisik peralatan peremukan dalam kondisi sedang, sedangkan penggunaan efektifnya buruk (kecil). Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa peralatan

82 proses peremukan batubara pada unit peremuk masih dapat ditingkatkan guna mencapai sasaran produksi perusahaan yang diinginkan

83 5.4 Evaluasi Biaya Operasional Aktual Pengolahan Batubara Kegiatan pengolahan pengecilan ukuran batubara di PT Nan Riang menggunakan alat jenis jaw crusher. Yang dimana di tempat pengolahan di bantu dengan alat mekanis Excavator PC 200 LC untuk membantu memasukan material ke dalam hopper. Berdasarkan keadaan aktual yang ada di PT Nan Riang, tentunya kegiatan pengecilan ukuran batubara tersebut mengeluarkan biaya yang besar. Dimana biaya yang dikeluarkan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 4.560.497.801 untuk biaya operasi crushing plant yang termasuk biaya pembelian alat ditahun pertama sebesar Rp 3.700.000.000. Pada kegiatan crushing plan ini dapat dihitung biaya per ton pengecilan batubara sebesar Rp 4.815,04. Pada kegiatan crushing plan ini sering sekali alat dibiarkan hidup tanpa adanya material masuk. Ini jelas pemborosan solar yang bisa menambah ongkos produksi. Oleh karena itu alat harus sering diperhatikan agar tidak ada hambatan dan kegiatan berjalan lancar. Operator juga harus diperhatikan dan keterampilannya dalam menggunakan alat harus ditingkatkan agar produksi berjalan lancar.