ANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULASI ELEMEN HINGGA ANSYS PADA ARMOR A-JACK

Analisis Desain Struktur Integritas Single Point Mooring (SPM) DWT PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Tuban Dengan Metode Elemen Hingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN START. Pengumpulan data. Analisis beban. Standar rencana tahan gempa SNI SNI

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan jaman, kemajuan disegala bidang dapat terlihat dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. baseplate berdasarkan metode AISC- LRFD dan simulasi program ANSYS. Adapun

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga. Ully Muzakir 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

METODOLOGI PENELITIAN

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

RANY RAKITTA DEWI SEMINAR TUGAS AKHIR

DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

TUGAS SARJANA ANALISA PENGARUH GESEKAN PADA KONTAK SLIDING ANTAR SILINDER MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA KONTAK MULTIPLE ASPERITY-TO-ASPERITY MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

ANALISA PELAT DAN BALOK MULTILAYER MENGGUNAKAN TEORI LAMINASI

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA

PERKUATAN SEISMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG MENGGUNAKAN BREISING BAJA TIPE-X TUGAS AKHIR

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Denah Tampak Depan Struktur Dermaga 59 L.2 Denah Tampak Samping Struktur Dermaga 60 L.3 Denah Pembalokan Struktur Dermaga 61

FITRIANY NIM :

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

BAB V ANALISA MODEL Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 1

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tarik yang tinggi namun kuat tekan yang rendah.kedua jenis bahan ini dapat. bekerja sama dengan baik sebagai bahan komposit.

BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIDANG P3 TUGAS AKHIR ALLISSA SUWONDO P

DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN DINDING

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Kestabilan Struktur Embankment Di Daerah Reklamasi (Studi Kasus : Malalayang)

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi dan memudahkan segala aktifitas manusia, karena aktifitas

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

OLEH : NATAN HENRI SOPLANTILA NRP.

ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA PROSTHESIS TOTAL KNEE JOINT REPLACEMENT

OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK

PELAT LANTAI DENGAN METODE ANALISIS DAN HASIL LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISA GEOMETRI NON-LINIER PELAT LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SAP2000 DAN PERCOBAAN PEMBEBANAN. Andri Handoko

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DANNY PUTRA PRATAMA NIM

Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai.

ANALISIS PONDASI JEMBATAN DENGAN PERMODELAN METODA ELEMEN HINGGA DAN BEDA HINGGA

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Transkripsi:

ANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Isriyanda Dwiprawira dan Harman Ajiwibowo, Ph.D Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132 bancek@students.itb.ac.id dan harman@ocean.itb.ac.id Abstrak: Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang sangat panjang. Konsekuensi positif dari garis pantai yang sangat panjang tersebut adalah Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat luas dan potensial untuk dimanfaatkan bagi berbagai hal yang mempunyai nilai ekonomi seperti misalnya dimanfaatkan untuk dibangun sebagai pelabuhan yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa, ataupun dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata, dimana kedua hal tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah dan pada akhirnya dapat berpengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi Negara. Untuk pemanfaatan yang optimal bagi potensi kawasan pesisir tersebut, kebutuhan akan struktur pelindung pantai menjadi suatu keniscayaan, mengingat dari sifat lingkungan pantai yang dinamis. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan struktur pelindung pantai tersebut, A-Jack lahir sebagai inovasi dalam lapisan bangunan pelindung pantai, yang dimiliki dan dipatenkan oleh Posseidon Alliance Ltd. A-Jack adalah sebuah bentuk bangun yang terbuat dari beton dan digunakan sebagai lapisan utama (armour layer) dari bangunan pelindung pantai, mempunyai 6 lengan dan terhubung pada bagian tengah yang ditebalkan. A-Jack mempunyai keunggulan berupa tingginya nilai koefisien kestabilan dalam berbagai kondisi perletakan. Namun demikian, perlu dilakukan studi untuk mengetahui tegangan tarik maksimum yang terjadi pada A-Jack dalam kondisi static, di bawah berbagai kondisi pembebanan, mengingat material pembentuk A-Jack adalah beton yang salah satu sifatnya mempunyai keterbatasan dalam menahan tegangan tarik. Tugas Akhir ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan tersebut. Pada Tugas Akhir ini dimodelkan 5 model A-Jack dengan besaran volume yang sama namun berbeda besaran parameter geometrinya. Kelima A-Jack tersebut dimodelkan dengan menggunakan 4 spesifikasi material, yaitu dengan mennggunakan mutu beton K-225, K-250, K-275, dan K-300. Kelima model A-Jack dengan masing-masing spesifikasi material tersebut kemudian disimulasikan dalam 4 kondisi pembebanan yang menggambarkan keadaan flexure, torsion, serta gabungan antara flexure dan torsion. Pemodelan dan simulasi pembebanan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yang bekerja berdasarkan prinsip metode elemen hingga, yaitu ANSYS 11.0. Output dari tugas akhir ini, berupa tegangan tarik maksimum yang terjadi pada masing-masing A-Jack dengan menggunakan tiap spesifikasi material dalam tiap kondisi pembebanan, serta letak area kritis pada masing-masing A-Jack tersebut. Diharapkan hasil dari studi yang dilakukan ini dapat berguna bagi pengembangan A-Jack ke depannya. Kata kunci: A-Jack, ANSYS, Beton, Metode Elemen Hingga, Tegangan. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara dengan garis pantai yang sangat panjang. Menurut data yang dikutip dari Dewan Kelautan Indonesia pada tahun 2011, garis pantai yang dimiliki Indonesia mencapai 95181 km, dan merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-empat di dunia. Kawasan pesisir yang terletak di sepanjang garis pantai tersebut memiliki potensi ekonomi yang tinggi apabila dikelola dengan baik. Contoh nyata dari potensi kawasan pesisir adalah pengelolaan kawasan pesisir sebagai kawasan pariwisata, pembangunan pelabuhan dan dermaga sebagai prasarana transportasi penunjang arus barang dan jasa. Namun demikian, kawasan pesisir mempunyai potensi kerusakan yang disebabkan oleh hantaman gelombang laut. Untuk melindunginya, digunakan bangunan pelindung pantai seperti 1

breakwater, groin, dan seawall. Bangunan pelindung pantai membutuhkan lapisan pelindung yang akan melindungi sturktur bangunan tersebut dari kerusakan yang disebabkan oleh gayagaya lingkungan, seperti misalnya gaya yang ditimbulkan oleh gelombang. Salah satu bentuk lapisan pelindung hasil inovasi terkini yang bisa digunakan adalah A-Jack. A-Jack adalah lapisan pelindung bangunan pantai yang terbuat dari beton, yang dimiliki dan dipatenkan oleh Posseidon Alliance Ltd. A-Jack terdiri dari 2 buah bangun berbentuk T yang tergabung di tengah membentuk 6 kaki. Pada Tugas Akhir ini, dilakukan analisa kondisi statik pada A-Jack dengan menggunakan perangkat lunak ANSYS 11.0 untuk mendapatkan besarnya tegangan tarik dan tekan maksimum yang terjadi pada A-Jack dalam 4 kondisi pembebanan. METODOLOGI Pekerjaan pemodelan dan simulasi pembebanan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak general finite element method ANSYS 11.0. Pengerjaan Tugas Akhir dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur mengenai A-Jack sebagai objek pemodelan dan ANSYS 11.0 sebagai perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan pemodelan. Setelah itu pemodelan A-Jack dilakukan dengan menggunakan fitur yang terdapat pada A-Jack 11.0 dengan menggunakan spesefikasi material mutu beton K- 225, K-250, K-275, dan K-300. Setelah seluruh model dibuat, mulai ditentukan kondisi pembebanan yang akan diterapkan yang menggambarkan nilai ekstrim dari tegangan tarik yang terjadi pada A-Jack pada kondisi flexure, torsion, serta gabungan antara flexure dan torsion. Kondisi pembebanan yang telah ditetapkan tersebut kemudian diterapkan pada kelima model A- Jack yang telah di-meshing. Sebagai output dari pemodelan dan simulasi pembebanan yang telah diterapkan tersebut adalah besarnya tegangan tarik maksimum yang terjadi disertai dengan letak area kritis dari A-Jack sebagai lokasi dimana besarnya tegangan tarik maksimum terjadi. A-Jack yang dimodelkan dalam pengerjaan tugas akhir ini terdiri atas 5 model geometri square end A-Jack yang mempunyai volume yang sama yaitu 4 m 3. Variabel yang digunakan sebagai parameter pembeda dari masing-masing A-Jack yang dimodelkan berupa besaran waist ratio, yang merupakan perbandingan antara ketebalan kaki A-Jack dan panjang A-Jack secara keseluruhan. Definsi geometri dari A-Jack yang dimodelkan ditampilkan pada Gambar 1. Besarnya setiap variabel yang tercantum pada Gambar 1 dari setiap A-Jack yang dimodelkan ditampilkan pada Tabel 1. Ilustrasi dari A-Jack yang dimodelkan dalam isometric view ditampilkan pada Gambar 2. 2

Gambar 1 Definisi geometri A-Jack. Tabel 1 Geometri A-Jack yang Dimodelkan Model Arm Thickness Fillet Length Overall Length Fillet Ratio Waist Ratio (m) (m) (m) 1 0.693 0.347 0.5 1/4 2.772 2 0.643 0.321 0.5 1/5 3.213 3 0.635 0.318 0.5 1/5.2 3.303 4 0.606 0.303 0.5 1/6 3.633 5 0.589 0.295 0.5 1/6.5 3.833 3

Gambar 2 Ilustrasi bentuk A-Jack dalam isometric view. Dalam pengerjaan tugas akhir ini, A-Jack disimulasikan dengan menggunakan 4 spesifikasi material, yaitu dengan menggunakan mutu beton K-225, mutu beton K-250, mutu beton K-275, dan mutu beton K-300. Variabel-variabel pembeda dari keempat mutu beton tersebut adalah besarnya modulus elastisitas, kuat tekan beton, dan kuat tarik maksimalnya. Adapun variabel yang mempunyai besaran yang sama untuk keempat mutu beton yang digunakan sebagai material model tersebut adalah besaran densitas yaitu sebesar 2350 kg/m 3, dan poisson ratio yaitu sebesar 0.2. Besarnya kuat tekan beton untuk masing-masing mutu beton mengacu pada SNI DT 91-0008- 2007. Besarnya modulus elastisitas (E) untuk setiap mutu beton yang digunakan dicari dengan menggunakan persamaan yang bersumber dari SNI 02 Pasal 10.5.1 seperti yang dicantumkan pada Persamaan 1. Dimana: w = densitas (kg/m 3 ) f c = kuat tekan beton (MPa). (1) 4

Besarnya kuat tarik maksimum beton dihitung dengan menggunakan Persamaan 2 yang bersumber dari http://proyekindonesia.com/tag/beton/. Besarnya keseluruhan variabel dari spesifikasi material yang digunakan dalam pemodelan ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Spesifikasi material yang digunakan dalam pemodelan (2) Mutu Beton Densitas (Kg/m 3 ) Poisson Ratio Kuat Tekan Beton f c (MPa) Modulus Elastisitas E (MPa) Kuat Tarik Maksimum (MPa) K-225 2350 0.2 19.3 21520.33 2.50 K-250 2350 0.2 21.7 22819.18 2.66 K-275 2350 0.2 24.0 23998.05 2.79 K-300 2350 0.2 26.4 25169.36 2.93 Dalam pengerjaan tugas akhir ini, masing-masing A-Jack untuk setiap spesifikasi material tersebut disimulasikan dalam 4 kondisi pembebanan yang merepresentasikan keadaan flexure, torsion, serta flexure dan torsion. Keempat kondisi pembebanan yang dikenakan pada A-Jack tersebut ditampilkan pada Gambar 3 sampai Gambar 6. Front view Isometric View Gambar 3 Kondisi pembebanan pertama (flexure 1). 5

Top view Isometric View Gambar 4 Kondisi pembebanan kedua (flexure 2). Front view Isometric View 4.5 t distributed load pulling 4.5 t distributed load pushing Gambar 5 Kondisi pembebanan ketiga (torsion). 6

Front view Isometric View 4.5 t distributed load pulling 4.5 t distributed load pushing Gambar 6 Kondisi pembebanan keempat (flexure & torsion). Hasil dan Pembahasan Hasil dari pemodelan yang dilakukan dengan menggunakan ANSYS 11.0 berupa besarnya tegangan tarik maksimum yang terjadi beserta dengan gambar kontur tegangan untuk setiap model, untuk mengetahui letak area kritis dari A-Jack (lokasi terjadinya tegangan maksimum). Rekapitulasi besarnya tegangan tarik maksimum yang terjadi pada A-Jack untuk setiap kondisi pembebanan ditampilkan pada Tabel 3 sampai Tabel 6. Tabel 3 Tegangan maksimum yang terjadi pada A-Jack untuk kondisi pembebanan pertama Tegangan Tarik Maksimum (MPa) Mutu Beton K-225 Mutu Beton K-250 Mutu Beton K-275 Mutu Beton K-300 4 2.16 2.05 2.20 1.90 5 3.98 3.91 3.70 3.51 5.2 4.24 4.24 4.65 3.98 6 6.30 6.33 6.37 5.74 6.5 7.79 7.59 8.07 7.22 Tabel 4 Tegangan maksimum yang terjadi pada A-Jack untuk kondisi pembebanan kedua Tegangan Tarik Maksimum (MPa) Mutu Beton K-225 Mutu Beton K-250 Mutu Beton K-275 Mutu Beton K-300 4 3.05 3.05 3.05 3.00 5 4.61 4.62 4.61 4.61 5.2 5.36 5.38 5.29 5.29 6 7.08 7.06 7.08 7.10 6.5 9.20 8.65 8.64 8.84 7

Tegangan (MPa) Tabel 5 Tegangan maksimum yang terjadi pada A-Jack untuk kondisi pembebanan ketiga Tegangan Tarik Maksimum (MPa) Mutu Beton K-225 Mutu Beton K-250 Mutu Beton K-275 Mutu Beton K-300 4 0.98 0.99 0.99 0.97 5 1.65 1.66 1.65 1.63 5.2 1.94 1.92 2.13 2.19 6 2.75 2.65 2.72 2.65 6.5 3.39 3.36 3.39 3.47 Tabel 6 Tegangan maksimum yang terjadi pada A-Jack untuk kondisi pembebanan keempat Tegangan Tarik Maksimum (MPa) Mutu Beton K-225 Mutu Beton K-250 Mutu Beton K-275 Mutu Beton K-300 4 3.10 3.10 3.01 2.93 5 5.77 5.48 5.53 5.64 5.2 6.42 6.54 6.34 6.61 6 8.94 9.00 9.33 9.35 6.5 10.95 10.92 10.97 11.13 Besarnya tegangan tarik maksimum untuk setiap model yang menggunakan material yang sama kemudian diplotkan dalam bentuk grafik terhadap besarnya waist ratio dengan mengikutsertakan besarnya kuat tarik maksimal dari setiap mutu beton yang digunakan yang telah ditampilkan sebelumnya pada Tabel 2. Hasil plot tersebut ditampilkan pada Gambar 7 sampai Gambar 10. 12 10 8 Kondisi Pembebanan Pertama 6 4 Kondisi Pembebanan Kedua Kondisi Pembebanan Ketiga Kondisi Pembebanan Keempat 2 Kuat Tarik Maksimum Mutu Beton K-225 0 4 4.5 5 5.5 6 6.5 Gambar 7 Grafik waist ratio vs tegangan maksimum untuk penggunaan mutu beton K-225. 8

Tegangan (MPa) Tegangan (MPa) 12 10 8 Kondisi Pembebanan Pertama 6 4 Kondisi Pembebanan Kedua Kondisi Pembebanan Ketiga Kondisi Pembebanan Keempat 2 Kuat Tarik Maksimum Mutu Beton K-250 0 4 4.5 5 5.5 6 6.5 Gambar 8 Grafik waist ratio vs tegangan maksimum untuk penggunaan mutu beton K-250. 12 10 8 Kondisi Pembebanan Pertama 6 4 Kondisi Pembebanan Kedua Kondisi Pembebanan Ketiga Kondisi Pembebanan Keempat 2 Kuat Tarik Maksimum Mutu Beton K-275 0 4 4.5 5 5.5 6 6.5 Gambar 9 Grafik waist ratio vs tegangan maksimum untuk penggunaan mutu beton K-275. 9

Tegangan (MPa) 12 10 8 Kondisi Pembebanan Pertama 6 4 Kondisi Pembebanan Kedua Kondisi Pembebanan Ketiga Kondisi Pembebanan Keempat 2 Kuat Tarik Maksimum Mutu Beton K-300 0 4 4.5 5 5.5 6 6.5 Gambar 10 Grafik waist ratio vs tegangan maksimum untuk penggunaan mutu beton K-300. Untuk mengetahui area kritis pada A-Jack yang dimodelkan, yaitu area terjadinya tegangan tarik maksimum pada A-Jack, maka perlu untuk ditampilkan gambar kontur tegangan untuk setiap A-Jack yang dimodelkan. Contoh gambar kontur tegangan untuk A-Jack yang dimodelkan dengan menggunakan spesifikasi mutu beton K-225 untuk kondisi pembebanan pertama, kedua, ketiga dan keempat ditampilkan pada Gambar 11 sampai Gambar 14. 10

Gambar 11 Contoh gambar kontur tegangan untuk kondisi pembebanan pertama. Gambar 12 Contoh gambar kontur tegangan untuk kondisi pembebanan kedua. 11

Gambar 13 Contoh gambar kontur tegangan untuk kondisi pembebanan ketiga. Gambar 14 Contoh gambar kontur tegangan untuk kondisi pembebanan keempat. 12