BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

Bab IV Hasil dan Diskusi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

wanibesak.wordpress.com 1

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

kimia TITRASI ASAM BASA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Agar tujuan tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

BAB III METODE PENELITIAN

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

BAB II. A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process Oriented Guided Inqury Learning) pada Materi Asam Basa dan Larutan Penyangga

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Teori Asam-Basa Arrhenius

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia di beberapa SMA selama ini terlihat kurang menarik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator Sumber Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses Sains. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Dahar (1985) mengatakan bahwa sains mencakup dua hal yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains. Sains sebagai proses meliputi keterampilanketerampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains atau produk sains. Keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan ini disebut keterampilan-keterampilan proses sains, sedangkan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan itu disebut sikap ilmiah. Menurut Dahar (1985) keterampilan proses terdiri atas tujuh keterampilan yang dibina dan dikembangkan dalam proses belajar mengajar yaitu: mengamati, menggolongkan atau mengklasifikasi, menafsirkan atau interpretasi, meramalkan atau memprediksi, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan. Setiap keterampilan-keterampilan tersebut terbina melalui beberapa sub keterampilan. Adapun sub keterampilan proses dalam keterampilan proses sains dijabarkan lebih jelas pada Tabel 2.1. Keterampilan atau sub keterampilan yang dijabarkan tidak berurutan secara hierarkis, karena keterampilan proses bukanlah langkah-langkah, 8

9 tetapi merupakan sejumlah keterampilan yang perlu dibina dan dikembangkan. Tiap keterampilan tersebut dibina dan dikembangkan menurut kadar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan taraf berpikir siswa pada jenjang sekolah yang bersangkutan. Tabel 2.1. Keterampilan Proses dan Sub Keterampilan Proses Dalam KPS Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses Mengamati - Melihat - Mendengar - Merasa/kulit, meraba - Membaui - Mencicipi, mengecap - Menyimak - Mengukur - Membaca Menggolongkan (mengklasifikasi) - Mencari persamaan, menyamakan - Mencari perbedaan, membedakan - Membandingkan - Mengkontraskan - Mencari dasar penggolongan Menafsirkan (interpretasi) - Menaksir - Memberi arti, mengartikan - Mempromosikan - Mencari hubungan ruang/waktu - Menemukan pola - Menarik kesimpulan - Menggeneralisasi Menerapkan - Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi baru atau situasi lain) - Menghitung - Menentukan variabel - Mengendalikan variabel - Menghubungkan konsep - Merumuskan pertanyaan penelitian - Menyusun hipotesis - Membuat model

10 Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses Merencanakan penelitian - Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian - Menentukan variabel-variabel - Menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan yang berubah - Menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis - Menentukan cara dan langkah kerja - Menentukan bagaimana mengolah hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan Mengkomunikasikan - Berdiskusi - Mendeklamasikan - Mendramakan - Bertanya - Merenungkan - Mengarang - Meragakan - Mendiskusikan hasil percobaan - Menggambarkan data dengan grafik, tabel, dan lain-lain. - Mengungkapkan/melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisn, gambar, gerak atau penampilan). Berdasarkan Tabel 2.1 di atas ditunjukkan bahwa salah satu keterampilan proses sains yang perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar adalah keterampilan mengkomunikasikan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Istilah komunikasi berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama yaitu sama

11 makna. Artinya di dalam komunikasi harus ada kesamaan makna mengenai hal yang dipercakapkan/dikomunikasikan agar proses komunikasi dapat berlangsung. Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses berkomunikasi karena pada proses tersebut ada kegiatan belajar yang dilakukan siswa dan ada kegiatan mengajar yang dilakukan guru, keduanya berlangsung bersamaan sehingga terjadi interaksi komunikasi antara siswa dengan guru. Dalam berkomuniksi diperlukan adanya komponen-komponen komunikasi. Menurut Effendy (2004) komponen-komponen tersebut diataranya: a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan b. Pesan, yaitu isi komunikasi c. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan d. Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan agar tersampaikan e. Efek, yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan. Pada proses pembelajaran yang biasa menjadi komunikator adalah guru sedangkan siswa berperan sebagai komunikan. Akan tetapi, agar pembelajaran berlangsung aktif maka siswa maupun guru dituntut untuk menjadi komunikator dan komunikan sekaligus. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran tersebut bersifat dua arah atau bahkan multiarah sehingga komunikasi tersebut merupakan komunikasi yang efektif. Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa, karena komunikasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah tapi juga dalam seluruh kegiatan manusia. Menurut Semiawan et al

12 (1990) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil percobaan baik secara lisan maupun tulisan, keterampilan menyampaikan dan menjelaskan gagasan/hasil penemuannya kepada orang lain yang mencakup kemampuan membuat grafik, diagram, bagan, tabel, gambar, karangan dan laporan, juga dapat mendiskusikannya. Adapun Menurut Widodo (dalam Nurhayati, 2001) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan menyampaikan informasi kepada masyarakat, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang di sekitarnya, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang diinginkannya (Scheidel dalam Mulyana, 2007). Terkait proses belajar mengajar di sekolah, guru dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa salah satunya dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, Rustaman et al (2003) mengemukakan bahwa berkomunikasi juga dapat dilakukan melalui tulisan, gambar, (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi, presentasi). Oleh karena itu guru hendaknya merencanakan agar dalam kegiatan belajar mengajarnya terdapat kesempatan untuk mengembangkan hal-hal tersebut.

13 B. Jenis Keterampilan Berkomunikasi Setiap jenis keterampilan proses sains mempunyai indikator dan ruang lingkup masing-masing, begitu pun dengan keterampilan berkomunikasi. Menurut Dahar (1985), seperti yang telah disebutkan sebelumnya, indikator keterampilan berkomunikasi siswa diantaranya yaitu siswa dapat bertanya, mendeklamasikan, berdikusi, mengarang, melaporkan hasil percobaan secara sistematis dan jelas, dapat menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan serta dapat menggambarkan hasil pengamatan dalam bentuk grafik, tabel atau diagram. Sejalan dengan itu, menurut Semiawan et al (1990) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan yang dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram dan grafik. Berdasarkan hal tersebut di atas, keterampilan berkomunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu keterampilan berkomunikasi secara lisan dan keterampilan berkomunikasi secara tulisan. Keterampilan berkomunikasi secara lisan meliputi keterampilan bertanya, mendeklamasikan, serta berdiskusi, menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan, sedangkan keterampilan berkomunikasi secara tulisan meliputi kemampuan menyusun laporan, mengarang dan membuat gambar, tabel, diagram maupun grafik. Jenis keterampilan berkomunikasi yang akan diuaraikan selanjutnya adalah keterampilan berkomunikasi melalui lisan yang meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan dan keterampilan mendiskusikan hasil percobaan, dan keterampilan

14 berkomunikasi melalui tulisan yang meliputi keterampilan membuat tabel, keterampilan membuat diagram dan keterampilan menyusun laporan. 1. Keterampilan Berkomunikasi Melalui Lisan a. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar, diperlukan adanya komunikasi yang efektif, yakni komunikasi yang berjalan tidak hanya satu arah yaitu hanya guru yang menyampaikan pengetahuan, melainkan komunikasi dua arah dan multi arah yang melibatkan serta mengikutsertakan seluruh siswa dalam memperoleh pengetahuan. Keterlibatan siswa dalam suatu proses pembelajaran dapat ditunjukkan dari sikap responsif siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sikap responsif tersebut salah satunya berupa pengajuan pertanyaan yang dilakukan siswa. Keterampilan dalam mengajukan pertanyaan merupakan hal yang penting dan perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Jika seorang siswa bertanya, artinya siswa tersebut sedang berpikir atau memikirkan sesuatu. Menurut Arifin et al (2003), bertanya merupakan indikator berpikir seseorang. Dengan demikian, untuk mencapai bentuk belajar yang memungkinkan siswa aktif dalam berpikir, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Pertanyaan yang diajukan seorang siswa kepada guru atau siswa kepada siswa lain memiliki beberapa fungsi, diantaranya melatih keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, melatih siswa untuk menyusun kata-kata, menumbuhkan

15 semangat demokrasi di kelas, menimbulkan minat dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memacu untuk diskusi, dan membuat suasana kelas lebih komunikatif dan dinamis. b. Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan Bentuk lain respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar selain mengajukan pertanyaan adalah menyampaikan pendapat. Penyampaian pendapat siswa salah satunya biasa dilakukan saat bediskusi. Menurut Mulyasa (2005) diskusi merupakan proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pengertian diskusi yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Melalui diskusi dalam pembelajaran, memungkinkan peserta didik untuk Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah, Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajran, Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi, Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang bertanggung jawab. Dalam suatu pembelajaran dengan metode praktikum, kegiatan diskusi salah satuya dapat berlangsung setelah praktikum dilakukan, tujuannya antara lain untuk membahas hasil praktikum/percobaan yang telah dilakukan dan merumuskan kesimpulan. Oleh karena itu siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan

16 informasi, gagasan dan fakta yang diperolehnya dari kegiatan praktikum yang telah dilakukannya sehingga dengan mendiskusikan hasil percobaan, keterampilan berkomunikasi siswa dapat dikembangkan. 2. Keterampilan Berkomunikasi Melalui Tulisan a. Keterampilan Membuat Tabel Tabel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Sejalan dengan itu, Mulyadiana (2000) menyebutkan bahwa tabel dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menampilkan sejumlah data yang saling berkaitan dalam bentuk kolom dan baris. Pembuatan tabel bertujuan untuk mengorganisasikan sejumlah informasi dengan cara yang lebih efisien dan praktis sehingga memudahkan pembaca untuk memperoleh informasi. Menurut Locatis dan Atkinson (dalam Mulyadiana, 2000) tabel digunakan untuk membagi dan membandingkan data dengan membuat daftar variabel-variabel sepanjang horizontal dan vertikal, soal dan simbol atau angka-angka berada dalam bentuk baris dan kolom. Tabel yang fungsional menurut Koentjaraningrat (1997) dapat dibuat dengan terlebih dahulu (1) merumuskan tujuan dari tabel serta sifat-sifat dari data yang hendak dikemukakan di dalamnya, (2) memperhatikan efisiensi dari tabel dengan pengisian hanya dengan satu tema pokok di dalamnya. Menurut Koentjaraningrat

17 pada penyusunan tabel ada beberapa unsur tabel yang harus diperhatikan. Unsurunsur tersebut yaitu judul tabel, kolom, baris, judul kolom, anak kolom dan anak baris. Anak kolom dan anak baris ditujukan untuk lebih merinci data yang terdapat pada kolom atau baris. Sementara itu, Nawawi (1993) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa langkah dalam penyusunan atau pembuatan tabel dari suatu teks atau kumpulan-kumpulan data percobaan yaitu : 1. Membuat baris dan kolom sesuai dengan macam dan jumlah variabel 2. Setiap kolom secara vertikal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan di bawah kalimat yang menyatakan maksud kolom tersebut. 3. Setiap baris secara horizontal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan ke bawah kalimat yang menyatakan maksud baris tersebut. 4. Klasifikasi data dinyatakan dengan kalimat singkat dalam bentuk simbol-simbol. 5. Memberi judul tabel. Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk membuat tabel yang fungsional, perlu diperhatikan unsur- unsur yang terdapat dalam tabel diantaranya judul tabel, kerangka tabel, serta variabel data. Judul tabel yang biasaya diletakkan di atas tabel, ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui gambaran data dan maksud pembuatan tabel. Koentjaraningrat (1997) menyebutkan bahwa judul tabel harus merumuskan secara singkat, padat, tetapi jelas, pokok yang terkandung dalam tabel itu. Dalam pembuatan kerangka tabel perlu dilakukan terlebih dahulu pengelompokkan data-data yang termasuk ke dalam satu tema pokok sehingga tabel

18 menjadi efisien. Penulisan variabel data bertujuan untuk memberi keterangan tentang jumlah kesatuan data yang terdapat dalam baris dan kolom (Masyitoh, 2008). b. Keterampilan Membuat Diagram Diagram atau bagan merupakan salah satu media komunikasi grafis yang sering digunakan tidak hanya dalam dunia ilmiah, tetapi juga dalam dunia pendidikan. Menurut Koentjaraningrat (1997), diagram atau bagan termasuk alat komunikasi visual yang secara langsung berbicara kepada komunikannya secara visual, singkat dan jelas. Menurutnya, penyampaian suatu data dalam bentuk bagan biasanya akan lebih efektif dan menarik perhatian dibandingkan dalam bentuk penjelasan tertulis ataupun dalam deretan angka. Ilmu psikologi menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih cepat mempelajari dan lebih mengingat sesuatu, bila bahannya disajikan secara visual yang singkat dan jelas. Hal yang paling utama dan perlu diperhatikan dalam pembuatan diagram adalah mengenai berita atau pesan yang akan disampaikan melalui bagan itu. Adapun bentuk dan warna tidak diutamakan apalagi jika bentuk dan warna bagan tersebut akan mengurangi efektifitas pemberitaan bagan. Inti berita dari suatu bagan dapat dilihat dari judul bagan tersebut. Oleh karena itu, suatu bagan perlu memiliki judul yang singkat tetapi merangkum pokok berita, karena sebuah bagan yang efektif, seharusnya dapat menyampaikan berita tertentu secara lengkap tanpa penjelasan tambahan.

19 c. Keterampilan menyusun Laporan Kemampuan menyusun laporan praktikum merupakan kemampuan penting yang perlu dikembangkan melalui kegiatan laboratorium. Alasannya ialah pertama, kegiatan menyusun laporan kegiatan laboratorium dapat menjadi wahana bagi siswa untuk belajar mengarang. Kedua, kemampuan membuat laporan yang baik seyogyanya dimiliki pelajar kimia sebab kegiatan mandiri bagi para pakar kimia perlu dilaporkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, agar hasil penelitian mandirinya itu diketahui dan dibahas lebih lanjut oleh orang lain, sampai akhirnya menjadi informasi penting bagi pengembangan ilmu kimia. Ketiga, kemampuan menyusun laporan termasuk keterampilan proses berkomunikasi, salah satu keterampilan proses yang perlu dikembangkan pada diri siswa (Firman, 2000). Terdapat beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan. Aspek aspek ini yang kemudian akan dinilai dari suatu laporan. Di sekolah, pada umumnya laporan dinilai dari aspek isi, susunan, dan penggunaan bahasa. Aspek isi mencakup kesesuaian teori dengan masalah yang diselidiki, kebenaran teori yang disajikan, kelengkapan data observasi, kebenaran cara melakukan perhitungan, dan ketepatan merumuskan kesimpulan. Aspek susunan materi laporan meliputi kerapihan tulisan, kelogisan sistematika laporan, kejelasan penyajian data melalui tabel dan grafik, kesesuaian tata cara penulisan daftar pustaka dengan aturan, dan sebagainya. Aspek penggunaan bahasa, mencakup pemakaian ejaaan, kelugasan gaya bahasa, kejelasan bahasa dan lainnya.

20 C. Metode Praktikum Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah, 2000). Kegiatan praktikum merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar kimia. Menurut Firman (2000), selain karena ilmu kimia sebagai experimental science, kegiatan praktikum dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses, membangkitkan minat belajar, serta memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori. Sejalan dengan Firman, Woolnough & Allsop (dalam Rustaman, 2003), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Dengan kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur sedrhana atau canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan, dan menginterpretasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis. Di dalam kegiatan praktikum, siswa bagaikan seorang saintis yang sedang melakukan eksperimen. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Pentingnya kegiatan praktikum juga dikemukakan oleh

21 Kirschner (dalam Masyitoh, 2008). Kirschner mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum sebagai berikut: a. Praktikum dapat berfungsi untuk mengembangkan keterampilan khusus b. Praktikum merupakan sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis c. Praktikum dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses penemuan atau pembuktian teori dalam suatu praktikum akan menyebabkan pengetahuan yang diperolehnya bertahan lebih lama. Penggunaan metode praktikum dalam suatu pembelajaran memberikan beberapa keuntungan. Arifin et al (2003) mengemukakan keuntungan penggunaan metode praktikum sebagai berikut: 1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa 2. Siswa dapat mengamati proses 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah 5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien Menurut Rustaman et al (2003) selain memberikan keuntungan, metode praktikum juga memiliki kekurangan yaitu menuntut berbagai peralatan yang terkadang tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu, meskipun praktikum memiliki peran, kedudukan, serta fungsi yang sangat penting, tetapi metode praktikum masih jarang digunakan

22 dalam pembelajaran kimia. Selain itu, alasan jarang digunakannya praktikum dalam pembelajaran kimia adalah karena sulitnya bahan, lamanya waktu praktikum dan dibutuhkannya biaya yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu pengembangan prosedur praktikum berbasis material lokal yang dibuat sedemikian rupa sehingga praktikum ini mudah dilakukan, menggunakan alat dan bahan yang mudah diperoleh, murah, dapat dilakukan dimana saja, baik di sekolah maupun di luar sekolah dan tentunya aman dalam pelaksanaannya. D. Tinjauan Materi Titrasi Asam Basa Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai dengan penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut dengan larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi. Berdasarkan pengertian titrasi di atas, titrasi asam-basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat pentitrasi suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat pentitrasi suatu larutan asam. Reaksi yang terjadi dalam suatu titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan. Ion-ion H 3 O + /H + dengan jumlah mol tertentu dalam larutan asam akan dinetralkan oleh ion-ion OH - dengan jumlah mol yang sama dari suatu larutan basa. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

23 H 3 O + (aq) + OH - (aq) 2H 2 O (l) Ketika sejumlah mol asam tepat bereaksi dengan sejumlah mol basa atau mol ekivalen asam sama dengan mol ekivalen basa, ini dinamakan titik ekivalen reaksi. Pada kenyataannya titik ekivalen tidak dapat diamati, sedangkan yang dapat diamati adalah titik akhir titrasi yaitu keadaan saat indikator menunjukkan perubahan warna. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator yang sesuai, yang dapat mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Dalam proses titrasi asam basa terjadi perubahan ph selama penambahan asam atau basa ke dalam titrat. ph suatu larutan asam perlahan-lahan akan naik ketika larutan tersebut ditetesi dengan larutan basa. Sebaliknya, ph suatu larutan basa akan turun ketika larutan tersebut ditetesi dengan larutan asam. Perubahan ph selama penambahan asam atau basa ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva titrasi. Bentuk kurva titrasi bergantung pada kekuatan asam (Ka) dan kekuatan basa (Kb) yang direaksikan. Ada empat jenis titrasi berdasarkan kekuatan asam dan basa yaitu titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi basa lemah dengan asam kuat, serta titrasi asam lemah dengan basa lemah. Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah penentuan kadar asam klorida selaku asam kuat menggunakan natrium hidroksida selaku basa kuat.

24 Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat, baik asam maupun basa akan terionisasi sempurna. Kurva titrasi yang dibentuk oleh titrasi asam kuat dengan basa kuat ditunjukkan pada Gambar 2.1. Titik ekivalen Volume NaOH yang ditambahkan (ml) Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam kuat-basa Kuat Pada Gambar 2.1 ditunjukkan bahwa pada awalnya kenaikan perubahan ph sangat lamban, tapi ketika mendekati titik ekivalen perubahannya sangat drastis. Hal ini disebabkan karena pada awal titrasi, terdapat sejumlah besar H + dalam larutan, dan penambahan sejumlah OH - menghasilkan perubahan kecil dalam ph. Namun demikian, mendekati titik ekivalen konsentrasi H + relatif sedikit, sehingga penambahan sejumlah kecil OH - menghasilkan perubahan sangat besar terhadap ph. Berbeda dengan titrasi asam kuat dengan basa kuat, pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, perhitungan kurva ph untuk titrasi asam lemah dengan basa kuat melibatkan penyangga dan hidrolisis. Contoh titrasi asam lemah oleh basa kuat, adalah penentuan kadar asam asetat selaku asam lemah menggunakan NaOH atau

25 dikenal juga sebagai soda api selaku basa kuat. Adapun bentuk persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: CH 3 COOH (aq) + NaOH(aq) CH 3 COONa(aq) + H 2 O(l) Kurva titrasi yang dibentuk oleh titrasi asam lemah dengan basa kuat ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Kurva Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa kurva pada titrasi asam lemah dengan basa kuat berbeda dengan kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat (Gambar 2.1). Di sekitar awal titrasi asam lemah, ph meningkat relatif cepat tetapi mereda seiring dengan terbentuknya larutan penyangga yang mengandung asam asetat dan natrium asetat. Setelah melewati titik ekivalen (ketika terjadi kelebihan natrium hidroksida) kurva sama seperti pada bagian akhir gambar HCl-NaOH. Berbeda dengan kurva titrasi untuk asam kuat yang menunjukkan ph 7 pada titik ekivalen, pada kurva

26 titrasi asam lemah ph pada titik ekivalen lebih besar dari 7. Hal ini disebabkan oleh kebasaan dari basa konjugat asam lemah. Dalam suatu proses titrasi, ketika titik ekivalen terjadi jumlah mol asam yang bereaksi sama dengan jumlah mol basa. Dari proses titrasi asam asetat dengan basa NaOH, akan diketahui berapa banyak volume basa NaOH yang habis terpakai hingga titik akhir titrasi tercapai. Dengan mengetahui volum NaOH rata-rata hasil percobaan maka konsentrasi asam asetat dapat ditentukan.