BAB V PROBLEMATIKA DESA JUMPUTREJO. Jumputrejo karena para petani terjebak dengan adanya seorang tengkulak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB VII SEBUAH CATATAN REFLEKSI. sejuk, dan udara yang selalu berhembus, alamnya pun dikelilingi oleh pepohonan

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PELAKSANAAN PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM PELAKSANAAN IBADAH SHOLAT 5 WAKTU

BAB III PRAKTEK PENGADAAN AIR SALURAN IRIGASI PERTANIAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB III PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Efektifitas Remaja Masjid Al-Istiqomah Dalam Pembinaan Kehidupan. 1. Kegiatan Remaja Masjid Yang Mengarah Pada Kehidupan Beragama

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERWAKAFAN DI DESA SUKANEGARA PONTANG-SERANG

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIBOJONG

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Tepus berada di sebelah selatan

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB VI STRATEGI PENGORGANISASIAN KOMUNITAS PETERNAK. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

Hasil analisis dari 6 pranata sosial yang ada di desa Haurwangi:

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI REMAJA MASJID OLEH: QURAISY ABDURRAHMAN C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB I PENDAHULUAN. Kembang dari Desa Nglegi. Hasil surveinya adalah sebagai berikut: Sebelah Selatan : Desa Bandung, Kecamatan Playen

BAB II KONDISI OBJEKTIF KELURAHAN GELAM DAN MAJLIS TA LIM MIFTAHUL JANNAH

DINAMIKA KKN DESA MANGGIS TAHUN 2017

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di ruang lingkup RT 33, RT 34, RT 35, dan RT 36 serta RW 09. 1) Luas Wilayah : Hektar

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB III PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB III PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. dibantu oleh staffnya atau perangkat desa. yang menimbulkan suatu kebudayaan atau adat kebiasaan.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Komplek Dharma Praja Banjarmasin adalah salah satu daerah terdiri dari

BAB III PRATEK JUAL BELI POHON MANGGA DENGAN SISTEM TEBASAN DI DESA KEDONDONG KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. wawancara, curah pendapat, serta mengacu buku profil desa dan profil Dusun

BAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah 1. Pedesaan/ Desa Ngoro-Oro a. Data Geografis b. Data Demografi

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II PROFIL WILAYAH

BAB III SYARAT MENGHAFAL ALQURAN DAN GAMBARAN METODE MENGHAFAL ALQURAN YANG DIGUNAKAN OLEH KH. AHMAD NUR SYAMSI BAGI MASYARAKAT

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI. seluas 1487,5 ha/m2. Dan jumlah penduduk Desa Indrapuri adalah 3955

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PROPOSAL PROGRAM BINA ANAK MUSLIM PEDALAMAN. Pembinaan Spiritual Kreatifitas dan Assertifitas Anak-Anak Muslim Pedalaman

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

PENANAMAN KARAKTER RELIGIUS DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus pada Remaja Masjid di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah Dusun Bunder (Padukuhan III), secara geografis merupakan bagian

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok ini menyatukan perempuan-perempuan menjadi satu organisasi dari

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

AGENDA MENARIK SATU BULAN KKN REGULER UNIT XI.B.1 KEMASAN KARANGTENGAH, IMOGIRI, BANTUL

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GADAI SAWAH DI DESA SANDINGROWO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. Desa Banguncipto yang dibatasi oleh : 1) Sebelah Utara Desa Wijimulyo

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BERKEMBANGNYA ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo

BAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan.

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu

BAB IV POTRET KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT. dari pusat Kecamatan Parengan. Desa Mojomalang ini berbatasan dengan Desa Sendangrejo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

Transkripsi:

BAB V PROBLEMATIKA DESA JUMPUTREJO A. Ekonomi menengah kebawah Belum ada terobosan baru untuk seorang petani yang ada di desa Jumputrejo karena para petani terjebak dengan adanya seorang tengkulak. Mau tidak mau para petani menjual hasil panen dengan harga yang sangat murah di bawah rata-rata. Contohnya seperti jagung perkilo hanya dibeli dengan harga Rp. 15.000,-. Namun demikian warga Desa Jumputrejo sudah merasa cukup dengan keadaan ekonominya dan tidak berusaha untuk menjualnya langsung ketempat selain tengkulak. Selain hasil dari bertani, warga Desa Jumputrejo memiliki ternak kambing yang dijadikan sebagai tabungan untuk sekolah anak mereka, yang tujuannya sewaktu jika dibutuhkan bisa dijual untuk menambah biaya sekolah. Di zaman era globalisasi ini untuk mendapatkan pekerjaan yang di rasa layak masih jauh dari harapan,untuk itu perlu di butuhkan pemikiran kreatif dalam mengembangkan suatu usaha yang bisa mencukupi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan harus mempunyai keterampilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup, dengan adanya keinginan manusia yang berusaha memotifasi dirinya sendiri agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak, salah satunya dengan menjual koran di pinggir jalan. 37

38 Hal tersebut mendorong masyarakat pinggiran untuk mempunyai kreatifitas yang tinggi,meskipun mereka tidak menempuh pendidikan yang layak. bukan berarti jika tidak berpendidikan itu tidak punya keterampilan, justru sebaliknya semakin pesatnya perkembangan, kebanyakan masyarakat yang berpendidikan itu hanya menggantungkan pendidikanya saja dan kurang ada keterampilan. Keadaan yang seperti sekarang ini, diharapkan masyarakat pinggiran bisa mempunyai keterampilan dan menempuh pendidikan yang layak, salah satu faktor agar bisa menempuh pendidikan adalah kemauan untuk belajar, dan tidak ada alasan tidak punya biaya, karena di zaman sekarang banyak pendidikan gratis. di samping berpendidikan juga mempunyai keterampilan yaitu dengan berjualan Koran di pinggir jalan,lampu merah. selain jualan Koran di pinggir jalan juga nyambi dengan tambal ban. agar masyarakat pinggiran itu bisa maju dan mengembangkan usahanya dengan lebih baik. sehingga bisa meningkatkan taraf hidupnya. 1. Kerentanan Sosial Keadaan sosial yang ada di Desa Jumputrejo tidak harmonis dan ada kesenjangan sosial. Banyak perbedaan dari setiap warga dalam dunia perpolitikan namun hal itu menjadi masalah dalam bersosialisasi dalam menjalankan rukun bertetangga. Pemuda desa juga lebih banyak memilih untuk mengadu nasib dikota. Keramahan warga kurang menjunjung rasa gotong-royong menjadikan keadaan warga desa jadi tidak harmonis.

39 Memang setiap orang mempunyai watak yang berbeda-beda ada yang mudah terpengaruh ke pergaulan yang tidak baik, selain itu juga membuat masyarakat resah karena suka menggantungkan orang lain, contohnya seperti bermain judi, minum-minuman keras, itu kalau tidak dengan orang yang biasanya di ajak bergaul itu tidak mau, akhirnya orang yang mau sedikit demi sedikit untuk mengurangi perbuatan yang tidak baik itu tidak jadi dilakukan karena ada yang mempengaruhi untuk berbuat segala sesuatu yang tidak baik. Perbuatan seperti itu akhirnya menjadi kebiasaan masyarakat jumputrejo, karena tidak ada yang mau sadar bahwa perbuatan yang di lakukannya itu tidak baik dan meresahkan masyarakat, toh kalau misalnya dari sekian banyak remaja yang nakal ada satu orang yang mau menyadari perbuatanya, sedikit demi sedikit untuk berhanti minumminuman keras, bermain judi pasti ada teman lain yang mengajak, kalau misalnya yang di ajak tidak mau pasti berusaha untuk mempengaruhinya. Para pemuda Desa Jumputrejo ini dapat menimbulkan dampak negative bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan di sekitar. Dampak yang ditimbulkan antara lain dapat berupa gangguan konsentrasi dan penurunan daya ingat bagi pemakai, sedangkan dampak sosialnya dapat menimbulkan kerusuhan di lingkungan keluarga yang menyebabkan hubungan pemakai dengan orangtua menjadi renggang, serta menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan seperti pencurian atau penodongan.

40 Khususnya di Desa Jumputrejo ini para pemuda memiliki perubahan sosial dimana sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu, namun sekarang perubahan tersebut berlangsung dengan cara yang lebih cepat dan pengaruhnya sangat luas menyebar dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Hal ini karena adanya penemuan baru dibidang teknologi terutama media komunikasi modern yang mempermudahkan masyarakat semakin cepat untuk mendapatkan akses informasi di luar wilayah sekitar. Perubahan sosial di desa ini karena perubahan unsur dalam mempertahankan keseimbangan masyarakat antara lain perubahan unsur geografis ( kondisi fisik wilayah ), biologis ( keadaan penduduk ) dan ekonomis. Pada dasarnya watak seorang remaja kurang bisa terkontrol, karena pada fase tersebut, semangat seorang remaja sangat tinggi. Dan keingintahuan yang cukup tinggi pula, begitu juga dengan setelah mengenal minuman yang memabukkan. Mereka cukup antusias ingin mencoba minuman tersebut. Yang mulanya hanya ingin mencoba hingga sampai ketagihan, dan menjadi kebiasaan sehari-hari. B. Mendongkrak Masalah Menggali Solusi Setiap individu yang berada dalam sebuah komunitas masyarakat pasti memiliki pikiran, visi, misi yang berbeda. Semua perbedaan yang ada bisa diakibatkan oleh kepentingan-kepentingan yang berbeda pula dari setiap individu. Adanya pandangan dan sudutpandang yang berbeda itu, dapat melahirkan suatu dinamika masyarakat yang tidak dapat dipungkiri lagi.

41 Segala jenis perbedaan yang ada dalam masyarakat merupakan hal yang wajar terjadi.akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya hal itu tidak seharusnya di biarkan begitu saja. Karena apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diselesaikan akan menimbulkan maslah-masalah baru yang berkelanjutan. Dalam menyikapi masalah-maslah tersebut, masyarakat Dusun Beciro cenderung pasrah dengan keadaan dan kondisi yang ada. Selain itu, mereka cenderung hidup mengikuti kebiasaan dan adat yang di wariskan oleh nenek moyang mereka. Sedangkan keinginan untuk berinovasi dan melangkah lebih jauh kedepan masih terbilang rendah. Sehingga hal itu bisa berpengaruh terhadap kualitas kehidupan masyarakat Dusun Beciro itu sendiri. Berikut beberapa permasalahan yang selama ini di rasakan oleh masyarakat dusun Beciro. C. Solusi Potensi Alam Sebagai Tumpuan Kekuatan Ekonomi Melihat potensi alam Desa Beciro yang sangat melimpah, tidak heran lagi bahwa masyarakat Desa Beciro mayoritas bermata pencaharian Petani/pekebun. Dalam perkebunan misalnya, seperti padi, meskipun dalam setiap tahun dapat di panen sekali, namun nilai harga jualnya cukup tinggi. Selain padi, ada juga jagung juga memiliki harga jual yang cukup tinggi. kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi dari hasil kebun tersebut

42. Gambar.3.1. Padi, merupakan salah satu sumber ekonomi masyarakat Dusun Beciro Selain itu, kebutuhan ekonomi masyarakat dapat terbantu dengan adanya pekerjaan sampingan yang dapat di kerjakan di rumah, seperti halnya, untuk ibu-ibu ada yang membuat usaha rumahan seperti membuka warung kopi, warung kelontong maupun galangan, selain warung ada juga yang membuat produksi kripik, seperti halnya apa yang ada di Dusun Beciro. Gambar 3.2. Usaha Rumahan Produksi kripik kripik pisang masyarakat Dusun Beciro

43 Selain itu, ada juga yang menjual gorengan dan lain-lain.selain dari kebun dan usaha rumahan, sebagian dari mereka juga punya usaha sampingan ternak kambing sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan sebelum panen dan kebutuhan yang tidak diduga. Gambar.3.3 peternakan kambing: sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan tak terduga Dan hal itu, sering menjadi andalan dari para warga. Untuk kedepan masyarakat Dusun Beciro mengharapkan terciptanya kelompok ternak yang dapat mengembangkan usaha ternak yang masih di jadikan sebagai usaha sampingan menjadi usaha pokok yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dan kekuatan ekonomi keluarga yang lebih baik dapat terwujud. 13 13 Hasil wawancara dengan bapak Rokhim

44 D. Sosial Masyarakat Yang Harmonis Dalam kehidupan sosial, warga masyarakat Desa Jumput rejo terbilang harmonis. Terlihat dari adanya kekompakan semua warga dalam menjalankan kegiatan yang selalu dijalankan bersama-sama. Seperti saat kerja bakti bersama setiap hari minggu pagi, selain itu warga masyarakat Desa Jumputrejo selalu mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, seperti agenda tahlilan ibu-ibu, dan remaja (KARTAR).Semua agenda tersebut berjalan sesuai jadwal yang ada. Sedangkan dalam bidang sosial politik, warga masyarakat Desa Jumputrejo memiliki beberapa tokoh politik, seperti dari partai PDI, GOLKAR, Meskipun demikian, perbedaan tersebut tidak menjadi celah perpecahan antar para warga. Kehidupan warga selalu berjalan beriringan. Ketika ada permasalahan yang bersangkutan dengan kepentingan warga setempat, bapak Yastro selaku Ketua RT 02 selalu memanfaatkan adanya kelompok yasinan yang ada sebagai media utama. Beliau mengajak para anggota kelompok yasinan untuk memusyawarahkan permasalahan yang tengah terjadi, kemudian hasil musyawarah menjadi satu tumpuan yang harus di terima oleh semua masyarakat. Sehingga semua dapat dikondisikan dengan baik. E. Kehidupan Beragama Dan Paradigma Masyarakat Agama Islam adalah agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Desa Jumputrejo dan hanya sebagian dari mereka yang beragama Kristen

45 kira-kira 15 KK. Dan di Desa Jumputrejo ada banyak masjid, ada masjid NU ada MUHAMADIYAH dan 1 gereja. Meskipun di Desa Jumputrejo terdapat perbedaan agama, namun masyarakatnya bisa saling menghormati dan toleran. Mereka bisa saling membaur dan tolong menolong dalam urusan kemasyarakatan. Dalam kegiatan keagamaan islam, masyarakat telah mengadakan agenda rutin seperti,pengajian rutin. Pengajian rutin, merupakan salah satu agenda yang dimaksudkan untuk tujuan, menyambung tali silaturahmi warga, sekaligus wadah untuk mengkaji ilmu agama. Pengajian ini antara lain, adalah pengajian ibu-ibu. Pengajian ibu-ibu ini beranggotakan kurang lebih 20 orang. Yang terdiri dari ibu-ibu dari RT, 2, dan 3. Jadwal pengajian rutin ini dilakukan setiap malam jum at, setelah sholat isya. Pengajian ini, tidak hanya berisikan bacaan yasin, akan tetapi juga di isi dengan arisan dan tausiah dari tokoh agama, seperti pada gambara di bawah ini. Gambar 3.4.kegiatan yasinan: aktifitas rutinan ibu-ibu warga dusun Beciro.

46 Untuk para bapak, kegiatan yasinan sudah tidak ada. Dahulu sudah pernah terbentuk, akan tetapi karena kesibukan di siang hari menjadikan kemalasan dari para bapak untuk aktifitas yasinan ini. Sedangkan untuk para remaja atau KARTAR agenda yasinan dilakukan setiap malam minggu. Untuk struktur keanggotaan, kelompok yasinan ini di ketuai oleh Bapak Bajuri selaku Pembina KARTAR, anggota dari kelompok ini kurang lebih 25 orang. Dalam segi pendidikan nonformal agama seperti TPQ, di Desa Jumputrejo bisa dibilang cukup, karena di sebabkan oleh beberapa kendala. Pertama, kendala jarak yang jauh dengan tempat mengaji dengan rumah para santri. Dengan tata wilayah desa yang di kelilingi oleh semak belukar, persawahan, dan tumbuhan-tumbuhan yang berada disisi kanan kiri jalan menjadikan yang berjauhan dari 1 rumah kerumah yang lain dengan tempat mengaji, menjadikan anak-anak desa setempat memilih tidak mengaji. Selain karena jarak yang jauh, kendala yang kedua adalah, mininya SDM atau tenaga pengajar yang bersedia mengajar. Untuk masalah ini, pada tahun lalu telah diadakan pengkaderan guru-guru TPQ. Akan tetapi selang beberapa bulan tindak lanjut dari pengkaderan pun tidak ada. Dari pemaparan ustadz Budiono selaku kepala TPQ Baitul makmur, hal ini disebabkan karena kesibukan dari para guru TPQ yang mayoritas bekerja sebagai petani, yang kesehariannya masih selalu disibukkan dengan kegiatan di ladang dan di kebun. Selain karena kendala kurangnya tenaga pengajar, kendala lainnya, yaitu tidak adanya honor yang dapat menyokong kegiatan pengajaran di TPQ

47 untuk para ustadz dan ustadzah. Sehingga kadang kala, pengajaran TPQ diliburkan karena ada kepentingan lain yang harus di kerjakan oleh ustadz yang bersangkutan, dan juga karena tidak ada yang dapat menggantikan. Sebagai guru TPQ, sebenarnya bapak Budiono menginginkan untuk full mengajar di TPQ Baitul makmur, akan tetapi karena beliau juga diminta untuk mengajar di TPQ desa sebelah, maka jadwal mengajar di Dusun Beciro ini hanya 3 hari itupun hanya dengan materi yang sama yaitu sekedar membaca Iqro dan Al-Qur an saja, untuk materi penunjang belum begitu dikembangkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, pengajaran TPQ di Desa Jumputrejo, khusunya Dusun Beciro masih kurang. Akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi di dusun lainnya, seperti di dusun Gaswangi, yang daerahnya cukup jauh aksesnya. Meskipun terhitung ada 13 TPQ di Desa Jumputrejo ini akan tetapi yang terbilang masih eksis hanya ada 7 TPQ. Sedangkan untuk tempat peribadahan, seperti masjid Di Desa Jumputrejo terdapat kurang lebih 8 masjid. Yaitu tersebar di Dusun Keling, Gaswangi, dan Beciro. Masjid-masjid ini hanya terlihat rame saat sholat maghrib dan isya, untuk selain waktu-waktu itu masjid terlihat lengang karena pada waktu siang warga sama sibuk di ladang ataupun dikebun dan pekerjaan lainnya. Adapun kegiatan yang biasa dilakukan di masjid hanya sebatas, sholat jum at, peringatan maulid nabi, slametan, dan shalat trawih saat bulan ramadhan. Dari bapak Herin, selaku tokoh agama, beliau menuturkan, kadang kala ada kajian kitab akan tetapi itu tidak berjalan

48 dengan teratur itu dilakukan bila beliau ikut sholat jama ah dimasjid, karena jarak antara rumah beliau dan masjid terbilang jauh dan selain itu beliau sering sholat di mushola yang dekat dengan rumah beliau. Dari gambaran singkat ini, dapat kita ketahui bahwa permasalahan dalam keagamaan lebih disebabkan kurangnya antusias warga akan pentingnya pelaksanaan kewajiban beragama. Sehingga kedepannya, diharapkan adanya pengembangan fungsi kelompok-kelompok yasinan menjadi tumpuan menjalarnya aktifitas keagamaan yang belum berjalan di desa Jumputrejo. F. Dinamika Permasalahan Masyarakat Gambar:1 Diagram alur dinamika permasalahan masyarakat Dusun Beciro EKONOMI PAS-PASAN SOSIAL PENDIDIKAN AGAMA KURANG Melihat diagram diatas, bisa di jelaskan bahwa karena adanya kendala di bidang ekonomi, menyebabkan pendidikan Desa Jumputrejo rendah. Karena terhambat di dalam pembiayaan meskipun sudah ada BOS, namun keperluan sekolah tidak serta merta gratis juga akan tetapi sebaliknya entah

49 untuk pembayaran buku, uang gedung dan lain sebagainya. Jadi, Berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat baik dalam sektor pendidikan, sosial, agama dan ekonomi diatas tadi pastilah, semua memiliki kaitan yang tidak terpisahkan. Didukung dengan adanya paradigma masyarakat yang masih terkungkung dengan pemikiran tradisional yaitu, fokus untuk menyelesaikan tugas pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, dan kebutuhan rohani mereka pun sering terabaikan. Sehingga tidak jarang tempat ibadah hanya ramai pada saat-saat tertentu. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat bagi masyarakat untuk tetap fokus dengan pekerjaan mereka. Sehingga ketika melihat permasalahan dalam sektor perekonomian yang berawal dari kurangnya akses perhubungan yang terjangkau hal itu juga berimbas pada sektor pendidikan yang tidak lain mengacu pada tingkat keluasan pengetahuan masyarakat akan banyak alternatif yang dapat ditempuh untuk menunjang perekonomian keluarga. Melalui beberapa kali FGD bersama para warga, akhirnya tercetus suatu harapan yang ingin untuk segera di capai, yaitu pengembangan ekonomi masyarakat melalui usaha di sektor peternakan. Melihat latar belakang Desa, yang merupakan desa yang berada pada tanah subur makmur. Mudahnya berbagai tanaman tumbuh di tanah subur ini, tidak dapat dipungkiri, untuk pakan ternak sangat mudah didapatkan. Akan tetapi masyarakat belum bisa optimal memanfaatkan kelebihan-kelebihan tersebut, karena paradigma masyarakat yang masih tradisional menyebabkan peternakan hanya menjadi sampingan saja. Akhirnya, tim bersama para warga mempunyai kesepakatan

50 untuk membuat kelompok ternak, dengan tujuan agar mudah mencapai tujuan bersama. Dengan adanya kelompok ternak, akan lebih memudahkan para peternak dalam mengembangkan usahanya. Misalnya dalam mengembangkan pengetahuan tentang cara perawatan kambing yang baik, pakan kambing yang sehat dan menguntungkan. Semua itu dapat di peroleh dengan adanya kerjasama antara para peternak dan dinas peternakan di kota setempat.