PEMANFAATAN AMPAS TAHU DAN LIMBAH JAMUR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK MEMENUHI UNSUR NITROGEN (N)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

DWI SETYO ASTUTI A

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

PEMANFATAAN AMPAS TAHU DALAM PENGOMPOSAN LIMBAH JAMUR

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR NPK DALAM KOMPOS ORGANIK LIMBAH JAMUR DENGAN AKTIVATOR AMPAS TAHU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

Nur Rahmah Fithriyah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

PEMANFAATAN KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L. ) DENGAN PENAMBAHAN DAUN BAMBU (EMB) DAN EM-4 SEBAGAI PUPUK CAIR NASKAH PUBLIKASI

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan manusia terhadap tanah telah ditegaskan Allah SWT. dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

S U N A R D I A

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

III. METODE PENELITIAN

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE. Materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

III. BAHAN DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Transkripsi:

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DAN LIMBAH JAMUR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK MEMENUHI UNSUR NITROGEN (N) Dita Farhana Pemerhati Pendidikan Biologi E-mail: ditafarhana@ymail.com ABSTRAK: Salah satu unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu nitrogen. Nitrogen merupakan bagian dari protein, bagian penting konstituen dari protoplasma, enzim, agen katalis biologis yang mempercepat proses kehidupan. Nitrogen juga hadir sebagai bagian dari nukleoprotein, asam amino, amina, asam gula, polipeptida dan senyawa organik dalam tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemanfaatan ampas tahu dalam pembuatan kompos organik limbah jamur untuk memenuhi unsur nitrogen (N). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen, yaitu jenis penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi yang ada. Analisis data yang digunakan, yaitu perhitungan secara manual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompos kontrol dengan kompos perlakuan hasil analisa nitrogennya tidak jauh beda,kompos kontrol memiliki hasil antara 1.29%, 1.64%, dan 1.74%. dan yang tertinggi adalah sampel bawah. Sedangkan kompos perlakuan 10:50 hasilnya antara 1.13%, 0.92%, dan 0.98% hasil yang tertinggi terdapat pada sampel atas, kompos perlakuan 30:50 hasilnya antara 1.09%, 1.24%, dan 1.17% hasil yang tertinggi terdapat pada sampel tengah, dan kompos perlakuan 50:50 memiliki hasil antara 0.74%, 0.72%, dan 0.41% hasil tertinggi terdapat pada sampel tengah. Dapat disimpulkan bahwa, tidak ada pengaruh ampas tahu dalam pembuatan kompos organik limbah jamur, kecuali dengan perlakuan 30:50. Kata kunci: Unsur Nitrogen, Kompos Organik Limbah Jamur, Ampas Tahu. PENDAHULUAN Pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam bidang agro pertanian. Pupuk terbagi menjadi pupuk kimia dan pupuk organik. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik alami yang banyak dikenal petani. Kompos adalah bahanbahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antar mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya (Riyo, 2006). Pupuk organik memiliki keunggulan dari segi pemenuhan bahan bakunya, biaya produksi, dan kandungan senyawa organiknya. Pemanfaatan pupuk organik lebih menguntungkan petani karena kesuburan tanah dan hasil tanamannya akan lebih terjaga dari pencemaran bahan kimia akibat penggunaan pupuk kimia seperti urea. Meningkatnya pemakaian pupuk kimia justru akan mengganggu keseimbangan mikroorganisme tanah, menurunnya sifat fisik dan kimia tanah serta pencemaran lingkungan. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik adalah 51

limbah tahu, baik limbah padat maupun cair. Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas, dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Pada proses pengolahan tahu akan dihasilkan limbah berupa ampas tahu yang apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan bau tidak sedap (Ridayanti, dkk, 2011). Ampas tahu berkadar air tinggi dan dapat menjadi sarang bakteri, jika dibuang ditempat lembab dan berair disertai bau khas yang mengandung komponen NH 3, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan berpengaruh negatif pada kelestarian lingkungan hidup. Bila dilihat dari nilai gizi, ampas tahu masih mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dan kandungan seratnya juga cukup tinggi (Erma, 2010). Baglog jamur merupakan salah satu limbah yang berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan di sekitar kita. Salah satu cara memanfaatkan limbah tersebut yaitu dengan cara mengomposkannya dan dijadikan sebagai pupuk organik yang dapat bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Menurut Riyo (2006), Pengomposan merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap limbah padat organik dalam kondisi aerobik (terdapat oksigen) atau anaerobik (tanpa oksigen). Bahan organik akan diubah hingga menyerupai tanah. Kompos yang terbentuk secara alami dari sampah organik yang terurai oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup ditanah, enzim dan jamur, proses terurainya memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara, dan kelembapan. Waktu pembetukan kompos rata-rata dalam 4-6 minggu sudah jadi. Suhu optimal untuk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65 0 C. Selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, sehingga akan menghemat pengeluaran pembelian pupuk organik. Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA, dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman sehingga perlu diberikan pupuk alami yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak. Industri pupuk yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin meningkat. Karena itu, perlu dicari pupuk nitrogen alternatif dan rekayasa gen hijau, kelihatannya dapat memberikan harapan untuk memenuhi kebutuhan pupuk di masa yang akan datang (Oetami, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah Pemanfaatan Ampas Tahu dan Limbah Jamur dalam Pembuatan Kompos Organik dapat Memenuhi Unsur Nitrogen (N). METODE Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 26 maret sampai dengan tanggal 1 April tahun 2013 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat yang digunakan seperti Block digestor, Neraca analitik, Labu ukur 50 ml, Labu ukur 100 ml, Labu ukur 500 ml, Labu ukur 1000 ml, Rak tabung reaksi, Buret, Unit destilator/pemanas listrik, Botol Corong plastic, Botolplastik 52

bertutup, Pipet volume 20 ml, Tabung reaksi 30 ml, Oven pengering Tabung reaksi 20 ml, Eksikator, Kertas saring Whatman, Aquades, Pipet 10 ml dan Pipet volume 50 ml. Sedangkan bahan yang digunakan seperti, Kompos organik limbah jamur (12 kg untuk 12 sampel), Larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) 0,05 N (1,5 gr), Asam borat 97 % (3 cc), Larutkan 10,00 g asam borat dalam 100 ml air bebas ion, Indikator conway, Timbang 0,15 g Bramo-Cresol Green (BCG) + 0,1 g MM dalam 100 ml etanol 96%, Selenium 3 cc, NaOH 40 % dan Larutkan 40,00 g NaOH dalam labu ukur 100 ml, impitkan hingga tanda tera dengan air bebas ion. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu jenis penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisiyang ada (Arikunto, 2010). Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahteknik observasi dan teknik dokumentasi. Rancangan percobaan (Experimental Design) merupakan pola ataucara penerapan tindakan-tindakan (perlakuan dan nonperlakuan) dalam suatu percobaan pada kondisi/ lingkungan tertentu yang kemudian menjadi dasar penataan dan metode analisis statistik terhadap data hasilnya (Hanafiah, 2010). Percobaan ini menggunakan ampas tahu dan limbah jamur dengan perbandingan yang berbeda-beda.percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri dari satu kontrol dan 3 macam perlakuan. Perbandingan pada masing-masing perlakuan yaitu: 1:5, 3:5, dan 5:5. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 4. Tahap persiapan Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos organik limbah jamur. 5. Tahap Pembuatan d. Mengambil limbah jamur e. Mencampur limbah jamur dan ampas tahu dengan perbandingan 1:5, 3:5, dan 5:5, kemudian ditaburkan dedak (1 kg) dan kapur sirih (0,25 kg). f. Menumpuk limbah tersebut dan disiram dengan air gula, kemudian ditutup dengan terpal dan dibiarkan selama ± 1 bulan. 6. Tahap pengamatan Menganalisis unsur hara nitrogen (N)dalam pembuatan kompos organik denganpemanfaatan ampas tahu dan limbah jamursebagai pengganti EM4. EM4 dalam pembuatan kompos organik digantikan dengan ampas tahu. Penelitian ini untuk menganalisis unsur nitrogen (N) dalam kompos organik dengan pemanfatan ampas tahu dan limbah jamur. Data yang diperoleh diuji atau analisis secara Statistik denganperhitungan secara manual. HASIL Dari penelitian yang telah dilaksanakan mengenai pemanfaatan ampas tahu dalam pembuatan kompos organik limbah jamur untuk memenuhi unsur nitrogen (N) dengan 1 kontrol dan tiga perlakuan (1:3:5) dapat dilihat datanya sebagai berikut: 1. Kompos kontrol Pembuatan kompos kontrol menggunakan alat dan bahan yang sama dengan kompos perlakuan, yang membedakan yakni penggunaan bahan yang mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas pupuk yaitu EM4. 53

Pengambilan sampel dilakukan pada kompos kontrol atas, tengah, dan bawah. Setelah dilakukan uji laboratorium kandungan unsur hara nitrogen (N) didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 1 Kompos Kontrol 1. Lapisan Atas 1,29% 2. Lapisan Tengah 1,64% 3. Lapisan Bawah 1,74% Tabel 1 menunjukkan bahwa adanya perbedaan jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) pada kompos kontrol atas (1,29%), tengah (1,64%), dan bawah (1,74%). Pembalikkan kompos dilakukan seminggu sekali selama sebulan dengan memperhatikan suhu kompos tersebut. 1. Kompos perlakuan 1:5 Pembuatan kompos perlakuan pertama menggunakan alat dan bahan yang sama dengan kompos kontrol, yang membedakan yakni penggunaan bahan yang mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas pupuk yaitu ampas tahu sebagai pengganti EM4. Setelah dilakukan uji laboratorium kandungan unsur hara nitogen (N) didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 2 Kompos Perlakuan 1:5 1. Lapisan Atas 1,13% 2. Lapisan Tengah 0,92% 3. Lapisan Bawah 0,98% Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) pada kompos perlakuan atas (1,13%), tengah (0,92%), dan bawah (0,98%). 2. Kompos perlakuan 3:5 Pembuatan kompos perlakuan kedua menggunakan alat dan bahan yang sama dengan kompos perlakuan pertama yaitu penggunaan ampas tahu sebagai penggani EM4. Pengambilan sampel dilakukan pada kompos perlakuan atas, tengah, dan bawah. Setelah dilakukan uji laboratorium kandungan unsur hara nitogen (N) didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 3 Kompos Perlakuan 3:5 1. Lapisan Atas 1,09% 2. Lapisan Tengah 1,24% 3. Lapisan Bawah 1,17% Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) pada kompos perlakuan atas (1,09%), tengah (1,24%), dan bawah (1,17%). 3. Kompos perlakuan 5:5 Pembuatan kompos perlakuan ketiga menggunakan alat dan bahan yang sama dengan kompos perlakuan pertama dan kedua yaitu penggunaan ampas tahu sebagai pengganti EM4. Pengambilan sampel di lakukan pada kompos 54

perlakuan atas, tengah, dan bawah. Setelah di lakukan uji laboratorium kandungan unsur hara nitogen (N) didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4 Kompos Perlakuan 5:5 1. Lapisan Atas 0,74% 2. Lapisan Tengah 0,72% 3. Lapisan Bawah 0,41% Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) pada kompos perlakuan atas (0,74%), tengah (0,72%), dan bawah (0,41%). PEMBAHASAN Setiap tanaman membutuhkan nutrisi (makanan) untuk kelangsungan hidupnya. Tanah yang baik mempunyai unsur hara yang dapat mencukupi kebutuhan tanaman. Unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalsium (K). Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, karena mempercepat proses kehidupan. Adapun fungsi daripada unsur nitrogen pada tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein dalam tanah, meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak,meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman. Ampas tahu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ampas tahu dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu. Ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik alami yang banyak dikenal oleh petani. Kompos adalah bahanbahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antar mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya (Riyo, 2006). Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur, meskipun ketersediaannya dalam jumlah sedikit. Pupuk organik biasanya ditandai dengan adanya nitrogen dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, memudahkan perumbuhan akar tanaman, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Berdasarkan definisi tersebut maka peneliti mengambil parameter dengan memanfaatkan ampas tahu dan limbah jamur dalam pembuatan kompos organik untuk mengetahui jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) dengan perbandingan kontrol dan perlakuan. Kompos kontrol menggunakan EM4, sedangkan kompos perlakuan menggunakan ampas tahu dengan perbandingan 1:5, 3:5, dan 5:5 untuk 3 perlakuan. Kompos kontrol dan perlakuan ditambahkan limbah jamur masingmasing 50 kg. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur nitrogen (N) dalam kompos organik limbah jamur 55

dengan pemanfaatan ampas tahu di Laboratorium BPTP NTB terdapat hasil analisis unsur nitrogen (N) tidak jauh berbeda antara kompos kontrol dengan kompos perlakuan 1:5, 3:5, dan 5:5. Kompos kontrol atas jumlah kandungan nitrogenya sebesar 1,29 %, bagian tengah 1,64%, dan untuk kontrol bagian bawah sebesar 1,74%. Dari ketiga kompos kontrol dapat dilihat bahwa kompos kontrol bawah memiliki kandungan nitrogen (N) paling tinggi, dan kandungan nitrogen (N) terendah terdapat pada kompos kontrol atas. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor seperti suhu, kadar air, ukuran partikel, dan lama pengomposan. Pada kompos perlakuan 1:5 jumlah kandungan nitrogen (N) bagian atas sebesar 1,13 %, bagian tengah 0,92%, dan bagian bawah 0,98%, perlakuan kompos 3:5 jumlah kandungan nitrogen (N) bagian atas sebesar 1,09%, bagian tengah 1,24%, dan bagian bawah 1,17%, dan untuk perlakuan komops 5:5 jumlah kandungan nitrogen (N) bagian atas sebesar 0,74%, bagian tengah 0,72%, dan bagian bawah 0,41%. Dari ketiga perlakuan tersebut, yang memiliki kandungan nitrogen (N) paling tinggi adalah pada kompos perlakuan 3:5 dengan jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) rata-rata 3,5%. Perbedaan jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) dari ketiga perlakuan disebabkan oleh perbedaan jumlah ampas tahu yang diberikan pada setiap perlakuan yaitu 1:3:5. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui kandungan nitrogen (N) paling tinggi terdapat pada kompos kontrol dibandingkan dengan kompos perlakuan. Hal tersebut karena kompos kontrol menggunakan EM4 yang merupakan cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis yang di dalamya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan atau persediaan unsur hara, sehingga EM4 tersebut mampu mengolah atau menguraikan bahanbahan organik dengan cepat secara fermentasi menjadi kompos dibandingkan ampas tahu yang merupakan limbah organik. Pada kompos kontrol yang menggunakan EM4 dengan kompos perlakuan yang menggunakan ampas tahu memiliki sedikit perbedaan (non signifikan). Perbedaan tersebut tampak pada nilai rata-rata baik pada kompos kontrol dan perlakuan. Pada kompos kontrol menunjukkan jumlah kandungan rata-rata unsur hara nitrogen (N) adalah 4,67%, sedangkan pada kompos perlakuan 1:5, 3:5, dan 5:5 menunjukkan jumlah kandungan rata-rata unsur hara nitrogen (N) adalah 3,03%, 3,5%, dan 1,87%. Sehingga dapat dikatakan bahwa, tidak ada pengaruh ampas tahu sebagai pengganti EM4 dalam pembuatan kompos organik limbah jamur, kecuali pada perlakuan 3:5 dengan hasil rata-rata 3,5% pada sampel tengah yaitu 1,24%, sedangkan untuk kompos kontrolnya mengahasilkan kadar nitrogen (N) tertinggi pada sampel bawah yaitu1,74%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dan peraturan pemerintah tentang syarat mutu kompos dari sampah organik domestik menurut SNI 19-7030-2004 bahwa kompos organik pemanfaatan ampas tahu dengan limbah jamur untuk memenuhi unsur nitrogen (N) sudah dapat digunakan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan ampas tahu sebagai pengganti EM4 untuk meningkatkan unsur hara nitrogen (N) 56

tidak memberikan hasil yang signifikan untuk jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N), dimana jumlah unsur hara nitrogen (N) pada kompos kontrol yaitu 4,67%, sedangkan jumlah unsur hara nitrogen (N) pada kompos perlakuan yaitu 3,03%, 3,5%, dan 1,87% sehingga rata-rata jumlah kandungan unsur hara nitrogen (N) untuk kompos perlakuan 2,8%. Maka hasil dari penelitian ini nantinya di manfaatkan sebagai kompos untuk tanaman musiman untuk meningkatkan hasil pertanian dan sebagai bahan ajar mata kuliah biologi terapan bahwa ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai pengganti EM4 dalam pembuatan kompos organik dengan perbandingan 3:5. SARAN 1. Melakukan penelitian dengan perbandingan 3:5 untuk menghemat penggunaan EM4. 2. Melakukan penelitian dengan memperpanjang waktu pengomposan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Citra. Erma H. 2010. Ekperimen Pembuatan Sugar Pastry dengan Substitusi Tepung Ampas Tahu. Semarang: Universitas Muhammadiyah. Hanafiah.K.A 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Oetami Dwi H. 2012. Mikrobiologi Pertanian.Yogyakarta:Graha Ilmu. Ridayanti, dkk. 2011. Pembuatan Abon Ampas tahu sebagai upaya pemanfaatan Limbah industri Pangan. Bogor: Universitas Djuanda. Riyo. 2006. Pupuk Kompos. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. 57