BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

Perkembangan Industri Kreatif

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua.

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

Industri Kreatif Jawa Barat

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah ketika diberlakukannya Kawasan Perdagangan Bebas

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif sering dikemukakan oleh berbagai pakar ekonomi sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi informasi. Walaupun masih belum lama secara luas populer di Indonesia, industri kreatif sering dinyatakan sebagai industri masa depan yang sangat prospektif. Kota merupakan wahana bagi para penduduknya untuk beraktifitas, berinovasi dan berkreasi. Untuk menciptakan kota yang penuh dengan inovasi dan kreasi diperlukan kota yang memiliki iklim kondusif bagi terciptanya kreasi dan daya inovasi dan dapat menarik talenta-talenta yang penuh ide-ide kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri atau bagi orang lain, meningkatkan pendapatan dan kemakmuran, menciptakan pasar bagi usaha lain dan membangun kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Penciptaan kota kreatif akan menjamin berkelanjutannya industri kreatif, talenta kreatif sebagai elemen utama dari industri kreatif akan tertarik untuk menempati kota yang dapat mengakomodir kebutuhannya berkreasi, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan secara psikologis. Industri kreatif merupakan hal baru bagi masyarakat di Indonesia. Industri kreatif ini tidak terbatas pada satu jenis produk tertentu, ruang lingkupnya sangat luas dan beragam. Industri kreatif ini juga dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian negara-negara yang mengembangkannya. Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya 1

kepemilikan intelektual seperti seni, film, desain fesyen, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Industri kreatif ini bersumber dari ide, seni dan teknologi yang dikelola untuk menciptakan kemakmuran. Sedangkan ekonomi yang bersumber pada kegiatan ekonomi dan industri kreatif dinamakan ekonomi kreatif. Kunci dari pertumbuhan ekonomi saat ini adalah kemampuan untuk mengerahkan dan memanfaatkan teknologi dan talenta yang dimiliki (Florida, 2003). Selain dua T diatas (teknologi dan talenta), Dr. Florida mengusulkan toleransi sebagai T yang ketiga dalam teori perkembangan ekonominya. Toleransi berarti keterbukaan terhadap talenta, kreativitas, dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan bersamaan dalam hal gender, usia, ras, etnis, orientasi seks dan jenis keluarga. Negara sudah memberikan perhatian terhadap pengembangan industri kreatif ini. Susilo Bambang Yudhoyono melihat potensi yang besar pada industri kreatif untuk dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Ia juga menghimbau kepada masyarakat Indonesia untuk dapat bersama-sama mengembangkan ekonomi kreatif dengan memadukan ide, seni dan teknologi. Mengembangkan keunggulan produk ekonomi yang berbasiskan seni budaya dan kerajinan, mengembangkan ekonomi warisan dan ekonomi kepariwisataan yang berbasis keindahan alam. Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia bangkit dan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan ekonomi kreatif dengan berorientasi pada kreativitas, kekayaan, dan warisan budaya serta lingkungan. 2

Kota sebagai basis daya saing dalam bidang industri seperti yang dikemukakan oleh Richard Florida (2002), bahwa daya saing wilayah dipengaruhi oleh daya tarik wilayah tersebut dan juga pengaruh dari campur tangan pemerintah lokal. Sedangkan menurut Porter, daya saing suatu wilayah seperti kota atau provinsi sangat bergantung pada kapasitas masyarakatnya untuk berinovasi dan melakukan pembaharuan terus menerus, dan untuk ini sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting. Suatu wilayah mencapai keunggulan daya saing melalui tindakan inovasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan suatu rancangan produk baru dan berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu tanpa perencanaan, industri kreatif tidak dapat bertahan karena talenta akan pergi dan dapat terjadi eksploitasi yang tidak adil terhadap penemu kreativitas, seperti seniman, artis, dan lain-lain. Untuk mengembangkan industri kreatif, Pemerintah Indonesia membuat beberapa langkah terobosan. Salah satunya adalah dengan membangun kota kreatif. Menurut Barkin Pusat, kota kreatif adalah kawasan yang mampu mengembangkan kreatifitas, pengetahuan, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi yang menentukan arah pengembangan kota sekaligus meneguhkan citra kota dengan kunci talenta, teknologi dan toleransi. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah bergulir sejak awal Januari 2015, Kota Medan diharapkan mampu mengambil potensi dan peran dalam mengembangkan industri kreatif yang dikemukakan oleh Murtopo selaku pengajar Polimedia Negeri Kreatif Medan. Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dengan keanekaragaman suku dan budaya dapat 3

menjadi potensi tersendiri untuk mengembangkan industri kreatif, terlebih jika melihat kondisi kekinian Kota Medan yang juga terkenal karena kulinernya. Salah satu aspek terpenting dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia adalah penciptaan wirausahawan kreatif, karena para wirausahawan inilah yang akan berperan penting dalam pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi nasional ke arah industri kreatif merupakan bagian dari optimisme aspirasi untuk mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) demi mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Di dalamnya terdapat pemikiran-pemikiran, cita-cita, imajinasi dan mimpi untuk menjadi masyarakat dengan kualitas hidup yang tinggi, sejahtera dan kreatif. Melihat perkembangan kreatif yang semakin marak digulirkan di berbagai wilayah disertai dengan semakin antusiasnya berbagai kota dan daerah untuk menjadi kota kreatif turut mengindikasikan bahwa industri kreatif telah mengambil peran dalam aktifitas perekonomian nasional. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2009) mengungkapkan di Indonesia, peran Industri Kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata-rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8%. Sementara pada tahun 2013 indikator kenaikan ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar 10,9% dibanding tahun 2012. Indikator Ketenagakerjaan juga mengalami 4

peningkatan sebesar 0,62% pada tahun 2013 demikian pula dengan jumlah usaha yang mengalami kenaikan sebesar 0,41%. Tabel 1.1 Statistik Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2005 2013 No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 2012* 2013* 1. Berbasis PDB 1.1 Nilai Tambah Berlaku Miliar Rp 214.540,85 256,848,12 297.557,26 360.663,46 578.760,6 641.815,4 1.2 Nilai Tambah Konstan Miliar Rp 135.394,13 142.091,32 147.906,98 151.581,42 - - 2. Berbasis Ketenagakerjaan 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Orang 7.360.032,1 7.006.392,0 7.396.912,73 7.686.409,8 11.799.56 11.872.42 2.2 Produktivitas Ribu Rp/TK 63.605,92 65.458,35 65.043,51 64.918,88 - - 3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 3.1 Jumlah Perusahaan Perusahaan 2.734.076,0 2.576.235,4 2.813.959,21 3.001.635,1 5.398.17 5.420.165 4 Berbasis Perdagangan Internasional 4.1 Nilai Ekspor Miliar Rp 76.462,03 84.840,18 95.208,61 114.924,97-118.968.0 4.2 Nilai Impor Miliar Rp 6.915,06 6.045,16 8.077,49 10.441,82 - - 4.3 Nilai Trade Miliar Rp 69.546,98 78.795,02 87,131,11 104.483,15 - - Sumber: Departemen Perdagangan 2009 dan Indonesia Kreatif 2013 Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya dengan luas daerah sekitar 265,10 km 2 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, disebelah utara, selatan, barat dan timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, kondisi perekonomian Kota Medan digambarkan melalui struktur ekonomi yang terbentuk dari masing-masing nilai tambah yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi yang ada. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebesar 7,78 persen tahun 2008, sebesar 6.89 persen, 5

tahun 2009 sebesar 6,55 persen, tahun 2010 sebesar 7,16 persen dan tahun 2011 sebesar 7,69 persen. Dibanyak bidang Kota Medan telah lama dikenal memiliki potensi yang sangat luar biasa, terutama dari segi pariwisata dan industri yang berkaitan dengan ide atau gagasan. Hal tersebut ditandai dengan mulai banyaknya bermunculan gagasan unik dan baru dari masyarakat Kota Medan dalam menghasilkan terobosan baru kegiatan ekonomi. Tabel 1.2 Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja Industri Besar Sedang, Kecil di Kota Medan Tahun 2008-2010 No Klasifikasi Industri Perusahaan Tenaga Kerja 2008 2009 2010 2008 2009 2010 1. Industri 193 166 133 37.514 25.731 33.497 Besar sedang 2. Industri 211 401 96 766 2.479 1.181 Kecil Total 404 567 229 38.280 28.210 34.678 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Berdasarkan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, kondisi industri yang ada di Kota Medan, digolongkan menjadi dua bagian utama, yaitu Industri Besar Sedang dan Industri Kecil. Pada tahun 2008 total banyaknya perusahaan industri yang ada di Kota Medan sebesar 404 unit usaha, yang kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2009 mengalami peningkatan hingga 567 unit usaha. Namun lain halnya pada tahun 2010 banyaknya perusahaan industri mengalami penurunan yang cukup besar hingga menjadi 229 unit usaha. Tidak jauh berbeda halnya dengan kondisi perusahaan industri di Kota Medan, kondisi tenaga kerja terhadap masing-masing industri juga mengalami fluktuasi dari 6

tahun 2008-2010. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja yang berada pada semua sektor industri sebanyak 38.280 tenaga kerja yang selanjutnya pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga menjadi 28.210 total tenaga kerja, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi perubahan, di mana terjadi kenaikan tenaga kerja atas penyerapan industri keseluruhan sebanyak 34.678. Selain daripada itu Kota Medan juga dikenal sebagai jalur pelayaran Selat Malaka, memiliki posisi strategis dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan yang dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah suku Jawa, dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo) dan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Dengan kondisi tersebut, maka pengembangan industri kreatif perlu dijadikan sebagai sebuah acuan mengingat saat ini dunia industri telah berada pada era ekonomi gelombang keempat, untuk itu sangat diperlukan perumusan strategi pengembangan dan kebijakan yang tepat agar industri kreatif dapat berkembang dengan baik dan menjadi kontribusi Ekonomi yang dapat memperkuat citra dan identitas bangsa Indonesia. Maka berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Medan. 7

1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi potensi industri kreatif di Kota Medan? 2. Bagaimana upaya kebijakan dalam pengembangan industri kreatif di Kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui potensi industri kreatif di Kota Medan. 2. Untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perencanaan pengembangan pusat-pusat industri kreatif di Kota Medan. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai sebuah kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan ilmiah khususnya tentang industri kreatif. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan lingkungan kerja Pusat-Pusat Industri Kreatif di Kota Medan. 3. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung pengembangan dan pemberdayaan industri kreatif di Kota Medan untuk kedepannya. 8