2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan Klasifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah: Filum : Moluska; Kelas : Gastropoda; Subkelas : Prosobranchia; Ordo : Neogastropoda; Super famili : Muricoidea; Famili : Buccinidae; Genus : Babylonia; dan Spesies : Babylonia spirata. Keong macan memiliki cangkang berbentuk lonjong, berwarna putih dengan bintik-bintik coklat jingga yang tidak teratur. Tubuh keong terdiri atas empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut, dan mantel. Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang tentakel, sebuah mulut, dan sebuah siphon. Mantel merupakan arsitek pembentuk struktur cangkang dan pola warna (Yulianda 1999; Alistair et al. 2000). Pada bagian dalam kepala terdapat probosis yang di dalamnya terdapat radula, yaitu kaki berukuran besar dan berbentuk pipih yang berfungsi untuk merayap dan melekat. Gastropoda mengalami torsi, yaitu peristiwa dimana cangkang beserta tubuh di belakang kepala (mass visceral, mantel dan rongga mantel) memutar 180 berlawanan dengan arah jarum jam. Tubuh keong macan yang lunak dilindungi oleh cangkang yang berbentuk kerucut. Pada puncak kerucut terdapat apex, yaitu bagian tertua dari cangkang (Gambar 2). Bagian cangkang terluar disebut periostrakum yang merupakan lapisan tipis yang terdiri atas bahan protein, yaitu conchiolin. Pada lapisan ini terdapat endapan pigmen beraneka ragam yang memberikan bermacam-macam warna cangkang keong.
Spiral punggung Mantel sifon Ruas cangkang Saluran sifon Operkulum Penis Mata Mulut Kaki Sumber: Kozloff (1990) Gambar 2 Morfologi keong macan. 2.2 Makanan dan Cara Makan Keong Macan Keong macan adalah hewan karnivora yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Radula, proboscis dan esophagus buccal cavity (saluran pencernaan) disatukan fungsinya sebagai mulut dari prosobranchia. Cara pemangsaan keong macan dilakukan dengan menjulurkan siphon untuk menangkap mangsa. Setelah itu, mangsa dihancurkan dengan radula yang terdapat di bagian proboscis (Rupert & Barnes 1991). Keong macan adalah jenis prosobranchia yang lebih menyukai daging bangkai yang segar sebagai makanannya dibandingkan dengan daging bangkai yang telah membusuk (Martanti 2001; Edward et al. 1995). Selain itu keong macan juga lebih menyukai makanan yang mengandung kadar air tinggi dibandingkan yang telah kering. 2.3 Cara Keong Macan Merayap Gastropoda berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebablan oleh kontraksi otot, seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan (Anonim 2008).
Secara umum, Gastropoda memiliki pergerakan yang lambat dan bukan binatang yang berpindah-pindah. Keong macan membuat gelombang penciutan pada kaki perutnya, sehingga merayap kira-kira sepuluh langkah serempak (Dharma 1998). 2.4 Habitat Keong Macan Keong macan hidup pada perairan berlumpur pada kedalaman 9-27 m (Shanmugaraj & Ayyakkanu 1994). Dari hasil penelitian Sabelli (1979), keong macan tergolong organisme bentik, yaitu organisme yang hidup pada dasar perairan. Pada perairan Teluk Palabuhanratu, menurut Yulianda dan Danakusumah (2000), keong macan ditemukan di dasar perairan yang berpasir/berlumpur dengan kedalaman antara 15-20 m. Pola sebaran keong macan di Palabuhanratu bersifat mengelompok. Hal ini diduga diakibatkan oleh kondisi lingkungan, ketersediaan makanan dan tipe substrat (Martanti 2001). Gangguan yang disebabkan oleh arus dan predator (kepiting) akan menyebabkan ketidakmerataan penyebaran, kelimpahan dan komposisi infauna di daerah sub tidal (Nybakken 1992). 2.5 Perangkap Jodang 2.5.1 Konstruksi Perangkap jodang yang dioperasikan di Palabuhanratu berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong. Perangkap dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 4-6 mm (Gambar 3). Untuk membentuk badan perangkap, seluruh sisi perangkap (kecuali bagian atasnya) diselimuti oleh waring dengan mesh size 4 mm. Kerangka dinding dasar dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Ukuran bagian dasar, tinggi dan diameter pintu masuk bervariasi karena tidak ada acuan yang pasti (Naja 2004). Menurut Martasuganda (2003), tinggi perangkap antara 8-10 cm. Bagian atas dan dasar perangkap jodang berbentuk persegi, masing-masing berukuran berukuran 6 6 (cm) atau 8 8 (cm) dan 30 30 (cm).
(b) Tampak samping (a) Tampak atas Gambar 3 Tampilan perangkap jodang. 2.5.2 Metode pengoperasian Pemasangan perangkap jodang di daerah penangkapan dipasang satu demi satu. Antara satu perangkap dengan perangkap lainnya dihubungkan dengan tali utama dengan jarak 3-4 m. Jumlah perangkap jodang yang dioperasikan tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya. Operasi penangkapan dilakukan antara jam 18.00-06.00 (Martasuganda 2003). Operasi penangkapan keong macan menggunakan perangkap jodang di Palabuhanratu terdiri atas 3 tahap, yaitu persiapan, pemasangan dan pengangkatan alat tangkap (Zein 2003). Masing-masing uraiannya adalah: 1 Persiapan alat tangkap Persiapan pengoperasian alat tangkap dimulai dari darat yang meliputi persiapan umpan, bahan bakar, alat tangkap, dan pemeriksaan kesiapan perahu. Selanjutnya, perahu berangkat menuju daerah penangkapan yang lokasinya tidak jauh dari pantai. Selama perjalanan, nelayan memasang umpan kedalam perangkap. 2 Pemasangan alat tangkap Setelah sampai di daerah penangkapan, nelayan melemparkan pelampung tanda diikuti dengan pemberat batu. Pemberat terhubung ke perangkap pertama yang akan dilemparkan ke laut. Selanjutnya, nelayan memasukkan umpan
kedalam perangkap pertama dan langsung melemparkannya ke laut. Perangkap ke-2 dan seterusnya diperlakukan sama dengan perangkap ke-1. Sebanyak 200-300 perangkap jodang digunakan dalam setiap operasi penangkapan keong macan. Antara satu perangkap dengan perangkap lainnya dihubungkan dengan satu tali utama. Pemasangan perangkap diakhiri dengan pelemparan pemberat yang memiliki 2 tali. Tali pertama terhubung dengan perangkap dan lainnya dengan pelampung tanda. Gambar 4 memperlihatkan susunan perangkap ketika dioperasikan di laut. Selama aktivitas penurunan perangkap, perahu bergerak dengan kecepatan rendah dengan arah berlawanan terhadap arus. Ini dimaksudkan agar susunan perangkap dapat tertata dengan baik dan jarak antar perangkap sama. Setelah selesai, perahu bergerak ke pantai meninggalkan perangkap yang telah dipasang. Gambar 4 Ilustrasi posisi perangkap jodang di atas permukaan dasar perairan. 3 Pengangkatan alat tangkap Untuk setiap pengangkatan, perangkap jodang direndam selama 2-4 jam. Proses pengangkatan perangkap dimulai dengan mengangkat pelampung tanda dan pemberat. Selanjutnya tali utama ditarik ke atas perahu. Satu persatu perangkap jodang ditaruh di atas perahu setelah sebelumnya dilakukan pengambilan keong macan yang terperangkap. Hasil tangkapan keong macan dikumpulkan dalam keranjang. Pengangkatan perangkap berakhir ketika pelampung tanda terakhir dan pemberat sudah dinaikkan ke atas perahu. Usai pengangkatan perangkap, nelayan tidak kembali ke darat tetapi mencari daerah penangkapan yang baru. Proses pemasangan perangkap yang sama dilakukan ketika nelayan sudah menemukan daerah penangkapan yang baru.
2.5.3 Musim dan daerah penangkapan Musim penangkapan keong macan di Palabuhanratu mencapai puncaknya pada bulan Juni-Oktober (Zein 2003). Pada bulan ini, kecepatan angin rendah dan curah hujan sedikit. Adapun lokasi yang menjadi daerah penangkapan keong macan adalah di sepanjang pantai pada kedalaman 5-20 meter dengan tipe substrat pasir atau lumpur dan biasanya dekat dengan muara sungai (Zein 2003). 2.6 Selektivitas Selektivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap keong dengan ukuran tertentu saja. Ukuran keong macan yang tertangkap tidak boleh kurang dari ukuran layak tangkapnya, yaitu 4,27 cm (Firdaus 2002). Menurut Fridman (1986), sifat selektivitas terutama dipengaruhi oleh prinsip penangkapan dan juga parameter disain alat tangkap. Menurutnya, ukuran mata jaring didefinisikan sebagai jarak antar simpul yang berlawanan dalam keadaan ditarik penuh. Adapun bentuk dari mata jaring ditentukan oleh penggantungannya pada rangka. Untuk merubah bentuk mata jaring dapat dilakukan dengan merubah rasio penggantungan primer (E 1 ), dan rasio penggantungan sekunder (E 2 ). Rasio penggantungan primer dirumuskan sebagai perbandingan panjang jaring tergantung pada tali rangka atau panjang tali ris (L), dengan panjang jaring terentang sempurna (L o ). Rumusnya adalah sebagai berikut (Fridman 1986): E = L 1 1 L o Rasio penggantungan sekunder (E 2 ) dapat ditentukan dengan membandingkan tinggi jaring tergantung (H) dengan tinggi jaring ditarik penuh (H o ). Rumusnya adalah (Fridman 1986) : E = H 2 2 H o Besarnya rasio penggantungan juga dapat diketahui dari setengah sudut mata jaring (λ). Hubungan antara E 1 dengan λ dapat dilihat pada ilustrasi berikut (Gambar 5).
m s B m m l 2λ A m O C m m h m w D m Keterangan : m l : Panjang mata direntang m h : Tinggi mata tergantung; penuh; m w : Lebar mata tergantung; λ : Sudut mata jaring; dan E 1 : Rasio penggantungan Primer; E 2 : Rasio penggantungan sekunder. L A O m E = m w 1 = sin λ = = ; dan 3 L0 Am Bm ml H BmO mh E 2 = cos λ = = =. 4 H 0 Am Bm ml Sumber: Puspito (2009) Gambar 5 Bentuk mata jaring pada posisi tergantung. Pengambilan data untuk analisa kurva selektivitas perangkap jodang dilakukan dengan menggunakan cover net method. Uji coba dilakukan dengan menggunakan cover atau penutup yang terbuat dari jaring dengan ukuran mata yang sangat kecil yang difungsikan sebagai kantung yang dipasang di bagian bawah dinding dasar perangkap. Ukuran keong yang lolos mata jaring ujicoba akan tertampung pada jaring penutup. Proporsi keong macan dengan panjang l yang tertangkap ditentukan dengan menggunakan rumus, yaitu (ICES 1996):
N il φ i =. 5 N sl + N il Keterangan : φ i : Proporsi cangkang yang tertahan menggunakan mata jaring bagian dasar ukuran ke-i; N il : Jumlah cangkang yang tertahan pada selang kelas panjang ke-l dengan menggunakan mata jaring bagian dasar ke-i; dan N sl : Jumlah cangkang yang lolos atau tertampung pada cover net kes pada selang kelas panjang ke-l. Selanjutnya kurva selektivitas ditentukan dengan memakai persamaan berikut (ICES 1996) : ri(l) = exp (a 1 + b 1 l)/1+exp (a 1 +b 1 l). 6 Keterangan : r i (l) : Fungsi selektivitas jaring terhadap panjang cangkang; l : Panjang cangkang; dan a dan b : Parameter kurva selektivitas yang akan diduga. Parameter kurva selektivitas a dan b diduga dengan cara memaksimumkan fungsi log likelihood. Fungsi ini dimaksimumkan dengan menggunakan add-in Solver pada MS Excell software. Formulanya adalah (ICES, 1996): log L [ N ln ( l) + N ln( φ ( ))] = φ l. 7 1 il i sl 1 1 Ada 2 hal penting dalam melakukan penilaian selektivitas suatu alat tangkap, yaitu (ICES 1996): 1. L 50 atau sering disebut 50% retention L 50 menggambarkan spesies berukuran l i mempunyai peluang sebesar 0,50 untuk tertangkap pada alat tangkap. Persamaannya adalah: a L50 =. 8 b
2. Selection range Selection range merupakan perbedaan antara panjang spesies yang mempunyai peluang 75% (L 75 ) tertangkap dan 25% (L 25 ) tertangkap. Rumusnya adalah sebagai berikut: SR = L 75 -L 25. 9 Nilai L 75 dan L 25 dicari menggunakan persamaan berikut: a Ln(3) L25 = ; dan 10 b a + Ln(3) L75 =. 11 b Nilai L 75 dan L 25 juga dapat dicari dengan fitted by eyes pada kurva selektivitas yang terbentuk.