JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN SIPIL F AKUL T AS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi high risk building tentu memerlukan metode. Keberadaan bangunan sekitar gedung memberikan andil dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Metode pelaksanaan pekerjaan sub struktur yang umum atau sering digunakan adalah

PELAKSANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TOP-DOWN

9- STRUKTUR BASEMENT

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 163

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB I PENDAHULUAN. basement. Pekerjaan basement adalah pekerjaan yang paling krusial dalam

PEMILIHAN DAN OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP PADA PEMBANGUNAN BASEMENT BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA BERBASIS EXPERT KNOWLEDGE TESIS

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL


JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) D-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi selalu diiringi dengan semakin meningkatnya kualitas

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI

STUDI KASUS TERHADAP PELAKSANAAN BASEMENT 5 LANTAI DI WILAYAH SURABAYA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil disimpulkan untuk tugas akhir ini diantaranya :

Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1)

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT. Saat penulis mulai melakukan kerja praktik pada pembangunan proyek Verde

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

APLIKASI METHOD PRODUCTIVITY DELAY MODELPADA ANALISA PENGARUH WASTEPEKERJA TERHADAP INDEKS KOEFISIEN PRODUKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan proyek diperlukan perencanaan yang baik, sehingga pelaksanaan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

MEDAN PROGRAM MEDAN LAPORAN. oleh:

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

ANALISA DURASI RENCANA AKTIVITAS DAN EVALUASI PELAKSANAAN JADWAL PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT (STUDI KASUS PADA PROYEK X )

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. munculnya sisa material konstruksi atau biasa disebut dengan Construction Waste.

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT. aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB 4 STUDI KASUS. Untuk studi kasus mengenai tinjauan jumlah tower crane yang digunakan pada

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA. pengembangan dari gedung existing yaitu gedung Bimantara MNC Tower

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penulangan beton dan formwork atau bekisting. Diantara ketiga komponen tersebut,

TUGAS AKHIR ANALISA METODE TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN SUB STRUKTUR DENGAN KONSTRUKSI SISTEM SEMI TOP DOWN (STUDI KASUS PROYEK MNC MEDIA TOWER J.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Crane konstruksi pertama kali diciptakan oleh orang Yunani kuno dan didukung

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK

PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI PLAT LANTAI SISTEM DOUBLE WIRE MESH DENGAN SISTEM HALF SLAB ABSTRACT ABSTRAK

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

BAB II DASAR TEORI. 4. Keselamatan Kerja Banyak kegiatan pekerjaan yang rawan terhadap kecelakaan, baik disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EFISIENSI TATA LETAK FASILITAS DAN PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

PENGAMATAN PROSES PONDASI BORED PILE dan RTAINING WALL PADA GEDUNG ASPEN ADMIRALTY APARTMENT TOWER C, FATMAWATI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2011/2012

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (BEKISTING) memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.


DIPLOMA III TEKNIK SIPIL - FTSP STEFANUS HENDY L DIANA WAHYU HAYATI DISUSUN OLEH : DOSEN PEMBIMBING :

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

ANALISIS PERBANDINGAN WAKTU, BIAYA, DAN DIRECT WASTE PENGGUNAAN TULANGAN KONVENSIONAL, WIRE MESH, DAN FLOORDECK PADA PEKERJAAN PLAT LANTAI

STUDI PUSTAKA : ANALISA PENGARUH DESAIN TERHADAP DIRECT WASTE DAN INDIRECT WASTE YANG TERJADI PADA TAHAP KONSTRUKSI

LAPORAN KERJA PRAKTIK. PELAKSANAAN KONSTRUKSI PC WALL DAN PILE CAP PADA PROYEK GEDUNG St. CAROLUS TAHAP II, JAKARTA-PUSAT

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

CHECKLIST PEMERIKSAAN STRUKTUR

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. salah satu alternative tempat tinggal bagi para penduduk Kota Jakarta khusunya,

BAB II DATA PROYEK. yang kita semua ketahui ada titik titik letak dimana mereka bias lebih

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

SKRIPSI ANALISIS RISIKO KONSTRUKSI STRUKTUR BORE PILE PADA PROYEK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA MAGELANG

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Bab berikut berisi tentang analisis penggunaan sisa material dan potongan bored pile

Bottom-Up Construction pada Gedung 48 Lantai dengan 5 Besmen Plaza Indonesia II Jakarta

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

ANALISA PERBANDINGAN METODE TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PADA PROYEK FAVE HOTEL KETINTANG DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU

LAPORAN KERJA PRAKTIK PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL SANTIKA BINTARO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. macam metodologi. Metodologi adalah suatu kombinasi tertentu yang meliputi

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

BAB II DATA PROYEK. usaha mereka, contohnya seperti di daerah Karawaci. diketahui bahwa kebutuhan papan merupakan kebutuhan utama manusia.

Transkripsi:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950 955 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts KAJIAN PEMILIHAN PEKERJAAN BASEMENT PADA BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI MENGGUNAKAN METODE TOP DOWN SEBAGAI INOVASI METODE PELAKSANAAN (STUDI KASUS : PROYEK SUDIRMAN SUITES HOTEL AND APARTMENT JAKARTA) Nopirin Abliataniaga Bintang, Mahayekti Bagaskara, M. Agung Wibowo *), Arif Hidayat *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Tulisan ini menjelaskan kajian pemilihan pekerjaan basement pada bangunan bertingkat tinggi menggunakan metode top down sebagain inovasi dalam metode pelaksanaan.seiring berjalannya waktu, dalam dunia konstruksi terdapat inovasi-inovasi dalam metode pelaksanaan, salah satunya adalah metode pelaksanaan pekerjaan basement menggunakan metode top down. Sudirman Suites Hotel and Apartment adalah proyek gedung setinggi 22 lantai dan 5 lapis basement yang terletak di tengah kota dimana sekeliling proyek sudah terdapat bangunan-bangunan gedung yang sudah digunakan. PT. Wika Gedung sebagai kontraktor utama ini memilih metode top down sebagai metode yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan basement sebanyak 5 lapis dengan kedalaman 24,4 m. Sebagai pembanding adalah proyek Menara Sentraya Blok-M yang memiliki 4 lapis basementyang dikerjakan secara konvensional dengan metode bottom up.penelitian ini menggunakan data primer yang bersumber dari hasil wawancara terhadap site manager proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment, dan data sekunder dari kedua proyek yang terdiri dari gambar rencana, rencana anggaran biaya proyek, waktu pelaksanaan basement dan denah situasi proyek. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara membandingkan data-data sekunder dari kedua proyek tersebut dengan data primer sebagai validasi hasil. Pemilihan metode top down ini didasari oleh beberapa alasan, alasan utama adalah karena luas lahan yang terbatas, yaitu hanya sebesar 4792.331 m 2 dengan luas galian sebesar 2769.15 m 2, kemudian alasan selanjutnya karena galian yang dalam sehingga kurang layak dilakukan penggalian open cut tanpa adanya perkuatan. kata kunci : metode konstruksi, basement, top down ABSTRACT This paper explains on studies of top down basement construction method on high rise building as innovation of construction method. Nowadays, in the world of construction there are varies of innovations; one of them is top down method for basement construction. *) Penulis Penanggung Jawab 950

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 951 Sudirman Suites Hotel and Apartment is a project of 22 levels building and 5 levels of basement located in the middle of large city where there are already many buildings and activities surrounding. PT. Wika Gedung as a main contractor decided to apply top down method for 5 levels of basement with 24,4 m deep. As comparation there is Menara Sentraya project on Blok-M, which conventionally constructed with bottom up method. This research uses Sudirman Suites Hotel and Apartment s site manager s correspondency as primary data. Shop drawings, proposed budget, time schedule and site plan for the secondary data. Data analyzation method is to compare primary data on both project and uses secondary data for validation. Main reason for top down method for basement construction is the limited project area, only 4792.331 m 2 and 2769.15 m 2 for the excavation zone, moreover, open cut is not feasible to excavate 24,4 m deep without any reinforcements. keywords: construction method, basement, top down PENDAHULUAN Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan secara kongkrit serta harus diselesaikan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang terbatas dan begitu kompleks sehingga dibutuhkan pengelolaan dan kerja sama yang berbeda dari yang biasanya digunakan (Karaini, 1990). Metode pelaksanaan adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau standar yang telah diuji cobakan. Cara atau metoda tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung dan mempercepat proses pembuatan suatu bangunan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih ekonomis dalam biaya pemakaian bahan (Mistra, 2012). Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, terdapat dua jenis metoda konstruksi yang dapat dilaksanakan untuk pelaksanaan pembangunan basement suatu proyek.yaitu sistem bottom up dan sistem top down. Pada sistem top down, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh struktur tiang (king post) yang dipasang bersamaan dengan bored pile. Pada dinding basement dicor sistem dinding penahan tanahnya yang dapat berupa diafragma wall yang bersifat permanen yang juga berfungsi sebagai cut off dewatering (Mistra, 2012). PT. Wika Gedung sedang mengerjakan pekerjaan pembangunan gedung bernama Sudirman Suites Hotel and Apartment di Jakarta, yang mana dalam pelaksanaan pekerjaan basement-nya menggunakan metode pelaksanaan top down. 951

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 952 METODOLOGI PENELITIAN Sebagai langkah awal dari penyusunan tugas akhir ini adalah mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan serta sasaran yang akan dicapai dari penelitian. Identifikasi masalah penelitian ini bertujuan untuk menemukan masalah yang akan timbul dalam analisis perbandingan antara metode pelaksanaan top down dan metode pelaksanan konvensional, yaitu bottom up. Hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang pemilihan, keuntungan maupun kerugian metode pelaksanaan pekerjaan basement menggunakan metode top down pada proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment. Identifikasi masalah dilakukan agar dapat dirumuskan permasalahan yang ada sehingga dapat terselesaikan secara sistematis dengan mengacu pada studi pustaka yang ada. Terdapat dua jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara bersama site manager proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment, sementara data sekunder diperoleh dari kedua proyek, berupa gambar rencana, rencana anggaran biaya, waktu pelaksanaan dan denah situasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membandingkan data data sekunder dari kedua proyek tersebut dengan mengacu kepada studi pustaka.selain itu pada analisis data ini digunakan juga data primer sebagai pendukung untuk analisis lebih lanjut yang bersifat validasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Data primer berisi uraian hasil wawancara penulis kepada site manager PT. Wijaya Karya Gedung tentang metode pelaksanaan top down. Berikut hasil wawancara a. Pertanyaan : Apa latar belakang proyek ini menggunakan metodepelaksanaan top down? Jawaban : Luas lahan yang terbatas dan lantai basement yang berjumlah 5 lantai. Pada proyek ini, metode bottom up hanya mungkin dilaksanakan dari sisi belakang.. Selain itu dengan dengan basement 5 lantai yang mempunyai kedalaman sekitar 20 meter, open cut agak sulit dilaksanakan. Sehingga tidak feasible jika menggunakan metode bottom up. b. Pertanyaan : Metode mana yang memiliki waktu pelaksanaan lebih lama? Metode pelaksanaan top down atau metode pelaksanaan bottom up? Jawaban : Top down. Jika asumsi luasan sama maka selisihnya kira kira bertambah 1/3 dari metode bottom up. c. Pertanyaan : Metode mana yang mengeluarkan biaya lebih mahal? Metode pelaksanaan top down atau metode pelaksanaan bottom up? Jawaban : Top down. Hal ini dikarenakan adanya biaya king post dan plat lantai basement 1 yang harus tebal.top down bisa murah jika king post dimanfaatkan sebagai pembantu tulangan kolom, sehingga kolom menjadi komposit. Data sekunder berisi gambar desain basement, schedule pelaksanaan basement, rencana anggaran biaya pelaksanaan basement, dan denah situasi proyek. Data sekunder dapat dilihat pada lampiran. 952

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 953 Pada analisis penelitian ini data yang dianalisis adalah data sekunder.data sekunder di pisahkan berdasarkan kegiatan - kegiatan pekerjaan yang bisa dibandingkan antara metode pelaksanaan top down dan metode pelaksanaan bottom up, untuk kemudian dihitung produktivitasnya. Produktivitas = Volume Durasi... (1) Produktivitas pekerjaan yang bisa di bandingkan disini adalah pekerjaan galian, pekerjaan beton, pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting.data primer pada penelitian ini digunakan sebagai validasi dari data sekunder, sehingga tidak diperlukan analisis lebih lanjut. Tabel 1. Produktivitas pekerjaan basement pada proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment menggunakan metode top down Basement B1 B2 B3 B4 B5 Rata-rata Galian (m 3 /hari) 573.6 565.37 317.92 358.96 0.17 326.89 Beton (m 3 /hari) 45.8 44.26 39.2 40.43 41.05 41.64 Pembesian (kg/hari) 14307.10 11313.71 10939.66 10890.89 10627.63 11178.33 Bekisting (m 2 /hari) 166.9 164.68 137.8 142.14 28.05 89.59 Tabel 2. Harga satuan pekerjaan basement pada proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment menggunakan metode top down Basement B1 B2 B3 B4 B5 Rata-rata Galian (Rp/m 3 ) 129,583 337,169 128,597 117,518 259,895,013 82,371 Beton (Rp/m 3 ) 811,721 3,039,866 804,612 804,943 821,942 1,117,837 Pembesian (Rp/kg) 8,826 8,729 8,826 8,826 8,826 8,813 Bekisting (Rp/m 2 ) 86,753 86,644 88,191 84,044 83,720 85,974 Tabel 3. Produktivitas pekerjaan basement pada proyek Menara Sentraya menggunakan metode bottom up Basement B1 B2 B3 B4 Rata-rata Galian (m3/hari) 190.93 138.38 138.49 135.35 603.14 Beton (m3/hari) 39.36 34.46 34.76 58.89 47.05 Pembesian (kg/hari) 7439.68 6503.76 6097.84 22634.14 14282.74 Bekisting (m2/hari) 142.33 181.98 125.68 24.53 90.18 Tabel 4. Harga satuan pekerjaan basement pada proyek Menara Sentraya menggunakan metode bottom up Basement B1 B2 B3 B4 Rata-rata Galian (Rp/m3) 23,270 23,270 23,270 23,270 23,270 Beton (Rp/m3) 954,311 955,725 963,128 993,922 979,152 Pembesian (Rp/kg) 9,364 9,322 9,540 9,540 9,506 Bekisting (Rp/m2) 118,953 83,716 119,719 108,013 105,782 953

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 954 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan diskusi yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada proses pelaksanaan konstruksi basement gedung, dikenal dua metode pelaksanaan, yaitu metode top down dan metode bottom up. 2. Metode konstruksi top down, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut king post (yang dipasang bersamaan dengan bore pile). Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut berfungsi sebagai cut off dewatering. 3. Metode konstruksi bottom up, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana. Raft foundation dicor dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah ke atas dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor di tempat. 4. Metode top down membutuhkan skill khusus dalam pelaksanaannya karena tingkat kesulitannya berada di atas kesulitan untuk melakukan pelaksanaan pekerjaan basement dengan metode bottom up. 5. Biaya galian tanah metode pelaksanaan top down lebih mahal dibandingkan biaya galian tanah metode pelaksanaan bottom up.metode pelaksanaan top down Rp. 82,371.4/m 3 dan metode pelaksanaan bottom up Rp. 23.270/m 3. 6. Biaya pekerjaan beton metode pelaksanaan top down lebih mahal dari pada metode pelaksanaan bottom up. Metode pelaksanaan top down Rp. 1.117.837/m 3 dan metode pelaksanaan bottom up Rp. 979.152/m 3. 7. Biaya pekerjaan pembesian metode pelaksanaan bottom up lebih mahal dari pada metode pelaksanaan top down. Metode pelaksanaan top down Rp. 8.813/kgdan metode pelaksanaan bottom up Rp. 9.506/kg. 8. Biaya pekerjaan bekisting metode pelaksanaan bottom up lebih mahal dari pada metode pelaksanaan top down. Metode pelaksanaan top down Rp. 85.974/m 2 dan metode pelaksanaan bottom up Rp. 105.782/m 2. 9. Produktivitas pekerjaan galian tanah metode pelaksanaan bottom up lebih besar dari pada metode pelaksanaan top down.metode pelaksanaan top down 326.89 m 3 /hari dan metode pelaksanaan bottom up 603,14 m 3 /hari. 10. Produktivitas pekerjaan beton hampir sama pada kedua metode. Metode pelaksanaan top down 41,62 m 3 /hari dan metode pelaksanaan bottom up 47,05 m 3 /hari. 11. Produktivitas pekerjaan pembesian metode pelaksanaan bottom up lebih besar dari pada metode pelaksanaan top down. Metode pelaksanaan top down 11.178,33 kg/hari dan metode pelaksanaan bottom up 14.282,74 kg/hari. 12. Produktivitas pekerjaan bekisting hampir sama pada kedua metode pelaksanaan. Metode pelaksanaan top down : 89,59 m 2 /hari dan metode pelaksanaan bottom up : 90,18 m 2 /hari. 13. Keuntungan pada metode top downyaitu : Berkurangnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembesian dan pekerjaan bekisting, dimana biaya yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan pekerjaan yang sama pada proyek yang menggunakan metode bottom up. Pekerjaan basement menggunakan metode top down lebih memungkinkan untuk mengerjakan pekerjaan basement pada lahan yang sempit dan memiliki lingkungan 954

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 955 yang cukup padat dibandingkan dengan pekerjaan basement dengan menggunakan metode bottom up. 14. Kerugian pada metode top downyaitu : Biaya pada pekerjaan galian dan pekerjaan beton membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan pekerjaan yang sama tetapi dengan menggunakan metode bottom up. Kecilnya angka produktivitas pada masing masing pekerjaan yang ditinjau, yaitu pekerjaan galian, pekerjaan beton, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan bekisting. Hal ini dikarenakan oleh terbatasnya pergerakan dari alat-alat dan material yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan. 15. Pertimbangan pemilihan metode top down pada proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment adalah: Luas area yang dimiliki oleh proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment yang sempit. Luasnya yaitu 4792.331 m 2 dengan luas galian sebesar 2769.15 m 2 dan tentunya hal ini membuat proyek Sudirman Suites Hotel and Apartment hanya memiliki lahan sangat terbatas dengan hanya memliki luas sebesar 2203.181 m 2 untuk dijadikan sebagai area perlengkapan dan penyimpanan sementara. Keterbatasan lahan dan kondisi lingkungan untuk pemasangan ground anchor di sekeliling proyek. SARAN 1. Sebaiknya proyek yang dibandingkan adalah proyek yang memiliki spesifikasi yang sama, termasuk luas lahan dan jumlah lantai basement agar hasil perbandingan semakin valid. 2. Sebaiknya aspek yang dibandingkan diperbanyak karena semakin banyak aspek perbandingan akan semakin baik hasil dari penelitian ini. 3. Sebaiknya penelitian ini dilakukan di lapangan bukan hanya menggunakan data perencanaan agar didapatkan hasil yang valid. 4. Metode top down termasuk metode yang jarang digunakan untuk pelaksanaan basement, maka dari itu pemaparan metode pelaksanaannya pun harus sangat jelas agar pembaca langsung dapat memahaminya. DAFTAR PUSTAKA Bagaskara, Mahayekti dan Nopirin Abliataniaga. 2014. Kajian Pemilihan Pekerjaan Basement pada Bangunan Bertingkat Tinggi Menggunakan Metode Top Down Sebagai Inovasi Metode Pelaksanaan. Semarang. Tugas Akhir Sarjana Jurusan Teknik Sipil Undip. Semarang.Karaini, Armaini Akhirson. 1994. Pengantar Manajemen Proyek. Jakarta : Universitas Gunadarma. Mistra. 2012. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi Sistem Top and Down. Jakarta : Griya Kreasi. 955