Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA

KONDISI TERMAL BANGUNAN GREENHOUSE DAN SCREENHOUSE PADA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

EVALUASI KONDISI TERMAL BANGUNAN GREENHOUSE DENGAN MATERIAL ATAP POLYCARBONAT UNIVERSITAS MUSASMUS MERAUKE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUMAH SEWA (STUDI KASUS RUMAH SEWA DI KEL. SERINGGU JAYA MERAUKE)

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGARUH TERMAL DALAM RUANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP KONDISI BUKU DAN KENYAMANAN PEMBACA (STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE)

PENGARUH TERMAL DALAM RUANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP KONDISI BUKU DAN KENYAMANAN PEMBACA (STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE)

KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur. Tropis dalam Kaitannya dengan Kenyamanan Thermal pada Rumah

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KONDISI TERMAL RUANG RUMAH SUSUN PERUMNAS PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB V KESIMPULAN UMUM

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II KAJIAN TEORI. II.1 Iklim

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

Eksplorasi Pembandingan Karakteristik Termal Ruang Dalam Bangunan Tradisional Raja Thie Dan Limbadale Di Kabupaten Rote Ndao

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIKAL

Debbie A.J.Harimu Fakultas Teknik Univ Negeri Manado UNIMA, Tondano, Indonesia

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

PERBAIKAN VENTILASI ALAMI PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK BENTUK DARI EKO-ARSITEKTUR

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

KONDISI KENYAMANAN THERMAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG. Dwi Suci Sri Lestari. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

POLA RUANG LUAR KAWASAN PERUMAHAN DAN KENYAMANAN THERMAL DI SEMARANG

Sri Kurniasih Teknologi Bangunan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, Depok Abstrak

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal Pada Rumah Hunian

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

APLIKASI PENGUKURAN VENTILASI ALAMI

PENGARUH RONGGA PADA DINDING BATAKO TERHADAP SUHU RUANG DALAM

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

Transkripsi:

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA (Studi kasus Tongkonan dengan material atap Seng) Muchlis Alahudin E-mail: muchlisalahudin@yahoo.co.id Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Musamus Merauke ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada hunian tradisional Toraja (Tongkonan). Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif. Variabel standar kenyaman adalah temperatur dan kelembaban, penentuan kasus penelitian berdasarkan kriteria material atap Tongkonan dan kondisi vegetasi di sekitar Tongkonan. Data pengukuran diperoleh dengan menggunakan alat ukur antara lain: Thermo-Hygrometer dan Anemometer. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitian Mom & Wiesebrom (1940). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Tongkonan atap seng dengan lingkungan masih bagus dengan Tongkonan Atap seng dengan dengan lingkungan kurang bagus yaitu Tongkonan atap seng dengan lingkungan bangus lebih rendah temperaturnya dari pada Tongkonan atap seng dengan lingkungan kurang bagus, sedangkan untuk kelembaban baik Tongkonan atap seng dengan lingkungan bagus cukup nyaman sedangkan Tongkonan atap seng dengan lingkungan kurang bagus kondisinya 80,7% atau kondisi kulit akan terasa lengket/kurang nyaman itu untuk didalam bangunan sementara diluar tongkonan untuk ke 2 tongkonan masih dibatas nyaman kecuali untuk tongkonan dengan lingkungan kurang bagus kelembaban mendekati batas nyaman atau nyaman optimal. Kata kunci : Arsitektur tradisional, Toraja, Tongkonan, Kenyaman termal. A. PENDAHULUAN Menghasilkan kondisi lingkungan yang sehat dan nyaman didalam bangunan, adalah merupakan salah satu tujuan dari pembuatan suatu bangunan. Bangunan yang merupakan pemisah antara ruang di dalam bangunan dengan lingkungan diluarnya, diharapkan dapat mengubah pengaruh langsung dari iklim, seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin dan kelembaban udara. Yaitu pengaruh yang buruk dapat dikurangi atau ditiadakan, sedangkan yang baik dapat dimanfaatkan. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan termal pada bangunan dalam iklim tropis lembab, terutama adalah mengurangi radiasi panas, memberikan aliran udara yang cukup untuk memenuhi persyaratan kesehatan dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas baik yang langsung dari matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedang bahan atap pada umumnya mempunyai tahanan dan kapasitas panas yang lebih kecil dari pada dinding. Untuk memperbesar kapasitas panas dari bahan atap agak sulit karena akan memperberat atap. Tahanan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara. Misalnya dengan adanya rongga langit-langit, dan langitlangit serta aliran udara di dalam rongga langitlangit. Vegetasi disekitar Tongkonan sangat mempengaruhi radiasi matahari dan pergerakan angin yang masuk ke dalam Tongkonan. Sehingga perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal di dalam Tongkonan. B. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Tandilinting (1975:32) bahwa Tongkonan adalah Rumah adat keluarga Toraja yang berasa dari kata Tongkonan (bahasa Toraja) yang artinya duduk, berarti Tongkonan adalah tempat duduk, yang tak lain duduk mendengarkan perintah dan duduk mendengar 85

keterangan serta duduk menyelesaikan persoalan-persoalan. Menurut Lippsmeier (1984): ciri-ciri iklim tropis lembab adalah perbedaan temperatur pada siang dan malam hari sangat kecil, temperatur selalu tinggi, angin sedikit dan radiasi matahari sedang sampai tinggi. Vegetasi lebat sepanjang tahun, berupa semak belukar tak dapat ditembus dengan pohon-pohon tinggi (hutan rimba) dan hutan bakau. Variabel iklim yang dapat mempengaruhi kondisi thermal baik dari Szokolay (1980), Lippsmeier (1994), maupun Rapoport (1969) yaitu: 1. Temperatur Udara (Air Temperature) 2. Kelembaban Udara (Humidity) 3. Pergerakan Udara (Air Movement) 1. Temperatur Udara Kenyamanan temperatur (thermal comfort) merupakan hal penting dalam menciptakan suatu kenyamanan di dalam ruang. Sesungguhnya sangat sukar sekali menentukan ukuran-ukuran kenikmatan secara tepat oleh karena kombinasi dari pergerakan udara dengan kecepatan 4,57 m 7,63 m/menit, suhu udara 20,4 C dan kelembaban 70%, kelembaban 20% dari kecepatan pergerakan udara sama seperti disebutkan di atas. Kombinasi temperatur udara, kelembaban, dan kecepatan angin yang membentuk temperatur nyaman pada saat tersebut dikatakan sebagai temperatur efektif (Szokolay, 1994 dan Koenisberger, 1973). Suhu nyaman untuk pribumi Indonesia berdasarkan penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) adalah sejuk nyaman suhu antara 20,5 C sampai dengan 22,8 C (TE), nyaman optimal suhu antara 22,8 C sampai dengan 25,8 C (TE) dan hangat nyaman suhu antara 25,8 C sampai dengan 27,1 C (TE). 2. Kelembaban Udara Kelembaban udara dapat mengalami fluktuasi yang tinggi, sangat tergantung terutama pada perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban relatif menunjukan perbandingan antara tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap air maksimum yang mungkin dalam kondisi temperatur udara tertentu, yang dinyatakan dalam presen. Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40-70%. Padahal di tempat-tempat seperti di tepi pantai, berkisar 80% - 98%. Untuk itu diperlukan pengembangan lain demi rasa comfort tubuh. Dengan kata lain proses penguapan harus dipercepat. Jika kelembaban udara sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi (Mangunwijaya, 1994). 3. Pergerakan Udara Pergerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-lapisan yang berbeda-beda. Angin yang diinginkan, lokal, spoi-spoi yang memperbaiki iklim mikro, angin yang memiliki gerakan kuat tidak diharapkan sehingga pencegahan harus diberikan. Arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Di daerah lembab diperlukan sirkulasi udara yang terus menerus. Di daerah tropika basah, dinding-dinding luas sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk pencahayaan. Kecepatan angin untuk kenyamanan dalam ruangan terdapat pada batas-batas kecepatan antara 0,1 m/detik sampai dengan 0,5 m/detik., apabila melebihi batas tersebut sudah dirasakan tidak enak terutama bagi orang yang sudah lanjut usia (Mangunwijaya, 2000). Kriteria Perancangan Kenyamanan Termal Bangunan Lippsmeier (1994), menyatakan bahwa : Penempatan bangunan yang tepat terhadap matahari dan angin, serta bentuk dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa peralatan mekanis. Perbedaan temperatur yang kecil saja terhadap temperatur luar atau gerakan udara lambat pun sudah dapat menciptakan perasaan nyaman bagi manusia sedang berada di dalam ruangan. C. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan pada Kabupaten Toraja Utara, rencana Tongkonan yang diteliti berada di kecamatan Ke te Ke su kota Rantepao Kabupaten Toraja Utara, Tongkonan itu antara lain : 1. Tongkonan To Kala 2. Tongkonan Ne Gala Penentuan Kasus Yang menjadi kasus adalah beberapa rumah tinggal Tongkonan yang berada pada Kabupaten Toraja Utara. Material/bahan bangunan Tongkonan dan Lingkungan sekitar Tongkonan yang menjadi 86

perhatian dalam penentuan rumah kasus, yaitu Tongkonan tidak asli (atap sudah menggunakan bahan seng) dan vegetasi (vegetasi sudah berkurang atau masih banyak disekitar Tongkonan) Dengan kriteria yang telah ditentukan, dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Kasus Tongkonan Yang Diteliti No Keterangan Jumlah 1. Tongkonan atap seng dengan vegetasi rimbun/bagus 1 2. Tongkonan atap seng dengan vegetasi kurang 1 Jumlah 2 dan Sumbung. Untuk mempermudah dan mempercepat proses pengukuran di lapangan, maka perlu adanya penentuan titik ukur pada daerah pengukuran setiap rumah sampel dan tabel pengukuran yang memuat : daerah titik ukur, waktu pengukuran, temperatur udara, kelembaban dan kecepatan angin. Untuk di dalam ruang (Sali) diukur dengan titik ketinggian orang posisi berdiri (+ 1.60 m) dan posisi duduk (+ 60 m) dan di lantai, sementara di Tangdo dan Sumbung Alat ukur diletakkan dengan ketinggian 1 m diatas lantai. Penentuan Daerah Pengukuran Penentuan daerah pengukuran pada tiap rumah sampel dibagi atas dua titik ukur yaitu : ruang luar dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang luar disekitar Tongkonan kurang lebih 30 50 cm dari Tongkonan,. dengan ketinggian yang sesuai dengan bukaan (jendela) rumah Tongkonan Tangdo Sali Sumbung Peletakkan alat ukur pada posisi menusia berdiri Peletakkan alat ukur pada posisi menusia duduk 30cm 50cm Peletakkan alat ukur pada Lantai Tongkonan Tangdo Keterangan : Alat ukur Sali Sumbung 30cm 50cm Gambar 2. Rencana tinggi peletakan alat ukur di dalam Tongkonan Gambar 1. Rencana peletakan alat ukur di luar Tongkonan Ruang dalam, pengukuran dilakukan pada 3 (tiga ) ruang antara lain : Tangdo/paluang, Sali Alat Perekam dan Pengukur Alat yang digunakan untuk mengukur dalam penelitian ini adalah untuk mengukur temperatur udara dan kelembaban udara digunakan alat Thermo-Higrometer, kecepatan angin diukur dengan alat Anemometer, dan 87

ketinggian topografi dengan menggunakan Altimeter, untuk elemen bangunan digunakan rol meter, meteran dan kompas. Dengan jumlah masing-masing alat ukur, antara lain: Tabel 2. Alat Ukur yang Digunakan No Nama Alat Ukur Jumlah 1. Thermo-Hygro Meter 6 2. Anemometer 2 3. Altimeter 1 4. Kompas 1 5. Meterean dan Rol meter 2 Gambar 3. Alat-alat Ukur Thermal (dari atas kiri, Thermo-Hygrometer, Anemometer, Altimeter dan Kompas) Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis hasil observasi dilapangan yaitu untuk mendapatkan indeks kenyamanan di dalam ruangan. Data hasil pengukuran yang berupa data kuantitatif, baik pengukuran diluar maupun di dalam bangunan diperbandingkan dengan standart kenyamanan termal kemudian melakukan analisis kuantitatif. Rangkuman Hasil Penelitian Lingkungan sekitar Tongkonan (topografi, vegetasi dan bangunan lain) mempengaruhi kondisi kenyamanan termal pada rumah Tongkonan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Tongkonan atap seng dengan kondisi lingkungan yang masih baik dengan Tongkonan atap seng dengan kondisi lingkungan yang kurang baik dari segi keberadaan vegetasi di sekitarnya. Semua Tongkonan dengan atap seng kondisi temperatur cukup tinggi sementara Tongkonan atap seng yang masih bervegetasi bagus kelembabannya cukup bagus. Berdasarkan analisis dari hasil pengukuran, pencatatan dan pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan hunian Tongkonan beserta lingkungan telah dapat merespon terhadap pengaruh variabel iklim tropis untuk mencapai kondisi themal dalam ruang bangunannya adalah sebagai berikut : Pengaruh Temperatur Udara Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rentang temperatur yang terjadi pada rumah Tongkonan yang berada di ketinggian 780 m/dpl (Tongkonan Ne Gala ) ratarata 24,7 o C atau pada kondisi Nyaman Optimal (untuk luar bangunan), sementara untuk yang didalam bangunan rata-rata 25 o C pada kondisi Nyaman Optimal. Sedangkan pada Tongkonan yang berada di ketinggian 760 m/dpl (Tongkonan To Kala) rata-rata 25,9 o C atau pada kondisi Nyaman Optimal (untuk luar bangunan), sementara untuk yang didalam bangunan rata-rata 26.2 o C pada kondisi Nyaman Optimal. Perbedaan antara Tongkonan Ne Gala dengan Tongkonan To Kala baik yang diluar maupun di dalam bangunan adalah 1,2 o C. Hal ini disebabkan karena jarak antara Tongkonan Ne Gala dan Tongkonan To Kala tidak terlalu jauh hanya + 1 km saja. Akan tetapi kondisi ketinggian tanah dan kondisi vegetasi cukup berpengaruh. Pengaruh Kelembaban Lokasi bangunan (Topografi) yang berada di perbukitan, dapat memberi sumbangan terhadap penambahan tingkat kelembaban di dalam bangunan/ruang. Kelembaban yang terjadi pada 88

rumah Tongkonan yang berada di ketinggian 780 m/dpl (Tongkonan To Kala ) antara 71.8%, sementara untuk diluarnya kelembabannya antara 75,5% atau pada kondisi Kurang Nyaman, sedangkan kelembaban yang terjadi pada rumah Tongkonan yang berada di ketinggian 760 m/dpl (Tongkonan Ne Gala) antara 76.31%, sementara untuk diluarnya kelembabannya antara 80,7% atau pada kondisi Kurang Nyaman, perbedaan antara kedua Tongkonan ini adalah untuk didalam Tongkonan 4.51% sementara untuk diluar Tongkonan adalah 5.2 %. Perbedaan cukup tinggi untuk diluar tongkonan, pada daerah Toraja kondisi cukup dingin dan berkabut untuk yang Tongkonan To Kala untuk diluar kondisi kelembaban lebih tinggi dari Tongkonan Ne Gala dikarenakan lebih lama menerima matahari sehingga kelembabannya lebih tinggi. Pengaruh Pergerakan Udara Kecepatan gerak udara sangat penting dalam usaha menciptakan suatu nilai kenyamanan. Bila dilihat bukaan yang ada pada tiap rumah sampel kurang memenuhi. Namun pemanfaatan aliran angin melalui penempatan bukaan pada posisi yang tepat, sudah cukup tercapai seluruhnya. Seperti pada kedua rumah sampel untuk kecepatan angin rata 0,4 m/dtk dengan arah angin tegak lurus dan miring terhadap bukaan sudah memenuhi persyaratan untuk kegiatan keluarga. Orientasi keempat rumah sampel tidak searah dengan pergerakart angin, akan tetapi keberadaan rumah Bugis dan vegetasi yang ada disekitar Tongkonan cukup menghambat aliran udara yang masuk ke dalam rumah. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Lingkungan sekitar rumah Tongkonan mempengaruhi pengkondisian termal dalam ruang - Vegetasi dengan kerapatan, jenis beragam dan jarak vegetasi dengan Tongkonan, mempengaruhi kondisi temperatur, kelembaban dan kecepatan udara didalam Tongkonan. - Bangunan lain (rumah Bugis) berpengaruh juga terhadap kondisi didalam Tongkonan. 2. Material penutup atap Tongkonan mempengaruhi pengkondisian termal dalam ruang - Material penutup atap seng dengan lingkungan bagus, baik didalam maupun diluar lebih rendah temperaturnya, sedangkan kelembabannya juga rendah dari tongkonan yang lingkungannya kurang bagus. Terhadap pengaruh kondisi sekitar dan variabel Material, disarankan: Perlu ada pemberian jarak pada bangunan rumah Tongkonan dan rumah Bugis untuk mendapatkan citra Tongkonan, dimaksudkan juga untuk memberikan efek pengarah udara yang baik pada lorong-lorong antar bangunan (antar Tongkonan dengan rumah Bugis), berfungsi juga untuk menurunkan kondisi kelembaban yang tinggi serta menjauhkan efek panas dari atap rumah Bugis (seng) yang masuk ke Tongkonan. DAFTAR PUSTAKA 1. Boutet, Terry S. 1987. Controlling Air Movement, Mc. Graw Hill Book Co, New York. 2. Brown, GZ. 1990. Matahari, Angin dan Cahaya, Penerbit Intermatra, Bandung. 3. Egan, David, M. 1999. Konsep-konsep Dalam Kenyamanan Thermal, alih bahasa. Rosalia, Kelompok Sains dan Teknologi Arsitektur, Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka, Malang. 4. Galony S, Gideon. 1995. Ethic and Urban Design, Jhon Willey and Sons, New York. 5. Kis-Jovak Imre Jova. 1988. Banua Toraja. Royal Tropical Institute. The Netherland Amsterdam. 6. Lakitan B. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 7. Lippsmeier, Georg. 1984. Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta. 8. Manguwijaya Y.B. 1994. Pengantar Fisika Bangunan. Penerbit Djambatan. Yogyakarta. 9. Santoso, Mas. 1993. Sistem Informasi Aspek Panas Dalam Ruangan Arsitektur, Lemlit ITS. Surabaya. 10. Saswiko Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Penerbit Andi. Yogyakarta. 11. Soegijanto. 1999. Bangunan Di Indonesia Dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau Dari Aspek Fisika Bangunan. Institut Teknonolgi Bandung. Bandung. 12. Surjamanto, W. 2000. Iklim dan Arsitektur. Institut Teknologi Bandung. Bandung 13. Szokolay, SV. 1981. Cooling problems in predominantly overheated humid region in 89

Passive Cooling, Proceeding of the international passive and hybrid cooling conference. Bowen, A., ed., Amican Section of the International Solar Energy Society, Florida. 14. Tangdilinting L.T. 1975. Tongkonan dengan seni dan konstruksinya, Ujung Pandang (Yayasan Lepongan Bulan) 15. Tangdilinting L.T. 1978. Tongkonan (Rumah Adat Toraja) dengan struktur seni, dan konstruksinya. Tana Toraja (Yayasan Lepongan Bulan). Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 90