BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unlevered firm Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas. Levered firm Perusahaan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan alat-alat analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perusahaan harus meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan menunjukkan. dengan meningkatkan inovasi dan produktivitas.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN. DOSEN : DR. SUWANDI, S.E., M.Si TUGAS IV, STRUKTUR MODAL. Oleh Desi Espenti Rinsan Hutabarat

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Menurut Sudana (2011:143) struktur modal (capital structure)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2010: 45).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. persaingan yang dihadapi. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian dari struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan di dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Riyanto (2008:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain). Brigham dan Houston (1999:5; dalam Weston & Thomas, 2008) menyatakan bahwa kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian (return), sehingga perusahaan perlu menentukan struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Martono dan Agus, 2008:240). Struktur modal optimal juga menggambarkan bahwa perusahaan mempunyai pendanaan yang efisien. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah : stabilitas penjualan, struktur aktiva (assets tangibility), leverage operasi, tingkat pertumbuhan (growth), profitabilitas (profitability), pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, ukuran perusahaan (firm size), risiko, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan 9

10 fleksibilitas keuangan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi dasar pertimbangan keputusan manajer (Riyanto, 2008:24). 2.1.2 Teori Struktur Modal Menurut Agus Sartono (2008:225), pemahaman mengenai teori struktur modal akan membantu manajer keuangan untuk mengidentifikasi faktor utama yang dapat mempengaruhi struktur modal yang optimal. Beberapa teori struktur modal yang ada adalah sebagai berikut : 2.1.2.1 Agency Theory dan Financial Distress Teori keagenan atau agency relationship muncul ketika satu atau lebih individu menggaji individu lain untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen dan karyawannya. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan agency costs. Agency costs adalah biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras atau sejalan dengan tujuan pemilik perusahaan (owner) (Brigham dan Houston, 2008). 2.1.2.2 Signaling Theory Menurut Agus Sartono (2008), Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik

11 (owner). Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan alternatif lain, termasuk menggunakan hutang di luar struktur modal sasaran (capital target structure). Selain itu adanya pengumuman penawaran saham biasanya dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan tersebut tidak terlalu baik sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan. 2.1.2.3 Pecking Order Theory Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart C. Myers dan Nicolas Majluf pada tahun 1984. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Menurut Hanafi (2008:313) skenario urutan dalam teori Pecking Order adalah sebagai berikut : a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (profit) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

12 d. Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat-surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat-surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel dan saham sebagai pilihan terakhir. Pecking order theory menjelaskan urutan-urutan dalam pendanaan perusahaan. Manajer tidak memperhitungkan tingkat hutang, akan tetapi memperhitungkan segala kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari sumber pendanaan dari kegiatan investasi tersebut. Disamping itu, hal lain yang berkaitan adalah pembayaran dividen sebab perusahaan lebih menyukai kebijakan dividen yang tidak berubah-ubah. 2.1.2.4 Pendekatan Modigliani dan Miller Teori ini dipelopori oleh Franco Modigliani dan Merton Miller pada tahun 1958. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut : Ke = Keu + ( Keu - Kd ) ( B/S ) Dimana : Ke Keu : biaya modal sendiri : biaya modal sendiri pada saat perusahaan tidak menggunakan hutang Kd B : biaya hutang : nilai pasar hutang

13 S : nilai modal sendiri Formula diatas dianggap tidak sesuai karena MM tidak memasukkan faktor pajak didalamnya. MM juga berpendapat bahwa nilai perusahaan dengan hutang akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, sebab kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak. Teori ini tentu bertentangan dengan keadaan pasar saat ini, dimana beban pajak sangat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Selain itu, pajak juga menjadi salah faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan keputusan struktur modal perusahaan. 2.1.2.5 Trade Off Theory Trade-off theory merupakan teori yang menjelaskan tentang adanya pertukaran antara laba atau keuntungan yang didapatkan dengan risiko yang akan ditanggung. Ada beberapa alasan yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Salah satu alasan terpenting perusahaan ialah semakin tinggi hutang, akan semakin tinggi pula kebangkrutan yang akan terjadi pada perusahaan tersebut. Kebangkrutan yang terjadi akan menimbulkan biaya kebangkrutan (financial distress). Biaya kebangkrutan tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu : a. Biaya Langsung (direct cost) Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lain yang sejenis. Misalnya bunga atas hutang kepada kreditur yang

14 tidak mampu dilunasi perusahaan tepat waktu akibat tidak adanya dana yang bisa digunakan untuk membayar bunga tersebut. b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan. Misalnya, pembayaran denda, bunga, pembagian saham preferen dan saham biasa karena dituntut oleh para pemegang saham, dan lain sebagainya. Trade off teory memasukkan beberapa faktor dalam menentukan struktur modal optimal diantaranya : pajak, agency cost, dan financial distress tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai perimbangan dan manfaat dari pengunaan hutang. Brigham dan Houston (2006:36, dalam Hanafi, 2008) meringkas inti dari teori trade-off sebagai berikut : a. Kenyataan bahwa bunga kredit atau hutang merupakan bebab pengurang pajak yang menjadikan biaya hutang relatif rendah dibandingkan biaya penerbitan saham. Secara tidak langsung hutang memberikan manfaat perlindungan pajak bagi perusahaan. b. Dalam dunia nyata perusahaan jarang menggunakan hutang 100% dalam sumber pendanaannya. Perusahaan membatasi penggunaaan hutang untuk menjaga biaya yang berhubungan dengan biaya kebangkrutan (financial distress). c. Hutang juga mempunyai tingkat ambang batas yaitu batasan dimana biaya kebangkrutan (financial distress) menjadi penting dalam struktur modal optimal yaitu manfaat perlindungan pajak sama dengan biaya-biaya yang

15 berhubungan dengan biaya kebangkrutan. Jika perusahaan memiliki jumlah hutang yang relatif rendah dari ambang batas maka kemungkinan perusahaan bangkrut akan semakin kecil sehingga financial distress diabaikan, sebaliknya jika penggunaan hutang diluar ambang batas maka perusahaan akan memperhitungkan financial distress sebab kemungkinan perusahaan bangkrut juga akan semakin besar. 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Riyanto (2008:24) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, profitabilitas, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, pengendalian, pajak, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Penelitian ini hanya meneliti empat faktor yang dianggap mempunyai pengaruh dominan dalam struktur modal. Masing-masing dari empat faktor yang dianggap dominan mempengaruhi struktur modal akan dijelaskan sebagai berikut : 2.1.3.1 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Brigham dan Houston (2008) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

16 Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Pengukuran profitabilitas yang lazim digunakan untuk menganalisis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut : 1. Net profit margin yaitu membandingkan antara laba bersih dengan penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan oleh tingkat penjualan dari perusahaan tersebut. 2. Return on asset (ROA) yaitu membandingkan antara laba bersih dengan total asset dari perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan oleh total asset dari perusahaan tersebut.

17 3. Return on equity (ROE) yaitu membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri dari perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan akan modal sendiri dari perusahaan tersebut Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi akan cenderung membiayai perusahaan dengan modal sendiri yaitu dengan laba ditahan dan juga saham. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka nilai saham akan meningkat dan hal ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan dengan menjual saham-saham yang nilainya telah meningkat tersebut. 2.1.3.2 Pertumbuhan Asset Pertumbuhan asset adalah pertumbuhan total aktiva lancar yang ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva yang dapat ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, biaya yang dibayar dimuka. Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun (tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan) seperti: investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban yang ditangguhkan dan aktiva lain-lain.

18 Menurut Martono dan Agus Harjito (2008), pertumbuhan asset didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari total aktiva. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada sumber dana eksternal dikarenakan sumber dana internal tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan asset yang tinggi. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan menambah kepercayaan pihak luar atau kreditur terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi penggunaan sumber dana hutang akan semakin besar dibandingkan modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan struktur asset fleksibel, cenderung menggunakan hutang yang fleksibel dimana adanya kecenderungan menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang cepat lebih banyak mengandalkan sumber dana eksternal. Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhan assetnya. 2.1.3.3 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total

19 aktiva dari suatu perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan sumber dana eksternal juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi dana untuk kegiatan operasional perusahaan. Menurut Riyanto (2008), ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan. Ukuran perusahaan mempunyai dampak yang signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal Tunggal (1995, dalam Sumani dan Lia Rachmawati, 2012). Kenyataannya, lebih sukar untuk menyusun pemisahan tugas yang memadai dalam perusahaan kecil. Tidaklah layak mengharapkan perusahaan kecil untuk mempunyai auditor internal. Tetapi, jika berbagai sub elemen struktur pengendalian diperhatikan, menjadi jelas bahwa kebanyakan dapat diterapkan bagi perusahaan besar dan kecil. Meskipun tidak lazim untuk memformalkan kebijakan ke dalam bentuk pedoman, pasti dimungkinkan bagi perusahaan kecil untuk mempunyai manajer yang kompeten dan dapat dipercaya dengan alur tanggung jawab yang jelas; prosedur otorisasi, pelaksanaan, dan pencatatan transaksi yang pantas, dokumen, catatan dan laporan yang memadai; pengawasan fisik atas aktiva dan catatan; dan sampai tingkat tertentu, pengecekan atas pelaksanaan.

20 Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dan bertahan dalam dunia industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan ukuran kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan dengan total asset, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset, sehingga perusahaan yang lebih kecil akan lebih sulit memperoleh pinjaman daripada perusahaan yang besar, oleh sebab itu besar kecilnya (ukuran) perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal.

21 2.1.3.4 Risiko Risiko bisnis dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang mungkin memiliki dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan dan merupakan risiko dasar yang dimiliki perusahaan selain financial risk sebagai tambahan risiko perusahaan akibat penggunaan hutang. Ada dua faktor dalam resiko bisnis yaitu faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor eksternal memiliki kecenderungan yang lebih dominan. Salah satu resiko yang paling dominan adalah bahwa perubahan dalam permintaan untuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika perubahan itu positif, dan permintaan pasar mengalami peningkatan, maka resiko bisnis akan menurun. Sebaliknya, jika permintaan pasar menurun, baik karena persaingan bisnis atau perubahan kondisi ekonomi secara umum, maka faktor risiko untuk investor akan meningkat secara signifikan. Ketika faktor resiko perusahaan dianggap meningkat karena faktor luar yang berada di luar kendali dari perusahaan, maka kemungkinan untuk menarik investor baru sangat terbatas. Faktor internal juga dapat mengakibatkan pengembangan risiko bisnis yang signifikan untuk investor. Misalnya jika penjualan lesu dapat dikaitkan dengan kegiatan pemasaran yang tidak efektif atau tenaga penjualan yang tidak berkinerja sesuai harapan, membuat perubahan dalam pendekatan pemasaran atau restrukturisasi usaha penjualan untuk meminimalkan persepsi resiko usaha pada pihak calon investor.

22 Menurut Brigham dan Houston (2008:323), secara ringkas risiko bisnis dipengaruhi oleh: a. variabilitas permintaan (unit yang terjual). b. variabilitas harga jual. c. variabilitas harga masukan. d. kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan harga masukan. e. sejauh mana biaya-biaya bersifat tetap : Leverage Operasi. Jenis-jenis risiko yang umum dikenal dalam kegiatan bisnis atau usaha antara lain meliputi: 1. Risiko murni atau pure risk Merupakan ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada suatu peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni merupakan suatu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi maka tidak menimbulkan kerugan namun juga tidak menimbulkan keuntungan. Risiko ini akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break event, contohnya adalah pencurian, kecelakaan atau kebakaran. 2. Risiko spekulatif atau speculative risk Merupakan risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian financial atau memperoleh keuntungan. Risiko ini akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break event, contohnya adalah investasi saham di Bursa Efek.

23 3. Risiko individu atau individual risk Merupakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Misalnya risiko yang akan timbul bila melakukan investasi usaha, atau menyewa apartemen. Risiko ini di bagi ke dalam tiga macam risiko, yaitu: a. Risiko pribadi atau personal risk, adalah risiko yang mempengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang dalam memperoleh keuntungan, cotohnya adalah mati muda, cacat fisik, dan kehilangan pekerjaan. b. Risiko harta atau property risk adalah risiko terjadinya kerugian keuangan apabila kita memiliki suatu benda atau harta. Yaitu adanya peluang harta tersebut untuk hilang, di curi, atau rusak. Kehilangan suatu harta dapat di bedakan menjadi dua jenis: Kerugian langsung atau direct losses terjadi apabila harta kita hilang atau rusak. Kerugian tidak langsung atau indirect losses (consequential) adalah setiap kerugian yang terjadi akibat kerugian asal (original losses). c. Risiko tanggung gugat atau liability risk adalah risiko sebagai tanggung jawab akibat kerugian pihak lain. Jika kita menanggung kerugian seseorang, maka kita harus membayarnya, sehingga kerugian pihak lain menyebabkan kita mengalami kerugian finansial.

24 2.1.4 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti No (Tahun) 1. Hendri Setyawan dan Sutapa (2006) 2 Kartini & Tulus Arianto (2008) Judul Penelitian Analisis Faktor Penentu Struktur Modal(Studi Empiris pada Emiten Syariah di BEJ 2001-2004) Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur. Variabel Profitabilitas Pertumbuhan aktiva Ukuran perusahaan Kepemilikan asing dan kepemilikan pemerintah Struktur modal Struktur Kepemilikan Profitabilitas Pertumbuhan Aktiva Ukuran Perusahaan Struktur Modal Alat Analisis Regresi Linier Regresi Linear Berganda Hasil Profitabilitas, pertumbuhan asset, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. faktor profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan faktorfaktor yang mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal adalah: struktur kepemilikan, pertumbuhan aktiva, dan ukuran perusahaan. 3 Sumani dan Lia Rachmawati (2012) Analisis Struktur Modal Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Kebijakan Dividen Tingkat Profitabilitas Leverage Operasi Ukuran Perusahaan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Struktur modal Regresi Linear Berganda variabel independen yang mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal adalah kebijakan dividen, tingkat profitabilitas, dan leverage operasi, sedangkan yang tidak berpengaruh positif signifikan adalah ukuran perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan. 4 Idayu Restiyowati (2014) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Property Di Bursa Efek Inddonesia Profitabilitas Pertumbuhan asset Ukuran perusahaan Risiko bisnis Struktur modal Regresi Linear Berganda Dalam proses pengujian

25 2.1.5 Hubungan Antar Konsep Variabel-variabel independen dalam penelitian ini yang dianggap dominan mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah : profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko. Variabel-variabel independen tersebut mempunyai hubungan dengan struktur modal (variabel dependen). Adanya hubungan antar variabel juga menjadi dasar pertimbangan bagaimana rerangka pemikiran atau konsep dalam penelitian ini. Hubungan antara masing-masing variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) akan dijelaskan sebagai berikut : 2.1.5.1 Hubungan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Myers dan Majluf (1984, dalam Riyanto, 2008), menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal ketika perusahaan membutuhkan dana untuk keperluan investasi. Semakin profitable suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan investasi dari sumber dana internal seperti laba ditahan (retained earning). Prioritas penggunaan dana internal disebabkan penggunaan sumber dana internal terbebas dari adanya asimetri informasi (Hanafi, 2008: 315). 2.1.5.2 Hubungan Pertumbuhan Asset Terhadap Struktur Modal Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mengimplikasikan adanya permintaan yang lebih tinggi akan kebutuhan dana eksternal (Riyanto, 2008).

26 Ketika dibutuhkan dana eksternal untuk memenuhi kebutuhan investasi maka perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan hutang terlebih dahulu dibandingkan menerbitkan saham baru. Ini dikarenakan semakin tinggi peluang pertumbuhan akan menyebabkan semakin tinggi pula asimetri informasi yang terjadi. Menurut Myers dan Majluf (1977, dalam Sumani dan Lia Rachmawati, 2012), perusahaan akan lebih memilih menggunakan hutang untuk menekan asimetri informasi yang dapat terjadi. Selain itu menurut teori signaling, perusahaan dapat mengkomunikasikan prospek pertumbuhan yang baik bagi perusahaan di masa depan dengan menggunakan hutang. Sebab hutang dapat menjadi sinyal positif bagi investor luar, sehingga investor luar dapat yakin dan percaya bahwa prospek perusahaan dimasa depan akan baik. 2.1.5.3 Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Semakin besar perusahaan, maka lebih memiliki arus kas yang lebih stabil, yang dapat mengurangi risiko dari penggunaan hutang. Selain itu perusahaan besar memiliki default risk yang lebih rendah dan memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih rendah daripada perusahaan-perusahaan kecil (Weston J. Fred & Thomas, 2008). Hal ini berarti bahwa semakin besar perusahaan maka pemakaian hutangnya akan menjadi lebih banyak, ini terkait rendahnya risiko perusahaan besar. Rendahnya risiko perusahaan juga akan menyebabkan biaya utang perusahaan besar juga lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga mendorong akan perusahaan untuk menggunakan hutang lebih banyak lagi.

27 2.1.5.4 Hubungan Risiko Terhadap Struktur Modal Semakin tinggi risiko, maka probabilitas terjadinya financial distress juga semakin tinggi (apalagi ketika perusahaan menggunakan banyak utang) Krishnan dan Moyers (1996, dalam Sumani dan Lia Rachmawati, 2012). Ini dikarenakan earning atau laba yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang tidak menentu pula. Apabila pada kenyataannya perusahaan merugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk membayar beban bunga, maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan salah satu teori struktur modal yaitu teori trade-off, semakin tinggi kemungkinan financial distress, akan semakin tinggi pula kemungkinan financial distress costs yang harus ditanggung oleh perusahaan. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat penggunaan hutang yang optimum semakin rendah, sehingga perusahaan disarankan untuk mengurangi proporsi hutang dalam struktur modalnya. Risiko sangat rentan hubungannya dengan berbagai situasi, karena risiko merupakan suatu ketidakpastian dari berbagai kegiatan. Walaupun begitu, risiko masih bisa diminimalkan agar dampaknya tidak terlalu besar bagi berbagai pihak-pihak yang harus menanggungnya (Harmono, 2009:43). 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan uraian hubungan antar konsep diatas, dapat digambarkan variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat atau struktur modal, baik secara parsial (individu) maupun simultan (bersama-sama). Berikut gambar rerangka pemikiran dari penelitian ini :

28 Profitabilitas Pertumbuhan Asset Struktur Modal Ukuran Perusahaan Risiko Gambar 1 Rerangka Pemikiran Sumber : Dari Berbagai Jurnal dan Dikembangkan Untuk Penelitian 2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, teori dan faktor-faktor struktur modal, penelitian terdahulu, serta hubungan antar konsep diatas, berikut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : H1 :profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal H2 :pertumbuhan asset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal H3 :ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal H4 :risiko berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal