BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUANB I PENDAHULUAN. daerah membuat pemerintah daerah dipacu untuk dapat memberdayakan

Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISSN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN I.I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandung merupakan kota kecil yang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai citarum oleh lava gunung tangkuban perahu yang lalu membentuk talaga. Hari ditetapkan berdirinya Kota Bandung yaitu pada tanggal 25 September 1810, kala itu Kota Bandung ditetapkan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda dengan gubernurnya saat itu adalah Herman Willem Daendels yang mengeluarkan surat keputusan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan itu. Sehingga hari itulah yang dianggap sebagai berdirinya Kota Bandung. Menurut Raksadjaya (2007), Kota Bandung pada awalnya hanya memiliki luas sekitar 900 ha pada tahun 1906 dan kemudian semakin meluas hingga pada tahun 1949 luas Kota Bandung menjadi 8.000 ha, sampai terkahir bertambah menjadi luas sekitar 16.000 ha. Dengan perubahan luas wilayah Kota Bandung yang semakin meluas, berdampak pula pada tatanan tata ruang wilayah yang ada. Sehingga banyaknya sektor-sektor pembangunan di Kota Bandung mengalami perubahan letak lokasinya secara langsung. Contohnya saja pada sektor industri yang pada saat Kota Bandung hanya memiliki luas 8.000 ha letaknya berada di pinggir kota bandung, namun pada saat sekarang yang memiliki luas sekitar 16.000 ha maka

leta posisi lokasi industri yang berada di pinggir sebelumnya dengan sendirinya bergeser dan berada di wilayah tengah-tengah Kota Bandung. Sektor industri pada umumnya, pertumbuhannya jauh lebih pesat dari sektor pertanian. Oleh karena itu juga tidak mengherankan bahwa peranan sektor industri dalam perekonomian dalam suatu negara lambat laun menjadi semakin penting. Hal ini tercermin pada sumbangan sektor industri, pada Produk Nasional Bruto yang semakin meningkat. Pembangunan industri merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah pada suatu barang, menyidakan barang dan jasa sehingga mutu menjadi meningkat dan bisa bersaing dengan barang yang berada di pasar dalam dan luar negeri, selain itu juga dapat meningkatkan pertambahan devisa negara. Akan tetapi untuk itu perlu adanya pendayagunaan dengan sebaikbaiknya baik dari sumber daya manusia, sumber alam, teknologi maupun sumber dananya. Pembangunan dan pengembangan industri di Indonesia tidak hanya cukup menanamkan modal yang besar begitu saja. Hal ini disebabkan latar belakang budaya dan kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia yang masih tergantung pada sektor pertanian, terbukti pada kuartal I tahun 2011 sektor pertanian berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.5% (ArsipBertita.com, 2011). Agar tidak terjadi masalah antara proses industrialisasi dan pembangunan pertanian, maka kedua sektor tersebut diusahakan agar tumbuh secara seimbang.

Untuk pengembangan suatu kawasan industri diperlukan perencanaan yang tepat dan matang sebagai penentuan lokasi industri, dengan demikian untuk menentukan suatu lokasi yang cocok bagi kawasan industri, diperlukan identifikasi lokasi yang sesuai agar dapat dijadikan sebagai kawasan industri dengan memperhatikan variabel-variabel penentuan lokasi relatif industri. (Waluyo dalam Nugroho, 1996) Memacu pertumbuhan industri di negara Indonesia ini agaknya memang sulit. Tapi hal itu bahkan tidak disadari oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah ingin bidang industri sebagai penopang ekonomi di Indonesia, tapi nyatanya sejak krisis moneter di indonesia sejak tahun 1996 sampai 1998 lalu, mengakibatkan Sektor Industri di Indonesia tampak loyo. Meskipun setelah tahun 1998 sektor industri cukup berkembang sedikit demi sedikit, tapi hal itu belum bisa mengembalikan sektor industri Indonesia seperti sedia kala. Bahkan di tahun 2008 pemerintah meningkatkan kenaikan pertumbuhan industri hingga 8,6%. (Bayu Mukti, 2008) Penanaman investasi modal ke Indonesia akhir-akhir ini juga semakin menurun. Hal itu disebabkan biaya tinggi dalam proses perizinan, pemasaran produk, stabilitas keamanan di wilayah Indonesia dan kepastian hukum. Banyaknya barang selundupan juga menjadi momok yang menyebabkan barang-barang dalam negeri kalah bersaing. Untuk memacu pertumbuhan perindustrian di Indonesia diperlukan sebuah kerja keras dari semua pihak. Namun lain halnya dengan kota Bandung. Kota Bandung ditunjuk sebagai pilot project kota kreatif se-asia Timur dan Asia Tenggara berdasarkan pertemuan Yokohama Juli 2007. Selain itu, pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Ekonomi Kreatif Indonesia. Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung pun berlangsung semakin pesat, terutama dalam sektor fesyen, desain, dan musik. Perkembangan industri kreatif tersebut berdampak terhadap produktivitas ekonomi daerah yang juga mengindikasikan peningkatan intensitas sistem kegiatan. (Fahmi, 2009).

Seiring dengan berjalannya pembangunan di Kota Bandung, tanpa disadari Bandung telah menjadi sebuah kota yang meningkatkan pendapatan daerahnya melalui sektor indutri. Terbukti dari banyaknya sektor indutri yang tumbuh di kota Bandung, baik itu industri kimia dasar, industri mesin dan logam, industri kecil dan juga industri aneka industri. Berikut ini merupakan daftar persebaran berbagai macam industri di Kota Bandung. No Nama Wilayah Tabel 1.1 Jenis Industri Kota Bandung Kimia Dasar Jenis Industri Mesin & Logam Dasar Kecil Aneka Industri Total Jumlah 1 Bojonegara 5 33 19 55 112 2 Cibeunying 3 11 15 15 44 3 Tegallega 14 62 33 142 251 4 Karees 21 20 6 85 132 5 Ujungberung 3 11 4 5 23 6 Gedebage 4 21 6 18 49 (Sumber : BPS Kota Bandung, 2009) Dari tabel jenis industri Kota Bandung dapat terlihat bahwa wilayah Tegallega merupakan daerah dengan lokasi industri terpadat diantara 5 wilayah yang lainnya, yaitu wilayah Bojonegara, Cibeunying, Karees, Ujungberung dan Gedebage. Dengan jumlah total industri yang berada di wilayah Tegallega yaitu sekitar 251 industri, 14 berupa industri kimia dasar, 62 industri mesin dan logam dasar, 33 industri kecil dan sisanya 142 industri aneka industri. Diikuti kemudian

oleh wilayah Karees dengan jumlah industri yang ada sebesar 132. Sementara wilayah yang memiliki jumlah lokasi industri paling jarang di kota Bandung adalah wilayah Ujungberung, terbukti wilayah Ujungberung hanya memiliki 23 jumlah industri. Seiring dengan perkembangan teknologi yang setiap tahunnya memiliki perkembangan, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa alasan mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan yaitu, melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput wilayah yang luas. Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3 dimensi. Seperti yang dikatakan Lillesand dan Kiefer, (1994) Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah. Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik. Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan sebagainya. Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat, tepat dan akurat.

Tujuan utama dalam penginderaan jauh yaitu untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungannya. Penginderaan jauh makin sering digunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan seperti, citra dapat dibuat dengan singkat meskipun wilayah yang menjadi sumber merupakan wilayah yang sulit untuk di tempuh, seperti yang dikatakan Mudhofir, (2010) teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi dan perencanaan. Penginderaan jauh memiliki peranan yang sangat besar dalam sistem informasi data dan pengelolaannya. Peran tersebut antara lain yaitu untuk mendeteksi perubahan data dan pengembangan model di berbagai kepentingan, salah satu contohnya yaitu untuk kepentingan sektor industri. Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan dalam penyajian data-data yang diperlukan dalam mengevaluasi lokasi industri, contohnya saja dengan penginderaan jauh dapat diperoleh peta kesesuian lahan untuk kawasan industri. Penginderaan jauh merupakan teknologi yang sangat penting dalam pengelolaan kawasan industri. Sehingga pembangunan wilayah-wilayah industri tidak berada di wilayah sembarang lahan, yang mungkin disebabkan masih kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan evaluasi penentuan lokasi industri. Dengan begitu diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor-investor tentang penggunaan lahan yang potensial untuk kawasan industri di Kota Bandung, khususnya wilayah Tegallega.

Perkembangan teknologi penginderaan jauh memiliki kemajuan yang signifikan, diantaranya perkembangan resolusi citra baik resolusi spasial maupun resolusi spektralnya. Menurut Sudarsono (2006), salah satu citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang tinggi adalah citra QuickBird mempunyai resolusi spasial 0.61 meter akan memberikan gambaran muka bumi yang lebih rinci. Resolusinya yang tinggi menampakan obyek-obyek permukaan yang jelas, seperti jaringan jalan, kepadatan bangunan, pola permukiman, dan sebagainya. Kemampuan Penginderaan jauh yang menyediakan data spasial berupa citra beresolusi tinggi yaitu Quickbird dan analisis sistem informasi geografi yang akurat dapat digunakan untuk kajian perkotaan. Sehingga dalam proses evaluasi industri di wilayah Tegallega dapat dilakukan dengan baik menggunakan cara tersebut. Pembatasan analisis perkotaan yang akan dilakukan adalah pada permasalahan lokasi industri Kota Bandung dengan memanfaatkan data spasial pada citra Quickbird Kota Bandung tahun 2008. Pengolahan data akan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran industri di Kota Bandung yang ada pada citra Quickbird tersebut sehingga diperoleh data akurat mengenai evaluasi pola persebaran industri di wilayah Tegallega. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Selain berkedudukan sebagai dasar bagi kebijakan pemanfaatan ruang, RTRW juga memiliki kedudukan sebagai penyelaras strategi serta arahan

kebijakan penataan ruang wilayah propinsi dengan kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam struktur dan pola tata ruang wilayah kota. Dan juga sebagai pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selain memiliki kedudukan, RTRW juga memiliki berbagai macam fungsi, yaitu contohnya seperti Perumusan kebijakan pokok pembangunan dan pemanfaatan ruang, Pengarahan dan penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat. Penerbitan perijinan pembangunan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk wilayah yang belum diatur dalam rencana yang lebih rinci, serta sebagai pelaksana pembanguna dalam memanfaatkan ruang dalam kegiatan pembangunan. Dalam pembangunan kawasan industri, RTRW juga sangat penting peranannya. Dikarenakan agar kawasan industri yang dikembangkan nantinya akan sesuai dengan tata ruang yang ada, sehingga dapat meminimalisasi dampak negatif dan sebaliknya dapat mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Dengan begitu maka sektor industri mampu untuk menarik peluang-peluang investasi yang ada bagi pengembangan industri daerah tersebut. Dengan demikian tujuan yang sebelumnya ditetapkan dalam peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 2009 tentang kawasan industri, seperti mengendalikan pemanfaatan ruang, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri, meningkatkan daya saing investasi, serta memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan pembangunan infrastruktur, yang terkoodinasi antar sektor terkait dapat terlaksana dengan baik dan sebagaimana mestinya yang sudah di tetapkan. (Mohamad, 2010) Perkembangan suatu kawasan industri terkait dengan adanya pemilihan lokasi kawasan industri yang akan dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yang berada di wilayah lokasi kawasan industri tersebut.

Selain itu juga akan berdampak pada fungsi-fungi kawasan lainnya yang berada di sekitar lokasi industri tersebut. Dalam mengembangkan suatu kawasan industri perlu diperhatikan juga kesesuaian tata ruang, karena dalam pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan dalam kawasan industri harus sesuai berdasarkan ketetapan rencana tata ruang wilayah yang ada. sehingga nantinya ada kesesuaian antara rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dengan rencana tata ruang wilayah provinsi. Dan arah pembangunan kawasan industri terebut menjadi pasti perkembangannya ke arah yang diinginkan. Dengan memperhatikan RTRW dalam pengembangan wilayah industri dapat memberikan efesiensi dalam perkembangannya. Bagi pengguna kaveling akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah tertata dengan baik sehingga memiliki beberapa keuntungan seperti adanya bantuan proses perijinan dan juga tersedianya sarana dan prasarana. Bagi pemerintah sendiri akan menjadi lebih efesien dalam mengembangkan pembangunan prasarana yang mendukung untuk pengembangan wilayah industri. Sehingga kebijakan struktur tata ruang dapat disusun ke dalam susunan yang dapat menunjang perkembangan kota yang terarah dan juga efesien, serta memiliki tingkatan pelanan yang baik. Sebagai contoh kebijakan struktur tata ruang kota dapat diarahkan dalam rangka mengurangi pemusatan wilayah-wilayah kegiatan di pusat kota.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis mencoba menarik suatu masalah mengenai : Pemanfaatan citra quickbird untuk evaluasi lokasi industri di wilayah Tegallega berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandung. Dari masalah utama tersebut diperinci kembali menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana akurasi interpretasi lokasi bangunan industri dari citra Quickbird? 2. Bagaimana mengevaluasi kesesuaian antara lokasi industri di wilayah Tegallega dengan Rencana? C. Tujuan Penelitian Segala hal dilakukan tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dengan suatu penelitian yang memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Tujuan penelitian merupakan rumusan yang menunjukan adanya suatu hal yang hendak dicapai setelah penelitian selesai (Arikunto, 1996 : 52) Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis akurasi interpretasi lokasi bangunan industri dari citra Quickbird. 2. Mengevaluasi kesesuaian antara lokasi industri di wilayah Tegallega berdasarkan Rencana.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang manfaat bagi ilmu pengetahuan (manfaat teoritis) serta sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan untuk bahan kajian dalam pembuatan keputusan-keputusan bagi perbaikan penggunaan lahan dimasa yang akan datang (manfaat praktis). Secara terperinci penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : Manfaat Teoritis a. Sebagai pendalaman materi dan memperkaya pengetahuan penulis mengenai evaluasi lokasi industri. b. Dapat memberikan sumbangan ilmu dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran Geografi. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan lokasi industri. b. Sebagai informasi bagi perencanaan dan perancang kawasan industri yang berwawasan lingkungan dan mengeuntungkan. c. Sebagai Aplikasi Penginderaan Jauh bidang perkotaan khususnya kajian industri. d. Sebagai data acuan untuk kepentingan peneliti selanjutnya.

E. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadi kekeliruan makna bagi yang membaca skripsi ini, maka dari itu penulis membatasi pengertian dari judul yang penulis ambil yaitu sebagai berikut : 1. Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1994). Penginderaan jauh banyak diminati dan berkembang dengan pesat karena dianggap lebih efektif dan efisien dalam menganalisis objek dan fenomena di permukaan bumi. 2. Industri adalah bagian dari proses produksi, yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Perindustrian adalah kegiatan industri secara mekanik ataupun kimia, termasuk reparasi dan asembling atau perakitan. (Wardiatmoko, 2006) 3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Memasuki era otonomi, dimana setiap daerah diberikan kewenangan dalam mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangganya, RTRW sudah seharusnya menjadi dasar pengambilan kebijakan pembangunan pada setiap wilayah. (Rini, 2003)