BAB I PENDAHULUAN. Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

dokumen-dokumen yang mirip
253/PMK.03/2008 WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJ

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PERBEDAAN ANTARA PEMUNGUTAN DAN PEMOTONGAN

Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Definisi PPh Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Perbedaan Antara Pemungutan dan Pemotongan

2 Dilihat dari sudut pandang ekonomi, pajak layak untuk menjadi tulang punggung negara yang potensial. Dari pajak, pemerintah dapat menyediakan sarana

TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan

BAB III PEMBAHASAN. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB 2 LANDASAN TEORI. perpajakan. Beberapa definisinya antara lain definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.03/2010 TENTANG

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

2017, No perlu mengganti Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

39/PMK.03/2010 BATASAN DAN TATA CARA PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDI

79/PMK.03/2010 PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

PER - 52/PJ/2009 PENUNJUKAN PEMOTONG, TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23. Disampaikan oleh : Amanda Oktariyani,SE.,M.Si,Ak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

1 of 5 21/12/ :45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

Modul ke: PPh Pasal 22. Fransisca Hanita Rusgowanto S.Kom, M.Ak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1.Akuntansi

MODUL PERKULIAHAN PERPAJAKAN 2

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

Repositori STIE Ekuitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu mewujudkan. sangat besar untuk pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Waluyo, 2013:2). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara selain dari sektor migas dan non migas untuk membiayai APBN negara Di samping sebagai sumber pendapatan negara, pajak juga bertujuan untuk menumbuhkan dan membina kesadaran serta tanggung jawab negara, karena pada dasarnya pembayaran pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran serta warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional. Dari banyaknya jenis pajak yang harus dibayar oleh setiap wajib pajak di Indonesia, baik suatu badan usaha atau perorangan, secara umum pajak dibagi menjadi dua jenis yaitu pajak negara (pajak pusat) dan pajak daerah. Pajak negara atau yang sering disebut dengan pajak pusat, dipungut langsung oleh Pemerintah 1

2 Pusat. Pajak yang termasuk ke dalam Pajak Negara ini adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Tas Barang Mewah, Bea Materai, Bea Masuk, dan Cukai. Pengertian Pajak Penghasian (PPh) menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2000 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya. Salah satu jenis Pajak Penghasilan adalah Pajak Penghasilan pasal 22. Definisi dari Pajak Penghasilan pasal 22 sendiri, menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah PPh yang dipungut oleh : 1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, 2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. 3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah, adapun jenis barang yang tergolong sangat mewah adalah : a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah).

3 b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah). c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500 m2 (lima ratus meter persegi). d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi). e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud seperti di atas yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih tinggi 100 % (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Pada tanggal 26 Desember 2012, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.011/2012 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010. Peraturan ini adalah ketentuan teknis pemungutan PPh Pasal 22 yang mengatur siapa saja yang menjadi

4 pemungut PPh Pasal 22, besarnya tarif pemungutan PPh Pasal 22, dan apa saja yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 dan mulai berlaku setelah 60 hari Peraturan Menteri Keuangan Tersebut diterbitkan. Salah satu isi dari Peraturan Menteri Keuangan baru tersebut adalah ditunjuknya Badan Usaha dibidang Industri Farmasi sebagai pemungut pajak dari seluruh penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam negeri. PT Bio Farma (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri farmasi. Dengan munculnya Peraturan Menteri Keuangan yang baru tentang ketentuan teknis pemungutan PPh Pasal 22 yang baru, PT Bio Farma diwajibkan untuk memungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri. Dari seluruh transaksi penjualan yang dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero) dengan distributor di dalam negeri, terdapat dua jenis transaksi, yaitu penjualan kredit dan penjualan tunai. Penjualan Tunai adalah penjualan yang transaksi pembayaran dan pemindahan hak atas barang/jasanya langsung, sehingga tidak perlu ada prosedur pencatatan piutang di perusahaan yang menjual barang/jasa. Sedangkan pengertian dari Penjualan Kredit adalah penjualan yang transaki pembayarannya tidak diterima sekaligus saat pemindahan hak atas barang/jasanya dilakukan, sehingga muncul pencatatan piutang di perusahaan yang menjual barang/jasa. Dengan adanya transaksi penjualan kredit kepada distributor dalam negeri, pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 akan berpengaruh pada manajemen kas di PT Bio Farma (Persero) karena pembayaran pajak yang harus dilakukan tepat waktu

5 sesuai masa pajaknya sedangkan pembayaran yang dilakukan oleh distributor dalam negeri melebihi masa pajak yang ditetapkan. sehingga PT Bio Farma (Persero) diharuskan untuk memberikan pinjaman kepada distributor dalam negeri dalam pembayaran Pajak Penghasilan pasal 22 terlebih dahulu. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Implementasi PMK No. 224/PMK.011/2012 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Kepada Distributor Dalam Negeri Terhadap Manajemen kas di PT Bio Farma (Persero). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan diidentifikasi oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Apakah tata cara pemungutan pajak penghasilan pasal 22 yang dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero) sudah sesuai berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. b. Bagaimana implementasi penerapan PMK NO. 224/PMK.011/2012 terhadap manajemen kas di PT Bio Farma (Persero). c. Bagaimana pencatatan jurnal piutang atas PPh pasal 22 di PT Bio Farma (Persero).

6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui apakah tata cara pemungutan pajak penghasilan pasal 22 yang dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero) sudah sesuai berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi penerapan PMK NO. 224/PMK.011/2012 terhadap manajemen kas di PT Bio Farma (Persero). c. Untuk mengetahui bagaimana pencatatan jurnal piutang atas PPh pasal 22 di PT Bio Farma (Persero). 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Perusahaan Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh PT Bio Farma (Persero) untuk lebih memperhatikan peraturan-peraturan tentang pajak yang sering mengalami perubahan agar segera diterapkan dan memperhatikan sejak munculnya peraturan baru tersebut bagaimana pengaruhnya terhadap manajemen kas.

7 b. Penulis Dapat memperoleh informasi mengenai penerapan peraturan baru yang mengharuskan badan usaha di bidang industri farmasi memungut Pajak Penghasian Pasal 22 yang dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero). c. Ilmu Pengetahuan - Memberikan informasi mengenai bagaimana penerapan dari PMK No. 224/PMK.011/2012 terhadap badan usaha di bidang industri farmasi. - Menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian berikutnya yang melakukan penelitian pada bidang kajian atau objek yang sama. 1.4 Metodologi Penelitian 1.4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu suatu metode pengujian secara intensif dan rinci terhadap suatu objek yang sesungguhnya dengan menelaah secara mendalam sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada untuk selanjutnya diambil suatu kesimpulan. 1.4.2 Data Penelitian 1.4.2.1 Jenis Data Jenis data yang dalam penelitian ini adalah : 1. Data Subjek

8 Data subjek adalah data yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan PMK No. 224/PMK.011/2012 dan dampaknya pada manajemen kas pada karyawan di bagian Pajak dan Administrasi Keuangan di PT Bio Farma (Persero). 2. Data Dokumenter Data dokumenter adalah data perusahaan berupa dokumen yang diperoleh dari pihak perusahaan berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, deskripsi jabatan unit yang terkait, dan dokumen-dokumen lain yang bersangkutan dengan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri dan manajemen kas di PT Bio Farma (Persero) 1.4.2.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Data Primer Data ini diperoleh langsung dari bagian-bagian yang terkait dengan kegiatan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri dan manajemen kas di PT Bio Farma (Persero). 2. Data Sekunder Data ini merupakan data yang diperoleh dengan mempelajari teori-teori dan literatur yang menunjang dan berhubungan dengan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan manejemen kas

9 1.4.2.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Wawancara Wawancara dilakukan penulis dengan cara mengajukan pertanyaan kepada bagian yang terkait dengan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri dan pengaruhnya terhadap manajemen kas. b. Observasi Observasi dilakukan penulis dengan cara mengamati langsung beberapa kegiatan dari pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri dan pengaruhnya terhadap manajemen kas. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan peneliti dengan cara mengumpulkan berbagai dokumen yang berhubungan dan yang digunakan dalam pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri dan pengaruhnya pada manajemen kas.

10 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT PT Bio Farma (Persero) yang berlokasi di Jalan Pasteur No. 28 Bandung. Adapun waktu penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2013.