PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN PAPSMEAR (Studi Kasus Di BPS Lilik Farida Surabaya) Erlinda Aisa ¹, Sumiati ²

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

JKK Vol. 11 No. 1, Juni 2015 (SAY)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM PADA WANITA DEWASA AWAL DI DUSUN PLALANGAN DESA PLOSOWAHYU KECAMATAN LAMONGAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG SADARI DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI PONDOK PESANTREN ADDAINURRIYAH II SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mamae merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA DUKUHAGUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kanker melonjak dari menjadi dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

TINGKAT PENGETAHUAN WUS (USIA TAHUN) TENTANG MANFAAT PAP SMEAR. Surya Mustika Sari¹, Titiek Idayanti²

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2010). Tingginya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

PENGARUH KONSELING METODE IVA TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA > 25 TAHUN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU MELAKUKAN TES PAPSMEAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. wilayah ke wilayah yang lain. Sampai saat ini penyakit 7menular seperti

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA

Faktor yang Mempengaruhi Deteksi Dini Kanker Serviks

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI SMA HARAPAN MEKAR KELAS XI MEDAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nama Rumah Sakit Jumlah Kasus

PENGALAMAN PASIEN YANG MENDERITA KANKER LEHER RAHIM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. karena saluran reproduksi wanita lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Bagian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

KARAKTERISTIK YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA (Di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

ABSTRAK. Nanik Widiawaty

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

Transkripsi:

Vol II, no. Januari PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN PAPSMEAR (Studi Kasus Di BPS Lilik Farida Surabaya) Erlinda Aisa ¹, Sumiati ². Mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Tenaga Pengajar Program Stdi D III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK Deteksi dini kanker leher rahim di Indonesia masih jarang ditemui, hal ini disebabkan oleh ketidakt masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker leher rahim, khususnya pada wanita usia reproduksi yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan karakteristik ibu. Di Indonesia angka kematian ibu yang terjangkit kanker leher rahim masih sangat tinggi yang disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah bahan makanan yang banyak mengandung zat kimia. Tujuannya mengidentifikasi penget ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan. Desain penelitian menggunakan metode statistik deskriptif persentasi. Jumlah sampelnya ditetapkan sebanyak responden akseptor KB pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Data diambil dengan menggunakan kuisioner, setelah data terkumpul diteliti kembali apakah data sudah cukup baik dan dapat disiapkan untuk proses berikutnya. Hasil penelitian diperoleh responden secara umum memiliki penget baik responden (7%), yang berpenget cukup responden (4%), yang berpenget kurang 6 responden (%). Berdasarkan usia responden yang berusia thn didapatkan penget baik responden ( 4 %), penget cukup responden ( 4%) dan penget kurang responden (%). Berdasarkan pendidikan didapatkan hasil : penget baik 4 responden (7%) dengan pendidikan Perguruan Tinggi, penget cukup 7 responden (54%) dengan pendidikan SLTA dan sebanyak 6 responden ( %) dengan pendidikan SD SLTP. Berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil : responden pekerja swasta memiliki penget cukup responden ( 59%), PNS terbanyak penget cukup responden ( %) dan tidak bekerja terbanyak 7 responden (67%) penget cukup. Adapun saran yang disampaikan, peneliti berharap dapat mengubah pola pikir masyarakat yang mengenyampingkan pemeriksaan papsmear dan tenaga kesehatan dapat meningkatkan upaya promotif menggalakkan penyuluhan khususnya untuk kesehatan reproduksi wanita diberbagai wilayah tidak hanya kota saja tetapi juga daerah yang sulit dijangkau. Kata kunci : ibu, deteksi kanker leher rahim, papsmear PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai seorang wanita kita perlu menjaga kondisi tubuh mulai dari ujung rambut sampai kaki, tidak hanya bagian luar saja yang dirawat dan dijaga melainkan organ dalam pun juga harus diperhatikan, misalnya rahim banyak mengalami perubahan yang tidak menentu hal ini harus diwaspadai pada setiap orang, perlunya pemeriksaan papsmear ditujukan untuk menurunkan angka kematian akibat kanker leher rahim. Dengan papsmear kanker leher rahim bisa terdeteksi lebih awal dan dapat disembuhkan jika stadium awal. Saat ini banyak ditemui wanita datang berobat setelah timbul suatu gejala seperti keputihan yang banyak dan berbau menyengat ternyata setelah diperiksa ditemukan sudah stadium lanjut. Penting dalam papsmear adalah pemeriksaan vagina dengan spekulum untuk diambil sampel cairan porsionya dan diperiksakan ke laboratorium. Total jumlah wanita yang didiagnosis kanker leher rahim di Amerika Serikat pada tahun 999 adalah 9 dengan kematian yang berkaitan dengan kanker sejumlah 44, sedangkan wanita yang mengidap kanker leher rahim di seluruh dunia sekitar 47, dengan angka kematian 5. Di banyak negara berkembang, kanker leher rahim merupakan penyebab kematian paling umum di usia reproduksi.(rasjidi, Imam.9;99) Diagnosis kanker leher rahim masih sering terlambat dibuat dengan Embrio, Jurnal Kebidanan

Vol II, no. Januari penanganannyapun ternyata tidak memberi hasil yang baik. Terlambatnya diagnosis terjadi karena penderita sering datang terlambat ke dokter ataupun disebabkan gejala yang sulit terdeteksi oleh dokter menemukan penyakit tersebut pada tingkat dini. Biasanya penderita datang ke dokter setelah terjadi gejala perdarahan per vaginam yang tidak semestinya atau terdapat keputihan yang berbau. Jika terjadi perdarahan per vagina atau terdapat keputihan, sering wanita tidak pergi ke dokter tetapi mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu atau pergi ke dukun. Apabila dengan usaha tersebut gejala tidak teratasi atau mungkin menghebat, barulah mereka pergi ke dokter. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengertian akan bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerangan mengenai kanker umumnya, kanker leher rahim khususnya. Tidak jarang pula mereka takut jika dokter menemukan kanker pada dirinya. Ketakutan yang tidak beralasan ini dikarenakan bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian. Dilakukannya deteksi dini dengan papsmear untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kanker leher rahim, jika seorang wanita terjangkit maka segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan berbagai terapi jika stadium awal besar kemungkinan bisa disembuhkan namun jika stadium sudah lanjut bisa dilakukan kemoterapi, kalau di biarkan atau tidak terdeteksi saat ini maka akan berakhir dengan kematian. Tujuan Umum dalam penelitian ini adalah: mengetahui penget ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear. Tujuan khususnya adalah :. Mengidentifikasi penget ibu tentang deteksi dini kanker leher Rahim dengan papsmear secara umum,. Mengidentifikasi penget ibu tentang deteksi dini kanker leher Rahim dengan papsmear berdasarkan usia,. Mengidentifikasi penget ibu tentang deteksi dini kanker leher Rahim dengan papsmear berdasarkan pendidikan, 4. Mengidentifikasi penget ibu tentang deteksi dini kanker leher Rahim dengan papsmear berdasarkan pekerjaan. Bahan dan Metode Rancangan penelitian yang dipilih adalah penelitian diskriptif, dimana peneliti berupaya menggambarkan penget tentang deteksi dini kanker leher Rahim dengan papsmear. Penelitian dilakukan di BPS Lilik Farida yang dilaksanakan pada bulan Juni. Populasi dalam penelitian adalah semua Akseptor KB sebanyak responden. Pengambilan sample dengan total sampling dan instrument penelitian menggunakan angket / kuisioner untuk mengukur penget ibu. Data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa data karakteristik ibu ( umur, pendidikan, pekerjaan ) dan penget ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear. Setelah data terkumpul selanjutnya di analisis dengan statistik, diskriptif persentase. Hasil dan pembahasan Berdasarkan penelitian terhadap responden didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ibu Tentang Deteksi Dini Dengan Papsmear Di BPS Lilik Farida Surabaya Pada Bulan Juni n % 6 7% 4% % Jumlah % Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa dari responden yang berpenget baik responden (7%), yang berpenget cukup responden (4%), yang berpenget kurang 6 responden (%). Tabel. Tabulasi Silang Ibu Berdasarkan Usia Di BPS Lilik Farida Surabaya. Usia (tahun) < - > 4 4 4 5 5 6 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari responden, - tahun yang mempunyai penget baik dalam pemeriksaan papsmear Embrio, Jurnal Kebidanan

Vol II, no. Januari terbanyak responden (%), - tahun yang mempunyai penget cukup terbanyak responden (85%), dan > 4 tahun yang mempunyai penget kurang terbanyak responden (5%). Tabel. Tabulasi Silang Ibu Berdasarkan Pendidikan Di BPS Lilik Farida Surabaya Pendidikan SD- SLTA PT SLTP 4 7 7 4 7 6 46 7 54 6 6 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang berpendidikan SD-SLTP dan PT yang mempunyai penget baik terbanyak 4 responden (7%), yang berpendidikan SLTA mempunyai penget cukup terbanyak 7 responden (54%), yang berpendidikan SD-SLTP mempunyai penget kurang terbanyak 6 responden (%). Tabel 4. Tabulasi Silang Ibu Berdasarkan Pekerjaan Di BPS Lilik Farida Surabaya. tentang Papsmear Tidak Swasta PNS bekerja 7 7 67 6 7 4 59 7 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari responden yang swasta mempunyai penget baik terbanyak 7 responden (4%), yang swasta mempunyai penget cukup terbanyak responden ( 59%), yang tidak bekerja mempunyai penget kurang terbanyak responden (6%). PEMBAHASAN Setelah dianalaisa dan dijabarkan dalam bentuk tabel akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dari data diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa penget ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear dapat di pengaruhi oleh usia, pendidikan, dan pekerjaan. Kanker Leher Rahim Dengan Papsmear Secara Umum Berdasarkan hasil penelitian penget tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear sesuai dengan tabel maka dapat diperoleh bahwa dari responden yang berpenget baik responden (7%), yang berpenget cukup responden (4%), yang berpenget kurang 6 responden (%). Berdasarkan Usia Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir, bersosialisasi, dan beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dari kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam,) Hal ini tidak sesuai dengan teori berdasarkan tabel ditemukan bahwa dari responden - tahun yang mempunyai penget baik dalam pemeriksaan papsmear terbanyak responden (%), - tahun yang mempunyai penget cukup terbanyak responden (85%), dan > 4 tahun yang mempunyai penget kurang terbanyak responden (5%), hal ini dikarenakan pada usia - tahun adalah usia produktif sehingga pola pikir/ penget tentang papsmear masih sangat tinggi sedangkan pada usia >4 tahun beranggapan bahwa melakukan pemeriksaan itu tidak penting lagi kemungkinan besar dikarenakan usia mereka yang mendekati masa menopause serta enggan untuk diperiksa karena harus membuka anggota tubuh bagian bawah. Berdasarkan Pendidikan Embrio, Jurnal Kebidanan

Vol II, no. Januari Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari responden berpendidikan SD-SLTP dan PT yang mempunyai penget baik terbanyak 4 responden (7%), yang berpendidikan SLTA mempunyai penget cukup terbanyak 7 responden (54%), yang berpendidikan SD-SLTP mempunyai penget kurang terbanyak 6 responden (%). Menurut toadmodjo (7) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula penget yang diperkenalkan. Dalam penelitian ini tidak ditemukan kesesuaian teori yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan penget. Hal ini dapat terjadi karena keinginan dari dalam diri mereka untuk mencari informasi terbaru misalnya melalui media masa, internet, dan penget yang didapat dari pendidikan kesehatan demi kesehatan tubuh mereka masing-masing, sehingga mampu menentukan sikap untuk mengambil keputusan dalam melakukan pemeriksaan dengan rutin. Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 5 responden (5%). Menurut Nursalam () seseorang yang mempunyai pekerjaan penting dan memerlukan aktifitas, maka akan merasa tidak ada waktu untuk memeriksakan kesehatan diri masing-masing, tapi tidak semua orang yang bekerja seperti demikian sebagian dari mereka dapat melakukan pemeriksaan dengan baik Dalam penelitian ini berdasarkan tabel 4 ditemukan tidak sesuai dengan teori menurut Nursalam () dari responden yang bekerja swasta mempunyai penget baik terbanyak 7 responden (6%), yang bekerja swasta mempunyai penget cukup terbanyak 8 responden (6%), yang tidak bekerja mempunyai penget kurang terbanyak responden (%), ibu yang bekerja swasta maupun PNS mempunyai penget baik karena kawatir akan kondisinya, meskipun mereka bekerja dan mempunyai waktu terbatas tapi mereka dapat meluangkan waktu untuk periksa papsmear dengan harapan jika terdapat gejala dapat diketahui sejak dini untuk kesehatan jangka panjang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jadi dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pembahasan seperti diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa dari penget ibu untuk deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan didapatkan dari responden yang diamati hampir sebagian besar mempunyai penget baik dan pembahasan mengenai penget ibu untuk deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear di BPS Lilik Farida Surabaya dapat dibuktikan bahwa:. ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear secara umum yang diperoleh dari responden yang berpenget baik responden (7%), yang berpenget cukup responden (4%), yang berpenget kurang 6 responden (%).. ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear berdasarkan usia, - tahun yang mempunyai penget baik dalam pemeriksaan papsmear terbanyak responden ( 4%), yang mempunyai penget cukup responden (4%), dan pada usia > 4 tahun yang mempunyai penget kurang terbanyak responden (%).. Berdasrkan pendidikan didapatkan hasil : penget baik 4 responden (7 %) dengan pendidikan perguruan tinggi, pendidikan cukup 7 responden (54%) dengan pendidikan SLTA dan sebanyak 6 responden (%) dengan pendidikan SD SLTP. 4. Berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil : responden pekerja swasta memiliki penget cukup responden (59%), PNS terbanyak penget cukup responden (%) dan tidak bekerja terbanyak 7 responden (67%) penget cukup. Saran Bagi Pelayanan Kesehatan Petugas dipelayanan kesehatan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan, pentingnya penget tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear kepada akseptor KB. Embrio, Jurnal Kebidanan 4

Vol II, no. Januari Bagi Akseptor KB Dalam upaya meningkatkan penget tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear, perlu mengikuti penyuluhan-penyuluhan dari tenaga kesehatan, bisa juga melalui media masa. Peneliti Selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang perilaku akseptor KB dalam melakukan pemeriksaan papsmear terhadap dirinya. DAFTAR ACUAN Arifin, Zainal.. Metodelogi Penelitian. Surabaya:Lentera Cendikia Jakarta:YBPSP Rahayu, Wahyu..Mengenali,Mencegah Dan Mengobati 5 Jenis Kanker.: Victory Inti Cipta Rasjidi, Imam.9.Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita.Jakarta:CV Sagung Seto Rasjidi,Imam..EpidemiologiKanker. Jakarta:CV Sagung Seto Rustam,Harahap.984.Neoplasia Intraepitel pada Servik.Jakarta:Universitas Indonesia Ghofar, Abdul. 9. Cara Mudah Mengenal & Mengobati Kanker. Yogyakarta:Flamingo Hidayat, A.Aziz Alimul.7.Metode Penelitian Kebidanan Teknisi Analisa Data.Jakarta:Salemba Medika Mangan, Yelia.5.Cara Bijak Menaklukkan Kanker.Jakarta:Agro Media Pustaka Manuaba, Ida Bagus Gde.998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC Margatan,Arcole.996. Waspada Kanker Payudara&Rahim.Solo:CV.Aneka rwitz,errol.7.at a Glance Obstetri&Ginekologi.Jakarta:Airlangga toatmodjo,soekidjo.7.metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Nurcahyo,Jalu..Awas Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta:Wahana Totalita. Nursalam..Manajemen Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Prawirahardjo,Sarwono.9.IlmuKebidanan. Embrio, Jurnal Kebidanan 5