PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD?

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEBUN RUMPUT GAJAH SEBAGAI BISNIS PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI ACEH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

MEMBANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS KONSUMSI PAKAN TERNAK SAPI

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Impor sapi (daging dan sapi hidup) maupun bakalan dari luar negeri terns. meningkat, karena kebutuhan daging sapi dalam negeri belum dapat dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanian dan peternakan.pada umumnya sebagian besar penduduk. yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI BRAHMAN CROSS HEIFER DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN, DESA CIBODAS, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Desa Kepuharjo salah satu desa yang berada di Kecamatan Cangkringan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 92-96 ISSN : 2355-6226 PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI 1* 2 Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera 1 Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680 *Email: handie79@gmail.com 2 Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680 RINGKASAN Karkas sapi lokal yang di potong di rumah pemotongan hewan yang termasuk ke dalam kategori gemuk hanya 15%, sehingga perlu dilakukan perbaikan pemberian pakan. Beberapa peternakan sapi besar (memiliki lebih dari 100 ekor sapi) khususnya yang berlokasi di Kabupaten Bogor, belum memiliki lahan khusus untuk memenuhi kebutuhan rumput/hijauan pakan ternak. Oleh karena itu para peternak tersebut kesulitan pakan terutama pada saat musim kemarau dan kesulitan untuk meningkatkan skala usahanya. Berdasarkan hasil kajian Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian, luas lahan non produktif di Kabupaten Bogor dan berpotensi untuk ditanami sekitar 9.667,6 ha. Sedangkan kebutuhan hijauan pakan ternak (HPT) berdasarkan survei terhadap 30 peternakan sapi dan domba di Kabupaten Bogor dan Sukabumi berdasarkan kapasitas kandang yang ada adalah sekitar 12.982 ton per bulan. PERNYATAAN KUNCI Hijauan pakan ternak dengan kualitas dan kuantitas yang memadai belum menjadi perhatian para peternak maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena penyediaan Hijauan Pakan Ternak (HPT) masih mengandalkan hijauan pakan ternak yang tumbuh alami atau mengandalkan sisa-sisa panen produk produk pertanian. Akibatnya para peternak selalu mengalami kesulitan HPT terutama pada saat musim kemarau. Peluang pasar untuk pengembangan HPT cukup terbuka. Berdasarkan uji coba pemasaran, beberapa peternakan besar di sekitar Bogor telah bersedia untuk memesan HPT secara rutin dengan volume 6-12 ton per hari. Berdasarkan hasil survei, kebutuhan HPT di Kabupaten Bogor dan Sukabumi sekitar 12.982 ton per bulan. Jika para peternak harus menyediakan sendiri lahan untuk budidaya HPT cukup berat. Oleh karena itu perlu kerjasama atau kemitraan antara berbagai pihak yang terkait seperti pemilik lahan, petani penggarap, LSM, perguruan tinggi dan investor. Di Kabupaten Bogor terdapat lahan non produktif yang dapat dimanfaatkan sekitar 9.667,6 ha. 92

Vol. 1 No. 2, Agustus 2014 Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Penggemukkan Sapi REKOMENDASI KEBIJAKAN Salah satu jenis HPT yang dikembangkan adalah rumput gajah (Pennisetum purerium) cvmott, atau lebih dikenal dengan rumput odot. Rumput ini mempunyai produktivitas cukup tinggi yaitu mencapai 60 ton/ha/panen. Lokasi penanaman rumput odot adalah lahanlahan non produktif, sehingga tidak mengurangi produksi produk-produk pertanian lainnya. Model pengelolaan yang digunakan adalah model kerjasama antara pemilik lahan, petani penggarap, pemerintah dan investor sehingga tercipta manfaat sosial ekonomi tambahan seperti penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. I. PENYEDIAAN HPT BERKUALITAS MELALUI BUDIDAYA RUMPUT ODOT Survey karkas tahun 2012 yang dilakukan oleh Fakultas Peternakan IPB menunjukan bahwa sapi dan kerbau lokal yang berasal dari peternakan rakyat yang dipotong di rumah pemotongan hewan di Indonesia berada dalam kondisi kurus 36%, sedang 49% dan yang gemuk hanya mencapai 15%. Selain itu, sekitar 30% sapi dan kerbau siap potong adalah berumur tua dan bobot potong rata-rata yang diperoleh adalah 50 kg di bawah potensi sebenarnya (Henny Nuraini, 2013). Dari temuan data di atas, maka salah satu rekomendasi dalam diskusi antara para peneliti IPB dengan media massa tentang Respon dan Rekomendasi IPB dalam Menjawab Kelangkaan Daging Sapi, adalah program penggemukan terhadap 35% sapi yang berkondisi kurus dengan cara peningkatan kualitas pakan, lingkungan, kesehatan hewan dan tatalaksana pemeliharaan. Saat ini pakan utama berupa HPT sapi di peternakan rakyat maupun usaha peternakan besar (lebih dari 100 ekor) adalah rumput. Jenis rumput yang biasa digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purerium). Selain rumput gajah, ada juga rumput sejenis yang biasa dijadikan pakan sapi, seperti: Rumput Raja (Pennisetum pur pupoides), Rumput Benggala (Panicum maximum), Rumput Setaria (Setaria sphacelata), Sorgum (Sorghum almum) dan lain-lain. Pada umumnya, rumput gajah pakan sapi tersebut tumbuh secara alami di tanah tegalan atau tanah kosong. Peningkatan jumlah populasi dan teknik budidaya sapi dalam rangka swadaya dengan sendirinya akan meningkatkan kebutuhan HPT. Kebutuhan HPT, sampai saat ini belum direncanakan dengan baik oleh para peternak. Pada umumnya, perusahaan peternak sapi (di daerah Bogor, Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya) tidak memiliki lahan khusus yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya. Saat ini para peternak hanya mengandalkan rumput yang tumbuh alami baik yang dikumpulkan oleh karyawan peternakan atau membeli dari pemasok dengan jadwal yang tidak teratur. Sumber HPT yang lain adalah sisasisa panen produk pertanian. Di sisi lain, kebutuhan HPT untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang ideal cukup besar. Sebagai contoh, untuk usaha penggemukan sapi jenis Limosin Simental Lokal dengan usia bakalan antara 1,5-2 tahun, dengan bobot 275-300 kg diperlukan sekitar 30 kg/ekor/hari. Dengan asupan pakan yang cukup dan berkualitas, penambahan bobot bisa mencapai 1-1,3 kg per hari. Biasanya sapi akan dijual/dipotong setelah masa penggemukan 93

Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan selama 90-100 hari, dengan bobot 400-417 kg (ada kenaikan antara 100-117 kg). Kesulitan akan rumput, terutama pada musim kemarau, menjadi salah satu penyebab para peternak sapi tidak berani meningkatkan jumlah sapi peliharaannya. Karena itu, di daerah Bogor dan sekitarnya, jarang ada peternakan sapi dengan jumlah ribuan ekor, meskipun potensi dan permintaan pasar sangat besar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30 peternak di Kabupaten Bogor dan Sukabumi 97% diantaranya menyatakan bahwa untuk memasarkan sapi cukup mudah. II. RUMPUT ODOT YANG MENJANJI- KAN Salah satu alternatif hijauan pakan ternak yang bisa dikembangkan adalah rumput gajah jenis cvmott (Pennisetum purerium) cvmott, atau lebih dikenal dengan Rumput Odot. Jenis rumput ini belum banyak dikenal masyarakat, padahal mempunyai potensi yang sangat besar sebagai pakan sapi yang menjanjikan. Rumput gajah jenis ini berbeda dari rumput gajah yang biasa dibudidayakan oleh petani saat ini. Rumput gajah biasa tingginya sekitar 4,5 meter, sedangkan rumput odot bisa mencapai satu meter, dengan rumpun yang sangat rapat mirip pandan. Dengan kondisi ini, tentunya rumput odot jauh lebih efisien dalam penggunaan lahan. Untuk lahan 1 meter persegi rumput gajah biasa hanya menghasilkan sekitar 29,5 kg/ha/tahun, maka rumput odot bisa mencapai sekitar 36 kg/tahun. Hampir semua bagian rumput odot bisa dimakan oleh sapi, sedangkan rumput gajah biasa hanya sekitar 60-70 % saja. Berdasarkan hasil uji analisis lab, kandungan nutrisi, rumput odot juga memiliki persentase protein yang tinggi, yaitu dalam kisaran 17-19% dan Total Digestable Nutrient mencapai 64,31% dari bahan kering ditambah lagi persentase lignin hanya 2,5% dari bahan kering. Hal ini menunjukkan potensi Rumput Odot sebagai hijauan pakan ternak mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ternak. Karena itu rumput odot sangat baik sebagai pakan ternak untuk pemeliharaan jangka panjang (lebih dari 6 bulan) baik dengan hanya menggunakan pakan hijauan saja ataupun untuk penggemukan yang dipadukan dengan pakan konsentrat. Berdasarkan hasil penelitian beberapa peneliti IPB, dan uji coba tanam yang dilakukan Qiara Intsitute yang dikelola para dosen serta alumni IPB, produksi rumput Odot bisa mencapai lebih dari 60 ton per ha. Panen pertama pada usia 3-4 bulan, selanjutnya dapat dipanen setiap 50-60 hari. Rumput odot dapat disimpan sampai 3 hari tanpa perlakuan khusus, dan masih bisa disantap sapi dengan lahap. Qiara Institute juga telah melakukan uji pemasaran rumput ke delapan peternakan sapi di Bogor dan Sukabumi. Semuanya menyambut positif dan langsung mengajukan pemesanan untuk dipasok secara rutin. Dari gambaran singkat di atas, dilihat dari kualitas, produktivitas, rendemen dan kesediaan para peternak untuk menggunakan Rumput Odot, tampaknya rumput ini sangat menjanjikan untuk menjadi pakan sapi. Memenuhi persyaratan dikembangkan secara massal untuk mendukung apa yang disebut Prof. Rina Oktaviani sebagai perubahan struktural pada industri sapi dari usaha pekarangan dengan skala usaha kecil ke peternakan dengan skala usaha yang besar dalam rangka swasembada daging sapi. 94

Vol. 1 No. 2, Agustus 2014 Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Penggemukkan Sapi III. STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT ODOT IV. MENGGUNAKAN MODEL KERJA- SAMA ATAU KEMITRAAN Memanfaatkan lahan tidur Budidaya rumput odot, seperti halnya rumput pada umumnya, relatif sangat mudah. Bisa tumbuh disembarang tempat. Oleh karena itu, budidayakan dalam skala luas hendaknya tidak dilakukan di lahan produktif yang selama ini digunakan untuk budidaya tanaman pangan. Banyak lahan tidur atau lahan yang belum digarap dan hanya ditumbuhi oleh semak belukar bisa digunakan untuk mengembangkan rumput odot ini. Berdasarkan hasil kajian Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian, luas lahan non produktif di Kabupaten Bogor di luar kawasan hutan dan berpotensi untuk ditanami sekitar 9.667,6 ha dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan dominan tersebar di wilayah kecamatan Sukamakmur (19,8%), Leuwiliang (7,1%), Cigudeg (7,0%), Nanggung dan Cigombong masing-masing (5,1%), dan Jonggol (4,9%). Untuk setiap 4-5 ha lahan bisa untuk mencukupi sekitar 100 ekor sapi, jika 1.000 ha saja lahan non produktif ditanami dengan rumput odot, maka jumlah sapi yang dapat dikembangkan sekitar 20.000 ekor sapi potong. Pengembangan Rumput Odot juga bisa dilakukan melalui sistem tumpang sari dengan pohon kehutanan seperti sengon (Paraserianthes falcataria) dan Kayu Afrika (Maesopsis eminii). Penelitian di demplot milik Yayasan Qiara Institute di Daerah Cigudeg, Kabupaten Bogor, menunjukkan bahwa produksi Rumput Odot tetap optimal walaupun di tanam di bawah tegakan Sengon dan Kayu Afrika dengan jarak tanam minimal 4x4 meter. Teknik tumpang sari ini tidak membutuhkan lahan tambahan, dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan kalkulasi antara produktivitas Rumput Odot, masa panen dan jumlah pakan ternak yang dibutuhkan, untuk menjamin pasokan kontinyu bagi 100 ekor sapi bakalan diperlukan penanaman Rumput Odot seluas 4-5 ha. Cukup berat memang jika lahan tersebut harus disediakan sendiri oleh peternak. Untuk mengatasi hal tersebut, para peternak dapat bermitra dengan para pemilik atau penggarap lahan. Para petani pemilik lahan berperan sebagai penyedia lahan dan pemelihara rumput, sedangkan peternak sebagai pembeli rumput dan penyedia modal. Modal untuk menanam rumput bisa juga berasal dari investor, menggunakan dana pinjaman bank atau dari dana CSR. Hasil penelitian di Fakultas Kehutanan IPB menunjukan bahwa para pemilik hutan rakyat di Desa Cileuksa Kabupaten Bogor, bersedia menjadi pihak penyedia lahan dan pengelola rumput dengan syarat ada jaminan pasar dan perjanjian harga jual yang pantas. Pengembangan budidaya rumput odot, diharapkan dapat mendukung program kemandirian bisnis bagi para peternak sapi melalui usaha kolektif skala usaha kecil ke peternakan dengan skala usaha menengah dan besar dalam rangka swasembada daging sapi yang digagas Prof. Muladno (Kompas, 31/8/2013). Dengan ketersediaan pakan yang lebih murah dan berkulitas, selain akan menekan biaya pemeliharaan sapi juga akan menumbuhkan gairah petani untuk beternak secara serius. S e r a n g k a i a n d a m p a k p o s i t i f d a r i pengembangan rumput odot ini tentunya akan segera tampak, diantaranya berupa peningkatan produktivitas lahan tidur, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi para 95

Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan petani serta pemilik lahan. Pengembangan Rumput Odot sebagai penyedia hijauan pakan ternak sapi, diharapkan menjadi salah satu langkah antisipatif dari kemungkinan berkurangnya pasokan pakan sapi di masa depan. Jangan sampai untuk memenuhi kebutuhan rumput pakan sapi pun kita terpaksa harus impor rumput dari luar negeri. REFERENSI Direktorat Kajian Stratategis dan Kebijakan Pertanian, 2013. Laporan Kajian Strategis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Usaha Pertanian. Bogor. Tidak di Publikasikan. Nuraini, H. 2013. Survei Karkas 2012. Makalah disampaikan dalam Diskusi Respon IPB dalam Menjawab Permasalahan Kelangkaan Daging Sapi. Ruang Sidang PSP3, Kampus IPB Baranangsiang. 29 Juli-2013. Oktaviani, R. 2013. Mungkinkah Indonesia Swasembada Daging Sapi?. Makalah disampaikan dalam Diskusi Respon IPB dalam Menjawab Permasalahan Kelangkaan Daging Sapi. Ruang Sidang PSP3, Kampus IPB Baranangsiang. 29 Juli-2013. 96