1. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Yogyakarta masih belum sesuai

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

Batu menuju KOTA IDEAL

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nations pada tahun 2011 penduduk di dunia telah menembus angka 6,7 Miliar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

Transkripsi:

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Arti Penting Kasus Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan pada satu kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan tanaman.ruang terbuka hijau yang ideal adalah 40% dari luas wilayah, selain sebagai sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk perlindungan habitat tertentu atau budidaya pertanian dan juga untuk meningkatkan kualitas atmosfer serta menunjang kelestarian air dan tanah. Berdasarkan Undang- Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang pada Bab VI tentang Pelaksanaan Penataan Ruang Bagian Kesatu Paragraf 5 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota pasal 29 ayat 2 dan 3 yaitu : Ayat 2 : Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Ayat 3 : Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota 1. Masyarakat sudah menyadari bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) perlu dipertahankan. Namun sebaliknya sejalan dengan kemajuan ipteks, RTH terus 1 UU RINo. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Hal. 26 1

ketinggalan dan perubahan RTH menjadi ruang terbangun sudah menggejala dalam pembangunan akhir-akhir ini. Ketersediaan lahan untuk RTH semakin bersaing dengan sector pembangunan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau adalah ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. 2 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mimika. Kebijakan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah pada Pemerintah Kabupaten Mimika saat ini masih secara umum yaitu baru membahas tentang kebijakan tata ruang yang terdiri dari : a. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perkampungan untuk mendukung pengembangan wilayah, mengurangi kesenjangan intra-wilayah, dan peningkatan kualitas pelayanan publik b. Pengembangan sektor ekonomi unggulan yang berbasis sumber daya alam, yaitu: pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan, dan satu sektor pendukung yaitu pariwisata 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 2

c. Pengelolaan kawasan lindung, budidaya, dan kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang kompeten sebagai modal utama pembangunan yang berkelanjutan e. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. 3 Gambar 1.1: Area ruang terbuka hijau di Jln. Hasanudin Timika Sumber : Data pribadi, September 2014 Menurut hasil wawancara terhadap Kepala Seksi Penataan dan Pemeliharaan Taman Kota di Dinas Tata Kota selaku Dinas terkait yang menangani Ruang Terbuka Hijau pada Kabupaten Mimika tanggal 4 Agustus 2014 yang mengungkapkan bahwapihak pemerintah selama ini bekerja mengacu padaundang Undang No. 26 Tahun 2007 (UU 26/2007) tentang Penataan Ruang, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dan Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mimika Tahun 2011-2031 3

Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota 4. 1.1.2 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dan perluasan kota merupakan masalah di seluruh dunia. Perluasan kota adalah perluasan wilayah administrasi kota, yaitu suatu penambahan luas wilayah yuridiksi kota menurut Denny Zulkaidi (1991:19). Kota yang dimaksud adalah kota yang berstatus hukum, yaitu kotamadya dan kota adminstrasif atau status lainnya yang ditetapkan pemerintah. 5 Pertumbuhan kota rata-rata per tahun hampir 2 kali lipat dari pertumbuhan penduduk di daerah pedesaan. Pertambahan penduduk yang cepat ini disebabkan tingkat kelahiran yang tinggi dan urbanisasi. Pertambahan penduduk yang cepat ini telah memusingkan para perencana kota. Salah satu alternatif ialah pemekaran kota, pembuatan daerah satelit atau daerah pinggiran kota suburban 6. Dengan berkembangnya penduduk di propinsi Papua maka mulai dilakukan pemekaran salah satu kabupaten pemekaran adalah Kabupaten Mimika yang awalnya merupakan sebuah kecamatan dari wilayah administrasi Kabupaten Fakfak, berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996, Kecamatan Mimika ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif, kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, Mimika menjadi Kabupaten Otonom. 4 Peraturan Menteri No. 6 PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 5 Jurnal Masalah Perluasan Kota, Denny Zulkaidi, Tahun 1991, Hal. 19 6 B.N. Marbun, SH, Kota Indonesia Masa Depan, Tahun 1994 Hal. 24 4

Gambar 1.2: Area ruang terbuka hijau di Jln. Yos sudarso & Jln Belibis Timika Sumber: Dokumen Pribadi, Oktober 2014 Gambar 1.3: Contoh Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Mimika Sumber: Dokumen Pribadi, Oktober 2014 5

Adanya perusahaan tambang penghasil emas terbesar di dunia yang berada di Kota Timika Kabupaten Mimika ini membuat banyaknya masyarakat yang datang berbondong-bondong untuk mencari kerja sehingga banyak bertambahnya bangunan-bangunan, pertokoan, rumah sewa. Berdasarkan data BPS Tahun 2013 penduduk Kabupaten Mimika tahun 2012 adalah 202.359 jiwa. Dengan bertambahnya penduduk dan pembangunan di Kota Timika maka makin berkurangnya lahan terbuka hijau 7. Sejalan dengan hal tersebut diatas maka dipandang perlu untuk meneliti secara lebih spesifik dan konferensi mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperancangan RTRW Kabupaten Mimika Tahun 2011-2031 8. Hal ini untuk mendukung pelestarian penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Mimika sertapembentukan citra kota. Menurut Peraturan Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya tentang standar yang diharuskan pada satu wilayah dengan jumlah penduduk minimum 480.000. Berdasarkan hasil survey kurangnya ruang terbuka hijau di dalam kota.perkembangan pada beberapa kawasan tersebut cukup pesat khususnya pada sektor ekonomi. Secara fisik terlihat dengan jelas perubahan tampilan dan fungsi bangunan yang semula adalah hunian rumah tinggalbertambah fungsi menjadi rumah tinggal dan rumah usaha. Selain itu ditemui pula penggunaan badan jalan untuk parkir kendaraan, sebagai konsekuensi terhadap usaha perdagangan yang kian berkembang, pemanfaatan lahan pejalan kaki (trotoar) sebagai lahan usaha (sektor non- 7 BPS Kabupaten Mimika, Mimika Dalam Angka Tahun 2013, Hal. 98 8 RAPERDA RTRW Tahun 2011, tanggal 30 Desember 2011 6

formal). Sektor ekonomi berkembang pesat dan mendominasi jalan-jalan tersebut. Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namun, pada rancangan RTRW Kabupaten Mimika belum ada kajian yang mendalam tentang RTH oleh karena itu dipandang perlu untuk mengkaji peraturan tentang RTH dalam RTRW. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji peraturan tentang Ruang terbuka hijau dalam Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Mimika. 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis membatasipenulisan ini pada : a. Spasial : Kabupaten Mimika b. Temporal : 4 bulan (September-Desember) c. Substansial : Studi Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan RTRW Kabupaten Mimika 1.4. Keaslian Penelitian lain : Ada beberapa penelitian tentan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini antara a. TESIS Penyusun Program Studi Universitas : Analisis Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota DKI Jakarta : Rustam hakim : Magister Studi Pembangunan : Institut Teknologi Bandung 7

Penekanan : Alternatif kebijakan dalam mengatasi hambatan pengelolaan ruang terbuka hijau kota DKI Jakarta b. TESIS : Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Di Kota Kabupaten Mamuju Penyusun : Paizal Damin Program Studi : Lingkungan Hidup Universitas : UNHAS Makasar Penekanan : Menganalisis ketersediaan danmengusulkan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhanoksigen di Kota Mamuju. c. SKRIPSI Penyusun Program Studi Universitas Penekanan d. SKRIPSI Peyusun Program Studi Universitas Penekanan : Studi Tentang Kualitas Ruang Terbuka Hijau Pada Perumahan Di Kota Batu : Didik Nurdiansyah : Pendidikan Teknik Bangunan : Universitas Negeri Malang : Mewujudkan peraturan pemerintah Kota Batu tentang Ruang Terbuka Hijau di perumahan yaitu dengan membandingkan luas RTH yang ada dengan luas perumahan pada perumahan di Kota Batu serta jenis tanaman dan fasilitas RTH pada lokasi perumahan ditinjau dari pemenuhan standar RTH. : Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Tata Ruang Kota Tabanan : I Gede Made Yudi Antara : Pendidikan Geografi : Undiksha Singaraja : Mendeskripsikan kondisi RTH di Kota Tabanan, menganalisis kesesuaian RTH dalam tata ruang KotaTabanan dan Menganalisis keterkaitan penataan ruang kota terhadap keberadaan RTH di Kota Tabanan. e. JURNAL : Ruang Terbuka Hijau Di Perumahan Graha Estetika Semarang Penyusun : Edi Purwanto Edisi : Volume 6 No. 1. Maret 2007 Program Studi : Perancangan Kota dan Permukiman Universitas : 8

Penekanan : Penangananmasalah kekurangan sumber air dan berlebihnya air di musim hujan dapatdilakukan dengan pemanfaatan secara optimalruang-ruang terbuka hijau di perumahangraha estetika. f. JURNAL : Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Banda Aceh Penyusun : Saiful Bahri, Darusman Darusman, Syamaun A. Ali Edisi : Vol. 1 Tahun 2012 Program Studi Universitas Penekanan : Magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL) : Syiah Kualadan Himpunan llmu Tanah Indonesia (HITI) Komda Aceh : Menentukan standar luas minimal dan kecukupan RTH yang dibutuhkan di Kota Banda Aceh berdasarkan pendekatan luas wilayah dan kebutuhan oksigen. g. JURNAL : Pengawasan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Kawasan Perumahan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 06 Tahun 2011Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun 2010-2030 Penyusun : Bima Satrio Husodo Edisi : Program Studi : Fakultas Hukum Universitas Penekanan : Universitas Brawijaya Malang : Menambah aturan khusus terkait pengawasan ruang terbuka hijau dan kepada pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Madiun untuk lebih meningkatkan lagi pemngawasan pemberian advice planning pada setiap pemohon ijin. 9

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ada 2 yaitu : a. Bagi Pemerintah adalah sebagai sumbasih bagi Pemerintah Kabupaten Mimika antara lain : - Membantu Pemerintah dalam melakukan pemetaan Ruang Terbuka Hijau. - Dapat menjadi sampel dalam pembuatan Master plan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Mimika. b. Bagi masyarakat adalah sebagai pendukung dalam kegiatan masyarakat Kabupaten Mimika seperti : - Kenyaman dalam seluluh aktifitas sosial, ekonomi, dan budaya dari masyarakat timika dengan tenang dan damai. - Masyarakat dapat olah dan menghasilkan kayu, daun, bunga dan buah untuk di jual guna menambah pendapatan masyarakat di Kabupaten Mimika. 1.6 Sistimatika Penulisan BAB I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang penelitian, latar belakang permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup pembahasan, metodologi penelitian, dan kaslian penelitian. 10

BAB II Tinjauan tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH), membahas tentang teori Ruang terbuka Hijau (RTH) dan standar-standar Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Peraturan-Peraturan. BAB III Metode Penelitian, Analisis data Komparasi dan evaluasi antara data RTRW dengan kondisi eksisting dan Metode penarikan kesimpulan. BAB IV Tinjauan Umum Kabupaten Mimika BAB V Analisa dan Pembahasan, yakni menganalisis dan membahas tentang kondisi perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Mimika yang disesuaikan dengan teori-teori ruang terbuka hijau dan peraturanperaturan tentang ruang terbuka hijau yang telah dibahas pada Bab II. BAB VI Kesimpulan dan Saran yakni membahas secara singkat tentang hasil dari pembahasan dan temuan-temuan yang didapat setelah melakukan analisis. 11