EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH, DAN PELUANG SUSTAINABILITAS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BENIH SUMBER JAGUNG

IDENTIFIKASI PERAN JAGUNG UNGGUL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balitsereal Maros 2) BPTP Nusa Teggara Timur ABSTRAK

Kelembagaan dalam sistem usahatani adalah suatu kesatuan untuk

PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL

Program peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Sistem Perbenihan Jagung

DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

KENDALA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN. Faesal dan Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

SISTEM PRODUKSI JAGUNG DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. Muhammad Aqil dan Bunyamin Z. ABSTRAK

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PEMETAAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI LAHAN KERING IKLIM KERING

PANEN HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TERBATAS DI SULAWESI SELATAN

Pengembangan Jagung Varietas Lokal Sumenep

SISTEM PRODUKSI BENIH SUMBER VARIETAS SUKMARAGA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN RAWA ABSTRAK

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

PENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG

Pemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan)

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Sumarni Panikkai Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PASCAPANEN JAGUNG

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

PERAN PTT JAGUNG DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN FINANSIAL: KASUS DI DESA DONGGOBOLO KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA NTB

KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH MELALUI PERBAIKAN POLA TANAM YANG BERBASIS KEMITRAAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

Analisis Input-Output Pemupukan Beberapa Varietas Jagung di Lahan Kering. Muh. Taufik dan Muhammad Thamrin

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

BENTUK KELEMBAGAAN PERBENIHAN JAGUNG YANG PROSPEKTIF DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros 2)

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

KARAKTER PERTUMBUHAN POTENSI HASIL POPULASI JAGUNG QPM DI LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT. BPTP Nusa Tenggara Barat 2) BPTP Nusa Tenggara Timur 3)

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

Pedoman Umum. PTT Jagung

Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

ANALISIS TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS KAB. SIDRAP DAN LUWU UTARA)

Transkripsi:

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT) Margaretha Sadipun L, Sania Saenong dan Nelson H. Kario Balai Penelitian Sereal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Sebuah studi mengenai produksi dan percepatan distribusi benih jagung telah dilaksanakan pada bulan Juli 2007 di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan metode survei. Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait, sedang data primer dikumpulkan dari sembilan belas petani responden yang dipilih secara acak dengan menggunakan daftar pertanyaan/questionaire. Data yang dikumpulkan meliputi varietas yang digunakan, jumlah dan harga input serta output, sumber benih dan pendistribusian benih. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif, analisis input-output serta analisis rasio keuntungan biaya minimum (RKBM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Lamuru dan NK 33 layak diusahakan petani karena memiliki RKBM>1, namun varietas Lamuru memberi hasil dan keuntungan tertinggi baik di lahan sawah (Rp 8.589.950/ha) maupun di lahan kering (Rp 8.651.404/ha) dibanding varietas NK 33 dan Lokal. Sistem penangkaran benih Lamuru berbasis komunal pada kelompok tani TIROSA telah mendistribusikan hasil benih yang diperoleh tidak saja untuk anggota kelompoknya dan petani se Kabupaten Kupang, tetapi juga telah menyebar sampai ke luar Kabupaten Kupang antara lain Alor dan Timor Tengah Utara melalui Diperta Provinsi NTT dan LSM-LSM yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat, dimana salah satu kegiatannya adalah memasok benih ke petani. Kata kunci: Benih jagung, produksi, percepatan distribusi benih PENDAHULUAN Benih merupakan benda hidup, untuk itu daya hidupnya perlu dipertahankan hingga digunakan oleh pengguna pada saat yang tepat ataupun pada musim tanam yang akan datang. Hasil penelitian di Provinsi Sulsel dan Gorontalo menunjukkan bahwa 60% petani responden di Gorontalo dan 92% petani di Sulsel menggunakan hasil panennya sendiri sebagai benih untuk pertanaman berikutnya (Saenong et al., 2003) Potensi kebutuhan benih jagung di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 22.657 ton sementara data tahun 2005 menunjukkan bahwa produksi benih mencapai 30.000 t. Dari jumlah benih di tahun 2006, sejumlah 5000 t merupakan bantuan dari pemerintah yang dikonsentrasikan di Sulawesi, Sumatera, Jawa Barat, Nusa Tenggara dan Kalimantan. Pada tahun 2007 ini, pemerintah masih memberi bantuan benih komposit sejumlah 22.000 t dan hibrida sejumlah 26.250 t tetapi jumlah benih tersebut belum dapat memenuhi total kebutuhan benih yang diperlukan petani. Luas pertanaman jagung di NTT pada tahun 2005 mencapai 279.403 ha, dan hasil ratarata baru mencapai 2,33 t/ha sementara produktivitas nasional telah mencapai 3,44 t/ha (www.deptan.go.id, 2005). Rendahnya produksi selain karena kondisi wilayah yang beriklim kering, juga karena masih didominasi varietas lokal (51%), menyusul jenis komposit (48%) dan hibrida (1%). Margaretha et al, (2006 a ) mengemukakan bahwa introduksi jagung komposit varietas Lamuru di NTT telah diadopsi petani seluas 8.719,19 ha. Jika luas tanam jagung unggul komposit dapat ditingkatkan maka produktivitas dapat ditingkatkan.. Survei yang dilaksanakan Balitsereal pada tahun 2003 (Saenong et al., 2003), menunjukkan bahwa para petani lahan kering baik di Sulsel maupun Gorontalo umumnya menanam jagung hibrida pada musim hujan dengan benih F 1, dan pada musim kemarau menanam benih F 2 untuk mengatasi resiko kekeringan, di lain pihak mereka menanam benih

hibrida F 1 di lahan sawah pada musim kemarau karena adanya jaminan ketersediaan air setelah panen padi. Survei ini bertujuan untuk mengevaluasi produktivitas dan percepatan distribusi benih dari varietas unggul jagung komposit di NTT. METODOLOGI PENELITIAN Survei ini dilaksanakan di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang Timor, Provinsi NusaTenggara Timur (NTT) pada bulan Juli 2007 dengan tujuan untuk mengevaluasi produktivitas dan percepatan distribusi benih yang efektif dan efisien. Data primer diperoleh dengan mewawancarai 19 petani responden dan informan kunci yang diambil secara acak (Simple Random Sampling), sedang data sekunder diperoleh dari laporan-laporan instansi terkait. Data yang dikumpulkan meliputi: varietas yang digunakan, jumlah, harga input, dan output, sumber benih dan pendistribusian benih. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif, Input-Output dan RKBM (Anonim, 1987), dengan rumus sebagai berikut: Analisis Input-Output/Keuntungan k n Π = Σ Yi. Pyi - Σ Xi.Pxi i=1 i=1 Dimana: Σ = jumlah II = keuntungan Yi = Produksi fisik sesudah pemakaian teknologi baru Py = Harga produk per satuan fisik yang diterima oleh petani Xi = Jenis input dalam satuan fisik Pxi = Harga satuan input x yang digunakan i.n = Jumlah input yang ditambahkan penggunaannya i. k = Jumlah manfaat/keuntungan yang diperoleh. II. RKBM = Keuntungan varietas unggul keuntungan varietas lokal Biaya varietas unggul biaya varietas lokal HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Petani Responden Petani jagung di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, umumnya tergolong muda dengan kisaran umur 28 57 tahun atau rata-rata 43 tahun dan memiliki lahan cukup luas yakni lebih dari 0,50 ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Identitas petani responden di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, NTT. 2007 No. Identitas Petani responden Rata-rata Kisaran 1 Umur (tahun) 43 28-57 2 Jumlah anggota keluarga (orang) 5 2-10 3 Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam 3 1-5 usahatani jagung 4 Lahan penanaman jagung Lahan sawah tadah hujan (ha) 0,56 0-2,00 Lahan kering (ha) 0,64 0,25-2,00 Sumber: Data primer setelah diolah, 2007 Tabel 1 memperlihatkan bahwa jagung ditanam di lahan sawah tadah hujan dan lahan kering termasuk pekarangan rumah dengan luas antara 0,25 2,00 ha. Hal ini sejalan dengan pendapat Mink et a.l. (1987) bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di lahan kering, sisanya berturut-turut 11% dan 10% terdapat pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Kasryno ( 2002) juga mengestimasi bahwa areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan di Indonesia meningkat menjadi 10%-15% pada tahun 2002. Pola Tanam Berdasarkan pola tanam yang ada di Desa Nun Kurus Kabupaten Kupang, terlihat bahwa tanaman jagung telah mendominasi pola tanam yang ada, baik yang ditanam secara tumpangsari maupun monokultur (Gambar 1). Pola Pada Lahan Sawah Padi Jagung Bero Padi Jagung Sayuran/ Pola Pada lahan Kering Jagung Bero Jagung Jagung Bero Jagung + sayur-sayuran Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Gambar 1. Pola tanam di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT, 2007 Dominasi tanaman jagung pada berbagai pola pada Gambar 1, selain karena wilayahnya beriklim kering, juga varietas jagung yang ditanam adalah varietas lokal yang berumur genjah dan rasanya lunak, yang umumnya digunakan untuk konsumsi dan pakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Margaretha et al. (1997) bahwa sebagai bahan pangan, masyarakat di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, lebih suka mengkonsumsi jagung putih

(varietas Lokal) karena rasanya enak dan lunak. Pada Gambar 2 terlihat bahwa mulai Maret sampai Oktober, curah hujan sangat rendah sehingga penanaman jagung pada luas tanam tertentu baik di lahan sawah ataupun lahan kering memerlukan jagung berumur genjah, karena itu untuk menekan resiko kegagalan panen para petani di NTT memilih jagung lokal, tetapi sejak diintroduksikannya jagung komposit varietas Lamuru, maka pertanaman jagung lokal sudah mulai digantikan oleh jagung Lamuru karena Lamuru tergolong toleran kekeringan, selain berumur genjah. Curah Hujan (mm) 600 500 400 300 200 100 0 Hari hujan C. Hujan Nop Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Bulan 35 30 25 20 15 10 5 0 Hari Hujan (hh) Gambar 2. Rata-rata pola curah hujan dan hari hujan bulanan di NTT selama 5 tahun terakhir (2001-2006) Analisis Usahatani Jagung Dari ke 3 varietas dominan yang ditanam petani, ternyata varietas Lamuru yang paling efisien dan menguntungkan baik di lahan sawah tadah hujan maupun di lahan kering. Tabel 1 dan 2 memperlihatkan analisis usahatani jagung ditingkat petani. Dari Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa jagung komposit varietas Lamuru dan hibrida NK 33 layak diusahakan di lahan sawah tadah hujan sesudah padi dan lahan kering pada musim hujan karena memiliki nilai RKBM>1. Namun demikian varietas Lamuru memberi keuntungan yang tertinggi yaitu Rp 8.589.950/ha dengan rasio biaya/kg biji lebih murah yakni 379/kg biji di lahan sawah tadah hujan (Tabel 1), sedang di lahan kering Rp 8.651.404/ha dengan rasio biaya/kg biji sebesar Rp 529/kg biji (Tabel 2).

Tabel 1. Analisis usahatani antar varietas jagung pada lahan sawah tadah hujan di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang. Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2007. No Kegiatan Varietas Lamuru Varietas NK 33 Varietas Lokal Usahatani Fisik Rp Fisik Rp Fisik Rp I PRODUKSI 4,05 t 10.125.000 3,90 t 9.750.000 2,20 t 5.432.500 II SARANA PRODUKSI a. Pengolahan Sewa 750.000 Dewa 750.000 Sewa 750.000 tanah b. Benih 20 kg 150.000 20 kg 440.000 20 50.000 c. Pupuk Urea 125 kg 112.500 133 kg 183.860 0 0 d. Pupuk SP36 50 kjg 90.000 67 kg 144.300 0 0 e. Pupuk KCl 30 kg 63.000 79 kg 165.900 0 0 f. Furadan 2 kg 30.000 0 0 0 0 g. Opcin 0 0 1 lt 45.000 0 0 h. Round Up 0 0 3 lt 105.000 0 0 i. Bensin 40 lt 200.000 40 lt 200.000 40 lt 200.000 (pengairan) j. Lainnya (10%)*) 139550 203.406 100.000 Jumlah 1.535.050 2.237.470 1.100.000 IV KEUNTUNGAN 8.589.950 7.512.530 4.332.500 V RKBM 9,79 2,80 - VI Rasio biaya/kg biji 379 573 500 Sumber: Data primer setelah diolah, 2007. *) Biaya lain-lain: biaya yang dikeluarkan untuk makan dan rokok saat tanam dan panen karena hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Varietas NK 33 memerlukan biaya Rp 573/kg biji lebih tinggi dari varietas lokal yang hanya Rp 500/kg biji pada lahan sawah tadah hujan (Tabel 1), sedang dilahan kering memerlukan biaya Rp 660/kg biji dan varietas lokal Rp 558/kg biji (Tabel 2). Secara finansial varietas NK 33 masih lebih menguntungkan dari varietas lokal baik pada lahan sawah tadah hujan maupun lahan kering. Hal ini sejalan dengan Suherman dan Widodo (1992) bahwa pengembangan galur/varietas unggul sesuai lingkungan lebih mudah dan murah dari pada mengubah lingkungan, dan Margaretha et al. (1998) mengemukakan bahwa berkembang penggunaan berbagai varietas pada suatu daerah karena petani beranggapan varietas unggul baru tersebut memberikan hasil yang cukup tinggi, tetapi ada juga petani yang menanam varietas tertentu karena tidak mempunyai pilihan lain. Hasil biji varietas NK 33 rendah karena curah hujan di lahan kering di NTT selain rendah dan singkat, distribusi hujannya tidak menentu dan NK 33 umurnya lebih dalam dibanding Lamuru.

Tabel 2. Analisis usahatani antar varietas jagung pada lahan kering di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang. Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2007. No Kegiatan Varietas Lamuru Varietas NK 33 Varietas Lokal Usahatani Fisik Rp Fisik Rp Fisik Rp I PRODUKSI 4,39 t 10.975.000 3, 22 t 8.050.000 2,17 t 5.425.000 II SARANA PRODUKSI Pengolahan Sewa 750.000 Sewa 750.000 Sewa 750.000 tanah Benih 20 kg 150.000 20 kg 440.000 20 50.000 Pupuk Urea 134 kg 154.860 200 kg 232.000 0 0 Pupuk SP36 100 kg 180.000 100 kg 180.000 0 0 Pupuk KCl 100 kg 210.000 0 0 0 0 Pupuk Ponska 150 kg 337.500 0 0 0 0 Furadan 2 kg 30.000 2 kg 30.000 0 0 Opcin 0 0 0 0 0 0 Round Up 0 0 0 0 0 0 Bensin 60 lt 300.000 60 lt 300.000 60 300.000 (pengairan) Lainnya (10%)*) 211.236 193.200 110.000 Jumlah 2.323.596 2.125.200 1.210.000 IV KEUNTUNGAN 8.651.404 5.924.800 4.215.000 V RKBM 3,98 1,87 - VI Rasio biaya/kg biji 529 660 558 Sumber: Data primer setelah diolah, 2007 *) Biaya lain-lain: biaya yang dikeluarkan untuk makan dan rokok saat tanam dan panen karena hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Peluang dan kendala usahatani jagung di tingkat petani Penggunaan varietas lokal di Kabupaten Kupang sudah berkurang dari 51% pada tahun 2005 menjadi 42% pada tahun 2006, dengan demikian sudah terjadi pergeseran penggunaan varietas dari lokal ke varietas unggul baik komposit seperti Lamuru (47%) maupun hibrida seperti NK 33 (21%) walaupun belum sebesar pangsa varietas unggul nasional dimana menurut Nugraha dan Subandi (2002) bahwa pangsa varietas unggul nasional yang telah ditanam petani di Indonesia mencapai 75% yaitu 48% varietas bersari bebas/komposit dan 27% jenis hibrida. Kendala yang dihadapi petani di NTT umumnya disebabkan karena kurangnya benih berkualitas pada saat tanam. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kendala usahatani petani di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, 2006 No. Kendala Jumlah Responden (n) Persentase (%) 1 Benih 10 53 2 Kekeringan 9 47 3 Hama gudang 5 26 4 Ternak 3 16 5 Pemipil jagung 3 16 6 Pemupukan 1 5 7 Jarak tanam 1 5 8 Tanaman terlalu tinggi 1 5 Sumber: Data primer setelah diolah, 2007 Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa kendala yang dihadapi petani adalah sulit memperoleh benih unggul baru (53%), disusul kekeringan (47%) sehingga penangkaran benih varietas Lamuru berbasis komunal merupakan peluang tersedianya benih yang lebih dekat dengan pengguna pada saat dibutuhkan. Margaretha et al. (2006 b ) mengemukakan bahwa pada wilayah pertanaman jagung varietas lokal, petani cukup responsif terhadap introduksi varietas unggul bersari bebas/komposit seperti Lamuru karena petani dapat meregenerasi benihnya. Sumber benih jagung petani di Desa Nun Kurus, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sumber benih jagung petani di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, NTT. 2007. No. Varietas Sumber benih Jumlah petani (n) Persentase (%) 1 Lamuru Balitsereal 3 16 Diperta 5 26 Kelompok Tani 6 32 Hasil musim sebelumnya 2 10 (regenerasi) 2 NK 33 Diperta 3 16 Toko 2 10 3 Lokal Sendiri (Turunan) 9 47 Sumber benih varietas Lamuru pada Tabel 4, bersumber dari kelompok tani (32%) disusul Diperta (26%), dan Balitsereal / BPTP NTT (16%). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sistem penangkar benih berbasis komunal di Desa Nun Kurus, sudah berjalan dengan baik, dimana kelompok tani sebagai basis distribusi benih telah berperan aktif dalam mengadopsi benih jagung varietas unggul baru yang didalamnya tidak saja dapat mendongkrak produktivitas jagung, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan petani dan kelompok tani yang didukung oleh Diperta setempat sebagai mitra kerja (26%). Percepatan Distribusi Benih Jagung Sistem penangkar benih Lamuru berbasis komunal di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, telah dilaksanakan oleh kelompok tani TIROSA. Dari kegiatan tersebut, dihasilkan jagung untuk benih rata-rata 2,67 t/ha dengan harga jual Rp 7.500/kg sedang untuk konsumsi 1,60 t/ha dengan harga Rp 2.500/kg. Pada Tabel 5 dapat ditunjukkan keuntungan petani penangkar benih jagung varietas Lamuru. Tabel 5. Analisis usahatani benih jagung varietas Lamuru pada penangkaran jagung di Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. 2006. No. Kegiatan Usahatani Fisik Nilai (Rp) I PRODUKSI a. Benih 2,67 t 18.666.667 b. Konsumsi 1,60 t 4.000.000 Jumlah 4,27 t 22.666.67 Desa

II BIAYA SARANA PRODUKSI a. Benih 20 kg 150.000 b. Puu urea 250 kg 350.000 c. Pupuk SP36 84 kg 159.600 d. Pupuk Ponska 33 kg 660.000 e. Pupuk ZA 167 kg 1.002.000 f. Bensin (Pengairan) 50 l 250.000 g. Karung 33 lbr 82.500 h. Plastik (0,09 mm) 1 roll 55.000 i. Terpal 2 lbr 400.000 Jumlah 2.959.100 UPAH TENAGA KERJA a. Pengolahan tanah Sewa 750.000 b. Penanaman 33 HOK 495.000 c. Pemupukan 13 HOK 195.000 d. Panen 58 HOK 870.000 e. Pengeringan 50 HOK 750.000 f. Pemipilan 50 HOK 750.000 g. Pengangkutan 50 HOK 750.000 h. Sortasi 13 HOK 195.000 i. Pengemasan 23 HOK 345.000 j. Pengamat Lapangan 7 kali 500.000 Jumlah 6.050.000 TOTAL BIAYA PRODUKSI (Rp) 9.009.100 III KEUNTUNGAN USAHATANI (Rp) 13.657.567 IV. Rasio biaya/kg biji 2,11 Besarnya biaya usahatani yang tertera pada Tabel 5, disebabkan karena setiap kegiatan diperhitungkan berdasarkan biaya yang berlaku di desa yakni Rp 15.000/kegiatan/orang mulai dari pengolahan tanah sampai pelabelan benih hingga siap dipasarkan ke pengguna. Hasil yang diperoleh memang belum maksimal, hanya 4,27 t/ha disebabkan karena penggunaan pupuk yang belum optimal, namun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani akan benih yang bermutu. Hasil penangkaran benih tersebut dipasarkan tidak saja untuk petani dikelompoknya, tetapi juga ke luar kabupaten. Tabel 6 memperlihatkan penyebaran benih Lamuru hasil tangkaran.

Tabel 6. Daerah pendistribusian benih varietas Lamuru hasil tangkaran petani di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT, 2006 No. Daerah pendistribusian Jumlah benih (kg) Persentase (%) 1 Kota Kupang 400 15 2 Kabupaten Alor 50 1,85 3 Kabupaten Timor Tengah Utara 50 1,85 (TTU) 4 Diperta Provinsi NTT 550 20,61 5 Para petani di kecamatan Kupang 150 5,60 Timur 6 Petani setempat 1.470 55 Jumlah 2.670 100 Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa varietas Lamuru telah didistribusikan tidak saja pada petani sekitarnya tetapi telah sampai ke luar kabupaten (Alor dan TTU) melalui Diperta, Balitsereal dan LSM-LSM yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat yang salah satu kegiatannya adalah memasok benih ke petani se Provinsi NTT. Saenong et al. (2006) mengemukakan bahwa jejaring kerja antara balitsereal dan Instansi terkait dalam memproduksi BD atau BP disetiap provinsi pengembangan jagung, dapat mempercepat distribusi dan kesinambungan ketersediaan benih sumber disetiap wilayah pengembangan. KESIMPULAN 1. Varietas Lamuru dan NK 33 layak diusahakan di lahan kering dan lahan sawah tadah hujan karena memiliki nilai RKBM>1, namun varietas Lamuru memberi petani keuntungan yang lebih besar. 2. Hasil yang diperoleh dalam penangkaran benih jagung memang belum maksimal karena penggunaan pupuk yang belum optimal, namun masih menguntungkan kelompok penangkar, selain itu dapat memenuhi ketersediaan benih bermutu. 3. Sebagian besar benih yang dihasilkan (55%) dari total produksi benih 2,67 ton, digunakan oleh petani di kelompok tani Tirosa Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, selebihnya didistribusikan ke luar Desa Nun Kurus, bahkan ke luar Kabupaten Kupang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1987. Latihan Penelitian Sistem Usahatani. Bahan Latihan Vol. 2. P3NT. NTASP Kasryno. F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunis selama empat dekade yang lalu dan implemantasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Agribisnis Jaging di Bogor. 24 Juni 2002. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Margaretha SL, IGP. Sarasutha dan Sania Saenong. 1997. Partisipasi wanita tani terhadap pendapatan dan konsumsi keluarga di pedesaan Sulawesi Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin. ------------, IGP. Sarasutha, A. Najamuddin, Sriwidodo dan Hadijah AD. 1998. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Badan penelitian dan Pengembangan pertanian. Balai penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. Vol. 2. --------------, Sania S dan Subandi. 2006. Dampak Adopsi Teknologi Terhadap Permintaan dan Penawaran Jagung di Provinsi NusaTenggara Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 29-20 September 2005.

--------------, Sudjak S dan Sania Saenong. 2006. Fungsi kelembagaan dan Penerapan Teknologi Perbenihan Jagung Berbasis Komonitas Petani. IPTEK Tanaman Pangan. Pusat peneliatan dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Mink, S.O., P.A.Dorosh, and D.H. Perry. 1987. Corn Production Sustem in Timmer (Ed). The Corn Economi of Indonesia Nugroho, U. S. dan Subandi. 2002. Perkembangan teknologi Budidaya dan Industri benih. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor 24 Juni 2002. Sania S, Margaretha SL, J. Tandiabang, Syafruddin, Y. Sinuseng dan Rahmawati. 2003. Sistem Perbenihan Untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Nasional. Laporan Hasil Penelitian Kelompok Peneliti Fisologi Hasil. Balitsereal. Maros. ------------, Margaretha SL, Faesal dan Evert Hosang. 2006. Peran Perbenihan Tanaman Pangan dalam Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Peningkatan Pendapatan Petani di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan Dalam Sistem Usahatani lahan Kering. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor. Suherman, O dan Sriwidodo. 1992. Evaluasi galur harapan padi gogorancah. Hasil Penelitian Padi. Volume 3. Badan Litbang Pertanian. Balittan Maros.