SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005

SURAT EDARAN Nomor.02/SE/M/2007. Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2007

LAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono **

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 2

MATERI 3 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-2. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 2

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor : 339 /KPTS/M/2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

5 Februari Rencana Pengadaan Barang/Jasa yang telah disahkan oleh Kuasa Pengguna

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM UNIT LAYANAN PENGADAAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN PEMENANG SELEKSI/LELANG

KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

METODE PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/PEK.KONSTRUKSI/JASA LAINNYA PASAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AUDIT ATAS PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 604/PRT/M/2005 TENTANG

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

1 JDIH Kementerian PUPR

PERATURAN PEMERINTA H REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000

A D E N D U M D O KUMEN KUA L IFIKASI. Pengadaan Jasa Konsultan Perencana untuk Rehabilitasi Rumah Dinas Bea dan Cukai di Juwangen

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT EVALUASI PENGADUAN TERHADAP PENGADAAN BARANG DAN JASA

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PRT/M/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2018 TENTANG PEMBARUAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...(A)... S A T U A N K E R J A... ( B )... (C)...

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kementerian PUPR 2017 Surabaya, 29 November 2017 Disampaikan oleh :

PERAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HAK KONSULTAN PADA SAAT TERJADI WANPRESTASI OLEH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 04/PRT/M/2006 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROSES PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SISTEM E-PROCUREMENT WALIKOTA SURABAYA,

Prosedur Pengadaan, Kontak Bisnis dan Pakta Integritas

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ)

Daftar Isi. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PADA PEMILIHAN PENYEDIA JASA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

GUBERNUR JAWA TENGAH

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka percepatan pelaksanaan Belanja Negara/Daerah perlu

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 27 TAHUN 2011 TENTANG

POKOK-POKOK BERITA ACARA PENJELASAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

Transkripsi:

Jakarta, 26 Juni 2006 Kepada yang terhormat : Para Pejabat Eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum Perihal : Tata Cara Pemeriksaan Pemilihan Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi/ Pemborongan dan Jasa Konsultansi Konstruksi Tertentu SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006 Dalam rangka pelaksanaan pasal 3 huruf b Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 604/PRT/M/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan pada Pemilihan Penyedia Jasa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum diperlukan tata cara pemeriksaan pemilihan penyedia jasa pelaksanaan konstruksi/pemborongan dan jasa konsultansi konstruksi tertentu, selanjutnya disebut pemeriksaan tertentu, dengan Surat Edaran Inspektur Jenderal sebagai berikut : I. UMUM Surat Edaran ini diterbitkan untuk mengatur tata cara pemeriksaan tertentu di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum yang berpotensi atau mengandung kerawanan terjadinya penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian negara. II. III. LINGKUP YANG DIPERIKSA 1. Lingkup yang diperiksa adalah proses Pemilihan Penyedia di bidang jasa konstruksi yang meliputi: a. Jasa Pelaksanaan Konstruksi/Pemborongan, dan b. Jasa Konsultansi Konstruksi mulai dari persiapan pengadaan sampai dengan penandatanganan kontrak; 2. Pemeriksaan diutamakan pada proses pemilihan penyedia jasa yang dilaksanakan dengan metoda : a. penunjukan langsung, b. pelelangan umum dengan prakualifikasi, c. pelelangan terbatas/seleksi terbatas, dan d. pemilihan langsung/seleksi langsung/penunjukan langsung akibat pelelangan gagal/pelelangan ulang, yang berpotensi terjadi penyimpangan berdasarkan pengujian yang dilaksanakan secara obyektif, profesional, dan proporsional. 3. Pengujian dilakukan oleh Inspektur Wilayah di lingkungan Inspektorat Jenderal berdasarkan pokokpokok kriteria yang ditetapkan dalam Lampiran I dan Lampiran II surat edaran ini; 4. Hasil pengujian disampaikan kepada Inspektur Jenderal oleh Inspektur Wilayah untuk mendapatkan persetujuan melaksanakan pemeriksaan tertentu. TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PELAPORAN 1. Pelaksanaan Pemeriksaan Tertentu dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang terdiri dari Pejabat Fungsional Auditor Inspektorat Jenderal;

2. Ketua Tim Pemeriksa harus memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah; 3. Apabila dipandang perlu, Inspektur Jenderal dapat memperbantukan petugas yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah dan/atau pejabat fungsional keteknikan untuk mendukung kelancaran tugas Tim Pemeriksa; 4. Dalam menyelenggarakan Pemeriksaan Tertentu, Tim Pemeriksa wajib : a. bekerja secara profesional, obyektif, berintegritas, serta selalu menjaga kerahasiaan proses dan data pemeriksaan serta hasil pemeriksaan yang dilakukan; b. menghindari dan mencegah penyalahgunaan kewenangan pemeriksaan yang dapat mempengaruhi proses pemilihan penyedia jasa yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; c. menjaga independensi pihak-pihak terkait dalam pemilihan penyedia jasa, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Tim Pemeriksa dalam pelaksanaan tugasnya wajib membuat Berita Pemeriksaan lengkap dengan tanggapan dari pihak yang diperiksa dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III surat edaran ini. 6. Tim Pemeriksa dapat mengembangkan teknis pemeriksaan sesuai dengan situasi dan kondisi nyata yang terjadi dalam rangka optimalisasi hasil pemeriksaan. 7. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) mengikuti format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV surat edaran ini dan diselesaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya pemeriksaan sesuai Surat Perintah Tugas. 8. Hasil Pemeriksaan Tertentu disampaikan kepada Menteri oleh Inspektur Jenderal dengan tembusan kepada Pejabat Eselon I terkait. 9. LHP memuat rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran ketentuan dan prosedur pemilihan penyedia jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. IV. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN 1. Sekretaris Inspektorat Jenderal dalam hal ini Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan Sekretariat Inspektorat Jenderal melakukan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Tertentu. 2. Hasil pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada butir 1 tersebut segera dilaporkan kepada Inspektur Jenderal dalam waktu selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari sejak LHP ditandatangani oleh Inspektur Jenderal. Demikian, surat edaran ini agar disebarluaskan kepada Para Pejabat Fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum dan untuk dilaksanakan. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. INSPEKTUR JENDERAL Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Pekerjaan Umum (sebagai laporan) WIBISONO SETIOWIBOWO NIP 110 015 106

Lampiran I SE Inspektur Jenderal No. 03/SE/IJ/2006 Tanggal : 26 Juni 2006 KRITERIA PEMERIKSAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA PEMBORONGAN KONSTRUKSI No. KRITERIA PERSYARATAN *) INDIKASI PENYIMPANGAN 1. Penunjukan Langsung : keadaan tertentu : - penanganan darurat untuk penanggulangan bencana (SPMK mendahului kontrak) - pekerjaan yang perlu dirahasiakan menyangkut pertahanan dan keamanan negara a. pernyataan kepala daerah, dan tidak ada pernyataan kepala daerah, atau ada pernyataan namun sudah terlambat (antidatir) dan b. justifikasi teknis dari pejabat Eselon I, tidak ada justifikasi teknis dari dan pejabat Eselon I, dan c. persetujuan Menteri, dan tidak ada persetujuan Menteri, dan d. harga/nilai kecil, dan harga satuan tdk wajar (analisa harga satuan mengada-ada, shg cenderung tinggi), dan e. waktu singkat, dan konstruksi bukan pekerjaan darurat sementara (tidak permanen) a. termasuk dalam pekerjaan yang memerlukan kerahasiaan yang ditetapkan Presiden bukan untuk pertahanan & keamanan negara keadaan khusus : - kompleks a. hanya dapat dilaksanakan dng teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia jasa yang mampu, dengan justifikasi teknis dari pejabat Eselon I pembina teknis terkait pekerjaan lanjutan a. satu kesatuan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya b. justifikasi teknis dari pejabat Eselon I teknis terkait teknologi bukan khusus dan dapat dilaksanakan oleh lebih dari 1 (satu) penyedia jasa tanpa penetapan Eselon I pembina teknis terkait bukan satu kesatuan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya, dan tidak ada justifikasi teknis dari pejabat Eselon I teknis terkait, dan c. persetujuan Menteri tidak ada persetujuan Menteri, dan d. bukan yg sudah diprogramkan sudah diprogramkan kontrak tahun kontrak tahun jamak jamak

No. KRITERIA PERSYARATAN *) INDIKASI PENYIMPANGAN 2. Pelelangan Terbatas : kompleks dan jumlah penyedia jasa yang mampu diyakini terbatas syarat kompleks : harus dengan technical justification yg ditetapkan Eselon I teknis terkait a. teknologi tinggi, dan/atau {teknologi tinggi : banyak tenaga ahli (disiplin ilmu) dan banyak tenaga terampil (jenis keterampilan), dan banyak peralatan berat (jenis dan kegunaan)} tdk ada technical justification yg ditetapkan Eselon I teknis terkait bukan teknologi khusus/tinggi - tdk memerlukan banyak tenaga ahli - tdk memerlukan banyak tenaga terampil - tdk memerlukan banyak peralatan berat 3. Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi b. resiko tinggi, dan/atau {resiko tinggi : membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan} c. peralatan yang di-desain khusus, dan/atau tdk membahayakan keselamatan umum peralatan tidak di-desain khusus d. Rp50 milyar nilai < Rp50 milyar Kompleks a. teknologi tinggi, dan/atau {teknologi tinggi : banyak tenaga ahli (disiplin ilmu) dan banyak tenaga terampil (jenis keterampilan), serta banyak peralatan berat (jenis dan kegunaan)} tdk ada technical justification yg ditetapkan Eselon I teknis terkait bukan teknologi khusus/tinggi - tdk memerlukan banyak tenaga ahli - tdk memerlukan banyak tenaga terampil - tdk memerlu kan banyak peralatan berat b. resiko tinggi, dan/atau tdk membahayakan keselamatan {resiko tinggi : membahayakan keselamatan umum, harta benda, lingkungan} umum, harta benda, lingkungan c. peralatan yang di-desain khusus, dan/atau peralatan tidak di-desain khusus d. Rp50 milyar nilai < Rp50M 4. Pemilihan Langsung / Penunjukan Langsung akibat pelelangan gagal/pelelangan ulang Pelelangan gagal : a. tdk ada yg memenuhi persyaratan administrasi dan teknis Pada prinsipnya apabila terjadi pelelangan ulang gagal dan dilanjutkan dng penunjukan langsung/pemilihan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan a. Indikasi KKN antar penyedia jasa : Pada tahap penilaian kualifikasi requirements pekerjaan biasa, namun penyedia yg memenuhi syarat tdk ada Pada tahap penawaran requirements pekerjaan biasa, kualifikasi penyedia jasa memenuhi, namun tidak ada penawaran yang responsif

No. KRITERIA PERSYARATAN *) INDIKASI PENYIMPANGAN b. jumlah penyedia jasa yg memasukkan penawaran < 3 b. Indikasi KKN antara penggunapanitia-penyedia menambahkan persyaratan kualifikasi penyedia jasa, shg yg lulus PQ < 3 pada tahap PQ lulus > 3, namun pada tahap penawaran : ada calon penawar yg mundur atau membentuk JO, shg penawaran < 3 c. harga terendah > pagu anggaran harga terendah > pagu anggaran d. sanggahan ternyata benar sanggahan banding dari peserta lelang e. pelaksanaan tdk sesuai dokumen lelang f. pengaduan masyarakat ttg KKN ternyata benar 5. Pelelangan yang ditunda-tunda a. mundur dari jadwal rencana pengadaan awal TA 6. Penambahan persyaratan kualifikasi penyedia jasa Pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi/kompleks dapat ditambahkan persyaratan lain, seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis atau pengalaman tertentu, manajemen mutu ISO, manajemen keselamatan kerja K3 atau OHSAS dengan justifikasi teknis dan ditetapkan oleh pejabat Eselon I teknis terkait 7. Evaluasi penawaran Dokumen penawaran yg masuk menunjukkan adanya persaingan yg sehat, tidak terjadi pengaturan bersama (kolusi diantara para peserta dan/atau dengan panitia) UU Jasa Konstruksi No. 18/1999 Pasal 17 ayat (6) Badan-badan usaha yang dimiliki oleh satu atau kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamasama terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan proses lelang (tidak sesuai dng ketentuan dokumen lelang) terdapat penyimpangan ketentuan dokumen lelang, tdk sesuai dng standar dokumen lelang dan/atau ketentuan peraturan per-uu-an PB/J yang berlaku (penelitian awal, bila diperlukan dapat dilaksanakan sesuai Permen 323/PRT/M/2006) Pelelangan ditunda dengan alasan yg tdk dpt diterima (a.l. reviu desain, perubahan lokasi, menunggu paket APBD) a. Bukan pekerjaan khusus/spesifik/ teknologi tinggi/kompleks b. Tidak ada justifikasi teknis dan penetapan pejabat Eselon I teknis terkait a. Harga penawaran-penawaran yang masuk pada umumnya 90% secara berurutan b. Petugas yg memasukkan penawaran adalah orang yg sama c. Nomor jaminan penawaran berurutan dari Bank yang sama d. Penawaran yg masuk dalam satu kendali ( Badan Usaha yang dimiliki oleh satu atau kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama) e. Terdapat kesalahan dan/atau metode kerja dan/atau penggunaan peralatan dan/atau analisa harga satuan yg sama pada beberapa penawaran

No. KRITERIA PERSYARATAN *) INDIKASI PENYIMPANGAN 8. Evaluasi Penawaran dengan Sistem Nilai Merit Point Digunakan utk pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya yg memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dng harganya, mengingat penawaran harga sangat dipengaruhi kualitas teknis (Kepmen Kimpraswil 257/KPTS/M/2004 hanya memberikan pedoman utk sistem gugur) *) Persyaratan berdasarkan ketentuan dalam : 1. PP Nomor : 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 2. Keppres Nomor : 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, beserta perubahannya 3. Kepmen Kimpraswil Nomor : 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah 4. Kepmen Kimpraswil Nomor : 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Diterapkan utk pekerjaan jasa konstruksi yg sudah sering dilaksanakan (yang diperhitungkan adalah harga terendah responsif) INSPEKTUR JENDERAL WIBISONO SETIOWIBOWO NIP 110 015 106

KRITERIA PEMERIKSAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI Lampiran II SE Inspektur Jenderal No.:03/SE/IJ/2006 Tanggal : 26 Juni 2006 No. KRITERIA PERSYARATAN *) INDIKASI PENYIMPANGAN 1 Penunjukan Langsung: Harus dengan prakualifikasi tidak dengan proses prakualifikasi - Penanganan darurat yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda-tunda a. Pernyataan kepala daerah Tidak ada pernyataan kepala daerah b. justifikasi teknis dari pejabat Eselon I, dan Tidak ada justifikasi teknis dari pejabat Eselon I, dan c. Persetujuan Menteri, dan Tidak ada persetujuan Menteri, dan - Penyedia jasa tunggal Hanya ada 1 (satu) penyedia jasa yang mampu melaksanakan Penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan lebih dari 1 (satu) penyedia jasa - Pekerjaan yang perlu dirahasiakan menyangkut pertahanan dan keamanan negara Termasuk dalam pekerjaan memerlukan kerahasiaan yang ditetapkan oleh presiden Bukan untuk pertahanan & keamanan - < Rp 50 juta < Rp 50 juta > Rp 50 juta - Pemegang hak paten ata pihak yang mendapat ijin Hanya dapat dilakasanakan oleh pemegang hak paten dan telah mendapat ijin Bukan penyedia jasa pemegang hak paten dan tidak mendapat ijin 2 Seleksi langsung Daftar pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi thd penyedia jasa yang dipilih langsung Harus dengan prakualifikasi Tidak dengan proses prakualifikasi - < Rp 100 juta < Rp 100 juta > Rp 100 juta 3 Seleksi terbatas: Pekerjaan jasa konsultansi perencanaan konstruksi yang komplek dan jumlah penyedia jasa diyakini terbatas Syarat komplek Perencanaan : a. Teknologi tinggi, dan/atau (teknologi tinggi : banyak tenaga ahli) Bukan teknologi khusu/ tinggi - tidak memerlukan tenaga ahli b. > Rp 50 Milyar Nilai < Rp 50 Milyar c. harus dengan technical justification yang ditetapkan Eselon I teknis terkait Tidak ada technical justification yang ditetapkan Eselon I teknis terkait

No. KRITERIA PERSYARATAN *) INDIKASI PENYIMPANGAN Harus dengan prakualifikasi Syarat komplek supervisi: Pekerjaan fisik yang disupervisi adalah pekerjaan komplek Tidak dengan prakualifikasi Pekerjaan yang disupervisi bukan merupakan pekerjaan khusus/ kompleks 4 Evaluasi Berdasarkan kualitas Berdasarkan gabungan kualitas teknik dan biaya Berdasarkan pagu anggaran Berdasarkan biaya terendah u/ pekerjaan yang kompleks dan menggunakan teknilogi yang tinggi, kualitas usulan merupakan faktor yang menentuka outcome dan lingkup pekerjaan sulit ditetapkan dalam KAK, contoh: disain PLTN, disain bandara internasional Jasa konsultansi yang komplek dan menggunakan teknologi tinggi u/ pekerjaan yang lingkup, keluaran/ output, waktu penugasan dapat diperkirakan dengan baik dalam KAK serta besarnya biaya dapat ditentukan dengan tepatkan. Contoh desain jaringan irigasi primer, desain jalan, study kelayakan, konsultan manajemen, supervisi bangunan non gedung dengan acuan KAK dan biaya ditentukan dengan tepat u/ pekerjaan sederhana, dapat didepfenisikan dan diperinci dengan tepat, meliputi waktu penugasan, kebutuhan tenaga ahli, dan input lainnya, serta anggarannya tidak melampaui pagu tertentu Contoh: design dan supervisi bangunan gedung, survei dan pemetaan skala kecil u/ pekerjaan sederhana dan standar Contoh: desain & supervisi bangunan sederhana dan pengukuran skala kecil Bukan pekerjaan komplek dan tidak menggunakan teknologi tinggi Adanya indikasi pengaturan, karena subjektivitas pemberian score oleh panitia Bukan pekerjaan sederhana Bukan pekerjaan sederhana dan standar Penawaran terendah diatas 90% *) Persyaratan berdasarkan ketentuan dalam : 1. PP Nomor : 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 2. Keppres Nomor : 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, beserta perubahannya 3. Kepmen Kimpraswil Nomor : 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah

4. Kepmen Kimpraswil Nomor : 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi INSPEKTUR JENDERAL WIBISONO SETIOWIBOWO NIP 110 015 106

Lampiran III SE Inspektur Jenderal No. : 03/SE/IJ/2006 Tanggal : 26 Juni 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA PEMERIKSAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA PEMBORONGAN DAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI TERTENTU Satker : Provinsi : Nomor : Tanggal : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM I N S P E K T O R A T J E N D E R A L

DATA UMUM 1. Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara/Bagian Pelaksana Kegiatan (BPK) terperiksa : Nama Satker/Satker S/BPK : Nama Satminkal : Nama Provinsi : Kode DIPA : Nilai Pagu DIPA : Tahun Anggaran : Kepala Satker/Satker S/BPK : Atlas Satker/Satker S/BPK : 2. Pemeriksaan SPT No/Tanggal : Waktu Pemeriksaan : Susunan Tim : No N a m a N I P Jabatan dalam Tim 1. 2. 3. 4. 5. Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota 3. Hasil Temuan dalam Proses Pengadaan Barang/asa : a. Jumlah temuan : b. Jumlah Kerugian Negara :.,.200.. Ka Satker/Satker S/BPK Ketua Tim (.) NIP.. ( ) NIP.

BAB I MASALAH POKOK memuat mengenai data kegiatan dan permasalahan yang terjadi, serta rekomendasi dari Tim Penguji sesuai SE Irjen No. : /SE/IJ/2006 tanggal Juni 2006 pada Bagian II.3 dan II.4. BAB II URAIAN HASIL PEMERIKSAAN memuat antara lain sebagai berikut : - Judul temuan (singkat, jelas, dan menggambarkan uraian temuan) - Kondisi (menguraikan kondisi yang sebenarnya terjadi) - Kriteria (menguraian kondisi yang seharusnya terjadi, misal ketentuan peraturan perundangundangan yang terkait dengan permasalahan) - Sebab (menguraikan mengapa hal tersebut bisa terjadi) - Akibat (menguraikan akibat yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut) BAB III TANGGAPAN pihak terperiksa memberikan tanggapan mengenai sebab terjadinya permasalahan tersebut

Lampiran IV SE Inspektur Jenderal No. : 03/SE/IJ/2006 Tanggal : 26 Juni 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA PEMBORONGAN DAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI TERTENTU Satker : Provinsi : Nomor : Tanggal : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM I N S P E K T O R A T J E N D E R A L

DATA UMUM 3. Kegiatan dan Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara/PPK Terperiksa : Nama Satker/Satker S/PPK : Nama Program : Nama Satminkal : Nama Provinsi : Kode DIPA : Nilai PAGU Kegiatan : Tahun Anggaran : Kepala Satker/Satker-S/PPK : Atlas Satker/Satker-S/PPK : 4. Pemeriksaan SPT No/Tanggal : /SPT/SET-ITJEN/RI/ /200, tanggal Waktu Pemeriksaan : Susunan Tim : No N a m a N I P Jabatan dalam Tim. 3. Hasil Temuan dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa : c. Jumlah Temuan : d. Jumlah kerugian Negara : Jakarta, 200 Mengetahui / Menyetujui : Supervisi Ketua Tim ( ) ( ) NIP. NIP.

BAB I KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memuat mengenai uraian singkat hasil pemeriksaan berupa temuan dilengkapi dengan rekomendasi atas permasalahan terkait BAB II MASALAH POKOK memuat mengenai data kegiatan dan permasalahan yang terjadi, serta rekomendasi dari Tim Penguji sesuai SE Irjen No. : /SE/IJ/2006 tanggal Juni 2006 pada Bagian II.3 dan II.4 BAB III URAIAN HASIL PEMERIKSAAN memuat antara lain sebagai berikut : - Judul temuan (singkat, jelas, dan menggambarkan uraian temuan) - Kondisi (menguraikan kondisi yang sebenarnya terjadi) - Kriteria (menguraian kondisi yang seharusnya terjadi, misal ketentuan peraturan perundangundangan yang terkait dengan permasalahan) - Sebab (menguraikan mengapa hal tersebut bisa terjadi) - Akibat (menguraikan akibat yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut) - Tanggapan Obrik (menguraikan tanggapan dari pihak terperiksa mengenai sebab terjadinya permasalahan tersebut) - Rekomendasi (menguraikan saran/rekomendasi terhadap permasalahan tersebut, di mana rekomendasi untuk menghilangkan dan/atau meminimalkan adanya sebab)