PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS Imannuah, Retno Indryani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 31-5939925, fax 31-593951 email: labmk_its@yahoo.com ABSTRAK PDAM sebagai Badan Usaha Milik Daerah, diharapkan untuk dapat mandiri dalam mengoperasikan perusahaan maupun mengembangkan tingkat pelayanan. HaI ini tentu saja sangat ditentukan oleh kondisi keuangan perusahaan. Pendapatan PDAM berasal dari hasil penjualan air yang tergantung dari tarif air yang diberlakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan berapa besar tarif PDAM dari sisi produsen dan konsumen serta menyusun saran kebijakan tarif berdasarkan kondisi PDAM dan konsumen. Tarif air minum dari sisi produsen dihitung berdasarkan seluruh biaya operasional PDAM. Kemampuan membayar ( Ability To Pay - ATP) diperoleh berdasarkan tarif air rninum per m 3 yang dibayarkan ke PDAM. Kemauan membayar (Willingness To Pay - WTP) diperoleh berdasarkan persepsi konsumen terhadap tarif air. Kebijakan tarif yang diusulkan disusun berdasarkan kondisi PDAM, konsumen, dan kebijakan Pemerintah Kota Kuala Kapuas. Besar tarif air minum PDAM Kuala Kapuas berdasarkan biaya operasional PDAM, tahun 26 adalah sebesar Rp. 2.598,/m 3 untuk sambungan rumah tangga, dan Rp. 1.928,/m 3 untuk kran umum. Tarif tahun 27, sebesar Rp. 4.428,/m 3 untuk sambungan rumah tangga, dan Rp. 3.19,/m 3 untuk kran umum. Tarif tahun 28 sebesar Rp. 4.424./m 3 untuk sambungan rumah tangga, dan Rp. 3.19,/m 3 untuk kran umum. Kemampuan membayar (ATP) konsumen rumah tangga kategori Low Income terhadap tarif sebesar Rp, 2.619,/m 3 adalah 6,42 % dan Rp.3.738,/m 3 adalah 22,92 %. Kategori Medium Income, kemampuan konsumen terhadap tarif sebesar Rp.3.178,5/m 3 adalah 46,25 % dan Rp.4.857,/m 3 adalah 8,75 %. Kemauan membayar (WTP) konsumen rumah tangga, kategori Low Income untuk membayar tarif sebesar Rp.2.619,/m 3 adalah 2,8 %, kategori Medium Income kemauan konsumen untuk membayar tarif sebesar.rp.2.619,/m 3 adalah 61,2%. Berdasarkan kebijakan tarif pemerintah dan berdasarkan WTP konsumen terhadap kenaikan tarif 1%, maka usulan penetapan tarif untuk sambungan rumah tangga pada kategori Low Income untuk. - 1 m 3 adalah 2.619,/m3, untuk 11-2 m 3 adalah Rp. 3.178.5/m 3, untuk diatas 2 m 3 adalah 3.739,/m 3. Kategori Medium Income untuk - 1 m 3 adalah Rp. 3.178.5/m 3, untuk 11-2 m 3 adalah Rp. 3.739,/m 3, untuk diatas 2 m 3 adalah Rp.4.857,/m 3. Tarif tahun 27 dan tahun 28 diasumsikan nanti sebesar kenaikan 1% per tahun. Kata kunci: Tarif air minum. ATP, WTP PENDAHULUAN Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka kebutuhan akan air bersihpun mengalami peningkatan. Selain tingkat pertumbuhan penduduk, peningkatan kebutuhan air bersih juga disebabkan karena tuntutan masyarakat terhadap pelayanan air bersih sehubungan dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, meningkatnya intensitas dan ragam kegiatan yang terjadi di masyarakat. PDAM sebagai
perusahaan pengelola air bersih dituntut untuk dapat menyediakan kebutuhan air bersih masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Masalah tarif merupakan unsur penentu dan sangat penting di dalam mendukung kegiatan operasional PDAM. Selama ini perolehan pendapatan PDAM atas pengenaan tarif air yang diberlakukan belum optimal, dan tarif air yang diberlakukan saat ini terlampau kecil bila dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan (Malada, 21). PDAM kota Kuala Kapuas tidak bebas menentukan tarif air sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis, tapi dengan memperhatikan bahwa tarif yang dikenakan harus terjangkau oleh pelanggan, khususnya pelanggan rumah tangga. Sehingga perlu adanya suatu penelitian tentang Penentuan Tarif Air Minum PDAM Kota Kuala Kapuas yang dilihat dari sisi produsen dan konsumen, yaitu tarif yang dapat menutup seluruh biaya produksi/operasional perusahaan dan tarif yang sesuai dengan kemampuan masyarakat pengguna jasa PDAM, khususnya dari jenis pelanggan rumah tangga. TINJAUAN PUSTAKA Langkah-langkah perhitungan tarif air minum PDAM adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Rata-rata Biaya Akunting 2. Menghitung Rata-rata Biaya Finansial 3. Menghitung Tingkat Biaya, yang terdiri dari Tingkat Biaya Rendah (TBR), Tingkat Biaya Dasar (TBD) dan Tingkat Biaya Penuh (TBP). Rata-rata Biaya Akunting (RTBAO) OPAD *(1 i) RTBAO 3 X m Dimana: F.OPAD = Perkiraan biaya Operasi, Pemeliharaan, Administrasi, Depresiasi. X m 3 = Jumlah penjualan air pada periode X. I = Angka inflasi Y = Tahun proyeksi X = Tahun dasar Rata-rata Biaya Finansial (RTBF) y x RTBF RTBAO RTBD ROAX Perkiraan biaya bunga denda Nilai aset *1% RTBD ROAX prediksi jual penjualan air jumlah penjualan air Dimana : RTBAO = Rata-rata Biaya Akunting RTBD = Rata-rata Biaya Bunga dan Denda yang akan diperhitungkan dalam tarif periode Y. ROAX = Tingkat Rata-rata hasil usaha (Return On Aset) periode X B-5-2
Tingkat Biaya a) Tingkat Biaya Rendah (TBR) y x OPA* (1 i) TBR TBR jumlah penjualan air periode X b) Tingkat Biaya Dasar (TBD) FJP TBD TBR jumlah penjualan air periodey c) Tingkat Biaya Penuh (TBP) y x TBP RTBAO ( ROAX * (1 i) ) Proyeksi Kebutuhan Air Didalam menentukan prediksi kebutuhan air minum, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah (Dep. PU 1998): 1. Perhitungan jumlah penduduk 2. Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun sampai tahun perkiraan 3. Kenaikan jumlah pemakaian air per orang per hari setiap tahun, hingga tahun perkiraan 4. Menghitung jumlah kebutuhan air domestik, dengan cara : Kebutuhan air Domestik = Jumlah penduduk x pemakaian air per orang/hari 5. Menghitung kenaikan pemakaian air domestik setiap tahun hingga tahun perkiraan 6. Menghitung kebutuhan jumlah pemakaian air non domestik (berdasarkan data survey atau menggunakan data sekunder) 7. Menghitung kenaikan pemakaian air non domestik setiap tahun hingga tahun perkiraan 8. Menghitung jumlah kebutuhan air untuk daerah pelayanan adalah: Kebutuhan air minimum = kebutuhan air domestik + kebutuhan air non domestik Proyeksi Jumlah Penduduk Untuk memperkirakan jumlah penduduk, diperhitungkan berdasarkan data penduduk selama lima sampai sepuluh tahun terakhir. Ada tiga metode yang biasa digunakan dalam memperkirakan jumlah penduduk, yaitu: Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least Square. Untuk menghitung pilihan rumus yang akan digunakan, harus dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi. Metode yang memberikan jumlah yang mendekati kebenaran adalah yang memberikan standar deviasi terkecil. METODOLOGI PENELITIAN Kategori Responden Dalam rangka perhitungan ATP dan WTP, responden dikelompokkan atas tingkat pendapatannya per bulan, yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Penghasilan Rendah (Low Income) 2. Penghasilan Menengah (Medium Income) 3. Penghasilan Tinggi (High Income) B-5-3
Analisa Data 1. Analisa teknis dilakukan untuk mengetahui kemampuan sumber air baku dan jaringan yang telah terpasang untuk memenuhi kebutuhan penambahan sambungan sampai dengan tahun 28. 2. Analisa keuangan yang dilakukan meliputi perhitungan kebutuhan dana dan sumber investasi untuk kepentingan pengembangan jaringan pelayanan mulai tahun 26 sampai dengan tahun 28. 3. Analisa konsumen dilakukan terhadap hasil/jawaban kuisioner yang dibagikan kepada konsumen. Analisa tersebut meliputi komposisi konsumen berdasarkan tingkat penghasilan, rata-rata pemakaian air, rata-rata biaya air PDAM maupun kesanggupan konsumen terhadap kenaikan tarif. 4. Selanjutnya dari hasil analisa diatas, dilakukan analisa kemampuan dan kemauan konsumen terhadap tarif sambungan rumah serta usulan kebijakan tarif yang sesuai dengan kondisi PDAM, kondisi konsumen dan kebijakan pemerintah setempat. HASIL DAN DISKUSI Menurut data dari PDAM kota Kuala Kapuas, tingkat pemakaian air rata-rata untuk jenis Sambungan Rumah adalah sebesar 145 liter/orang/hari dan 25 liter/orang/hari untuk Kran Umum, dengan asumsi bahwa 1 SR terdiri dari 5 jiwa, sedangkan 1 KU terdiri dari 5 jiwa. Pada tahun 23 jumlah sambungan rumah (SR) di Kota Kuala Kapuas adalah 6.956 unit dan jumlah KU adalah 48 unit. Dengan dasar asumsi diatas, maka jumlah penduduk terlayani adalah 37.18 jiwa. Total jumlah penduduk Kota Kuala Kapuas tahun 23 adalah 66.124 jiwa, maka tingkat pelayanan = (37.18 / 66.124 ) * 1 % = 56,23 % Tingkat pelayanan yang hendak dicapai pada tahun 27 adalah 69 % dan pada tahun 28 adalah 75 % penambahan jaringan pipa sekunder dan tersier yang diperlukan untuk memenuhi tingkat pelayanan tersebut, yaitu melalui penambahan jumlah sambungan sebanyak 897 unit sambungan rumah, 22 unit kran umum pada tahun 27 dan penambahan 929 unit sambungan rumah, 23 unit kran umum pada tahun 28. Biaya yang diperlukan untuk pemasangan pipa tersebut adalah: a) Tahun 27 Pengadaan pipa dan accessories : Rp. 568.69.356,- Pemasangan pipa dan asccessories : Rp. 58.6.816,- Total : Rp. 626.67.172,- b) Tahun 28 Pengadaan pipa dan accessories : Rp. 1.28.791.242,- Pemasangan pipa dan sccessories : Rp. 129.379.124,- Total : Rp. 1.41.17.366,- B-5-4
Kebutuhan dan Sumber Investasi - Tahun 26 = Rp. 78.46.337,- - Tahun 27 = Rp. 626.67.172,- - Tahun 28 = Rp. 1.41.17.366,- Total kebutuhan biaya adalah Rp. 2.745.3.,- Jika diasumsikan bahwa tingkat suku bunga adalah 1% dengan masa pinjam 2 tahun, maka dapat dijabarkan hal-hal sebagai berikut: a) Alternatif 1 : 1% dana berasal dari pinjaman Jumlah pinjaman : Rp. 2.745.3., Cicilan per tahun : Rp. 322.462.938, b) Alternatif 2 : 7% pinjaman : 3% dana equity PDAM Jumlah pinjaman : Rp. 1.921.71., Equity PDAM : Rp. 823.59., Cicilan per tahun : Rp. 225.724.56,6 Perhitungan Tarif Air Minum Dalam proses perhitungan tarif air minum, data yang diperlukan adalah: 1. Pengeluaran PDAM untuk menyediakan air minum sampai ke pelanggan, meliputi biaya operasi di sumber air, biaya pemeliharaan, Biaya penyusutan instalasi sumber, instlasi pengolahan dan instlasi transmisi distribusi, biaya umum dan administrasi. Diasumsikan biaya pegawai dan listrik naik 2%, biaya penyusutan naik1%, biaya bahan kimia naik 15%, biaya pemeliharaan pada instansi sumber naik15%, jalur transmisi-distribusi naik 2%, pemeliharaan kantor naik 15% 2. Jumlah air yang terjual 3. Jumlah aset perusahaan 4. Tingkat inflasi 5. Beban hutang perusahaan Kelompok Pelanggan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Tabel 1. Struktur Tarif Air Minum PDAM Tahun 26 Dasar Penetapan Tarif -1 m 3 11-2 m 3 21-3 m 3 > 3 m 3 Keterangan 1989 1989 1989 1989 1985 1985 1985 1985 1928 1928 1928 1928 115 115 115 115 1989 1985 1928 1235 1989 1985 1928 17 51 1989 1985 1928 166 1985 2465 6375 2125 3258 816 2465 459 1156 Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps B-5-5
Rencana Tarif Air Minum Tahun 27 Dasar perhitungan tarif tahun 27 adalah biaya operasional PDAM tahun sebelumnya (26) dengan memperhitungkan tingkat inflasi serta rencana pembayaran pokok dan bunga pinjaman pada tahun berjalan (27). Biaya operasional PDAM tahun 26 adalah sebesar Rp. 6.215.359.88,. Dengan adanya penarikan dan pinjaman baru untuk proyek tahun 26, maka pada tahun 27 terdapat kewajiban membayar cicilan baru, sesuai dengan alternatifnya, yaitu: a) Alternatif 1 : Pembayaran pinjaman tahun 26 adalah Rp. 322.462.938, pada tahun 27 yang terdiri dari Pokok pinjaman sebesar Rp. 47.932.938,, Bunga Pinjaman sebesar Rp. 274.53., b) Alternatif 2 : Pokok pinjaman sebesar Rp. 33.553.56,6, Bunga Pinjaman & Administrasi sebesar Rp. 192.171.,, Biaya bunga modal PDAM (1%): Rp.82.539., Dengan tingkat inflasi sebesar 7,45 %, jumlah air yang terjual tahun 26 adalah 1.994.652, m 3 dan pada tahun 27 adalah 2.219.819, m 3, maka diperoleh tarif: Tabel 2. Tarif Tahun 27 dalam Tingkat Biaya Berdasarkan Alternatif Pendanaan Tingkat Biaya Alternatif 1 Alternatif 2 Tingkat Biaya Rendah (TBR) 319 319 Tingkat Biaya Dasar (TBD) 3255 3248 Tingkat Biaya Penuh (TBP) 518 518 Dengan cara perhitungan yang sama, didapat hasil perhitungan tarif tahun 28 seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Tarif Tahun 28 dalam Tingkat BiayaBerdasarkan Alternatif Pendanaan Tingkat Biaya Alternatif 1 Alternatif 2 Tingkat Biaya Rendah (TBR) 319 319 Tingkat Biaya Dasar (TBD) 3241 3235 Tingkat Biaya Penuh (TBP) 518 518 Untuk dapat mengikuti kebijakan pemerintah kota Kuala Kapuas dalam hal ini penerapan tarif air minum, maka perlu diadakan perhitungan ulang agar terjadi subsidi silang antar jenis sambungan, sehingga tidak mempengaruhi pendapatan PDAM. Tarif untuk pelanggan SR. KU dan Sosial diusahakan tetap atau jika harus mengalami kenaikan, kenaikan tarif tersebut tidak lebih dari 1% besarnya nilai tarif jika mengikuti kebijakan pemerintah Kota Kuala Kapuas. Tabel 4. Nilai Tarif yang diterapkan pada Pelanggan menurut Kebijakan Pemkot Kuala Kapuas Jenis Pelanggan Tahun 26 27 28 Sambungan Rumah Kran Umum Sambungan Sosial Komersial/Industri Perkantoran 2775 13 188 81 4775 4 275 28 25 6 4 275 28 221 6 Pendapatan PDAM 7.37.381.527,5 11.52.584.175 12.695.946.87 B-5-6
Analisa Ability To Pay (ATP) ATP dari masing-masing responden diperoleh dengan cara membagi biaya air PDAM dengan rata-rata pemakaian air per bulan. Responden dari kategori Low Income yang mampu membayar tarif air minum sampai Rp. 3.178,5,-/m 3 sebanyak 34,73 % dan yang mampu membayar tarif sampai Rp. 4.857, /m 3 adalah 8,33 %. Untuk kategori Mediun Income responden yang mampu membayar tarif sampai Rp. 3.178,5 /m 3 sebanyak 46,25 % dan yang mampu membayar tarif sampai Rp. 2.619, /m 3 sebanyak 61,25 %. Sedangkan untuk tarif tertinggi yaitu Rp. 4.857, /m 3 responden yang mampu hanya sebanyak 8,75%. Analisa Willingness To Pay (WTP) Kategori Low Income, jumlah responden yang mau membayar tarif sebesar Rp. 1.5, Rp. 2.59,5 per m 3 sebanyak 79,2 %, Rp. 2.59,6 Rp. 2.619, per m 3 sebanyak 8,3 %, mau membayar tarif air antara Rp. 2.619,1 Rp. 3.178,5 per m 3. sebanyak 12,5 %. Untuk Kategori Medium Income, jumlah responden yang mau membayar tarif sebesar Rp. 1.5, Rp. 2.59,5 per m 3 sebanyak 38,8 %, Rp. 2.59,6 Rp. 2.619, per m 3 sebanyak 3,8 %, mau membayar tarif air antara Rp. 2.619,1 Rp. 3.178,5 per m 3. sebanyak 33,7 %, mau membayar tarif antara Rp. 3.178,6 Rp. 3.738, per m3 sebanyak 15, %, dan mau membayar tarif Rp. 4.297,6 Rp. 4.857, per m3 sebanyak 8,7 %. Tabel 5. Analisa ATP Terhadap Rata-Rata Tarif Sambungan Rumah No Kategori Biaya Produksi Air Rata-Rata Tarif Subsidi (%) 1. 2. 3. Low Income Medium Income High Income 2.598 2.598-1.36 1.74-47,49 33,3 - Tabel 6. Analisa WTP Terhadap Rata-Rata Tarif Sambungan Rumah No Kategori Biaya Produksi Subsidi WTP Penetapan Rata-Rata Air (%) (%) 1. Low Income 2.858 2.619 3.178,5 3.738, 4.857, 8,36 2,8 12,5,, 2 Medium Income 2.858 2.619 3.178,5 3.738, 4.857, 8,36 61,2 57,4 23,7 8,7 3 High Income - - - - Berdasarkan hasil-hasil analisa diatas diketahui bahwa kemampuan dan kemauan membayar konsumen sangat bervariasi terhadap tarif air Sambungan Rumah, sehingga perlu adanya suatu kebijakan tarif, seperti yang diusulkan berikut ini. 1) Sebaiknya diterapkan tarif yang berbeda untuk masing-masing Kategori Income. Masyarakat yang termasuk dalam kategori Low Income membayar air dengan tarif yang lebih rendah daripada Medium Income dan High Income B-5-7
2) Tarif ditentukan berdasarkan rata-rata kesanggupan membayar (WTP) terhadap suatu tingkat tertentu, misalnya: Low Income : Rata-rata responden sanggup membayar tarif Rp. 2.619, / m 3, yaitu 2,8 % Medium Income : Rata-rata responden sanggup membayar tarif Rp. 2.619, / m 3, yaitu 61,2 % 3) Mengingat rata-rata pemakaian air per Sambungan Rumah adalah 2,32 m 3 /bulan maka tarif progresif yang diusulkan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Tarif Progresif yang Diusulkan Kategori Tarif Progresif 1 m 3 11 2 m 3. 2 m 3 Low Income (A) 2.619 3.178,5 3.739 Mediun Income (B) 3.178,5 3.739 4.857 High Income (C) - - - Kategori A - Jika L I mengkonsumsi air < 1 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp. 2.619, /m 3 ; WTP 2619 = 2,8 % - Jika L I mengkonsumsi air s/d 2 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp. 3.178,5 /m 3 ; WTP 3178,5 = 12,5 % Kategori B - Jika M I mengkonsumsi air < 1 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp. 3.178,5 /m 3 ; WTP 3178,5 = 57,4 % - Jika M I mengkonsumsi air s/d 2 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp. 3.738, /m 3 ; WTP 3738 = 76,3 % - Jika M I mengkonsumsi air > 2 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp. 4.857, /m 3 ; WTP 4857 = 91,3 % KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Besarnya tarif air minum PDAM Kuala Kapuas yang sesuai dengan biaya operasional berdasarkan tingkat kebocoran 2 % dan jumlah pegawai 55 orang adalah sebagai berikut: a. Periode tahun 26, dengan biaya operasional PDAM sebesar Rp. 5.34.91.951, menghasilkan rata-rata tarif sebesar Rp. 2.598, / m 3 untuk Sambungan Rumah Tangga ; Rp. 1.928, / m 3 untuk Kran Umum ; Rp. 2.932, / m 3 untuk Sambungan Sosial ; Rp.3.267, / m 3 untuk Sambungan Komersil /Industri, dan Rp.3.1, / m 3 untuk Perkantoran. b. Periode tahun 27, dengan biaya operasional PDAM sebesar Rp. 6.215.359.88, menghasilkan rata-rata tarif sebesar Rp. 4.428, / m 3 untuk Sambungan Rumah Tangga ; Rp. 3.19 / m 3 untuk Kran Umum ; Rp. 3.792, / m 3 untuk Sambungan Sosial ; Rp. 5.18, / m 3 untuk Sambungan Komersil / Industri dan Rp. 4.768, / m 3 untuk Perkantoran. c. Periode tahun 28, dengan biaya operasional PDAM sebesar Rp. 7.121.639.511, menghasilkan rata-rata tarif sebesar Rp. 4.424, / m 3 untuk Sambungan Rumah Tangga ; Rp. 3.19, / m 3 untuk Kran Umum ; Rp. B-5-8
3.787, /m 3 untuk Sambungan Sosial ; Rp. 5.18, / m 3 untuk Sambungan Komersil / Industri dan Rp. 4.721, / m 3 untuk Perkantoran. 2. Kemampuan membayar (ATP) konsumen Rumah Tangg a adalah sebagai berikut: Untuk kategori Low Income, kemampuan konsumen terhadap tarif sebesar Rp 2.619, per m 3 adalah 6,42 % dan Rp.3.738, / m 3 adalah 22,92 %. Kategori Medium Income kemampuan konsumen terhadap tarif sebesar Rp. 3.178,5 per m 3 adalah 46,25 % dan Rp.4.857, / m 3 adalah 8,75 %. Kemauan membayar (WTP) konsumen Rumah Tangga, secara rata-rata adalah sebagai berikut : Kategori Low Income, kemampuan konsumen untuk membayar tarif sebesar Rp.2.619,/m 3 adalah 2,8 %. Kategori Medium Income, kemampuan konsumen untuk membayar tarif sebesar Rp.2.619, / m 3 adalah 61,2 %. 3. Berdasarkan kebijakan tarif oleh Pemerintah Kota Kuala Kapuas dan berdasarkan WTP konsumen terhadap kenaikan tarif 1%, yaitu kenaikan yang secara mayoritas disetujui oleh konsumen, maka usulan penetapan tarif untuk Sambungan Rumah Tangga adalah sebagai berikut Kategori Low Income -1 m 3 = Rp. 2.619, /m 3, 11 2 m 3 = Rp. 3.178,5 /m 3, > 2 m 3 = Rp. 3.739, /m 3. Kategori Medium Income 1 m 3 = Rp. 3.178,5 /m 3, 11 2 m 3 = Rp. 3.739, /m 3, > 2 m 3 = Rp. 4.857, /m 3 4. Tarif untuk tahun 27 dan tahun 28 berdasarkan ATP dan WTP diasumsikan terjadi kenaikan sekitar 1 % pertahun. Saran Untuk kepentingan pengembangan studi, penulis menyarankan: 1. Didalam melakukan survey WTP terhadap konsumen, sebaiknya kenaikan tarif yang ditawarkan langsung disebutkan dalam satuan rupiah, tidak menggunakan satuan dalam prosen (%). Hal ini disebabkan karena persepsi kenaikan dalam prosen dirasakan masih tidak jelas dan tidak pasti nilainya 2. Karena adanya subsidi silang antar jenis sambungan, sebaiknya juga dilakukan survey terhadap kesanggupan / kemauan membayar dari jenis sambungan yang harus menanggung subsidi ini, seperti niaga / industri besar dan industri kecil, sambungan komersil / mitra / pelabuhan dan perkantoran. 3. Dalam penentuan tarif air minum PDAM kota Kuala Kapuas perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap proporsi penentuan struktur biaya produksi, terutama untuk biaya operasi dan pemeliharaan. DAFTAR PUSTAKA Anonim (22); Jurnal Air Minum; Analisa PDAM Sehat : Dalam Pola Kerangka Berfikir serta Memahami Kepedulian Sosial ; Edisi nomor 97/22; Perpamsi; Jakarta. Anonim (22); Jurnal Air Minum; Enam Kebijakan Penyehatan PDAM Menuju Cakupan 4% Tahun 214 ; Edisi nomor 59/22; Perpamsi; Jakarta. Aryawan, Oka (22); Evaluasi Tarif Angkutan Kota dengan Analisa Ability To Pay (ATP) dan Wilingness To Pay (WTP) pada Trayek Ubung Kreneng di Kota Denpasar; Tesis Program S2; Magister Manajemen Rekayasa Transportasi; Jurusan Teknik Sipil; Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya. B-5-9
Cipta Karya (1998); Petunjuk Teknis Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan; Direktorat Jenderal Cipta Karya; Departemen Pekerjaan Umum; Jakarta. Depdagri (1998) ; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1998; tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum pada PDAM; Departemen Dalam Negeri; Jakarta. Depdagri (b), (1998); Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998; tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air Minum pada PDAM; Departemen Dalam Negeri; Jakarta. Djoyodipuro, Marsudi (1997); Teori Harga; Lembaga Penerbit F.E. UI, Universitas Indonesia; Jakarta. Kartadinata, Abas., (2), Jakarta. Akuntansi dan Analisis Biaya; Edisi ke-3 Rineka Cipta; S. Bambang & Kartasapoetra, G. (1992); Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi; Edisi ke-2; Rineka Cipta; Jakarta. Tutuko, K. & Sanusi, Icep (1993); Jurnal Air Minum; Analisa Biaya Produksi Gabungan Unit Instalasi Air Bersih PAM Jaya; Edisi nomor 59/XV. Perpamsi; Jakarta. B-5-1