BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal diantaranya yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PERBEDAAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN SNOWBALLING DAN SNOWBALL THROWING

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

PERBANDINGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTIONS STUDENTS HAVE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN READING GUIDE

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN TGT (Teams Games Tournament) DAN NHT (Numbered Heads Together) DENGAN MEDIA GAMBAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE

PERBEDAAN PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

SAMPUL LUAR (HARD COVER)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: DEWI KUSMIYATI A

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : IIS SUGIARTI A

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri maupun masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

STUDI KOMPARASI STRATEGI READING ALOUD DAN READING GUIDE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALGONDO WONOSARI TAHUN 2014/2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA ini beralamat di Jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Utama 2 Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya cukup. 1. Tahun : SMEP N Wates

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD)

*Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

Keperluan korespondensi, telp: , ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 7 Bandar

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan juli 2013 tahun pelajaran. 2013/2014 di SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap TP yaitu bulan. Mei 2010 di SMA Negeri 5 Bandar Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengambil data hasil belajar Tematik tema 6 pada kelas IVA dan IVB sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Dosen Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS Surakarta, Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NIK MATUL FATKHAH A.420

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 23 Bandar Lampung pada

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2013/2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2013 sampai dengan tanggal 5 Maret 2013 di SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo. Pada hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal diantaranya yaitu tentang hasil observasi, data hasil penelitian, dan analisis data. 1. Profil sekolah SMA Negeri 1 Mojolaban terletak di Jalan Batara Surya No. 10, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan visinya adalah unggul dalam prestasi, santun dalam budi pekerti, berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan salah satu misinya adalah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga para peserta didik berkembang sesuai moral, sesuai dengan potensi yang dimiliki. Struktur kurikulum SMA Negeri 1 Mojolaban meliputi substansi yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun dari kelas X sampai kelas XII. Lingkungan sekolah terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, mushola, tempat parkir, ruang BK, gudang, ruang OSIS. Dimana ruangan tersebut sudah dimanfaatkan secara maksimal. 2. Deskripsi data hasil belajar IPA Biologi siswa 40

41 Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menguji kemampuan awal kelas. Dan memastikan bahwa kelas X 1 yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep, kelas X 5 yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang, dan kelas X 4 sebagai kelas kontrol memiliki kemampuan awal sama. Dari data nilai ulangan siswa diperoleh bahwa kelas X 1 memiliki rata-rata 7,25, kelas X 4 memiliki ratarata 7,50, dan kelas X 5 memiliki rata-rata 7,25. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa ketiga kelas tersebut mempunyai kemampuan awal sama atau hampir sama, sehingga dapat diberi perlakuan yang berbeda (lampiran 10). Dari data hasil penelitian meliputi perbandingan hasil belajar IPA Biologi siswa menggunakan media yang berbeda pada pokok bahasan Kingdom Plantae yang diuji dengan memberikan postes di akhir pembelajaran. Kelas eksperimen pertama kelas X 1 yang diajar menggunakan media Peta Konsep, kelas eksperimen kedua kelas X 5 yang diajar menggunakan media teka-teki Silang, dan kelas yang ketiga yaitu kelas X 4 yang diajar tanpa menggunakan media pembelajaran. Ketiga kelas eksperimen tersebut memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 35 siswa. Pada akhir pertemuan siswa diberi postes untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan diskusi melengkapi Peta Konsep pada kelas X 1, Teka-Teki Silang pada kelas X 5, dan kelas X 4 sebagai kelas kontrol untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan

42 afektif yang kemudian dirata-rata untuk dilakukan analisis data. Data hasil belajar siswa disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1. Rekapitulasi data rata-rata nilai hasil belajar siswa menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan No. Uraian Kelas Media Peta Media TTS Konsep Konvensioal 1. Jumlah siswa 35 35 35 2. Jumlah nilai 2675 2485 2515 3. Rata-rata 76,42 71,00 71,85 (sumber: lampiran 11) Dari data rata-rata nilai pada tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kelas X 1 yang diajar menggunakan media Peta Konsep memiliki jumlah nilai postes sebesar 2675 dengan rata-rata 76,42. Untuk kelas X 5 yang diajar menggunakan media Teka-Teki Silang memiliki jumlah nilai postes 2485 dengan rata-rata 71,00. Sedangkan untuk kelas X 4 yang diajar tanpa menggunakan media memiliki jumlah nilai postes 2515 dengan ratarata 71,85. Tabel 4.2. Rekapitulasi skor hasil belajar siswa pada aspek kognitif pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan Nilai Media Peta Konsep Media Teka-Teki Silang Konvensional Maximum 95 90 90 Minimum 60 55 55 Mean 76,42 71,00 71,85 Median 75 70 70 Modus 80 75 70 (sumber: lampiran 11) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kelas X 1 yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep memiliki nilai maksimum 95, nilai minimum 60, untuk rata-rata 76,42, nilai median 75 dan modus 80.

43 Untuk kelas X 5 yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang memiliki nilai maksimum 90, nilai minimum 55, untuk rata-rata 71,00, nilai median 70 dan modus 75. Sedangkan untuk kelas X 4 yang diajar tanpa menggunakan media pembelajaran memiliki nilai maksimum 90, minimum 55, untuk rata-rata 71,85, nilai media 70 dan modus 70. Berdasarkan nilai maksimum dan minimum menunjukkan bahwa kelas yang digunakan memiliki sebaran yang baik, hal ini karena nilai maksimum dan minimum memiliki selisih sedikit dari kelas yang diberi perlakuan media peta konsep dan teki-teki silang, dan tanpa media. Histogram nilai kognitif 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Maksimum Minimum Mean Peta Konsep Teka-Teki Silang Konvensional Gambar 4.1. Diagram skor hasil belajar siswa pada aspek kognitif pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan Selain penilaian ranah kognitif, peneliti juga melakukan penelitian ranah afektif yang meliputi aktif, kerjasama, dan tanya jawab. Dimana pada pembelajaran menggunakan media Peta Konsep, Teka-Teki Silang, dan pada kelas tanpa menggunakan media pembelajaran. Pada penilaian

44 ranah afektif ini yang dinilai adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran, kerjasama siswa saat mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru, serta tanya jawab siswa baik dengan guru maupun antar kelompok saat pembelajaran berlangsung. Berikut adalah hasil dari penilaian afektif: Tabel 4.3. Rekapitulasi nilai afektif siswa pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan Aspek Penilaian Kelas Perlakuan Peta Konsep Teka-Teki Silang Konvensional Aktif 3,48 2,80 2,94 Kerjasama 4,31 4,31 3,37 Tanya Jawab 2,97 2,54 2,80 Jumlah 377 338 319 Rata - rata 10,77 9,65 9,11 (sumber: lampiran 12) Diagram penilaian afektif 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Aktif Kerja sama Tanya jawab Peta Konsep Teka-Teki Silanh Konvensional Gambar 4.2. Diagram nilai afektif siswa pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan Dari hasil tabel dan diagram di atas penilaian afektif berdasarkan keaktifan siswa, kerjasama siswa, dan kemampuan bertanya dan menjawab siswa dalam pembelajaran. Telah diketahui bahwa siswa yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep nilai keaktifan siswa adalah

45 3,48, nilai kerjasama siswa adalah 4,31, dan nilai tanya jawab siswa adalah 2,97. Untuk siswa yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang nilai keaktifan siswa adalah 2,80, nilai kerjasama siswa adalah 4,31, dan nilai tanya jawab siswa adalah 2,54. Dan untuk kelas yang tanpa diberi media pembelajaran nilai keaktifan siswa 2,94, nilai kerjasama siswa 3,37, dan nilai tanya jawab siswa 2,80. Selain penilaian afektif, juga dinilai minat dan tidaknya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tabel 4.4. Rekapitulasi kriteria siswa terhadap minat siswa pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan No Nilai afektif Kriteria Kelas X 1 X 5 X 4 1 0 3 Kurang Minat 0 0 0 2 4 7 Cukup Minat 2 7 6 3 8 11 Minat 17 21 26 4 12 15 Sangat Minat 16 7 3 Jumlah 35 35 35 Dari tabel di atas hasil penilaian afektif berdasarkan kriteria siswa ialah: bahwa siswa yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep terhadap pembelajaran memiliki jumlah 2 siswa yang cukup minat, 17 siswa yang minat, dan 16 siswa yang sangat minat. Untuk siswa yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang terhadap pembelajaran memiliki jumlah 7 siswa yang cukup minat, 21 siswa yang minat, dan 7 siswa yang sangat minat. Sedangkan untuk siswa yang tanpa menggunakan media pembelajaran memiliki jumlah 6 siswa yang cukup minat, 26 siswa yang minat, dan 3 siswa yang sangat minat. 3. Uji prasyarat analisis a. Uji normalitas

46 Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yaitu dengan menggunakan uji Lilliefors (lampiran 13). Tabel 4.5. Rekapitulasi hasil uji normalitas postes pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan Perlakuan Signifikansi Tetapan Signifikansi Keputusan Peta Konsep 0,200 0,05 Normal Teka-Teki Silang 0,200 0,05 Normal Konvensional 0,114 0,05 Normal Dari hasil tabel di atas bahwa kelompok perlakuan yang menggunakan media peta konsep mempunyai nilai signifikansi 0,200 dengan tetapan signifikansi 0,05. Untuk kelompok perlakuan yang menggunakan media teka-teki silang mempunyai nilai signifikansi 0,200 dengan tetapan signifikansi 0,05. Sedangkan kelompok konvensional sebagai kelas kontrol mempunyai nilai signifikansi 0,114 dengan tetapan signifikansi 0,05. Dari hasil normalitas data tersebut bahwa keduanya berdistribusi normal, hal ini karena nilai signifikansi atau nilai probabilitas lebih besar dari tetapan signifikansi (0,05). b. Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berdistribusi homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher. Pada penelitian eksperimen kelas yang digunakan sebagai penelitian haruslah berasal dari kelas yang sama atau homogen (lampiran 14).

47 Tabel 4.6. Rekapitulasi hasil uji homogenitas postes pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan Uji Homogenitas Signifikansi Tetapan Keputusan Signifikansi Hasil belajar 0,946 0,05 Homogen Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi atau nilai probabilitas adalah 0,946 dengan tetapan signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa dari data hasil belajar siswa kelompok atau kelas yang digunakan sebagai penelitian adalah homogen atau sama, karena nilai probabilitas lebih besar dari tetapan signifikansi dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok homogen. c. Uji hipotesis Uji hipotesis digunakan setelah data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Uji yang pertama yaitu menggunakan uji anova. Uji anova digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diberi perlakuan, uji anova yang digunakan adalah One Way Anova (anova satu jalur) (lampiran 15). Tabel 4.7. Rekapitulasi uji hipotesis F hitung dan F tabel pada pembelajaran menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol pada materi dunia tumbuhan One Anova Way F hitung F tabel Keputusan Hasil Belajar 3,547 3,29 H 0 ditolak Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa F hitung adalah 3,547 dan F tabel adalah 3,29. Hal ini berarti bahwa F hitung > F tabel. Dimana F tabel diperoleh dari taraf signifikansi 5% atau 0,05, maka H 0 ditolak. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan dalam

48 penggunaan media peta konsep, teka-teki silang, dan pembelajaran konvensional tanpa menggunakan media pembelajaran. Karena F hitung > F tabel dinyatakan ada perbedaan maka dilanjutkan menggunakan uji beda anova untuk mengetahui adanya perbedaan antar perlakuan dalam penggunaan media peta konsep, media teka-teki silang, dan kelas kontrol (lampiran 13). Tabel 4.8. Rekapitulasi hasil uji beda anova antar kelompok perlakuan dalam penggunaan media peta konsep, teka-teki silang, dan kontrol (konvensional) pada materi dunia tumbuhan Kelompok Kelompok Signifikansi Taraf perlakuan perlakuan signifikansi Keputusan Peta Konsep TTS 0,015 0,05 H 0 ditolak Teka-Teki Silang Kontrol 0,039 0,05 H 0 ditolak Peta Konsep 0,015 0,05 H 0 ditolak Kontrol 0,697 0,05 H 0 diterima Kontrol Peta Konsep 0,039 0,05 H 0 ditolak TTS 0,697 0,05 H 0 diterima Berdasarkan tabel uji bedaanova di atas dapat dijelaskan bahwa antara perlakuan peta konsep terhadap teka-teki silang 0,015 < 0,05 maka H 0 ditolak, dan terhadap kelas kontrol 0,039 < 0,05 maka H 0 ditolak, maka penggunaan media tehadap kelas teka-teki silang dan kontrol ada perbedaan. Perlakuan teka-teki silanh terhadap peta konsep 0,015 < 0,05, H 0 ditolak, terhadap kelas kontrol 0,697 > 0,05, H 0 diterima, maka penggunaan peta konsep lebih efektif. Sedangkan untuk kelas kontrol terhadap peta konsep 0,039 < 0,015, H 0 ditolak, terhadap teka-teki silang 0,697 > 0,05 H 0 diterima, maka penggunaan peta konsep lebih efektif.

49 B. Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk membandingan dua pembelajaran yang berbeda, sehingga dapat diketahui pembelajaran yang bagaimana yang paling baik digunakan dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini membandingkan dua pembelajaran yang berbeda, dengan menggunakan media yang berbeda yaitu menggunakan media Peta Konsep dan media Teka-teki Silang. Dalam penelitian ini menggunakan tiga kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas X 1 yang diberi perlakuan menggunakan media Peta Konsep, kelas X 5 yang diberi perlakuan menggunakan media Teka-Teki Silang, dan kelas X 4 tanpa menggunakan media pembelajaran. Dimana ketiga kelas sampel ini dipilih melalui teknik Purposif Cluster Random Sampling, artinya dipilih 3 kelas yang mempunyai kemampuan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Dalam pengambilan sampel ini kelas diuji menggunakan uji keseimbangan, kelas yang mempunyai rata-rata sama atau hampir sama yang digunakan sebagai sampel penelitian, sehingga dapat diberi perlakuan yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penilaian secara ranah kognitif dan afektif. Dalam penilaian kognitif, peneliti mengambil nilai berdasarkan nilai pos tes siswa. Soal yang akan dijadikan sebagai pos tes terlebih dahulu diuji menggunakan uji validitas pada kelas yang tidak digunakan sebagai penelitian. Dari hasil uji validitas soal yang diujikan ada 25 soal, yang tidak valid ada 5 butir soal, jadi yang dijadikan sebagai soal pos tes untuk kelas yang digunakan sebagai penelitian ada 20 butir soal.

50 Dalam penelitian ini menggunakan satu materi, yaitu Kingdom Plantae yang diduga tepat bila dalam pembelajarannya menggunakan media Peta Konsep dan media Teka-Teki Silang. Karena permasalahan yang dihadapi oleh guru SMA N 1 Mojolaban yaitu masih rendahnya minat siswa dalam belajar, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa masih rendah dan menurunkan hasil belajar. Dengan adanya penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membantu meningkatkan minat belajar siswa, dengan begitu siswa tidak merasa bosan. Karena dengan penggunaan media tersebut siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu penggunaan media juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dalam mengajar. Dalam penelitian ini, peneliti menilai secara kognitif yaitu melalui postes, dengan memberikan soal di akhir pembelajaran. Dengan begitu dapat dinilai mengenai tingkat kemampuan siswa, bagi siswa yang memiliki daya pikir tinggi adalah siswa yang mampu mengerjakan soal dengan mendapatkan nilai di atas rata-rata. Selain penilaian secara kognitif juga dilakukan penilaian secara afektif. Dalam penilaian afektif ini siswa dinilai berdasarkan sikapnya selama proses pembelajaran berlangsung. Sikap yang dinilai diantaranya adalah kerjasama, kerjasama dinilai saat siswa melakukan kerja kelompok dan berdiskusi melengkapi Peta Konsep dan Teka-Teki Silang. Selanjutnya tanya jawab, yaitu peran siswa dalam pembelajaran yang bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan menerima materi yang disampaikan oleh guru dan

51 menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan yang terakhir adalah aktif, yaitu penilaian yang diambil dari keaktifan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan uji normalitas berdasarkan tabel 4.5 dinyatakan bahwa perlakuan menggunakan media Peta Konsep dan Teka-Teki Silang dinyatakan normal, karena nilai probabilitas dari keduanya lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,200 dan 0,200 > 0,05. Begitu jugaa dengan pembelajaran secara konvensional yang tanpa menggunakan media pembelajaran yaitu 0,114 yang dinyatakan normal karena lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05. Untuk uji homogenitas berdasarkan tabel 4.6 bahwa hasil belajar menggunakan media Peta Konsep, Teka-Teki Silang, dan secara konvensional dinyatakan homogen. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,946 > 0,05. Dan untuk hipotesis bahwa kedua media yang digunakan sebagai berbeda, begitu juga dengan pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan uji hipotesis yang ada yang ditunjukkan pada tabel 4.7 di atas diketahui bahwa F hitung adalah 3,547 dan F tabel adalah3,29. Hal ini berarti bahwa F hitung > F tabel. Dimana F tabel diperoleh dari taraf signifikansi 5% atau 0,05, maka H 0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan dalam penggunaan media peta konsep dan teka-teki silang, serta pembelajaran secara konvensional. Dari hasil penilaian kognitif berdasarkan tabel 4.2 bahwa rata-rata yang dihasilkan untuk kelas yang diberi perlakuan menggunakan media Peta Konsep adalah 76,42, untuk kelas yang diberi perlakuan menggunakan media

52 Teka-Teki Silang adalah 71,00, sedangkan kelas yang tanpa menggunakan media adalah 71,85. Untuk nilai maksimum dan minimum kelas yang menggunakan media Peta Konsep adalah 95 dan 60, kelas yang menggunakan media Teka-Teki Silang adalah 90 dan 55, sedangkan untuk kelas kontrol 90 dan 55. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa penggunaan media Peta Konsep lebih baik dan efektif dalam proses pembelajaran pokok materi dunia tumbuhan daripada media Teka-Teki Silang. Karena penggunaan media Peta Konsep dalam proses pembelajaran dapat meningkatakan kemampuan belajar siswa. Dengan penggunaan peta konsep siswa tidak lagi banyak menghafal materi untuk belajar, siswa cukup memahami konsep kemudian menghubungkannya dengan konsep yang sudah ada sebelumnya. Menurut Suryati (2002), peta konsep dapat membantu siswa untuk mengorganisasikan suatu konsep dalam struktur yang berarti sehingga bermanfaat untuk mengidentifikasikan konsep yang sulit dimengerti, memudahkan siswa untuk menyusun dan memahami isi pelajaran dan meningkatkan memori atau ingatan. Dinilai dari penilaian afektif berdasarkan tabel 4.3 bahwa kelas yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep siswa yang aktif dalam pembelajaran memiliki rata-rata 3,48, siswa yang bekerjasama dengan kelompoknya saat melengkapi peta konsep memiliki rata-rata 4,31, dan siswa yang aktif bertanya atau berpendapat dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa lain memiliki rata-rata 2,97. Untuk siswa yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang siswa yang terlihat aktif dalam

53 pembelajaran memiliki rata-rata 2,80, siswa yang selalu bekerjasama dalam kelompoknya memiliki rata-rata 4,31, dan siswa yang terlihat aktif dalam berpendapat dengan cara bertanya dan menjawab dalam proses pembelajaran memiliki rata-rata 2, 54. Sedangkan untuk kelas kontrol memiliki nilai ratarata afektif 9,11 dari semua aspek yang dinailai. Untuk penilaian afektif berdasarkan kriteria dapat dibedakan dalam hal kurang minat, cukup minat, minat, dan sangat minat. Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat diketahui siswa yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep siswa yang mempunyai kriteria cukup minat ada 2 siswa, yang memiliki kriteria minat ada 17 siswa, dan yang memiliki kriteria sangat minat ada 16 siswa. Untuk siswa yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang siswa yang memiliki kriteria cukup minat ada 7 siswa, yang memiliki kriteria minat ada 21 siswa, dan yang memiliki kriteria sangat minat ada 7 siswa. Sedangkan untuk kelas yang tanpa menggunakan media pembelajaran memiliki 6 siswa yang cukup minat, 26 siswa yang minat, dan 3 siswa yang sangat minat dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil dari penilaian afektif melalui aspek keaktifan siswa, kerja sama, dan tanya jawab siswa selama proses pembelajaran, siswa yang diberi perlakuan menggunakan media peta konsep memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi perlakuan menggunakan media teka-teki silang. Dengan begitu penggunaan media peta konsep dalam pembelajaran lebih efektif bila digunakan pada materi Kingdom Plantae. Karena dalam menggunakan media peta konsep siswa tidak harus mempelajari semua materi

54 yang ada karena akan sulit dipahami, dengan menggunakan media ini siswa hanya memahami konsep-konsep yang diberikan oleh guru saja mengenai materi yang disampaikan dan siswa akan lebih mudah untuk mengingat dan memahami. Dalam penggunaan media peta konsep memberikan dampak positif bagi siswa diantaranya ialah: 1) siswa akan lebih berani mempresentasikan hasil dari diskusi kelompoknya di depan kelas, dari itu siswa berani untuk mengungkapkan pendapatnya melalui bertanya dan menjawab apa yang disampaikan oleh guru maupun temannya yang ada di depan kelas, 2) siswa memiliki jiwa untuk kerja sama dalam mengerjakan tugas diskusi yang diberikan oleh guru dengan begitu siswa memiliki rasa tanggung jawab untuk mengerjakan tugas, dan 3) siswa lebih aktif dengan adanya kelompok atau diskusi dan menyampaikan pendapatnya. Sedangkan dalam penggunaan media teka-teki silang memiliki rata-rata di bawah penggunaan media peta konsep karena siswa harus mempelajari semua materi secara keseluruhan untuk melengkapi teka-teki silang, dengan begitu siswa akan merasa kesulitan dalam memahami materi. Dampak dari penggunaan media teka-teki silang ini diantaranya: 1) siswa dalam kelompoknya terlihat kurang aktif dalam kerjasama terhadap kelompoknya karena hanya siswa yang memiliki kemampuan tinggi yang mau menjawab soal yang diberikan oleh guru, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah untuk menjawab hanya menunggu hasilnya saja, 2) dalam hal mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas hanya siswa yang menjawab itu yang maju, karena siswa yang kurang aktif tidak mengerti apa yang telah dikerjakan, dengan

55 begitu siswa yang tidak mengerti akan takut mengeluarkan pendapat, tidak mau bertanya dan tidak mau menjawab. Dalam hal itu dapat dilihat bahwa siswa yang diberikan menggunakan peta konsep memiliki minat yang cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan penggunaan media tekateki silang. Untuk keputusan uji hipotesis dinyatakan H 0 ditolak, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji beda anova untuk membandingkan perlakuan yang digunakan terhadap perlakuan lainnya. Disini yang digunakan yaitu antara kelas yang menggunakan media peta konsep, teka-teki silang, dan kelas kontrol. Dari uji beda anova pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa antara perlakuan peta konsep terhadap teka-teki silang 0,015 < 0,05 maka H 0 ditolak, dan terhadap kelas kontrol 0,039 < 0,05 maka H 0 ditolak, maka penggunaan media tehadap kelas teka-teki silang dan kontrol ada perbedaan. Perlakuan teka-teki silanh terhadap peta konsep 0,015 < 0,05, H 0 ditolak, terhadap kelas kontrol 0,697 > 0,05, H 0 diterima, maka penggunaan peta konsep lebih efektif. Sedangkan untuk kelas kontrol terhadap peta konsep 0,039 < 0,015, H 0 ditolak, terhadap teka-teki silang 0,697 > 0,05 H 0 diterima, maka penggunaan peta konsep lebih efektif. Pada dasarnya penggunaan media peta konsep dan teka-teki silang dalam proses pembelajaran bertujuan untuk memngetahui hasil belajar IPA Biologi siswa kelas X pada SMA N 1 Mojolaban, khususnya pada materi Kingdom Plantae ini. Dari hasil penelitian penggunaan media peta konsep lebih baik dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran dibandingkan

56 penggunaan media teka-teki silang. Tetapi pada intinya penggunaan media ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam kelas, dengan begitu siswa tidak merasa bosan dan mudah untuk memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.