17 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SISWA KELAS VII.3 SMPN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 Oleh Yoce Febrianus Abidano Guru pada SMPN 4 Mataram Absraksi: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi himpunan melalui Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( student teams achievment divition) di Kelas VII.3 SMPN 4 Mataram. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII.3 SMPN 4 Mataram yang berjumlah tiga puluh tiga siswa. Obyek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian tindakan kelas ini terlaksana sebanyak 2 siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara dan observasi hasil belajar siswa dengan data pembanding yaitu hasil belajar siswa pada materi pelajaran sebelumnya. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan melalui beberapa tahapan yaitu tahap pengumpulan data, reduksi data, display data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar siswa dilihat dari aspek minat untuk belajar, ketekunan dalam belajar, partisipasi aktif dalam belajar, usaha untuk belajar, dan penyelesaian tugas. Haisl belajar siswa dilihat dengan adanya kenaikan rata-rata skor tes dari siklus sebelumnya dan sedikitnya 88% dari jumlah siswa mencapai KKM sebesar 72. Peningkatan hasil belajar siswa bisa diketahui dari test akhir siklus I dan test akhir siklus II mengalami peningkatan yang siqnifikan. Keberhasilan tindakan yang dicapai ditunjukkan oleh peningkatan hasil rata-rata yang dicapai siswa pada materi pokok Himpunan dari 66,10 pada siklus I menjadi 82,76 pada siklus II, dan peningkatan jumlah presentasi siswa yang tuntas belajar atau mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada siklus I 49% menjadi 88% pada siklus II. Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, STAD, hasil belajar A. PENDAHULUAN berkelompok dengan mereka yang memiliki kemampuan atau nilai yang rendah. Siswa yang pintar akan berkelompok Banyak penelitian menunjukkan bahwa dengan siswa yang pintar, siswa yang memiliki dalam pembelajaran kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari temannya sendiri sesama siswa daripada belajar dari guru. Metode pembelajaran kemampuan kurang akan tersisih membentuk kelompok belajar sendiri, ini mengakibatkan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi memanfaatkan kecenderungan siswa untuk mendapatkan nilai yang tinggi sedangkan sebagian berinteraksi sesama temannya. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif bagi siswa besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan, mereka merasa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Disamping yang rendah hasil belajar, suasana belajar itu aktifitas siswa selama proses belajar mengajar kooperatif juga mampu menghasilkan hasil yang juga masih sangat kurang sehingga pada akhirnya tinggi, hubungan yang lebih positif dan hasil belajar siswa menjadi rendah. penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada Perbedaan ini perlu ditekan sekecil suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah memisahkan siswa (Anita Lie, 2002). mungkin supaya tidak menimbulkan efek psikologi bagi siswa, untuk diperlukan suatu sarana berupa Siswa SMP Negeri 4 Mataram, khususnya model pembelajaran yang mampu membuat Kelas VII.3, telah mengenal dan melaksanakan terjalinnya kerjasama diantara siswa yaitu salah pembelajaran kooperatif, tetapi pembelajaran satu pembelajaran kooperatif tipe STAD. kooperatif yang tidak terorganisir dengan benar, ini B. KAJIAN PUSTAKA mengakibatkan proses belajar yang diharapkan 1. Metode Pembelajaran Kooperatif terjadi pada kelompok belajar tidak berjalan Cooperative learning mencakup suatu dengan baik, pemilihan kelompok belajar masih didasarkan atas suka atau tidak suka terhadap temannya, sehingga yang terjadi ketika pemilihan kelompok dalam belajar adalah mereka yang kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai memiliki kemampuan tinggi enggan untuk tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative
18 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari teman ke teman yang lain di antara sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil lain penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya. Menurut Slavin, (2009), Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). 2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain (Ibrahim dkk, 2000:18) seperti berikut ini: 1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 3) Memperbaiki sikap terhadap Matematika dan sekolah. 4) Memperbaiki kehadiran. 5) Angka putus sekolah menjadi rendah. 6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. 7) Perilaku menggangu menjadi lebih kecil. 8) Konflik antar pribadi berkurang. 9) Sikap apatis berkurang. 10) Pemahaman yang lebih mendalam. 11) Motivasi lebih besar. 12) Hasil belajar lebih tinggi. 13) Retensi lebih lama. 3. Metode Pembelajaran Type STAD STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran Kooperatif type STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran. (Anita Lie. 2002) Pada Model Pembelajaran Kooperatif type STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4 5 siswa, dan setiap kelompok harus heterogen, yang Volume 10, No. 10, Oktober 2016 berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, anggota tim menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui tutorial, lembar kerja siswa dengan diskusi (Anita Lie, 2002). Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran Kooperatif type STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. 4. Langkah-langkah STAD Menurut Slavin (2009) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran STAD, yaitu: 1) Penyajian Kelas : a. Pembukaan, b. Pengembangan dan c. Latihan terbimbing; 2) Tahapan kegiatan belajar kelompok; 3) Tahapan menguji kinerja individu; 4) Penskoran peningkatan individu; 5) Tahapan mengukur kinerja kelompok C. METODE PENELITIAN Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai upaya meningkatka aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan siswa di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemilihan metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya proses pembelajaran. Desain penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan materi Himpunan. Pertemuan pada siklus I dengan materi pokok Himpunan. Pertemuan pada siklus II Pemecahan Masalah pada materi pokok himpunan. Desain penelitian yang akan dilaksanakan supaya penelitian terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada teori PTK menurut Jhon Elliot (1982) yang dimulai dari http://www.lpsdimataram.com
19 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi Subyek penelitian adalah Siswa kelas VII.3 SMP Negeri 4 Mataram, jumlah siswa di kelas ini adalah 33 orang yang terdiri dari 18 orang putri, dan 15 orang putra. Obyek Tindakan Proses penelitian tindakan kelas ini dititikberatkan pada peningkatan hasil belajar siswa melalui proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meraih hasil belajar. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Mataram, Kecamatam Cakranegara, Kota Mataram NTB. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai Minggu ke dua bulan Januari 2015 sampai dengan Minggu keempat bulan Maret 2015. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII.3 SMP Negeri 4 Mataram. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka siswa dikelompokkan secara hiterogen. Data pra siklus yang diperoleh melalui Tes awal siswa kelas VII.3 SMPN 4 Mataram sebanyak 33 siswa, menunjukkan hasil 8 siswa berada di kategori tinggi, 17 siswa kategori sedang dan 8 siswa kategori rendah. Dari hasil tes awal ini dibentuk kelompok sebanyak 8 kelompok berdasarkan penyebaran bahwa setiap kelompok memiliki kemampuan seimbang yang terdiri dari kemampuan tinggi, sedang dan rendah dengan terbentuknya kelompok ini maka akan terjadi transfer of knowladge dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi kepada siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah. 1. Siklus Dari siklus I dan siklus II data observasi aktivitas guru dan siswa didapat hasil seperti pada tabel 1. Aktivitas Siklus Total Kategori skor Guru I 7 Aktif Siswa I 73 Kurang aktif Guru II 9 Sangat aktif Siswa II 80 Aktif Data evaluasi hasil belajar pada akhir siklus I dan siklus II didapat hasil seperti pada tabel 2. Banya k Siswa Siklu s Tota l Nila i Nilai Rata - Rata Banyak Siswa Yang TidakTunt Persentas e Ketuntasa n 33 I 33 II 218 0 273 1 66,1 0 82,7 6 as 17 49 4 88 a. Analisis Siklus I Observasi terhadap aktivitas guru dilakukan dengan mengamati prilaku guru pada saat proses belajar mengajar. Hasil data yang diperoleh guru pada siklus I berada pada point 7 yang berkatagori aktif. Aktivitas belajar siswa sebesar 73 yang berarti bahwa aktivitas belajar siswa berkategori kurang aktif, sehingga pada siklus selanjutnya perlu ditingkatkan lagi. Data hasil belajar siswa siklus I adalah nilai rata-rata siswa adalah 66,10 Dari 33 siswa yang mengikuti tes evaluasi terdapat 16 siswa yang tuntas belajar, persentase ketuntasan belajar adalah 49%. Nilai masih kurang dari ketuntasan belajar secara klasikal. kekurangan yang terdapat pada siklus 1 adalah : 1. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa masih kurang 2. Komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelompok Nampak kurang. Demikian siswa yang berkemampuan rendah, enggan bertanya pada Temanya yang berkemampuan tinggi. 3. Guru kurang membimbing siswa dalam diskusi. 4. Guru kurang mengatur alokasi waktu, sehingga waktu untuk pengerjaan yang tidak cukup 5. Guru kurang memotivasi siswa dalam membangkitkan minat pada awal pelajaran. b. Analisis Siklus II Respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Materi Himpunan yang didapat dari jurnal siswa setiap siklus mencerminkan bahwa sebagian besar siswa termotivasi untuk belajar dan saling bekerjasama serta berani untuk bersaing untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Karena ketuntasan belajar pada siklus I belum tercapai, maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus II dengan
20 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan pembelajaran kooperatif pada siklus I. Data lengkap tentang aktivitas guru selama proses siklus II memperoleh nilai rata-rata 9 dan berkatagori sangat aktif. Aktivitas siswa pada siklus II sebesar 80 yang berarti bahwa aktivitas belajar siswa sudah berkategori aktif. Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa persentase siswa yang mendapat nilai melebihi ketuntasan minimal 27 siswa adalah 88%. Karena ketuntasan klasikal tercapai jika banyaknya siswa yang tuntas 85%, maka hasil penelitian pada siklus II sudah tercapai ketuntasan belajar secara klasikal, ini berarti bahwa proses pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari dua siklus tersebut menunjukkan peningkatkan aktivitas siswa atau motivasi siswa, prosentase kenaikan hasil belajar atau ketuntasan belajar siswa, dan rata-rata hasil belajar siswa yang telah disajikan dan diuraiakan pada pembelajaran Matematika konsep Himpunan dengan model pembelajaran kooperatif type STAD. Hasil pembahasan penelitian dari mulai tes setiap siklus, jurnal harian siswa, dan angket skala sikap siswa mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa setiap siklus menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dan motivasi ssiwa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena pembelajaran ini di titik beratkan pada kerjasama dalam kelompok dalam diskusi kelompok memecahkan permasalahan. Kelompok diskusi yang digunakan dalam penelitian ini beranggotakan 4-5 orang siswa. Pembelajaran secara berkelompok bertujuan agar siswa dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Dari langkah-langkah pembelajaran model STAD maka pada penghargaan terhadap kerja kelompok dilihat dari kerja kelompok disaat berdiskusi, maka ada kelompok super, kelompok baik dan kelompok biasa. Penilaian kelompok dimulai pada waktu diskusi sampai dengan presentasi. Pembelajaran dimulai dengan memberikan permasalahan terbuka kepada siswa, yaitu peneliti menyajikan LKS yang dibagikan kepada tiap kelompok. Siswa dikondisikan untuk berinteraksi dengan kelompoknya, bekerja sama, dan saling membantu satu sama lain dalam menginteraksikan Volume 10, No. 10, Oktober 2016 pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Selain itu guru selalu memonitor kinerja siswa dalam kelompok. Guru melakukan hal tersebut agar dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menghubungkan masalah-masalah yang ada pada soal dengan pengalaman yang mereka miliki. Setelah siswa selesai mendiskusikan masalah yang diberikan, maka kegiatan selanjutnya adalah pembahasan atau pesentasi kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan menuliskannya pada papan tulis. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif type STAD selain meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa juga meningkatkan hasil belajar siswa, dengan demikian hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menyatakan bahwa dengan menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada materi Pokok Himpunan, maka hasil belajar siswa kelas VII.3 SMP Negeri 4 Mataram menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat diterima. E. SIMPULAN Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan pembelajaran matematika materi pokok Himpunan yang dilaksanakan di kelas VII.3 SMPN 4 Mataram dapat disimpulkan hasil penelitian, sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII.3 SMPN 4 Mataram. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa untuk setiap siklusnya yang dapat diketahui dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa setiap akhir siklus oleh observer. 2. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas terhadap kegiatan guru selama pembelajaran berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan sehingga dapat menggambarkan bahwa siswa senang dan termotivasi dalam belajar matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terbukti dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika pada Materi Pokok Himpunan di kelas VII.3. 3. Hasil belajar siswa bisa diketahui dari test akhir siklus I dan test akhir siklus II mengalami peningkatan yang siqnifikan, Peningkatan hasil belajar siswa, peneliti dapat menyimpulkan dari peningkatan prosentase ketuntasan belajar setiap akhir siklus. Keberhasilan tindakan yang dicapai http://www.lpsdimataram.com
21 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 ditunjukkan oleh peningkatan hasil rata-rata yang dicapai siswa pada materi pokok Himpunan. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. (2002). Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta; PT Gramedia Widiasarana Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta Djamarah. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta Elliot, J. (1982) Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers Practical Constructs: an Account of the Work of the Ford Teaching Project. Dalam The Action Research Reader. Geelong, Victoria: Deakin University. Hudoyo. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang; IKIP Malang Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta; Bumi Aksara Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya; University Press Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta; Rineka Cipta Slavin Robert, E. 2009. Cooperatif Learning (Teori, Riset, Praktik).Bandung; Nusa Media Sardiman, A.M (2003). Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta; PT. Rajagrafindo Persada Widyantini Theresia, 2008, Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP, Yogyakarta, P4TK Matematika