Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

1. Tinjauan Umum

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

No. 17, September 2011

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Monthly Market Update

Perekonomian Suatu Negara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Asesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik.

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

Kinerja CENTURY PRO FIXED

I. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan.

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

INBOX 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN ACEH

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

Analisis Perkembangan Industri

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (subprime mortgage) yang melanda industri perbankan Amerika Serikat.

Februari 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Monthly Market Update

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017

Transkripsi:

Penerbit: Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam mewujudkan misi mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan stabilitas sistem keuangan dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan. KSK diterbitkan secara semesteran dengan tujuan untuk: Meningkatkan wawasan publik dalam memahami stabilitas sistem keuangan Mengkaji risiko-risiko potensial terhadap stabilitas sistem keuangan Menganalisa perkembangan dan permasalahan dalam sistem keuangan Merekomendasi kebijakan untuk mendorong dan memelihara sistem keuangan yang stabil. Informasi dan Order: KSK ini terbit pada bulan September 2013 dan didasarkan pada data dan informasi per Juni 2013, kecuali dinyatakan lain. Sumber data adalah dari Bank Indonesia, kecuali jika dinyatakan lain. Dokumen KSK lengkap dalam format pdf tersedia pada web site Bank Indonesia: http://www.bi.go.id Permintaan, komentar dan saran harap ditujukan kepada: Bank Indonesia Departemen Kebijakan Makroprudensial Jl.MH Thamrin No.2, Jakarta, Indonesia Email: DKMP@bi.go.id

Kajian Stabilitas Keuangan ( No.21, September 2013) Departemen Kebijakan Makroprudensial Grup Asesmen dan Kebijakan Makroprudensial

ii

Daftar Isi Daftar Isi...... iii Kata Pengantar... vii Gambaran Umum... 3 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan... 7 Boks 1.1. Tapering Off Federal Reserve... 10 Boks 1.2. Analisis Perkembangan Pasar Credit Default Swap (CDS) Indonesia 2013... 13 Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga... 19 2.1. Sektor Korporasi... 19 2.2. Kondisi Sektor Rumah Tangga... 23 Boks 2.1. Pengendalian Risiko di Sektor Properti... 25 Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan... 31 3.1. Risiko di Sistem Perbankan... 31 3.2. Potensi Risiko Pasar Keuangan dan Pembiayaan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)... 43 Boks 3.1. Pertambahan Pangsa DPK Valas pada Industri Perbankan... 55 Boks 3.2. Instrumen Makroprudensial dalam Basel III... 58 Boks 3.3. Peran Suku Bunga JIBOR Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan... 60 Boks 3.4. Reformasi Pasar OTC Derivatives... 64 Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan... 71 4.1. Upaya Mitigasi Risiko dan Manajemen Likuiditas... 71 4.2. Perkembangan Transaksi Melalui Sistem Pembayaran... 72 4.3. Pengembangan Sistem Pembayaran untuk Memperkuat Infrastruktur Sistem Keuangan... 75 Bab 5. Tantangan SSK Ke Depan... 81 5.1. Tantangan Stabilitas Sistem Keuangan... 81 5.2. Dampak Terhadap Sistem Perbankan... 84 5.3. Prospek Ketahanan Perbankan dan Stabilitas Sistem Keuangan... 88 Artikel... 91 Artikel 1 Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia... 91 Artikel 2 Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif... 109 Artikel 3 Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer... 121 iii

Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Tabel Grafik iv 1.1. Jumlah Lembaga Keuangan... 9 Tabel Boks 1.1.1 Profil Ketenagakerjaan Amerika Serikat... 11 Tabel Boks 1.2.1 Hasil Analisis Regresi... 14 Tabel Boks 1.2.2 Bid-Ask Spread CDS, Volume Transaksi, Current Account Deficit dan Rating Beberapa Negara... 15 2.1. Probability of Default Korporasi berdasarkan Sektor Ekonomi... 21 2.2. Fasilitas Kredit yang diberikan kepada Korporasi menurut Jenis Kredit... 22 2.3. Kredit yang diberikan kepada Korporasi menurut Sektor Ekonomi... 22 Tabel Boks 2.1.1 Debitur dengan lebih dari satu fasilitas KPR... 25 Tabel Boks 2.1.2 Jumlah Debitur dengan KPR lebih dari satu... 26 Tabel Boks 2.1.3. Tipe Kredit/Pembiayaan atau Agunan LTV/FTV Maksimum... 28 3.1. Pertumbuhan Nominal Kredit Kolektibilitas 2 per Sektor Ekonomi... 34 3.2. Perkembangan LDR Bank Umum... 36 3.3. Komposisi Alat Likuid Perbankan... 36 3.4. Perkembangan Laba/Rugi Industri Perbankan. 37 3.5. Perkembangan Profitabilitas dan Kredit per Kelompok Bank... 38 3.6. Perkembangan Nilai Rata-Rata Suku Bunga Dasar Kredit Industri Perbankan (%)... 39 3.7. Distribusi CAR Individual Bank... 41 3.8. Perkembangan Permodalan Perbankan berdasarkan Kelompok Bank... 42 3.9. Potensi Dampak Perubahan Harga SBN... 46 3.10. Kepemilikan SBN yang Dapat Diperdagangkan 46 3.11. Komposisi Efek di Pasar Modal... 50 3.12. Indikator Keuangan PP... 52 3.13. Total Pembiayaan dan NPL Per Jenis Pembiayaan 53 3.14. Perkembangan 11 Perusahaan Asuransi yang Listing pada KSEI... 54 3.15. Perkembangan Industri Asuransi... 54 Tabel Boks 3.1.1... 56 5.1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 82 5.2. Delta CAR setelah Stress Test... 85 1.1. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) Agregasi... 7 1.2. Spread Yield Obligasi Pemerintah... 8 1.3. Volatilitas 5 Hari IHSG... 8 1.4. Risiko Likuiditas Pasar... 8 1.5.. Komposisi Aset Lembaga Keuangan... 9 Grafik Box 1.1.1. Indeks Saham Beberapa Negara Pra dan Pasca Wacana Tapering-Off... 10 Grafik Boks 1.1.2 Nilai Tukar Beberapa Negara Pra dan Pasca Wacana Tapering-Off... 10 Grafik Boks 1.1.3 Inflasi Amerika Serikat: Persentase Perubahan CPI YoY... 11 Grafik Boks 1.1.4 Mortgage Loan (USD Juta) dan Suku Bunga Mortgage (%)... 12 Grafik Boks 1.2.1 Perbandingan CDS Indonesia dan Regional... 14 2.1. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha... 20 2.2. Pertumbuhan ROA dan ROE Korporasi Non- Financial yang Go Public... 20 2.3. Perkembangan DER dan TL/TA Korporasi Non- Financial yang Go Public... 20 2.4. Indikator Kunci Keuangan Korporasi... 21 2.5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen.. 23 2.6. Indeks Ekspektasi Harga Pada Enam Bulan Yang Akan Datang... 23 2.7. Perkembangan Kredit dan NPL ke Sektor Rumah Tangga... 24 2.8. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya (per Juni 2013)... 24 2.9. Perkembangan Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya... 24 2.10. Perkembangan NPL Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya... 24 3.1. Pertumbuhan Kredit Per Valuta... 31 3.2. Pendanaan Kredit Per Valuta... 31 3.3. Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan... 32 3.4. Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi... 32 3.5. Non-Performing Loans (NPL)... 33 3.6. Siklus GDP dan NPL... 33 3.7. Perkembangan Kredit Kolektibitas 2 dan NPL 33 3.8. Perkembangan Rasio Kredit Kualitas 2 dan NPL 33 3.9. Rasio Kredit Kualitas 2 terhadap Total Kredit. 34 3.10. Pangsa Pendanaan dan Pembiayaan Bank... 35 3.11. Pertumbuhan DPK per Semester... 35

Grafik 3.12. Delta Nominal Peningkatan DPK Berdasarkan Golongan Pemilik... 35 3.13. Komposisi Deposito Valuta Berdasarkan Jangka Waktu... 35 3.14. Komposisi Alat Likuid Perbankan... 36 3.15. Pangsa Penempatan Bank pada Bank Indonesia 37 3.16. Pangsa Alat Likuid... 37 3.17. Komposisi Laba/Rugi Perbankan... 38 3.18. Komposisi Pendapatan Bunga Industri Perbankan (%)... 38 3.19. Spread Suku Bunga Rupiah Perbankan (%)... 39 3.20. Perkembangan Rasio ROA dan BOPO Perbankan (%)... 39 3.21. Perkembangan Komponen Permodalan Perbankan... 40 3.22. Perkembangan CAR Industri... 40 3.23. Perkembangan CAR per Kelompok Bank... 40 3.24. Peta Stabilitas Pasar Keuangan... 43 3.25. Flows Non Residen : Saham, SBN, SBI... 44 3.26. Volatilitas PUAB Rupiah... 44 3.27. Volatilitas PUAB Valas... 44 3.28. Yield Curve SUN... 45 3.29. Volatilitas SUN FR Benchmark... 45 3.30. VaR SUN per Tenor... 46 3.31. Pergerakan yield SUN... 46 3.32. Maturity Profile SUN... 47 3.33. IHSG dan Indeks Harga Saham Global... 47 3.34. IHSG Sektoral... 47 3.35. Volatilitas Saham Sektor Perbankan... 47 3.36 Volatilitas Bursa Saham Kawasan dan Global. 48 3.37. Kinerja Reksadana... 48 3.38. Aktivitas Reksadana... 49 3.39. Perkembangan pembiayaan kredit dan pasar modal... 50 3.40. Penerbitan surat-surat berharga melalui pasar modal... 50 3.41. Kinerja Perusahaan Pembiayaan... 51 3.42. Pangsa Pembiayaan PP... 51 3.43. Sumber Pendanaan PP... 52 3.44. Jenis Investasi 10 Perusahaan Asuransi Go Public 53 3.45. Pangsa 10 Perusahaan Asuransi Go Public... 54 Grafik Boks. 3.1.1. Perkembangan Komposisi Pertambahan DPK Rupiah dan Valas... 55 Grafik Boks 3.1.2. Perkembangan DPK Valas... 55 Grafik Boks 3.1.3 Perkembangan DPK Valas bulan Agustus 2013 data LHBU)... 55 Grafik Boks 3.3.1 Perkembangan JIBOR IDR... 61 Grafik Grafik Boks 3.3.2 Perkembangan JIBOR USD... 61 Grafik Boks 3.3.3 BI Rate, PUAB dan JIBOR Rupiah... 61 Grafik Boks 3.3.4 Spread JIBOR dan PUAB Rupiah... 61 Grafik Boks 3.3.5 Spread 3 Month LIBOR dan OIS... 62 Grafik Boks 3.3.6... 63 4.1. Perkembangan Transaksi Sistem BI-RTGS... 73 4.2. Perkembangan Transaksi BI-SSSS... 73 4.3. Perkembangan Transaksi SKNBI... 74 4.4. Perkembangan Transaksi Kartu ATM/Debet... 74 4.5. Perkembangan Transaksi Kartu Kredit... 74 4.6. Perkembangan Transaksi Uang Elektronik... 75 5.1. Hasil Stress Test Risiko Kredit... 85 5.2. Maturity Profile Rupiah... 86 5.3. Hasil Stress Test Peningkatan Suku Bunga... 86 5.4. Hasil Stress Test Penurunan Harga SUN... 87 5.5. Posisi Devisa Netto per Kelompok Bank... 87 5.6. Hasil Stress Test Depresiasi Rupiah... 87 5.7. Hasil Stress Test Kelompok Bank... 87 5.8. Pertumbuhan Kredit (% YoY)... 88 5.9. Pertumbuhan NPL (%)... 88 5.10. Pertumbuhan DPK (% YoY)... 88 Gambar Gambar 3.4.1 Hubungan Counterparty OTC Derivatives... 67 v

Daftar Singkatan ADB Asian Development Bank APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara AS Amerika Serikat ASEAN Association of Southeast Asian Nations ATMR Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Bapepam- LK Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BCBS Basel Committee on Banking Supervisory BIS Bank for International Settlement BNM Bank Negara Malaysia BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BPD Bank Pembangunan Daerah BPR Bank Perkreditan Rakyat BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah bps basis point BRC BPD Regional Champion BRIC Brazil, Rusia, India, dan China BUS Bank Umum Syariah CAR Capital Adequacy Ratio CC Code of Conduct CCP Central Counter Parties CDS Credit Default Swap CRA Credit Rating Agency CRBC China Banking Regulations Commissions DER Debt to Equity Ratio DPK Dana Pihak Ketiga DSM Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter EFSF European Financial Stability Facility ETF Exchange-Traded Fund EU European Union FASB Financial Accounting Standard Board FDI Foreign Direct Investment FSA Financial Service Authority FSAP Financial Sector Assessment Program FSB Financial Supervisory Board FSI Financial Stability Index G20 The Group of Twenty GDP Gross Domestic Product GIM Gerakan Indonesia Menabung G-SIFI Global Systemically Important Financial Institutions GWM Giro Wajib Minimum IAIS International Association of Insurance Supervisor IASB International Accounting Standard Board IDMA Inter-dealer Market Association IHK Indeks Harga Konsumen IHSG Indeks Harga Saham Gabungan IMF IOSCO JCI JPSK KCBA KI KK KMK KPR LBU LC LDR L/R MEA MKM NAB NII NIM NPF NPI NPL OPEC OTC PD PDB PDN PIIGS PLN PMA PMDN PMK PMK BI PNS PP RBB ROA ROE SBDK SBI SBN SIFI SUN TKI TL/TA TPI TPID UMP International Monetary Fund International Organization of Securities Commissions Jakarta Composite Index Jaring Pengaman Sistem Keuangan Kantor Cabang Bank Asing Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja Kredit Pemilikan Rumah Laporan Bulanan Bank Umum Letter of Credit Loan to Deposit Ratio Laba Rugi Masyarakat Ekonomi ASEAN Mikro, Kecil, dan Menengah Nilai Aktiva Bersih Net Interest Income Net Interest Margin Non Performing Financing Neraca Pembayaran Indonesia Non Performing Loan Organization of the Petroleum Exporting Countries Over the Counter Probability of Default Produk Domestik Bruto Posisi Devisa Neto Portugal, Ireland, Italy, Greece and Spain Pinjaman Luar Negeri Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Dalam Negeri Peraturan Menteri Keuangan Protokol Manajemen Krisis Bank Indonesia Pegawai Negeri Sipil Perusahaan Pembiayaan Rencana Bisnis Bank Return on Asset Return on Equity Suku Bunga Dasar Kredit Sertifikat Bank Indonesia Surat Berharga Negara Systemically Important Financial Institutions Surat Utang Negara Tenaga Kerja Indonesia Rasio total kewajiban terhadap total aset Tim Pengendalian Inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah Upah Minimum Provinsi vi

Kata Pengantar Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.21, September 2013. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan rencana penghentian bertahap program stimulus moneter di Amerika Serikat oleh the Fed, Kajian Stabilitas Keuangan yang merupakan hasil asesmen kondisi sistem Keuangan Indonesia menjadi sangat bermakna guna memahami sejauh mana sistem keuangan Indonesia mampu bertahan terhadap gejolak dan dinamika yang ada. Kajian Stabilitas Keuangan ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan dan pelaku ekonomi dalam mengelola stabilitas perekonomian guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Kestabilan Industri Perbankan merupakan faktor utama pendukung ketahanan sektor Keuangan Republik Indonesia. Terpeliharanya stabilitas Industri Perbankan sangat ditunjang oleh faktor cukup tingginya rasio permodalan (CAR) yang mencapai 17,98% per akhir Juni 2013. Dengan tingkat rasio permodalan tersebut, perbankan secara umum cukup mampu menghadapi gejolak berbagai jenis risiko, termasuk risiko kredit, risiko nilai tukar, risiko suku bunga, dan risiko likuiditas. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kajian bahwa selama semester I 2013 Stabilitas Sistem keuangan Indonesia tetap terjaga. Secara umum rata-rata likuiditas industri perbankan pada paruh pertama tahun 2013 dipandang masih memadai, meskipun terdapat beberapa bank yang pengelolaan likuiditasnya perlu dicermati karena ketidakseimbangan pada struktur pendanaannya. Kondisi struktur pendanaan yang tidak seimbang serta melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan alat likuid yang menurun telah mendorong beberapa bank besar menaikkan suku bunga, khususnya kepada deposan besar. Meskipun mengalami penurunan, posisi alat likuid bank saat ini masih memadai untuk mengantisipasi potensi risiko penarikan dana bank dalam beberapa periode ke depan. Di sisi lain, market khususnya pasar valas mengalami tekanan yang cukup kuat dan menyebabkan nilai tukar Rupiah terdepresiasi. Meskipun tekanan risiko pasar relatif terbatas, perbankan harus berhati-hati dalam mengelola sumber pendanaan kredit valas dan mewaspadai potensi kerugian akibat kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN), khususnya pada bank-bank dengan portfolio SBN yang cukup besar. Sementara itu, risiko kredit masih terjaga/rendah. Perlambatan pada pemulihan harga komoditas ekspor dan melemahnya nilai tukar Rupiah belum berdampak signifikan pada peningkatan risiko kredit. Bahkan, Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tetap tumbuh stabil dengan risiko yang terukur karena UMKM memiliki daya tahan (resilience) yang lebih baik terhadap pelemahan kondisi makro ekonomi. Secara umum risiko perbankan masih terkendali. Namun demikian, Bank Indonesia tetap mengambil langkah untuk menjaga stabilitas dan memperkuat ketahanan sistem keuangan dengan melakukan penyempurnaan kebijakan makroprudensial. Kebijakan tersebut antara lain berupa kebijakan Loan to Value (LTV) dan penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM) sekunder ataupun Giro Wajib Minimum yang dikaitkan dengan besaran Loan To Deposit Ratio (GWM LDR). Seiring dengan akan beralihnya fungsi pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia terus meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk memastikan tetap terlaksananya tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing lembaga saat pengalihan pengawasan mikroprudensial bank berlaku efektif 31 Desember 2013. Selain itu, dalam mendukung Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia juga berperan aktif dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. vii

Pada akhir pengantar ini, kami berharap Kajian Stabilitas Keuangan No.21, September 2013, dapat memberikan gambaran yang utuh kepada semua pihak mengenai kondisi Sistem Keuangan Indonesia saat ini. Kami juga berharap agar Kajian Stabilitas Keuangan No.21, September 2013, dapat dijadikan sebagai referensi untuk menganalisis perkembangan, risiko dan prospek sistem keuangan Indonesia di masa depan. Kami tetap terbuka atas saran, komentar dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan Kajian Stabilitas Keuangan di masa yang akan datang. Terima Kasih. Jakarta, September 2013 GUBERNUR BANK INDONESIA Agus D. W. Martowardojo viii

Gambaran Umum Gambaran Umum 1

Gambaran Umum halaman ini sengaja dikosongkan 2

Gambaran Umum Bab 1 Gambaran Umum Secara umum ketahanan sektor keuangan Indonesia masih cukup terjaga selama semester I 2013 meskipun terdapat peningkatan risiko dalam bentuk tekanan di pasar keuangan di penghujung semester yang tercermin dari kondisi Indeks Stabilitas Sistem Keuangan. Sementara itu, industri perbankan masih memiliki peranan yang penting dalam sistem keuangan Indonesia dengan pangsa pasar industri perbankan sebesar 77,9% menurun tipis dibandingkan pangsa semester II 2012 sebesar 78,3%. Masih tingginya dominasi sistem perbankan dalam sistem keuangan Indonesia menyebabkan stabilitas institusi perbankan menjadi bagian yang sangat penting dalam penilaian sistem keuangan secara keseluruhan. Kondisi sektor korporasi dan rumah tangga masih menunjukkan perkembangan yang positif. Kinerja keuangan korporasi sedikit membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang dicerminkan dari peningkatan profitabilitas. Selain itu, kredit perbankan sektor korporasi sebagian besar disalurkan dalam bentuk modal kerja dan investasi. Seiring dengan peningkatan ekspansi bisnis, situasi bisnis dirasakan semakin membaik dan makin kondusif pada 6 bulan mendatang. Sementara itu, kredit rumah tangga masih mengalami tren pertumbuhan, meskipun dalam beberapa bulan terakhir cenderung melambat. Kinerja perbankan di semester I 2013 secara umum mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, perbankan mampu menjalankan fungsi intermediasi dan menjaga risiko kredit pada level yang rendah serta risiko likuiditas pada level yang aman. Permodalan perbankan dapat dipertahankan pada level yang aman dan di atas level minimum berdasarkan profil risikonya. Sementara itu, efisiensi perbankan sedikit mengalami penurunan ditandai dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang sedikit meningkat dibandingkan semester lalu. Kinerja pasar saham domestik menunjukkan peningkatan yang signifikan sejalan dengan perkembangan bursa regional. Hal ini ditandai dengan IHSG yang terus menguat dan mencapai indeks tertinggi sepanjang sejarah pada Mei 2013. Hal tersebut mempengaruhi peningkatan kinerja reksadana yang mayoritas didominasi oleh reksadana dengan underlying saham. Kinerja perbankan yang tetap terjaga tidak terlepas dari dukungan sistem pembayaran yang andal sebagai salah satu infrastruktur sistem keuangan. Keandalan sistem pembayaran tersebut didukung oleh upaya mitigasi risiko yang senantiasa dilakukan Bank Indonesia, baik dalam bentuk pengembangan sistem, penyempurnaan (enhancement) sistem, maupun penetapan kebijakan di bidang sistem pembayaran. Ke depan, pertumbuhan perekonomian global di semester II 2013 diperkirakan mengalami perlambatan dan masih akan diliputi oleh ketidakpastian dengan adanya penundaan kebijakan tapering off quantitative easing oleh Amerika Serikat. Seiring dengan itu, pertumbuhan perekonomian Indonesia juga akan mengalami perlambatan yang 3

Gambaran Umum dihadapkan oleh adanya laju inflasi yang tinggi. Meskipun ketidakseimbangan perekonomian global berpotensi mempengaruhi ketahanan perbankan, namun kondisi ketahanan perbankan Indonesia di semester II 2013 masih cukup baik dan diperkirakan tumbuh cukup tinggi dengan tetap mewaspadai adanya potensi kenaikan risiko kredit dan risiko pasar. Dari hasil stress test, secara umum kelompok bank masih cukup mampu menyerap eksposur risiko kredit dan risiko pasar karena didukung oleh permodalan yang memadai. 4

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Bab 1 Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan 5

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan halaman ini sengaja dikosongkan 6

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Bab 1 Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Secara umum ketahanan sektor keuangan Indonesia selama semester I 2013 masih relatif terjaga meskipun terdapat peningkatan risiko dalam bentuk tekanan di pasar keuangan di penghujung semester. Adanya isu tapering, ketidakpastian mengenai pemulihan ekonomi dunia dan kondisi defisit transaksi berjalan Indonesia menyebabkan meningkatnya potensi risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar. Walaupun risiko secara keseluruhan masih terkendali, kondisi tersebut perlu terus dipantau untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di masa yang akan datang. Di penghujung semester I 2013, tekanan di pasar keuangan meningkat, namun dengan stabilitas institusi keuangan yang masih terjaga dengan cukup baik sehingga kombinasi dari pengaruh tekanan tersebut menjadi terbatas. Peningkatan tekanan pada semester I 2013 tercermin dari kondisi Indeks Stabilitas Sistem Keuangan. Berdasarkan hasil kajian, meskipun ISSK pada semester I 2013 masih berada pada kondisi normal, namun perkembangan ISSK pada Agustus 2013 perlu diwaspadai. Grafik 1.1 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) Agregasi 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 2002M01 2012M06 2002M11 2003M04 2003M09 2004M02 2004M07 2004M12 2005M05 2005M10 2006M03 2006M08 2007M01 2007M06 Sumber : Bank Indonesia 2007M11 2008M04 2008M09 2009M02 2009M07 2009M12 2010M05 2010M10 2011M03 2011M08 2012M01 2012M06 2012M11 2013M07 Disagregasi ISSK menunjukkan arah perkembangan ISSK tersebut dipicu oleh tekanan di pasar keuangan, sedangkan kondisi Institusi Keuangan masih berada pada kondisi terjaga normal. Tekanan pada pasar keuangan disebabkan oleh ekspektasi kebijakan tapering dari Federal Reserve Bank (FRB) AS dan ditunjukkan oleh nilai tukar Rp terhadap USD yang melemah. Isu tapering ini secara lebih detil disampaikan dalam Boks 1.1. Sementara itu, terdapat juga peningkatan tekanan pada pasar obligasi (yield obligasi) dan pasar saham (IHSG) serta peningkatan risiko likuiditas pasar (PUAB). Investor asing menilai sinyal tapering dari FRB sebagai upaya AS untuk mulai mengurangi stimulus ekonomi yang dilaksanakan untuk pemulihan perekonomian AS melalui pembelian obligasi pemerintah AS. Sinyal ini dianggap investor global sebagai penilaian FRB bahwa kondisi perekonomian AS sudah membaik, sehingga investor kembali memburu mata uang dan portofolio dalam dollar AS serta menarik portofolionya di emerging market termasuk Indonesia. Aksi investor global ini 7

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan mengakibatkan peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah, indeks pasar saham dan yield obligasi pemerintah sehingga pasar keuangan secara umum mengalami tekanan. Dalam hal ini, pasar saham menunjukkan kinerja yang terburuk. Setelah mencatat rekor tertinggi pada 20 Mei 2013 sebesar 5.214,98 dengan peningkatan y-t-d sebesar 20,81%, IHSG kemudian turun mencapai 4.082,73 di akhir Agustus 2013 dan memotong return y-t-d menjadi -4,79% (atau kerugian). Nilai tukar sampai dengan akhir Agustus 2013 mengalami depresiasi sebesar 13,16% (y-t-d). Obligasi pemerintah yang mendominasi pasar obligasi mengalami peningkatan yield terutama sejak bulan Mei 2013. Beberapa indikator pasar yang merepresentasikan tekanan di pasar keuangan diilustrasikan dalam beberapa gambar di bawah ini. 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 Sumber: Bloomberg (diolah) 2,5 2,0 1,5 1,0 5 0 2012M08 2012M08 Grafik1.2 Spread Yield Obligasi Pemerintah 2012M09 2012M09 2012M10 2012M10 2012M11 Sumber: Bloomberg (diolah) Grafik1.3 Volatilitas 5 Hari IHSG 2012M11 2012M12 2013M01 2012M12 2013M02 2013M01 2013M03 2013M02 2013M04 2013M03 2013M05 2013M04 2013M06 2013M05 2013M07 2013M06 20082013 23082013 2013M07 2013M08 2013M08 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 2012M08 2012M09 2012M10 Sumber: Bank Indonesia 2012M11 2012M12 2013M01 2013M02 2013M03 Isu tapering bukan satu-satunya penyebab pasar keuangan Indonesia mengalami tekanan.kondisi defisit transaksi berjalan yang persisten sebagai akibat berkurangnya ekspor dan masih tingginya impor, meningkatnya inflasi sebagai akibat gejolak harga bahan pangan, pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah, serta ekspektasi perlambatan perekonomian Indonesia juga menurunkan kepercayaan investor asing pada perekonomian Indonesia. Tekanan di pasar keuangan juga tercermin dari perkembangan harga Credit Default Swap (CDS). Seperti terlihat di Boks 1.2, pada saat meningkatnya tekanan di pasar keuangan domestik sebagaimana diuraikan di atas, harga CDS Indonesia merupakan yang tertinggi diantara ke-6 negara Asia. Grafik1.4 Risiko Likuiditas Pasar Secara keseluruhan, industri perbankan masih memegang peranan dalam sistem keuangan Indonesia. Pangsa pasar industri perbankan semester I 2013 sebesar 77,9%, menurun tipis dibandingkan dengan pangsa semester II 2012 sebesar 78,3%. Penurunan pangsa ini terjadi terutama karena meningkatnya aset lembaga keuangan non bank seperti perusahaan pembiayaan, asuransi, perusahaan modal ventura dan pegadaian. Peningkatan pangsa perusahaan pembiayaan antara lain disebabkan masih meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kredit kepemilikan kendaraan 2013M04 2013M05 2013M06 2013M07 20082013 23082013 2013M08 8

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan bermotor yang diajukan melalui perusahaan pembiayaan. Ke depan, peran lembaga keuangan bukan bank di Indonesia diharapkan dapat semakin meningkat melalui upaya financial deepening serta semakin meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap produk-produk keuangan di luar produk perbankan. Peningkatan aktivitas usaha lembaga keuangan lain dan perbankan serta keterkaitannya perlu dipantau dalam konteks risiko sistemik. Jumlah aset perbankan yang relatif besar serta keterkaitannya dengan institusi keuangan lain seperti Perusahaan Pembiayaan harus dilakukan dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Grafik 1.5 Komposisi Aset Lembaga Keuangan Dalam survei yang dilakukan oleh Financial Stability Board (FSB) [FSB 2012], Bank Indonesia turut berkontribusi untuk memberikan data Indonesia walaupun eksposur sistem keuangan Indonesia terhadap shadow banking 1 masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negaranegara anggota G-20 serta negara-negara peserta survei lainnya, keterkaitan antara shadow banking dan sistem perbankan di Indonesia cukup tinggi karena adanya survei FSB (2012) menyebutkan bahwa keterkaitan shadow banking dan sistem perbankan di Indonesia cukup tinggi, tercermin dari ketergantungan sumber dana yang tinggi dari entitas shadow banking kepada perbankan dan penempatan dana yang tinggi oleh entitas shadow banking pada perbankan. 10.8% 1.3% 0.1% 6.8% 2.8% 0.1% 0.1% 0.6% Perbankan BPR Asuransi Dana Pensiun Masih tingginya dominasi sistem perbankan dalam sistem keuangan Indonesia inilah yang menyebabkan stabilitas institusi perbankan menjadi bagian yang sangat penting dalam penilaian stabilitas sistem keuangan secara Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura keseluruhan. Perusahaan Penjamin 77.9% Manager Investasi Pegadaian Tabel 1.1 Jumlah Lembaga Keuangan Komposisi Aset LK *) Data per Juni 13, kecuali dinyatakan lain Lembaga Keuangan Jumlah Lembaga Keuangan Perbankan 120 BPR 1,640 Asuransi 1 139 Dana Pensiun 1 268 Perusahaam Pembiayaan 197 Perusahaan Modal Ventura 2 89 Perusahaan penjamin 1 7 Manager Investasi 3 73 Pegadaian 4 1 1 per Maret 2013 2 per Pebruari 2013 3 per Desember 2013 4 per Mei 2013 1) FSB mendefinisikan shadow banking sebagai intermediasi kredit yang melibatkan entitas dan aktivitas di luar sistem perbankan yang biasa.[financial Stability Board 2012] Global Shadow Banking Monitoring Report 2012, November 2012. Sumber: Bank Indonesia dan OJK 9

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Boks 1.1 Tapering Off Federal Reserve Diluar dugaan kalkulasi dan ekpektasi mayoritas pengamat pasar keuangan, ekonom serta pelaku ekonomi, Federal Reserve (Fed) pada 18 September 2013 secara mengejutkan memutuskan untuk tetap melanjutkan program unconventional monetary policies (menunda tapering-off) berupa quantitative easing (QE1; 2 dan 3) untuk mendukung recovery ekonomi dan stabilitas pasar keuangan pasca krisis sub-prime mortgages tahun 2008. Terkait QE3, Fed melakukan pembelian sebesar USD85 miliar/bulan surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar dan Mortgage Back Securities USD40 miliar. Respon positif atas keputusan tersebut mewarnai seluruh pasar keuangan emerging dengan menguatnya saham, obligasi serta mata uang negara-negara tersebut. Ke depan, dunia tetap meyakini Fed akan melakukan tapering off yang akan dimulai Desember tahun ini dan berakhir pertengahan tahun depan. berupa pengurangan pembelian sekitar USD10-15 milyar/bulan. Kesimpulan ini merebak dengan cepat pasca pernyataan mengejutkan Fed Chairman, Ben Bernanke pada 22 Mei lalu yang mengindikasikan akan mempertimbangkan pengurangan jumlah QE jika beberapa indikator makro ekonomi menunjukkan perbaikan. Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan berbagai tekanan dan reaksi negatif dari hampir seluruh pasar keuangan dunia antara lain pasar saham, nilai tukar, khususnya emerging economies. Yield US Treasury 10 tahun naik (harga turun) 100bps. Grafik Boks 1.1.2 Nilai Tukar Beberapa Negara Pra dan Pasca Wacana Tapering-Off 50 120 115 45 110 40 105 100 95 Grafik Boks 1.1.1. Indeks Saham Beberapa Negara Pra dan Pasca Wacana Tapering-Off 35 30 90 85 80 75 8,000 7,000 6,000 5,000 30,000 25,000 20,000 25 4/1/2012 5/1/2012 6/1/2012 7/1/2012 8/1/2012 Apresiasi/(Depresiasi) Nilai Tukar Tanggal Rupiah Indonesia 23 Mei 2013-1.13% 19-Sep-13 4.21% 9/1/2012 10/1/2012 11/1/2012 12/1/2012 1/1/2013 2/1/2013 3/1/2013 4/1/2013 Bath Ringgit Peso Yen Thailand Malaysia Philippina Jepang -0.00% -0.38% -1.16% -0.64% 0.73% 2.62% 1.09% 1.20% 5/1/2013 6/1/2013 7/1/2013 8/1/2013 9/1/2013 Bath Thailand Ringgit Malaysia Peso Philippina Rupiah Indonesia (Skala Kanan) Yen Jepang (Skala Kanan) 70 4,000 3,000 2,000 1,000 15,000 10,000 5,000 Keterangan: nilai tukar beberapa mata uang pada tabel di atas disajikan dalam bentuk skala untuk mempermudah visualisasi. Mata uang Rupiah disajikan dalam bentuk ribu rupiah per dolar, sedangkan ringgit Malaysia disajikan dalam bentuk Ringgit per sepuluh dolar. 4/1/2012 5/1/2012 6/1/2012 7/1/2012 8/1/2012 9/1/2012 10/1/2012 11/1/2012 12/1/2012 1/1/2013 2/1/2013 3/1/2013 4/1/2013 5/1/2013 6/1/2013 7/1/2013 8/1/2013 9/1/2013 Sumber: Bloomberg Database Pertumbuhan Indeks IHSG Thailand Tanggal IHSG Thailand Malaysia Philippina Nikkei Hang-Seng Malaysia Philippina 23 Mei 2013-1.66% -1.46% -0.61% -0.96% -7.32% -2.54% DOW Jones (Skala Kanan) Nikkei (Skala Kanan) 19-Sep-13 4.66% 3.47% 1.21% 2.81% 1.80% 1.67% Hang-Seng (Skala Kanan) Sumber: Bloomberg Database Hasil analisis, riset dan diskusi yang menyimpulkan bahwa tapering off akan diputuskan Fed pada Federal Open Market Committee (FOMC) September ini, Keputusan Fed ini menjadi anti-klimaks dari derasnya gejolak pasar di emerging market, sejak pernyataan Bernanke Mei lalu. Anti-klimaks terhadap persiapan/antisipasi tapering-off dari investor keuangan global yang seolah-olah saling berlomba menarik investasi mereka pada higher yield 10