BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang begitu cepat. Globalisasi merambah semua jenis produk dan tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pengunaan untuk event-event penting hingga sebagai kebutuhan seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin

bukan lagi untuk memenuhi keinginan (wants) saja, melainkan karena kosmetik Berikut adalah tabel perkembangan pasar industri kosmetik di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri kosmetik di Indonesia saat ini tergolong baik.

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari kehidaupan sehari-harinya demi mempertahankan dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. deodoran, atau antiperspirant untuk menjaga agar aroma tubuh lebih segar.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan di dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita tidak dapat dipisahkan dari kosmetik. Banyak beredar kosmetik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin dinamis menuntut perusahaan. maupun wirausahawan untuk bergerak mengikuti selera konsumen dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

BAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif di dunia persaingan bisnis saat ini. Hal ini dapat terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di sektor pemasaran semakin tajam dari hari ke hari, terutama

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH

2015 PENGARUH COUNTRY OF ORIGIN TERHAD AP PURCHASE D ECISION, SURVEI PAD A KONSUMEN ETUDE HOUSE TOSERBA YOGYA RIAU JUNCTION

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi. Kedua kekuatan ini

BAB I PENDAHULUAN. laku atau kepribadian seseorang bahkan bisa dinilai dari penampilan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan

1. PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia perdagangan di Indonesia sangat ketat, karena seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri maupun produksi luar negeri. Membanjirnya produk kosmetika di

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus memperhatikan aspek aspek yang dapat mempengaruhi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. waktu tahun 2010 sampai 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015), disertai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai

I. PENDAHULUAN. konsumen juga dapat mengambil keputusan tentang jenis produk, jumlah produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dikaitkan dengan suatu negara tertentu. Gambaran tersebut dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia kosmetik menjadi semakin ketat. Berdasarkan analisis data sekunder. diperoleh data pertumbuhan sektor industri kosmetik.

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik lokal maupun perusahaan global, bersaing memikat hati konsumen. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. memahami perilaku kualitas. Pemasaran adalah proses sosial dimana. bentuk oleh kultur serta kepribadian individu.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Pada era kompetitif ini, perusahaan menawarkan berbagai jenis pilihan

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB I PENDAHULUAN. wanita, dimana kosmetik yang digunakan dapat berupa skin care maupun make

BAB I PENDAHULUAN. setiap kesempaatan. Pada umumnya riasan tebal tersebut hanya digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pilihan lainnya. Oleh karena itu konsumen sering menghadapi kebingungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. fashion yang sangat dibutuhkan sama seperti pakaian. Fashion merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Country Of Origin (COO) seringkali ditulis kata made in pada kemasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki keinginan membeli yang tinggi. Dalam menggunakan produk

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya perusahaan perusahaan baru

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di pasar menjadikan tugas seorang pemasar makin sulit dan kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. baik lokal maupun luar negeri, yang tengah membanjiri pasar konsumen di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dan industri saat ini semakin ketat dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut sangat lah penting dalam pemakaian bedak tabur muka.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu jembatan penghubung antara perusahaan dan customer-nya. Merek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti

I. PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem

I. PENDAHULUAN. saat ini tidak hanya membutuhkan produk yang sekedar untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. konsultan mandiri, yang bersama-sama membuat penjualan tahunan melebihi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Persaingan dalam industri sepatu saat ini semakin ketat. Para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman saat ini menyebabkan makin kompetitifnya persaingan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi ini dapat memicu bisnis di Indonesia maupun global.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi pasar dalam negeri merupakan peluang bagi produsen susu balita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1.1 Pertumbuhan penjualan PC dan Laptop No. Tahun Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Riasan dan kosmetik merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sekitar Rp. 11 triliun. Menurut Euromonitor Internasional, negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator dari potensi pengembangan bisnis adalah

HASIL BISNIS KUARTAL PRUDENTIAL INDONESIA MEMPERTAHANKAN FONDASI KOKOH UNTUK TERUS BERTUMBUH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan tekhnologi didunia bisnis yang begitu pesat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi perdagangan seperti sekarang ini, membuat bisnis mengalami perubahan yang begitu cepat. Globalisasi merambah semua jenis produk dan tidak menyisakan wilayah geografis tertentu. Tidak heran jika dikatakan bahwa bisnis masa depan adalah bisnis global. Salah satu faktor yang menjadi pendorong peningkatan perubahan yang begitu cepat adalah teknologi. Dengan perkembangan teknologi didukung oleh turunnya hambatan perdagangan antar negara. Konsumen di suatu wilayah (negara) tertentu dapat memenuhi hampir segala kebutuhannya, sekalipun alat kebutuhan tersebut (barang dan jasa) tidak tersedia di wilayah (negara) yang ia tinggali. Akibatnya semakin luasnya keberadaan produk-produk asing di pasar domestik. Konsumen dihadapkan pada pilihan antara merek lokal dan merek asing. Konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk-produk untuk digunakan. Evaluasi konsumen terhadap suatu produk seringkali tidak hanya didasarkan pada isyarat intrinsik produk (misalnya kualitas dan komposisi kandungan) namun juga isyarat ekstrinsiknya (misalnya COO, merek, dan kemasan). Di antara isyarat ekstrinsik produk tersebut, persepsi terhadap negara asal atau country of origin

2 (COO) produk seringkali dijadikan pertimbangan konsumen dalam keputusan pembeliannya (Kamakura 1999 dalam Listiana, 2013). Tidak adanya batas perdagangan antar negara satu dengan yang lainya yang berdampak pula pada pemasaran global. Di tengah persaingan pasar global yang ada di pasaran menjadi sebuah persaingan bukan saja untuk konsumen tetapi juga untuk pemasar. Pasar global yang memiliki persaingan ketat menuntut perusahaan baru atau lama untuk lebih unggul dibandingkan pesainganya. Perusahaan dituntut agar mempunyai strategi pemasaran yang baik dan produk yang mempunyai nilai unggul dibanding pesainganya. Syarat yang harus dimiliki perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Faktanya mengembangkan produk saja tidak cukup untuk meningkatkan penjualan. Ada faktor lain yang sangat mendukung terjadinya peningkatan penjualan pada suatu produk, yaitu persepsi konsumen akan produk tersebut. Persepsi ini merupakan pola pikir konsumen akan suatu produk yang ia lihat. Persepsi ini bisa saja terbentuk dari pengalaman maupun mindset konsumen itu sendiri terhadap suatu produk. Dengan adanya persepsi yang baik maupun buruk dari konsumen, hal ini akan sangat mempengaruhi sekali citra merek dari suatu produk yang nanti pada akhirnya akan bermuara pada beli atau tidaknya konsumen terhadap produk tersebut. Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia terutama kaum hawa yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Kosmetik menjadi kebutuhan dalam menjalankan berbagai rutinitas mereka, khususnya kaum hawa yang membuat

3 mereka lebih percaya diri karena mempercantik penampilan. Indonesia sebagai negara berkembang dilihat sebagai pasar potensial yang memiliki pertumbuhan. Kondisi ini dimanfaatkan betul oleh produsen kosmetik. Jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa dan sifat konsumen Indonesia yang konsumtif, menjadikan Indonesia pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Saat ini perkembangan industri kosmetik Indonesia tergolong solid. Pertumbuhan volume penjualan kosmetik ditopang oleh peningkatan permintaan, khususnya dari konsumen kelas menengah. Pertumbuhan penjualan kosmetik juga didorong oleh tren kenaikan penggunaan kosmetik oleh kaum pria. Saat ini, industri kosmetik dalam negeri mendapat tantangan dengan peredaran produk kosmetik impor di pasar domestik. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan pasar domestik untuk produk kosmetik impor premium (kemenperin.go.id, 2015). Perkembangan industri kosmetik Indonesia yang tergolong solid juga didukung oleh pernyataan, bahwa di kuartal I 2015, pasar kosmetik nasional justru mengalami pertumbuhan. Sepanjang kuartal I 2015, pasar kosmetik tumbuh sekitar 8% dibandingkan periode yang sama ditahun lalu. Pertumbuhan ini terutama dikontribusi oleh kinerja ritel yang tumbuh double digit (Mix.co.id, 2015). Persepsi masyarakat Indonesia sendiri memiliki persepsi yang kurang baik terhadap produk dalam negeri, sehingga hal inilah yang menghambat pertumbuhan produk dalam negeri. Pernyataan itu dibuktikan oleh produk impor yang kuasai pasar kosmetik. Pelaku industri kosmetik sulit meningkatkan kinerja bisnisnya akibat penguasaan pangsa pasar produk impor sebesar 60% dari total

4 pasar domestik senilai 15 triliun rupiah (Koran.bisnis.com, 2015). Salah satu perusahaan global yang melihat peluang tersebut dan memasarkan produknya di Indonesia adalah Revlon. Revlon adalah perusahaan kosmetik, perawatan kulit, wewangian dan perawatan pribadi yang berkantor pusat di Amerika. Revlon didirikan pada tahun 1932, oleh Charles Revson dan saudaranya Joseph, bersama dengan seorang ahli kimia, Charles Lachman, yang menyumbang "L" dalam nama REVLON. Di Indonesia sendiri PT. Eres Revco ("ER"), anak perusahaan di bawah PT Tempo Scan Pacific Tbk, yang melakukan pemasaran dan distribusi produk-produk berkualitas tinggi di bawah lisensi dari Revlon Inc, USA untuk melayani kebutuhan dan inspirasi dari konsumen Indonesia. Revlon merek franchise adalah salah satu merek waralaba terkuat di dunia. ER mendistribusikan portofolio merek Revlon di Indonesia termasuk Revlon cosmetics, charlie fragrances, Revlon color silk hair color dan Ultima II cosmetics. Selain kuartal pusat di Tempo Scan Tower, Lantai 16, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, ER telah dioperasikan pada distribusi nasional melalui enam cabang lain di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Manado dan Medan (Pusatkosmetikku.com, 2015). Produk-produk Revlon yang berkualitas tinggi namun tetap dengan harga yang terjangkau membuat rumah kosmetik yang satu ini selalu diminati para kaum hawa. Merek yang terkenal di seluruh dunia ini memiliki pengaruh yang sangat kuat dikalangan konsumen. Sebagai buktinya Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori Perawatan Diri untuk produk lipstik dan mascara (Marketing.Com, 2013). Revlon dikenal dengan produknya untuk berbagai

5 kalangan dan usia. Sudah lebih dari 80 tahun Revlon menjalankan usaha kosmetiknya, dan berhasil di berbagai belahan dunia, di antaranya di negaranegara, Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, Hong Kong, Taiwan, Cina, Jepang, Dubai, Afrika Selatan, Italia, Prancis, Inggris, Argentina, Venezuela, dan Kanada tidak terkecuali Indonesia. Kesuksesan perdagangan Internasional perusahaan ini paling sukses menuai berhasil di Jepang. Di negeri Sakura itu, Revlon tak berusaha menyesuaikan diri dengan menggunakan model-model Jepang yang berwajah oriental dalam promosi-promosi iklannya. Revlon lebih memilih menggunakan model-model Amerika dan ternyata taktik pemasaran ini berhasil, wanita-wanita Jepang menyukai gaya dan model Amerika (Binasyifa.com, 2015). Di Indonesia sendiri produk Revlon mendapat persepsi positif bagi konsumen. Hal itu juga dapat dilihat dari data table sebagai berikut: Tabel. 1 Persentase Pertumbuhan Penjualan Top Brand Index (TBI) Kategori Kosmetik Lipstik Tahun 2014 2015 No Merek Lipstik Pertumbuhan Pertumbuhan Kenaikan Tahun 2014 Tahun 2015 Pertumbuhan (%) (%) 1 Revlon 12,6% 12.8% 0,158 2 Pixy 9,0% 11.0% 2 3 Sariayu 9,2% 7.6% -0,17 4 Oriflame 6,6% 7.7% 1,1 5 La Tulipe 5,3% 7.3% 2 6 Wardah 13,0% 14.9% 1.46 Sumber data: www.topbrand-award.com (2015) Berdasarkan data tabel 1 bahwa lipstik merek Revlon mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan besar persentase dari 12,6% di tahun 2014 dan 12,8% di tahun 2015 dengan persentase kenaikan pertumbuhan sebesar 0,15%. Berdasarkan data tersebut walaupun lipstik merek Wardah yang menjadi Top brand di kategori

6 lipstik ini, tetapi lipstik merek Revlon masih memiliki persepsi positif bagi konsumen yang dibuktikan dengan kenaikan persentase pertumbuhan pada produk lipstik Revlon. Peneliti mengambil Revlon sebagai objek penelitian, karena pada umumnya para konsumen mengetahui bahwa produk Revlon adalah produk yang berasal dari luar Indonesia. Di tengah persaingan global sekarang dengan banyaknya merek kosmetik, Revlon dapat mempertahankan eksistensinya. Produk Revlon mampu bersaing dengan produk domestik lainya. Seperti produk lipstik Wardah yang memiliki persentase pertumbuhan paling tinggi untuk kategori lipstik ini. Persepsi positif kepada Revlon juga tidak terlepas dari negara asal (COO) dan citra merek sebagai bahan pertimbangan oleh konsumen ketika mengevaluasi fungsi dan kualitas produk. Merek dengan nama asing umumnya membantu meningkatkan kualitas merek tersebut. Konsumen mendasarkan penilaiaan mereka akan kualitas untuk mengevaluasi persepsi akan kualitas dari merek asing. Misalnya, kualitas yang rendah menjadi peran negatif dalam persepsi merek terhadap merek. Sebaliknya, jika konsumen mempersepsikan merek tersebut memiliki kualitas yang sangat baik, maka persepsi kualitas akan menjadi peran positif terhadap persepsi keseluruhan merek tersebut. Konsumen memiliki pengalaman bahwa merek tersebut berkualitas tinggi, cenderung akan menampilkan intensi perilaku positif terhadap merek itu. Persepsi kualitas ini dievaluasi konsumen dari nama merek, citra global, kemasan, citra merek, citra toko, asal negara (Kotler, 2009).

7 Minat beli ulang juga salah satu komitmen kesan positif terhadap lipstik Revlon. Minat (intention) merupakan pernyataan sikap mengenai bagaimana seseorang akan berperilaku di masa yang akan datang (Soderlund dan ohman, 2003). Minat beli ulang (repurchase intention) merupakan suatu komitmen konsumen yang terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini timbul karena kesan positif konsumen terhadap suatu merek, dan konsumen merasa puas terhadap pembelian tersebut. Minat konsumen untuk membeli ulang adalah salah satu ukuran dari keberhasilan dari suatu perusahaan, terutama perusahaan jasa. Minat beli ulang merupakan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali suatu produk atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh dari perusahaan yang sama (Setyaningsih, Mangunwihardjo, dan Soesanto, 2007). Persepsi dan keyakinan konsumen terhadap citra COO memainkan peran penting dalam membentuk minat beli konsumen. Persepsi ini bisa menjadi atribut dalam pengambilan keputusan atau memengaruhi atribut lainya dalam proses tersebut (Kotler, 2012). Citra COO yang dipersepsikan positif dapat menimbulkan minat beli konsumen dan berakhir pada pembelian produk, sebaliknya, citra COO yang dipersepsikan negatif oleh konsumen berpotensi mengurangi minat konsumen untuk membeli produk sehingga kemungkinan produk untuk dipilih pun berkurang. Oleh karena itu, citra COO juga dianggap memiliki peran penting dalam memengaruhi minat dan keputusan pembelian konsumen (Keller, 2007). Berdasarkan fenomena di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

8 1.2. Rumusan masalah Adapun pertanyaan penelitian yang dapat di ajukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah Negara Asal berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon? 2. Apakah Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon? 3. Apakah Persepsi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon? 4. Apakah Negara Asal, Citra Merek, Persepsi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon? 1.3. Tujuan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui Pengaruh Negara Asal terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon. 2. Mengetahui Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon. 3. Mengetahui Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon. 4. Mengetahui Pengaruh Negara Asal, Citra Merek, Persepsi Kualitas terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon.

9 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan mengenai Negara Asal, Citra Merek, Persepsi Kualitas terhadap Minat Beli Ulang pada lipstik merek Revlon, yang didasari bahwa Negara Asal (COO) didefisinikan sebagai negara di mana suatu produk di produksi. Namun untuk mencapai efek yang lebih baik perlu secara aktif mengkomunikasikan asal merek, jika merek tidak asing lagi bagi konsumen. 2. Manfaat Praktis Diharapkan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar acuan serta masukan bagi manajer pemasaran serta pelaku pemasaran lainnya. Dan dapat dijadikan sarana untuk mengetahui serta menerapkan kebijakan-kebijakan apa yang dapat meningkatkan penjualan produk.