BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. stabil merupakan salah satu pendorong berkembangnya pasar modal.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. waktu karena sebab-sebab tertentu pemegang saham utama atau pendiri (founders)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perusahaan untuk memperoleh dana, salah satunya adalah dengan Right issue.

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak di wilayah Asia, diantaranya Asia Tenggara yaitu Indonesia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang penuh gejolak bagi perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara tersebut. Untuk itu banyak para ahli keuangan yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pemerintah Indonesia dari tahun mengalokasikan anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik

BAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan dalam tatanan ekonomi dunia. Dinamika perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

Dasar Hukum Privatisasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terutama Pasar Modal. Pasar Modal bisa dijadikan sebagai dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I. masyarakat Indonesia. Pelaku bisnis di industri bioskop Indonesia pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa

PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah meningkatkan kegairahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. dengan mempertimbangkan risiko dan return. Setiap investor yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik terhadap perusahaan. Meskipun instrumen-instrumen yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. Kondisi perekonomian bangsa terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian Indonesia tumbuh di atas angka 6,3 persen. Perekonomian yang kondusif dan stabil didukung peningkatan ekonomi domestik yang tetap tinggi, menjadi momentum penting bagi pelaku usaha di Indonesia untuk tetap tumbuh, berkembang, bahkan selalu terdepan di kawasan ASEAN. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, tidak menjadikan perekonomian Indonesia menjadi stagnan. Indonesia mampu bertahan dari gejolak ekonomi yang melanda negara-negara adidaya tersebut. Perkembangan kondisi global dan terjaganya indikator-indikator pertumbuhan menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat dalam percaturan ekonomi global. Dalam konteks regional kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi bila dibanding negara lain dalam kelompok ASEAN 5 (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam) yang hanya tumbuh sekitar 5,4 persen. Di antara negara di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah China, tetapi telah melampaui India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak disumbang oleh pertumbuhan yang terjadi hampir di semua sektor ekonomi. Sektor konsumsi domestik di negara-negara Asia termasuk Indonesia, menjadi salah satu pengaman dalam menjaga ketahanan ekonomi secara keseluruhan dan berlindung terhadap dampak 1

2 krisis secara langsung. Ke depannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat dan potensi ekspor yang membaik. Hal tersebut juga didukung oleh masih cukup kuatnya sumber pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Jawa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan produk domestik bruto (PDB) pada 2012 mencapai 6,23 persen dibandingkan realisasi 2011, karena peningkatan di semua sektor ekonomi. Kinerja perekonomian Indonesia yang kondusif tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah. Berbagai sektor mengalami peningkatan, termasuk pada sektor konstruksi yang turut membukukan kenaikan kinerja. Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor transportasi dan komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,11 persen, sektor konstruksi 7,50 persen. Pertumbuhan yang positif itu, terjadi pada sektor konstruksi tumbuh 4,02 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh 3,34 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 2,74 persen, sektor transportasi dan komunikasi tumbuh 2,00 persen, sektor jasa tumbuh 1,96 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 1,41 persen, sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan tumbuh 1,23 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,20 persen. Kinerja sektor bangunan (konstruksi) yang mencapai 7,50 persen ini mengindikasikan masih tingginya kegiatan investasi, terlihat dari berbagai realisasi proyek investasi baik pemerintah maupun korporasi swasta. Pertumbuhan di sektor konstruksi ini seiring dengan Program Masterplan Percepatan dan

3 Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan pemerintah dari 2011 hingga 2025. Saat ini rata-rata pertumbuhan sektor konstruksi per tahun mencapai 6 persen sampai 7 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang berhasil meraih predikat layak investasi. Terjadinya krisis ekonomi Eropa dan Amerika Serikat menjadikan Indonesia sebagai pasar alternatif yang sangat menjanjikan bagi investor asing. Masih kuatnya ekonomi Indonesia menunjukkan sentimen yang positif bagi proyeksi pengerjaan proyekproyek konstruksi. Keadaan yang positif ini akan menguntungkan bagi kinerja perusahaan konstruksi dan menjadi peluang yang bagus untuk meningkatkan kinerja serta pendapatan. Menyikapi perkembangan ekonomi yang terus membaik tersebut, pemerintah telah melaksanakan program privatisasi beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) melalui pasar modal di Indonesia. Dalam terminologi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), penawaran saham kepada masyarakat ini dikenal dengan privatisasi. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, privatisasi dilakukan dengan cara penjualan saham persero, baik sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, nilai tambah perusahaan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham. Melalui privatisasi diharapkan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara menjadi lebih profesional, transparan dan akuntabel. Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.

4 Pedoman pelaksanaan privatisasi Badan Usaha Milik Negara diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero). Di dalam peraturan pemerintah tersebut disebutkan bahwa privatisasi dapat dilakukan dengan: 1. penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal; 2. penjualan saham secara langsung kepada investor; 3. penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan persero yang bersangkutan. Kemudian dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), yang dimaksud dengan penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal antara lain adalah penjualan saham melalui penawaran umum (initial public offering/go public), penerbitan obligasi konversi, dan efek lain yang bersifat ekuitas. Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dilakukan dengan tujuan untuk: 1. memperluas kepemilikan masyarakat atas persero; 2. meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan; 3. menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat; 4. menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif; 5. menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global; 6. menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. Pelaksanaan privatisasi dilakukan dengan penawaran umum perdana atau IPO (Initial Public Offering). Pada proses penawaran umum perdana, saham

5 perusahaan akan dijual di pasar perdana, sebelum diperjualbelikan di pasar sekunder. Dana yang diperoleh perusahaan melalui penjualan saham merupakan hasil perdagangan saham-saham perusahaan yang dilakukan di pasar perdana dengan harga yang telah ditetapkan sebelumya. Setelah saham tersebut dijual perusahaan di pasar perdana, barulah kemudian saham diperjualbelikan oleh investor-investor di pasar sekunder atau dikenal juga dengan sebutan pasar reguler. Transaksi yang dilakukan investor di pasar sekunder tidak akan memberikan tambahan dana lagi bagi perusahaan yang menerbitkan sekuritas (emiten), karena transaksi hanya terjadi antar investor, bukan dengan perusahaan (Tandelilin, 2010: 27). Salah satu perusahaan konstruksi BUMN yang ada di Indonesia yang telah ikut program privatisasi (IPO) pada tanggal 10 September 2010 adalah PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (dengan kode emiten PTPP), yang beralamat di Jalan Letjend. TB Simatupang No. 57, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Berdasarkan Laporan Keuangan 2012 dan Press Release 30 April 2013, perolehan kontrak selama tahun 2012 meningkat tajam melebihi target yang ditetapkan, kenaikan sebesar 57,65 persen dari perolehan kontrak tahun sebelumnya sebesar Rp12,3 triliun menjadi Rp19,4 triliun. Pendapatan Perseroan juga meningkat sebesar 28,43 persen dari Rp6,23 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp8 triliun dan berpengaruh positif pada kenaikan laba bersih sebesar Rp309,68 miliar pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 29 persen dari Rp240,22 miliar di tahun 2011. Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh perolehan kontrak baru, peningkatan pendapatan serta program efisiensi dan inovasi yang terus menerus dilakukan oleh perseroan.

6 Triwibowo, (2012) mengatakan bahwa PT Pembangunan Perumahan ke depan, pertumbuhan Perusahaan akan ditopang dari 5 (lima) bisnis, yaitu konstruksi, properti, EPC, investasi dan bisnis lain-lain seperti industri. Pada tahun 2013, aksi korporasi yang dilakukan perseroan untuk bisnis properti di antaranya sebagai berikut. 1. Spin Off Divisi Properti menjadi anak perusahaan. 2. Pengembangan Grand Sungkono Surabaya dengan nilai sekitar Rp5 triliun. 3. Pengembangan Kemala Lagoon Jakarta secara bertahap dengan nilai total sekitar Rp11 triliun. 4. Optimalisasi aset perseroan untuk pengembangan hotel. 5. Sinergi dengan BUMN. Seiring dengan pertumbuhan perseroan yang terus membaik dan adanya aksi korporasi tersebut, maka harga saham PTPP di BEI juga terus naik secara tajam dibandingkan dengan pada saat IPO, yaitu dari Rp580,- (harga penutupan 25 Februari 2010) menjadi Rp1750,- (harga penutupan 31 Mei 2013), atau terjadi kenaikan harga sebesar 302 persen (selama 3 tahun). Dengan kenaikan harga saham ini, akibatnya nilai ekuitas dari PTPP akan meningkat, yang selanjutnya kekayaan Negara dalam bentuk nilai kontribusi BUMN juga akan naik dalam Laporan Keuangan Negara. Dalam kenyataannya, proyek-proyek besar di Indonesia banyak yang jatuh ke tangan asing. Atas dasar tersebut, Kementerian BUMN kemudian akan melakukan spesialisasi BUMN karya, terutama kontraktor Infrastruktur. Iskan (2012) dalam berita yang dimuat di situs www.republika.co.id pada 26 Februari 2012 mengatakan bahwa proyek infrastruktur nasional, dikuasai

7 oleh kontraktor asing hingga 70 persen, untuk swasta nasional 20 persen. Seyogyanya, porsi yang diambil BUMN karya tak lebih dari 10 persen saja. Misalnya keterlibatan PT Adhi Karya dalam proyek nasional hanya berkisar 3 persen. Meskipun perusahaan plat merah itu mengambil porsi terbesar dari perusahaan BUMN lainnya, namun jumlahnya sangat kecil, berikutnya Wijaya Karya (2,75 persen), dan Pembangunan Perumahan (2,5 persen). Menurut Iskan, kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal, Kementerian BUMN memiliki sekitar 14 BUMN karya. Di bidang jasa konstruksi di antaranya Adhi Karya, Hutama Karya, Wijaya Karya, Waskita Karya, Nindya Karya, Istaka Karya, Pembangunan Perumahan, dan Brantas Abipraya. Di bidang konsultan konstruksi, antara lain Bina Karya, Indah Karya, Indra Karya, Virama Karya, dan Yodya Karya. Selanjutnya, Iskan mengatakan 14 BUMN karya tersebut nantinya akan digabung menjadi satu perusahaan induk (holding) pada 2013. Hal ini menunggu selesainya penyusunan undang-undang jasa kontruksi. Pendapatan keempat belas BUMN karya ini juga ditargetkan meningkat hingga 50 persen sekitar Rp45 triliun tahun depan, untuk tahun ini, targetnya sekitar Rp30 triliun. Pembentukan holding dalam rangka efisiensi perusahaan sekaligus program perampingan BUMN dari saat ini 142 perusahaan menjadi 78 perusahaan tahun 2014. Sebanyak 14 BUMN karya nantinya akan disatukan dalam satu perusahaan, diantaranya PT. Istaka Karya, PT. Hutama Karya, PT. Waskita karya, PT. Brantas Abipraya, PT. Nikarya, PT. Adhi Karya Tbk., PT. Wijaya Karya Tbk., dan PT. Pembangunan Perumahan Tbk. Sebagai persiapan pembentukan holding company BUMN kekaryaan tersebut, maka diperlukan nilai wajar ekuitas dari masing-masing perusahaan,

8 sehingga diperoleh porsi atau kontribusi masing-masing perusahaan terhadap holding company. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis perlu mengkaji: Valuasi Nilai Wajar Saham PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk Terkait Rencana Pembentukan Holding Company BUMN Kekaryaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya. Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Berapakah Nilai Pasar Wajar Saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan tersebut? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penentuan nilai perusahaan yang kemudian menjadi nilai pasar wajar saham telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penilaian perusahaan atau penilaian saham perusahaan, adalah sebagai berikut. Deloof, dkk. (2002: 230) melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk menginvestigasi penilaian yang dilakukan oleh underwriter terhadap 33 perusahaan yang melakukan IPO di pasar modal Belgia dalam kurun waktu 1993 2000, kemudian membandingkan dengan harga yang ditawarkan dengan harga saham pada satu bulan pertama setelah didaftarkan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dari beberapa pendekatan atau metoda yang digunakan oleh underwriter dalam menilai saham metoda discounted cash flow adalah yang paling populer digunakan, sedangkan harga penawaran ditentukan dengan

9 menggunakan discounted dividend model. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penilaian yang menggunakan discounted dividend model cenderung menghasilkan nilai yang underestimate, sedangkan yang menggunakan metoda discounted cash flow dapat menghasilkan nilai yang tidak bias. Siahaan (2003) melakukan penelitian tentang penilaian saham dengan menggunakan Gordon model. Objek yang diteliti adalah saham PT. Century Textile Industry Tbk. Adapun data yang digunakan adalah Laporan Keuangan PT. Century Textile Industry Tbk. mulai 1995 sampai dengan 2002. Penelitian tersebut dibuat dengan tujuan untuk menganalisis penggunaan model gordon (Gordon growth methodology), memasyarakatkan konsep/teori yang berkaitan dengan penilaian perusahaan dan sekuritas dan memberi contoh penggunaan teori dalam menganalisis harga wajar saham sesuai dengan persepsi masyarakat serta menganalisis apakah pasar modal sudah efisien atau belum. Froidevaux (2004) melakukan penelitian yang bertujuan menilai saham biasa/common stocks dengan mengunakan model penilaian discounted cashflow (DCF). Froidevaux membangun sebuah model dan mengestimasi input-input dengan mencoba mereplikasi sedekat mungkin tentang perilaku investor dalam menilai saham pada pasar modal dan secara konsekuen menggunakan metoda campuran untuk menentukan pertumbuhan arus kas/cash flow growth, durasi pertumbuhan/the growth duration dan discount rate. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa discounted cash flow valuation model dapat mengidentifikasi dan mengekploitasi systematic mispricing pada stock market. Tauriesanto (2007) melakukan penelitian untuk menentukan harga saham PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. apakah undervalued atau overvalued

10 sehubungan dengan rencana divestasi saham Bank BNI tahun 2007 oleh pemerintah guna mengatasi defisit APBN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data historis laporan keuangan Bank BNI mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, adapun hasil yang diperoleh adalah bahwa harga saham BNI saat itu yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia apabila dibandingkan dengan estimasi nilai intrinsiknya mengalami undervalued. Noviastoko (2011), melakukan penelitian untuk menentukan nilai pasar wajar saham PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (kode ADHI) pasca kebijakan insentif pajak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data historis laporan keuangan ADHI mulai tahun 2007 sampai tahun 2010, adapun hasil yang diperoleh adalah bahwa harga saham ADHI saat itu yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia apabila dibandingkan dengan estimasi nilai intrinsiknya mengalami undervalued. Kumaratih (2012), melakukan valuasi nilai wajar saham PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk (kode emiten WIKA), terkait rencana pembentukan holding company BUMN bidang kekaryaan 2011. Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah discounted cashflow (DCF) dan Relative Valuation (perbandingan harga pasar). Harga saham WIKA yang diperoleh dengan metoda DCF adalah Rp546,-, sedangkan dengan metoda Relative Valuation diperoleh Rp484,-. Hasil rekonsiliasi diperoleh harga saham WIKA antara Rp484,- - Rp546,-. Jika dibandingkan dengan harga yang terjadi pada saat penutupan di BEI per 30 Desember 2010 sebesar Rp680,- (saat itu), berarti harga di pasar modal termasuk over valued. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada penilaian nilai pasar wajar saham PT Pembangunan Perumahan

11 (Persero) Tbk, terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan tersebut, yang belum pernah ada peneliti lain melakukannya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian Penelitian bertujuan mengestimasi nilai wajar atau nilai intrinsik perlembar saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Ini terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan. 1.4.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagi PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penilaian saham perusahaan yang berhubungan dengan rencana pembentukan holding company BUMN kekaryaan. 2. Bagi investor dan masyarakat pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan atau refrensi bagi pengambilan keputusan investasi, khususnya untuk saham PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan berkaitan dengan metoda penilaian suatu usaha terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan. 4. Sebagai referensi bagi peneliti yang akan datang dengan kajian yang lebih mendalam, dan menemukan hal sama.

12 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini ditulis dalam empat bab. Bab I merupakan pengantar, mencakup uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Lebih lanjut dalam Bab II diuraikan mengenai tinjauan pustaka dan alat analisis, mencakup tentang tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis. Bab III merupakan analisis data dan pembahasan, yang menjelaskan tentang Gambaran Umum Perusahaan, Kondisi Ekonomi dan Industri Konstruksi, cara penelitian, pengolahan dan analisis data. Bab IV berisikan kesimpulan dan saran.