BAB I PENDAHULUAN. usaha perbaikan perekonomian di Indonesia, pemerintah telah menggalakkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelanggannya baik bisnis, manufaktur maupun jasa. Ketika keinginan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Semakin kompleks perekonomian perusahaan, semakin kompleks

2015 PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIKA

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BABI PENDAHULUAN. yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang keprofesionalismenya sudah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan dapat efisien, maka bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan (Krisnawati, 2009:1). FASB (Financial Accounting Standard

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. di dunia Internasional guna bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntansi merupakan profesi yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maraknya dengan skandal-skandal di lingkup internasional. Meskipun tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kantor akuntan publik (KAP) dari waktu ke waktu semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki. Slogan pada

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang benar dan bisa dihandalkan oleh pihak internal maupun eksternal. mengalami kebangkrutan setelah opini terebut dikeluarkan.

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik bertanggung jawab untuk memeriksa kesesuaian laporan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit dapat dikatakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin berkembangnya pasar modal dan bertambahnya jumlah emiten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan. memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. laporan itu telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki. Slogan pada

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. jasa akuntan publik semakin tinggi dikarenakan bukan hanya perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi suatu negara menjadi salah satu pendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, seperti bagi perusahaan yang mengadakan emisi (go public)

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya persaingan di bidang bisnis, merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan di era globalisasi ini. Sehubungan dengan usaha perbaikan perekonomian di Indonesia, pemerintah telah menggalakkan suatu prinsip tata kelola good corporate governance (GCG). Salah satu bentuk penerapan prinsip GCG ini adalah transparasi laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan setiap perusahaan tidak luput dari kesalahan ataupun kecurangan yang terjadi disetiap proses penyusunannya. Tingkat kehandalan laporan keuangan sangatlah penting bagi para pelaku bisnis, baik untuk kepentingan pihak eksternal maupun pihak internal. Berdasarkan ketentuan Bapepam dan LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan), laporan keuangan yang disampaikan baik untuk penawaran umum maupun untuk laporan berkala, wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam dan LK. Kewajiban audit tersebut berlaku bagi emiten dan perusahaan publik yang merupakan entitas tunggal maupun sebagai induk perusahaan dari anak perusahaan yang dimilikinya (Buletin Akuntansi Staf No. 9). Oleh karena itu proses audit sangatlah penting untuk dilakukan. Audit diperlukan dalam rangka untuk mengurangi risiko informasi. Dengan adanya audit

laporan keuangan oleh akuntan publik ini menjadi sebuah kebutuhan yang penting sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Akuntan publik atau seringkali kita sebut dengan auditor merupakan suatu profesi yang ada dengan kepercayaan masyarakat sebagai suatu landasan bahwa akuntan publik itu ada dan dibutuhkan, dengan adanya kepercayaan masyarakat ini maka seorang akuntan publik harus bertindak independen dan profesional. Akuntan publik menjadi suatu profesi yang dipercaya oleh masyarakat dalam suatu pemeriksaan dan diharapkan dapat menggunakan kepercayaan yang diberikan dengan baik dan mampu bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Oleh karena itu sangatlah penting bagi seorang auditor untuk memperhatikan sikap profesionalnya, salah satunya ialah sikap skeptis yang dimiliki oleh auditor. Di dalam setiap penugasan audit, seorang auditor dituntut untuk melaksanakan skeptisisme profesionalnya, sehingga auditor dapat menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dan terhindar dari kegagalan audit. Didalam SPAP 2011:SA seksi 230, menyatakan skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Dalam pengumpulan bukti-bukti audit, auditor harus mampu menggunakan skeptisisme professionalnya seperti menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada klien. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa auditor tidak menganggap bahwa kliennya tidak jujur namun juga auditor tidak menganggap bahwa kliennya jujur.

3 Jadi dalam hal ini auditor harus memiliki sikap skeptis yaitu mempercayai klien namun semua itu perlu dipertanyakan kembali. Skeptisisme profesional diperlukan oleh seorang auditor untuk menilai kembali kemungkinan kecurangan material (Maghfirah dan Syahril, 2008). Dengan sikap skeptisisme yang rendah dari seorang auditor dapat menimbulkan kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh klien, dimana dari informasi dan bukti-bukti yang auditor dapat dari klien hanya kekeliruan yang akan auditor temukan, bukan kecurangan. Karena kecurangan yang dilakukan tidak mungkin klien berikan informasinya, melainkan kecurangan pasti ditutupi oleh klien. Oleh karena itu diperlukanlah sikap skeptis yang dimiliki oleh auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Rendahnya sikap skeptis yang dimiliki auditor dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit dapat menurunkan kualitas auditor dalam memberikan opini yang dikeluarkannya. Hal itu dapat dilihat dengan adanya beberapa kasus yang membuktikan bahwa auditor kurang memiliki sikap skeptis dan mengabaikan sikap profesionalnya. Seperti contoh kasus pada perusahaan Satyam yang dipimpin oleh Ramalinga Raju pada tahun 2009 silam. Berdasarkan DetikFinance, pada kasus ini dimana tanggal 7 Januari 2009, pimpinan Satyam, Ramalinga Raju secara tibatiba mengumumkan bahwa sekitar 1,04 milyar dolar saldo kas dan bank Satyam adalah palsu. Di dalam suratnya yang dikirimkan pada jajaran direksi Satyam, beliau mengakui telah memalsukan nilai pendapatan bunga diterima dimuka, mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya dan menggelembungkan nilai piutang. Setelah itu pada 14 januari 2009, auditor Satyam yang sudah 8 tahun

4 terakhir mengaudit Satyam, yaitu Pricewaterhouse Coopers India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak reliabel karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen Satyam. Dengan adanya kasus ini terbukti bahwa pentingnya sikap skeptisisme profesional yang dimiliki oleh auditor. Kecurangan yang dilakukan oleh pimpinan Satyam tidak akan terjadi lebih besar apabila auditor menanyakan pertanyaan yang dapat mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh pimpinan Satyam. Hal tersebut tentu disebabkan karena auditor tidak melakukan tindakan yang semestinya dalam menunjukan sikap skeptis pada saat melakukan audit. Di Indonesia juga terdapat beberapa skandal audit yang dilakukan oleh auditor yang kurang memperhatikan sikap skeptisisme profesionalnya. Diantaranya adalah kasus PT. KAI yang terjadi beberapa tahun silam dimana pada saat itu, hasil auditnya tidak mau ditandatangani oleh dewan komisaris dikarenakan terdapat kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan tidak diketahui serta tidak terdeteksi oleh auditor. Pada KAP diwilayah Bandung juga terdapat beberapa kasus diantaranya adalah pembekuan izin KAP dan AP Sugiono Poulus melalui KMK No. 704/KM.1/2008 selama enam bulan karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)-SPAP dalam pelaksanaan audit. Dalam hal ini, penulis menganalogikan bahwa ketika seorang auditor melanggar Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) berarti auditor tersebut telah melakukan pelanggaran diantara standar umum, pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, hal tersebut menggambarkan ketidak profesionalan yang dimiliki oleh auditor, yang dimana sikap skeptis merupakan bagian dari sikap profesional yang

5 dimiliki auditor, maka KAP dan AP Sugiono Poulus dibekukan selama 6 bulan karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)-SPAP dan mengabaikan sikap profesionalnya. Adapun beberapa kasus yang melibatkan Akuntan Publik yang terjadi di Indonesia sebagai berikut: Tabel 1.1 Kasus yang melibatkan Akuntan Publik di Indonesia Tahun/No KAP KASUS KMK No. 423/KM.06 /2006 KMK No. 17/PMK.01 /2008 KMK No. 175/KM.1/ 2008 KMK No. 1124/KM.1 /2009 KMK No. 896/KM.1/ 2008 AP. Petrus Mitra Winata AP. Drs. Basyiruddin Nur AP. Drs. Eduard Luntungan AP. Drs. Hans B. Makarao AP. Drs. Muhammad Zen Sumber: data yang telah diolah dari finance.detik.com Melakukan pelanggaran terhadap SPAP yaitu pembatasan penugasan audit dengan melakukan audit umum laporan keuangan PT Muzatek Jaya & PT Luhur Artha Kencana tahun buku berakhir 31 Desember 2004 Belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA)- Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT. Datascrip dan Anak Perusahaan tahun buku 2007, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen Melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)-SPAP dalam pelaksanaan audit laporan keuangan PT. Sampaga Raya untuk periode yang berakhir tanggal 30 Juni 2005 dan PT. Hasil Bumi Persada untuk periode yang berakhir tanggal 23 April 2004 Belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA)- Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen Melak ukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)-SPAP dalam pelaksanaan audit laporan keuangan PT. Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007 yang berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen

6 Dari beberapa kasus yang melibatkan Akuntan Publik diatas dapat terlihat dengan jelas betapa pentingnya sikap skeptisisme yang dimiliki auditor. Menurut Tuanakotta dalam bukunya yang berjudul Berpikir Kritis dalam Auditing (2011:83), berdasarkan teori pembentukan sikap dari Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa sikap dipegaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ialah faktor psikologikal dan faktor personal. Dalam penelitian ini beberapa faktor yang paling mempengaruhi sikap skeptis diantaranya adalah penetapan risiko kecurangan dan tipe kepribadian auditor. Penetapan risiko kecurangan mempengaruhi skeptisisme profesional auditor sebagai faktor psikologis dimana atasan auditor yang memberikan penetapan risiko kecurangan akan memberikan motivasi pada auditor dalam melakukan audit di lapangan, sedangkan tipe kepribadian sebagai faktor personal yang dimiliki oleh auditor dimana tipe kepribadian ini akan menciptakan predisposisi pada pengembangan sikap tertentu (Tuanakotta, 2011:83-84). Penetapan risiko kecurangan merupakan hal penting bagi auditor dalam melakukan audit. Hal ini dikarenakan dengan penetapan risiko kecurangan yang dilakukan auditor sebelum melaksanakan audit dilapangan dapat membantu auditor dalam menemukan kecurangan atau potensi klien untuk melakukan kecurangan. Penetapan risiko kecurangan merupakan metodologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan yang ada pada suatu organisasi (Vona Leonard, 2008:40). Dengan diberikannya penetapan risiko kecurangan dapat memberikan motivasi pada auditor yang bertugas dilapangan untuk lebih memiliki sikap skeptis.

7 Berdasarkan SPAP 316, penaksiran risiko kecurangan merupakan tindakan yang harus dilakukan auditor dalam melakukan audit atas pelaporan keuangan (general). Penelitian sebelumnya dari Payne dan Ramsay (2005), mengatakan bahwa skeptisisme profesional dipengaruhi oleh penetapan risiko kecurangan yang diberikan oleh atasan auditor sebagai pedoman dalam melakukan audit di lapangan. Seorang auditor yang di berikan penaksiran risiko kecurangan yang rendah maka dia akan menjadi kurang skeptis dibandingkan dengan auditor yang menerima penaksiran risiko kecurangan yang tinggi. Tipe kepribadian merupakan suatu hal yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang, bahwa tipe kepribadian ini sebenarnya mempengaruhi auditor dalam melakukan audit, karena tidak semua individu cocok atau mampu menjadi seorang auditor. Hal ini dikarenakan auditor yang selalu dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda-beda ketika melakukan audit dilapangan. Dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit dibutuhkan professional judgement yang dimiliki oleh auditor untuk memberikan keyakinan yang memadai, orang yang mampu untuk selalu berusaha melihat sesuatu sebagai sebuah bukti dan mampu memberikan keyakinan yang memadai itu adalah orang yang memiliki tipe kepribadian tertentu. Menurut Dashiell, dalam Yusuf dan Juntika (2007) mengatakan bahwa kepribadian merupakan gambaran total mengenai tingkah laku individu yang terorganisasi. Kepribadian seseorang terbentuk oleh dua faktor utama, yaitu (1) faktor keturunan atau faktor genetik adalah merupakan faktor dasar dari pembentuk kepribadian seseorang, dan (2) faktor lingkungan, yaitu

8 faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang berdasarkan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan. Dalam penelitian Suzy (2008), menyatakan bahwa tipe kepribadian seseorang menjadi salah satu faktor yang menentukan sikap yang dimiliki oleh individu tersebut, termasuk sikap skeptisme yang terdapat pada diri individu tersebut. Auditor dengan tipe kepribadian NT dan ST berdasarkan teori Myers- Briggs cenderung lebih memiliki sikap skeptis. Akuntan publik yang memiliki sikap skeptis yang tinggi biasanya memiliki ciri-ciri kepribadian yang selalu berpikiran masuk akal dan dalam membuat keputusan berdasarkan pada fakta yang ada. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis berkesimpulan bahwa pentingnya penetapan risiko kecurangan sebagai faktor psikologis dan tipe kepribadian sebagai faktor personal dari auditor dalam mempengaruhi sikap skeptis profesional seorang auditor. Dalam penelitian ini penulis ingin mengembangkan penelitian dari penelitian terdahulu dari Suzy (2008), dimana dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan variabel penetapan risiko kecurangan dan tipe kepribadian sebagai variabel independen karena menurut penulis faktor psikologis dan faktor personal merupakan faktor yang paling mempengaruhi sikap skeptis yang terbentuk dalam diri seorang auditor dan adanya ketidak konsistenan hasil dari penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa penetapan risiko kecurangan tidak berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor, namun penelitian lain mengatakan bahwa penetapan risiko kecurangan berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Adapun

9 perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penulis memilih KAP di Bandung sebagai objek penelitian karena memiliki karakteristik dan tingkat risiko yang dihadapi berbeda dibandingkan KAP di Jakarta. Maka, penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Penetapan Risiko Kecurangan dan Tipe Kepribadian Auditor terhadap Skeptisisme. Penelitian ini dilakukan kepada auditor di Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh penetapan risiko kecurangan terhadap skeptisisme profesional auditor di Kantor Akuntan Publik di kota Bandung? 2. Bagaimana pengaruh tipe kepribadian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor di Kantor Akuntan Publik di kota Bandung? 3. Bagaimana pengaruh penetapan risiko kecurangan dan tipe kepribadian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diutarakan diatas maka maksud dan tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penetapan risiko kecurangan dan tipe kepribadian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor. Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan dan ditujukan untuk:

10 1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh penetapan risiko kecurangan terhadap skeptisisme profesional auditor. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh tipe kepribadian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor. 3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh penetapan risiko kecurangan dan tipe kepribadian terhadap skeptisisme profesional auditor. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Dari segi keilmuan, hasil dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya dan pengembangan lebih lanjut khususnya dalam bidang auditing dan akuntansi keperilakuan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Penulis berharap, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah: 1. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai penetapan risiko kecurangan, tipe kepribadian auditor dan skeptisisme profesional auditor. 2. Bagi Auditor

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai penetapan risiko kecurangan, tipe kepribadian auditor dan skeptisisme profesional auditor.

12 3. Bagi pihak lain Hasil penilaian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi maupun bahan kajian bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai penetapan risiko kecurangan, tipe kepribadian auditor dan skeptisisme profesional auditor.