BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang sering menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan malaria. Secara global, diare dan pneumonia menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada semua anak terutama pada usia 0-4 tahun (Bhutta et al, 2013). Pneumonia merupakan penyumbang kematian sebesar 18% dan diare sebesar 11%. Kedua penyakit ini menyebabkan sepertiga dari total kematian anak di dunia dibawah usia 5 tahun. Setiap tahun penyakit diare dan pneumonia menyebabkan kematian pada lebih dari 2 juta anak. Jumlah ini sama banyaknya dengan jumlah kematian karena AIDS, malaria, campak, meningitis, trauma, dan semua penyakit pada neonatus (WHO/UNICEF, 2013). Indonesia berada di urutan kesembilan dari 15 negara didunia penyumbang terbanyak kematian balita karena diare dan pneumonia. Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian terbanyak pada balita di Indonesia. Terdapat 8000 anak meninggal setiap tahunnya akibat diare dan 10.000 anak balita meninggal akibat pneumonia. Angka kematian balita di Indonesia yang disebabkan oleh diare dan pneumonia sebanyak 30/1000 kelahiran anak (International Vaccine Access Center, 2014). Menurut data Riskesdas (2013) insidensi diare pada balita di Indonesia sebesar 10,25%. Sementara insidensi dan prevalensi pneumonia sebesar 1,8 dan 4,5%. 1
2 Penderita diare dan pneumonia di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tergolong tinggi, kedua penyakit ini selalu masuk 10 besar penyakit. Menurut data profil kesehatan Indonesia (2014) penyakit pneumonia pada balita di DIY sebanyak 2,996 (11,88%). Sementara data diare pada tahun 2013 sebanyak 39.710 dan tahun 2014 meningkat menjadi 40.432 kasus. Angka ini belum angka mutlak mengingat banyak kasus anak diare yang diobati sendiri oleh keluarga dengan pengobatan seadanya di rumah (Dinas Kesehatan DIY, 2014). Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten dengan jumlah diare dan pneumonia tertinggi di Provinsi DIY. Pada tahun 2013 penemuan diare di Kulon Progo sebanyak 25.491 kasus (303,7% dari jumlah perkiraan kasus sebesar 8,765%) dan balita dengan pneumonia sebanyak 888 kasus (32,4%). Data pneumonia tersebut meningkat dibandingkan data tahun 2012 sebanyak 565 kasus (22,3%) (Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2014). Diare dan pneumonia memiliki faktor risiko yang sama yang saling tumpang tindih diantaranya adalah tidak diberikan ASI esklusif selama 6 bulan, tidak melakukan cuci tangan dengan sabun, tidak tersedia air minum yang aman, sanitasi yang buruk, dan imunisasi yang tidak lengkap. Selain itu faktor kemiskinan, kekurangan gizi dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan merupakan faktor yang mendukung timbulnya pneumonia atau diare (International Vaccine Access Center, 2014; UNICEF, 2012).
3 Faktor risiko yang belum bisa dikendalikan menyebabkan masih tingginya kejadian diare dan pneumonia di Indonesia. Data nasional berikut menggambarkan bahwa faktor risiko masih tinggi, diantaranya: cakupan ASI eksklusif masih sangat kurang sebesar 30,25%, anak dengan gizi kurang 19,6%, perilaku cuci tangan secara benar sebesar 47%, cakupan imunisasi lengkap sebesar 59,2% dan sekitar 8,7% balita tidak diimunisasi. Pemberian vitamin A sebesar 75,5%. Perilaku merokok untuk usia 15 tahun meningkat dari 34,7% di tahun 2010 menjadi 36,3% (Riskesdas, 2013). Sebenarnya dalam dua decade terakhir kematian akibat diare sudah menurun drastis, hal ini karena managemen diare yang sudah baik di masyarakat termasuk pemberian oralit (oral rehydration salt), disertai dengan pemberian cairan termasuk ASI selama diare. Sehingga WHO dan UNICEFF menginginkan kematian akibat pneumonia juga mengalami penurunan. Pada bulan April tahun 2013, World Health Organization (WHO) dan United Nations Children s Fund (UNICEF) menggagas suatu program yang terintegrasi dinamakan GAPPD (Global Action Plan for the Prevention and Kontrol of Pneumonia and Diarrhea). Program ini bertujuan untuk mengakhiri diare dan pneumonia sebagai penyebab utama kematian anak di dunia dengan cara mencegah dan mengontrol diare dan pneumonia yang dilakukan secara terpadu. Target pada GAPPD di tahun 2025 adalah meliputi 90% cakupan imunisasi; 90% kemudahan akses pengobatan dengan tenaga kesehatan: pemberian antibiotik, cairan rehidrasi oral (oral rehydration salts) dan supleman zinc; serta 50% untuk ASI
4 eksklusif pada anak umur enam bulan pertama. Pencegahan terintegrasi antara diare dan pneumonia dilakukan karena faktor risiko kedua penyakit yang memang tumpang tindih (UNICEF, 2012; WHO/UNICEF, 2013; IVAC, 2014; Bhutta et al, 2013). Pencegahan dan penanganan diare dan pneumonia pada anak memerlukan peran dan keterlibatan keluarga terutama ibu. Ibu merupakan sosok yang terdekat dengan anak dan pemberi perawatan utama pada anak. Peran ibu dalam pencegahan kedua penyakit ini sangat penting antara lain memberikan ASI ekslusif sampai anak berumur 6 bulan kemudian dilanjutkan sampai umur 2 tahun dengan makanan pendamping dengan nutrisi yang baik, membawa anak untuk imunisasi, mencuci tangan dengan sabun setiap kali mau menyiapkan makanan atau setelah memegang benda kotor, menghindari polusi udara rumah tangga seperti saat memasak. Oleh karena itu pengetahuan yang baik pada ibu sangat diperlukan untuk membentuk perilaku yang baik pula dalam hal pencegahan diare dan pneumonia (Jena, 2014; Kemenkes, 2010). Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan pneumonia adalah dengan pendidikan kesehatan. Penelitian tentang pendidikan kesehatan sudah banyak dilakukan, tetapi dilakukan secara terpisah pisah antara diare atau pneumonia. Penelitian tentang pendidikan kesehatan secara terpadu untuk diare dan pneumonia masih sangat sedikit. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan bahwa pendidikan kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam mencegah dan
5 merawat pneumonia atau diare. Penelitian Joseph & Naregal (2012) bahwa pendidikan kesehatan secara efektif dapat meningkatkan pengetahuan dan ibu dalam mencegah dan merawat balita diare. Skor pengetahuan dan sikap meningkat saat dilakukan post test setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Selanjutnya Rahim (2013) bahwa pengetahuan dan sikap ibu berhubungan dengan perilaku pencegahan terhadap pneumonia. Apabila pengetahuan ibu balita sudah baik tentang pencegahan pneumonia maka perilaku pencegahan akan terlaksana dengan baik. Setiap orang yang belajar pasti menggunakan indra yang dimilikinya, semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar maka semakin banyak informasi yang bisa diserap (Notoadmodjo, 2007). Belajar dengan menggunakan indra penglihatan (visual), maka pengetahuan akan diperoleh sebesar 75%. Sehingga diperlukan media yang sesuai, agar informasi yang diberikan mencapai sasaran. Menurut kerucut Dale yang disebut dengan Cone of learning Dale, setelah dua minggu pengalaman belajar dengan mendengar, seseorang dapat menyerap informasi dan akan tersimpan di dalam memori sebanyak 20%, dengan membaca memori akan tersimpan sebanyak 10% (Dale cit Arsyad, 2006). Booklet merupakan media edukasi atau alat peraga sederhana yang mudah dibuat sendiri, memiliki bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat luas, berisi gambar-gambar yang sesuai untuk menstimulus sehingga mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat (Machfoedz dan Suryani, 2005; Adawiyani, 2013). Media ini dipilih oleh peneliti karena mampu memuat banyak informasi dan
6 efektif meningkatkan pengetahuan. Sulisnadewi, dkk (2011) didapatkan bahwa ibuibu yang memiliki balita diare umur 0-59 bulan yang diberikan pendidikan kesehatan dengan media booklet, memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang baik sehingga memiliki peluang untuk mampu melakukan perawatan anak dengan diare daripada ibu-ibu yang tidak diberi pendidikan kesehatan. Selanjutnya Mintarsih (2007) membuktikan bahwa media booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja dibandingkan dengan media poster. Hasil studi pendahuluan yang sudah dilakukan pada bulan Januari 2016 di Puskesmas Sentolo 1, didapatkan jumlah penderita diare selama tahun 2015 (Januari-Agustus) sebanyak 585 kasus untuk semua golongan umur. Data balita diare sebanyak 106 kasus dan balita dengan pneumonia sebanyak 52 orang. Peneliti melakukan wawancara terhadap 10 orang ibu balita di posyandu. Hanya 40% ibu yang mengetahui tentang pencegahan diare dan 20% ibu mengetahui tentang pneumonia secara umum dan belum tahu tentang pencegahan pneumonia. Ketika ditanya media apa yang mereka inginkan jika diberikan penyuluhan kesehatan, 60% mengatakan ingin diberikan bahan yang bisa dibaca di rumah seperti buku atau brosur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah penambahan media edukasi booklet berpengaruh
7 meningkatkan pengetahuan ibu dalam mencegah diare dan pneumonia secara terpadu di Kulon Progo?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi pengaruh penambahan media edukasi booklet dalam pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan ibu tentang pencegahan terpadu balita dari diare dan pneumonia di Kabupaten Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang paling dominan dan yang kurang dominan pada aspek pencegahan diare dan pneumonia secara terpadu. b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam mencegah diare dan pneumonia secara terpadu sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c. Membandingkan pengetahuan ibu pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan dengan tambahan booklet dengan kelompok yang hanya pendidikan kesehatan dengan ceramah. 1. Bagi Petugas Puskesmas D. Manfaat Penelitian
8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bagian promosi kesehatan di puskesmas untuk memilih media yang tepat dalam upaya promotif dan preventif terhadap penyakit khususnya diare dan pneumonia. 2. Bagi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini sebagai salah satu evidence base practice dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama keperawatan anak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya, terkait dengan intervensi yang lain untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya mencegah dan merawat balita dengan diare atau pneumonia. 4. Bagi Keluarga (Ibu) Penelitian ini dapat digunakan oleh keluarga khususnya ibu untuk menambah informasi dalam mencegah diare dan pneumonia secara terpadu di rumah. Keluarga yang sudah dibekali dengan pendidikan kesehatan diharapkan mampu melakukan pencegahan dan perawatan anak dengan diare dan pneumonia. 5. Bagi Kader Posyandu Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan dan informasi tentang pencegahan diare dan pneumonia. Serta meningkatkan kemampuan kader dalam membagi ilmu (sharing) di kalangan ibu-ibu yang memiliki balita.
9 E. Keaslian Penelitian Hasil penelusuran kepustakaan tentang penelitian terdahulu terkait pendidikan kesehatan terhadap balita yang mengalami diare atau pneumonia, antara lain sebagai berikut: Tabel 1. Keaslian penelitian No Peneliti, Tahun, Judul 1 Srimiyati (2014) dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan wanita premenopause 2 Sulisnadewi, N.L.K., Nurhaeni N., Gayatri D. (2011) yang berjudul Pendidikan kesehatan keluarga efektif meningkatkan kemampuan ibu dalam merawat Metode Hasil Persamaan dan Perbedaan Metode yang Pendidikan Persamaan dengan digunakan kesehatan dengan penelitian yang akan adalah praeksperimental menggunakan dilakukan adalah booklet pada media one grup berpengaruh pendidikan kesehatan pretestposttest secara bermakna berupa booklet. meningkatkan design. pengetahuan dan Perbedaan: pada topic Dengan menurunkan gejala dan metode sampel 100 kecemasan wanita penelitian, metode orang yang premenopause. penelitian yang akan diambil secara dilakukan adalah random quasi eksperimental dengan teknik pre dan post test multistage kontrol design. sample. Sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Metode yang ibu yang diberi Persamaan pada digunakan pendidikan variabel bebas yaitu adalah quasi kesehatan pemberian intervensi eksperimental perawatan diare pendidikan design dengan mempunyai kesehatan. pendekatan peluang lebih rancangan besar untuk Perbedaan pada post test only mampu merawat metode penelitian,, kontrol group anak diare variable terikat hanya design. dibandingkan ibu pengetahuan, setting yang tidak tempat yang akan diberikan dilakukan adalah di
10 anak diare" 3 Joseph T and Naregal Prakash (2012) dengan judul A study to Assess the Effectiveness of Health education on knowledge with reference to prevention and home management of diarrhea among mothers of under five children in selected rural area at Karad Taluka, India. 4 Jena M. (2014) Dengan judul Effectiveness of information booklet on knowledge & practice about prevention of Pneumonia among mothers of under five children 5 Khalili at al. (2013) dengan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi ekperiment dengan pendekatan pre dan post test one group design. Metode yang digunakan adalah preexperimental one grup pre and post test. Pemilihan sampel dengan non probability purposive sampling Metode penelitian cara pendidikan kesehatan. Hasil penelitian yang didapatkan adalah pendidikan kesehatan secara signifikan dan efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan anak diare di rumah. Sebanyak 52% ibu tidak memiliki pengetahuan pencegahan pneumonia. Booklet secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek pencegahan pneumonia pada ibu balita. Tingkat pengetahuan dan posyandu. Persamaan pada pemberian intervensi pendidikan kesehatan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode yaitu quasi eksperimental pre dan post test kontrol design., variable terikat, dan topic Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada intervensi tentang edukasi dengan booklet, pemilihan sampling dengan purposive sampling Perbedaannya adalah pada variable terikat yaitu variable pengetahuan dan pada metode yaitu quasi eksperimental pre dan post test control design.. Persamaanya pada variable terikat yaitu
11 judul Maternal knowledge and regarding childhood diarrhea and diet in Zahedan, Iran. yang digunakan adalah cross sectional study. Sample yang digunakan sebanyak 300 orang ibu balita yang dirawat di pelayanan kesehatan karena diare. ketrampilan ibu tentang diare dan diet mayoritas pada kategori sedang sebanyak 64.3% dan 56%. Tingkat pendidikan yang tinggi dan ibu yang bekerja memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik (P<0.001). pengetahuan ibu tentang pencegahan diare. Perbedaan pada metode yaitu quasi eksperimental pre dan post test kontrol design., Intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare dan pneumonia.