BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. balita di dunia sebanyak 43 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016d). Di
|
|
- Yulia Ida Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan angka kematian balita di dunia sebanyak 43 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016d). Di Indonesia, angka kematian balita sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi tertinggi kedua angka kematian balita di Indonesia yaitu sebanyak 30 per 1000 kematian balita (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013). Target ke empat dari Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia adalah menurunkan dua per tiga kematian balita antara tahun 1990 sampai 2015 dari 97 menjai 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Namun pada satu tahun belakangan penurunan kematian balita terhenti. Jika tren ini berlanjut, maka Indonesia belum dapat mencapai tujuan MDGs tersebut (Kementerian Kesehatan RI, 2010; Unicef, 2013). Era MDGs telah berakhir pada tahun 2015 dan dimulainya era Sustainable Development Goals (SDGs). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Konferensi United Nation tahun 2012 menyepakati adanya Sustainable Development Goals setelah tahun 2015 sebagai petunjuk arah pengembangan pembangunan di dunia. Terdapat 17 tujuan yang dicanangkan pada era SDGs tersebut, satu diantaranya adalah tujuan ke tiga yaitu menjamin hidup sehat dan meningkatkan kesejahteraan semua kategori usia. Target spesifik tujuan ke tiga tersebut salah satunya adalah 1
2 2 pada akhir tahun 2030 mencegah kematian bayi baru lahir dan anak di bawah lima tahun (Osborn, 2015). Menurut WHO (2008) enam penyebab kematian anak kurang dari lima tahun di dunia yaitu pneumonia (19%), diare (18%), malaria (8%), pneumonia neonatus atau sepsis (10%), kelahiran preterm (10%), dan asfiksia (8%) (Black et al., 2010). Menurut WHO (2016) penyebab utama kematian anak di bawah lima tahun adalah pneumonia (14%), diare (14%), infeksi lain (9%), malaria (8%), dan noncomunicable disease (4%) (WHO, 2016b). Angka kejadian pneumonia sudah mengalami penurunan namun masih menjadi penyebab kematian balita tertinggi. Gambar 1. Penyebab kematian anak dibawah lima tahun Sumber :WHO (2016c)
3 3 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lima kabupaten dengan prevalensi pneumonia tertinggi di Kabupaten Bantul yaitu penderita (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013). Pneumonia termasuk dalam sepuluh penyebab kematian balita di Kabupaten Bantul sendiri. Penyebaran pneumonia di Kabupaten Bantul pada tahun 2015 terdapat di seluruh puskesmas. Jumlah kasus pneumonia di Kabupaten Bantul sebanyak 1034 dan telah ditangani (100%) sesuai tatalaksana penanganan pneumonia balita pada tahun 2015 (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2016). Pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian balita. Salah satu cara menurunkan angka kematian balita dengan cara menurunkan kejadian pneumonia pada balita (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pneumonia merupakan suatu radang pada paru karena adanya bakteri yang ditandai dengan panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat dengan frekuensi lebih dari 50 kali permenit, kesulitan bernapas, dan diikuti dengan sakit pada kepala, berkurang keinginan untuk makan, dan gelisah (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Adanya bakteri Pneumococcus, Staphylococcus, Streptococcus, dan virus adalah penyebab penyakit pneumonia. Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita di Indonesia dari tahun mengalami peningkatan dari 26,26% menjadi 29,47% (Kementerian Kesehatan RI, 2015b). Period prevalence pneumonia paling banyak terjadi pada rentang usia 1-4 tahun dan paling sering terjadi pada usia bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Suatu cara yang dapat digunakan untuk menangani penyakit ini adalah
4 4 dengan meningkatkan penemuan kejadian pneumonia pada balita (Kementerian Kesehatan RI, 2015b). Suatu strategi pendekatan perlu dilakukan untuk memanajemen pneumonia sehingga dapat mengurangi angka kematian yang terjadi pada anak usia 0-59 bulan (Khayati FN et al, 2015). Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melaksanakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terintegrasi yang digunakan untuk penatalaksanaan anak balita sakit mulai dari usia 0 bulan sampai 59 bulan secara keseluruhan. Salah satu tujuan pelaksanaan MTBS adalah menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita. Puskesmas dapat dikatakan telah menggunakan pendekatan MTBS jika telah melakukan minimal 60% dari banyaknya balita sakit yang datang dan ditangani menggunakan MTBS di puskesmas tersebut (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011). Balita yang ditangani dengan menggunakan MTBS akan mendapatkan klasifikasi yang berbeda. Anak datang dengan keluhan batuk akan ditangani dengan tiga klasifikasi pengobatan, yaitu batuk bukan pneumonia, pneumonia, dan pneumonia berat (Kementerian Kesehatan RI, 2015a). Klasifikasi tersebut berdasarkan temuan pengkajian yang dilakukan oleh petugas. Penanganan batuk pada anak dengan metode MTBS diperlukan peran dari berbagai pihak salah satunya adalah orang tua. Orang tua merupakan pengasuh utama bagi balita. Ibu merupakan penanggung jawab utama dalam pengasuhan anak. Ibu mempunyai peran sangat penting dalam menjaga kesehatan anak.
5 5 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ramezani et al, (2015) menunjukkan hasil bahwa perilaku ibu tentang perawatan yang tepat untuk anak dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas anak pneumonia secara signifikan. Faktor yang cukup penting untuk menentukan keefektifan suatu sistem pengobatan adalah kepatuhan (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kepatuhan adalah suatu sifat patuh atau ketaatan. Kepatuhan berpengaruh terhadap keteraturan dalam melakukan kunjungan ulang pengobatan pneumonia pada anak (Mulyana, 2012). Kepatuhan terhadap terapi merupakan penentu keberhasilan suatu pengobatan penyakit (Dirjen Bina Farmasi, 2005; WHO, 2016a). Menurut teori Green (1980) kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah sikap. Sikap merupakan faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku (Maulana, 2007). Kepatuhan orang tua merupakan salah satu bentuk dari perilaku. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan tindak lanjut pengobatan anak adalah sikap ibu (Mulyana, 2012). Menurut teori Bloom (1956) perilaku terbagi menjadi tiga domain yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sikap merupakan bagian dari domain afektif (Utari, 2011). Salah satu faktor terpenting bagi terbentuknya perilaku adalah sikap. Sikap individu memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana perilaku seseorang di lingkungan (Azwar, 2015). Sikap merupakan kecenderungan untuk memberikan respon secara kognitif, afektif, dan perilaku yang diarahkan kepada suatu objek, pribadi, tempat dan ide dalam cara favourable (setuju) dan unfavourable (tidak setuju) (Azwar, 2015). Sikap memiliki
6 6 kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sikap memiliki hubungan yang erat dengan perilaku nyata (Hanurawan, 2013). Perilaku ini berperan dalam menentukan kepatuhan dalam melaksanakan tanggung jawab ibu. Rendahnya penanganan penderita pneumonia balita salah satunya disebabkan oleh kepatuhan pengasuh atau ibu dalam memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan yang belum maksimal sehingga banyak kasus penumonia balita tidak tertangani dengan baik. Keberhasilan penyembuhan anak dipengaruhi bagaimana orang tua bersikap terhadap sakit anaknya. Menurut teori Green (1987) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu predisposing factors (pengetahuan, sikap, keyakinan, tradisi dan nilai), enabling factors (ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas) dan reinforcing factors (sikap dan peilaku petugas, peraturan UU dan sebagainya), namun penelitian tentang sikap masih kurang. Seperti yang didapatkan dari hasil penelitian Mulyana, (2006), bahwa sikap ibu balita dapat berpengaruh pada kepatuhan follow up. Penelitian mengenai sikap juga telah dilakukan oleh Pradana, (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan kunjungan ulang pneumonia di Puskesmas Grobogan Semarang. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Octaviani, (2015) juga menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan antara sikap dan dukungan keluarga dengan perilaku ibu. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan follow up penderita pneumonia balita (Astuti & Koesyanto, 2011). Sebagian diantara hasil-hasil penelitian memperlihatkan adanya indikasi hubungan yang kuat antara sikap dan
7 7 perilaku (review Wicker, dalam Baron & Byrne, 1991; Brannon et al, 1973 dan DeFleur & Westie, 1958 dalam Allen, Guy, & Edgley, 1980 cit Azwar, 2015) dan sebagian lain menunjukkan bukti betapa lemahnya hubungan antara sikap dengan perilaku (antara lain LaPiere, 1934; Greenwald, 1989 dalam Baron & Byrne, 1991 cit Azwar, 2015). Adanya perbedaan hasil pada penelitian tersebut serta angka kejadian pneumonia di Kabupaten Bantul masih tinggi maka membuat peneliti tertarik untuk meneliti terkait hubungan sikap ibu terhadap kepatuhan dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kabupaten Bantul. B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan sikap ibu terhadap kepatuhan dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap kepatuhan dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden
8 8 b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul c. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan ibu dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan dan pengetahuan mengenai sikap ibu terhadap kepatuhan dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul. b. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi telaah pustaka, bahan bacaan, dan masukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang program MTBS. c. Memberikan tambahan informasi pengetahuan berdasar hasil penelitian yang diaplikasikan dalam pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan dan kepada para akademisi dan praktisi dalam bidang kesehatan anak. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi peningkatan pemberdayaan keluarga, terutama ibu untuk meningkatkan kesehatan anak khususnya bersikap dalam tatalaksana anak sakit sesuai dengan klasifikasi secara patuh, benar dan tepat.
9 9 b. Bagi pelaksana dan pengelola program P2ISPA sebagai bahan informasi dalam membuat kebijakan penanggulangan kasus pneumonia pada balita. c. Menambah kemampuan orangtua dalam merawat anaknya yang sakit klasifikasi pneumonia. d. Mengevaluasi pengaruh pelaksanaan MTBS terutama untuk anak sakit pneumonia di puskesmas. 3. Manfaat Bagi Peneliti Merupakan pengalaman yang sangat berharga dandapat menambah pengetahuan dalam bidang penelitian tentang penyakit pneumonia dan MTBS. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Hubungan Sikap Ibu terhadap Kepatuhan dalam Tatalaksana Anak Sakit Pneumonia Berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul belum ada yang meneliti. Penelitian yang sudah dilakukan yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Keaslian Penelitian 1 Penulis Mulyana (2006) Judul Faktor-faktor Ibu Balita yang Berhubungan dengan Kepatuhan Follow Up Penderita Pneumonia Balita Di Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat Metode Penelitian analitik dengan metode survey atau observasional menggunakan desain cross sectional Hasil Hasil penelitian diuji dengan menggunakan chi square untuk mengetahui hubungan masing-masing faktor terhadap kepatuhan ibu. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan follow up adalah pengetahuan ibu dan sikap ibu. Persamaan Persamaan dengan menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional Perbedaan Terdapat perbedaan dari variabel penelitian
10 10 Tabel 1. Lanjutan 2 Penulis Pradana (2015) Judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Kunjungan Ulang Ibu Balita Pneumonia Usia 2 Bulan 5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, dilengkapi dengan kajian kualitatif Hasil Hasil penelitian ini adalah faktor pengetahuan, sikap ibu, motivasi ibu, biaya pengobatan, dukungan keluarga, dan peran petugas kesehatan memiliki hubungan dengan kepatuhan kunjungan ulang pneumonia Persamaan Persamaan dengan menggunakan rancangan cross sectional Perbedaan Perbedaan terdapat pada variabel dan jenis penelitian. 3 Penulis Kumala (2014) Judul CBIA-Diare untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Dalam Tatalaksana Diare Pada Balita Di Bina Keluarga Balita (BKB) Desa Banguntapan Kabupaten Bantul Metode Jenis penelitian ini menggunakan kuasi eksperimental dengan rancangan pre test post test control group design. Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengalami peningkatan seetelah dilakukan intervensi dengan menggunakan metode CBIA-Diare. Pengembangan CBIA-Diare terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam tatalaksana diare pada balita. Persamaan Persamaan dengan penelitian ini adalah kesamaan lokasi penelitian di wilayah Bantul. Perbedaan Perbedaan terdapat pada variabel yang diteliti dan jenis serta rancangan penelitian. 4. Penulis Octaviani (2015) Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan 5 Penulis Nurdin (2015) Judul Metode Hasil Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Ibu dalam Penanganan ISPA pada Balita di Desa Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Penelitian ini merupakan studi korelatif menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara sikap dan dukungan keluarga dengan perilaku ibu. Persamaan terdapat pada rancangan penelitian dan lokasi penelitian yaitu di Bantul. Perbedaan pada variabel dan jenis penelitian Keefektifan Ceramah Dan Focus Group Discussion Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pneumonia Pada Balita Penelitian ini merpuakan penelitian quasi experimental dengan non equivalent control group design menggunakan pre-test dan post-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan pada kedua grup, yaitu yang diberikan ceramah dan focus group discussion. Metode FGD lebih efektif daripada
11 11 Tabel 1. Lanjutan metode ceramah. Persamaan Persamaan dalam penelitian ini adalah subjek yang sama yaitu ibu balita. Perbedaan Perbedaan terdapat pada variabel dan jenis dan rancangan penelitian 6 Penulis Keter (2015) Judul Knowledge, attitudes and Practice of Mothers In Relation to Childhood Pneumonia and Factors Associated With Pneumonia and seeking health care in kapsabet district hospital in nandi caountry, kenya Metode Jenis penelitian ini dengan menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari rumah sakit yang diambil secara cross sectional dan ditambahkan dengan data kualitatif melalui fokus grup diskusi dan wawancara kepada key informant Hasil Penundaan pencarian pengobatan terjadi karena ada beberapa faktor seperti akses terhadap fasilitas kesehatan, ketidaktahuan yaitu beberapa ibu menganggap sakit itu wajar terjadi dan menganggap tidak serius. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan di mana ibu menghentikan pengobatan jika anak sudah merasa baik. Sikap yang negatif ini mungkin menjadi penyebab tidak efektifnya pengobatan anak sakit pneumonia Persamaan Persamaan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian dan variabel sikap yang diteliti Perbedaan Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel pengetahuan dan praktik serta jenis dan rancangan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kematian balita di seluruh negara pada tahun 2011 mencapai 6,9 juta jiwa, tercatat 1.900 kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita setiap jam dan 80% kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang mengenai saluran pernapasan. Istilah ini diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi dan anak biasanya rentan terhadap penyakit infeksi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang angka kematian bayi dan anak masih tinggi, hampir 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima tahun. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program MDGs yang ke empat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat. Bayi baru lahir dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak harus menjadi perhatian utama seluruh masyarakat. Bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular penyebab kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus (HIV). Menurut survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa Indonesia yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit. jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan (Ontoseno, 2005). Prevalensi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan proses dinamis, dimulai dari anak bergantung pada pengasuh (caregiver) atau orang tua dalam semua aspek fungsional selama masa bayi, lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia dan ciptaan yang tak ternilai harganya. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang kemudian dianugerahkan kepada kedua orangtuanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Microbacterium tuberculosis (WHO, 2012).Bakteri ini menyebar melalui droplet
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan bakteri Microbacterium tuberculosis (WHO, 2012).Bakteri ini menyebar melalui droplet pernapasan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah tertular, penularan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dengan frekuensi lebih dari tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi
Lebih terperinciNurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat terlihat di dalam rumusan Millennium Development Goals (MDGs) goal pertama
Lebih terperinciJURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2013 belum dapat memenuhi target Millenium Depelopment Goals (MDGs) 2015. Dimana angka kematian bayi (AKB) di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian Ibu (AKI) menjadi indikator penting untuk menilai derajat kesehatan suatu negara, tercatat dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, status gizi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru. Hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit
Lebih terperinciFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERILAKU PADA PETUGAS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DENGAN CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA DI PUSKESMAS KABUPATEN KEBUMEN Patria Silviana *), Retno Hestiningsih **),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciBAB I. A. Latar belakang. Hal ini dikarenakan angka kematian akibat TB masih tinggi, dimana angka
BAB I A. Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi perhatian dunia. Hal ini dikarenakan angka kematian akibat TB masih tinggi, dimana angka tertinggi terjadi di negara berkembang
Lebih terperinci1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional bertujuan menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian masyarakat Indonesia agar dapat hidup sejahtera lahir batin dan berkualitas. Salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciBAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).
BAB 1 :PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,
Lebih terperinciserangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Jumlah kematian ibu di negara berkembang dan tertinggal tergolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat, cerdas dan produktif. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi,
Lebih terperinciManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 1 LATAR BELAKANG Setiap tahun, lebih dari 10 juta anak di dunia meninggal sebelum Latar mencapai Belakang usia 5 tahun Lebih dari setengahnya akibat dari 5 Latar Belakang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: WAHYU PURNOMO J 220 050 027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang sering menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan malaria. Secara global, diare dan pneumonia menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Lebih terperinciFaktor-Faktor Ibu Balita Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Penderita Pnemonia Balita Di Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat
Faktor-Faktor Ibu Balita Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Balita Di Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat Agus Mulyana *), Priyadi Nugraha **), M. Sakundarno Adi ***). *) Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebesar 14% (WHO, 2013). Pada tahun 2011, dilaporkan 1,3 juta anak meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian pada balita paling besar disebabkan oleh pneumonia yaitu sebesar 14% (WHO, 2013). Pada tahun 2011, dilaporkan 1,3 juta anak meninggal karena penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita masih tinggi. Angka Kematian Bayi dan Balita yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan yang ibu peroleh dapat menentukan peran sakit maupun peran sehat bagi anaknya. Banyak ibu yang belum mengerti serta memahami tentang kesehatan anaknya, termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat derajat kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah. Pada penentuan derajat kesehatan terdapat
Lebih terperinciF. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu hamil adalah masalah kesehatan yang harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan, karena menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU Tumiur Sormin*, Yuliati Amperaningsih* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan masa yang sangat sensitif dalam kehidupan wanita, yaitu rentan terhadap timbulnya gangguan secara fisik dan mental. Perawatan kesehatan ibu selama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kematian balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi Gorontalo jumlah balita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) telah menjadi tujuan millenium selama 15 tahun. MDGs berakhir pada tahun 2015. Selanjutnya MDG dilanjutkan dengan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pneumonia merupakan penyakit yang mendominasi penyebab kematian pada balita di seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang sangat penting (Riskesdas, 2013). Pada masa ini, anak juga mengalami periode kritis. Berbagai bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan seorang guru atau pusat informasi kesehatan yang tidak memandang lingkungan tempat ia berada. Peran perawat adalah seseorang yang mampu memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari
Lebih terperinciMuhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT
HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG PERAN SERTA TENAGA KESEHATAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA IBU BALITA USIA 0 5 TAHUN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG THE CORRELATION BETWEEN MOTHER S PERCEPTIONS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) dan Center Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus meningkat. Data pasien hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator angka kematian yang berhubungan dengan bayi baru lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia yang mempengaruhi tingginya angka mortalitas dan morbiditas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
Lebih terperinci