BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

E-Jurnal EP Unud, 5 [7] : ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negaraakan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dimana masyarakatnya sentosa dan makmur serta berkecukupan, baik dalam

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia menjadi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan potensi yang ada dalam memajukan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya dilukiskan sebagai rendahnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Menurut Nugroho (2004) kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah, dan serba kekurangan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal hidup layak, seperti sandang, pangan, papan, pelayanan pendidikan, kesehatan, pelayanan air bersih, dan sanitasi. Kemiskinan tidak hanya berkenaan dengan tingkat pendapatan tetapi juga dari aspek sosial, lingkungan bahkan keberdayaan dan tingkat partisipasi (Yacoub, 2012). Menurut Chambers (dalam Nanga, 2006) kemiskinan adalah masalah ketidakberdayaan, keterisolasian, kerentanan, dan kelemahan fisik, dimana satu sama lain saling terkait dan mempengaruhi. Komite Penanggulangan Kemiskinan (2005) menegaskan bahwa mendefinisikan kemiskinan pentingnya dari pendekatan hak. Kemiskinan dipandang sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Menurut Yacoub (2012) kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang sangat mendasar, karena kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan 1

yang paling mendasar dalam kehidupan, tetapi kemiskinan juga merupakan suatu permasalahan yang global, karena kemiskinan masalah yang dihadapi oleh banyak negara. Kemiskinan adalah problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban, sehingga semua orang sepakat bahwa tingkat kemiskinan ataupun jumlah penduduk miskin harus mengalami penurunan disetiap tahunnya didukung dengan membaiknya faktor-faktor penyebab kemiskinan. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain pengangguran, pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan masyarakat, konsumsi, lokasi, dan lingkungan. Menurut Wibowo (2003), masalah aksesibilitas (tingkat kemudahan untuk diakses) merupakan inti dari masalah kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadi lingkaran setan disebabkan oleh permasalahan aksesibilitas. Kemiskinan juga menghambat akses pemenuhan pendidikan dan kesehatan yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya mutu sumber daya manusia. Menurut Mankiw (2008) pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat dilihat dari pendidikan yang berkualitas dan masyarakat yang sehat. Pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu faktor kemiskinan yang sangat berkaitan. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, sedangkan pendidikan adalah hal pokok untuk mencapai kehidupan yang layak (Todaro, 2006:28). Sumber daya manusia yang berkualitas adalah aset yang paling berharga dan penting bagi setiap aspek kehidupan masyarakat. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah 2

manusia yang mempunyai kualitas intelektual, moral, watak, akhlak, dan fisik yang prima (Mahsunah dan Dhiah, 2013). Dilihat dari segi tingkat pendidikan, pendidikan yang rendah dianggap sebagai penyebab terjadinya masalah kemiskinan. Pendidikan sangat penting untuk menjadikan masa depan yang lebih baik. Seseorang yang mendapat pendidikan lebih tinggi biasanya memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang lebih tinggi, dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Bureau of Labor Statistics, 2013). Oleh sebab itu pendidikan harus diberikan dari usia dini, baik berupa pendidikan formal ataupun informal. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula keahlian dan kemampuan yang dimiliki sehingga tingkat produktivitas akan mengarah ke arah yang lebih baik dan dapat menurunkan tingkat kemiskinan (Permana dan Fitrie, 2012). Kemiskinan dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat besar karena pendidikan memberikan keahlian dan kemampuan untuk berkembang lewat ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan artinya menggapai masa depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa (Suryawati, 2005). Menurut penelitian Awan dan Muhammad (2011) menyebutkan bahwa pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Kemudian menurut penelitian Suputra dan Martini (2015) juga menyebutkan bahwa tingkat 3

pendidikan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang bermutu sesuai dengan kebutuhan jaman dilihat dari meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan akan mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerja seseorang. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas tinggi mampu memperoleh kesejahteraan yang lebih baik (Sitepu, 2010). Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Menurut Williamson (2001) kemiskinan merupakan suatu fenomena yang kompleks dan sudah berakar pada berbagai sektor dan kondisi. Bahkan, sudah memasuki sektor kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan. Kesehatan yang buruk tidak akan menghasilkan pekerjaan dengan efektif, dan apabila tidak efektif dalam bekerja maka produktivitasnya juga rendah. Kerendahan produktivitas ini akan menghasilkan penghasilan yang rendah juga. Penghasilan yang rendah akan membuat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga akan terjebak di dalam kemiskinan. Sitepu dan Bonar (2007) menyatakan bahwa kesehatan memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hal serupa juga disampaikan oleh Wahyudi dan Tri (2013) bahwa, kesehatan memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. 4

Hasil penelitian tersebut menandakan bahwa kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam penurunan tingkat kemiskinan. Dengan tingkat kesehatan yang tinggi maka sumber daya manusia yang berkualitas akan tercipta sehingga kemampuan dalam mengakses lapangan kerja dan peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja akan terbuka lebar. Selain sumber daya manusia yang tidak berkualitas, kemiskinan juga dapat timbul karena rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses lapangan kerja dan peluang yang sedikit untuk mendapatkan kesempatan kerja. Menurut Djojohadikusumo dalam (Riardy, 2013) kesempatan kerja merupakan banyaknya dari penduduk yang telah memasuki usia kerja dan telah masuk kedalam angkatan kerja. Bagi masyarakat miskin, pemenuhan hak dasar atas pekerja yang layak ditentukan dari ketersediaan lapangan kerja yang dapat diakses, kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha, serta melindungi pekerja dari eksploitasi dan ketidakpastian kerja. Upaya perluasan kesempatan kerja dilakukan untuk menciptakan lapangan kerja sehingga tingkat kemiskinan akan menurun. Dalam penelitiannya, Sulistiawati (2012) mengatakan bahwa penyerapan tenaga kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa pengaruh penyerapan tenaga kerja berjalan searah terhadap kesejahteraan masyarakat, artinya apabila penyerapan tenaga kerja meningkat, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat artinya penurunan tingkat kemiskinan. Dengan demikian penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan yang negatif 5

terhadap tingkat kemiskinan, karena apabila penyerapan tenaga kerja meningkat, maka tingkat kemiskinan akan menurun. Dalam penelitian yang sejenis, Aimon (2012) juga mengatakan bahwa kesempatan kerja memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sektor pertanian merupakan sektor utama yang banyak menyerap tenaga kerja. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang tinggi, sektor pertanian tidak lagi menjadi sektor utama yang banyak menyerap tenaga kerja. Sejalan dengan hal tersebut maka peran sektor industri (sektor nonpertanian) semakin penting. Industrialisasi merupakan suatu jalur kegiatan untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Industrialisasi merupakan proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, dan spesialisasi dalam produksi dan perdagangan antardaerah yang nantinya akan menghasilkan peningkatan pendapatan perkapita (Tambunan, 2001). Industrialisasi mulai dicanangkan dari waktu ke waktu dengan tujuan dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Penelitian sebelumnya mengenai pertumbuhan sektor utama (sektor perdagangan, hotel, dan restoran) atau sektor non-pertanian terhadap tingkat kemiskinan oleh Ayomi (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Kemudian penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiastuti (2013) menyebutkan bahwa sektor pariwisata atau sektor non-pertanian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Semakin 6

berkembangnya sektor pariwisata maka akan memberikan dampak yang baik terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, kemiskinan merupakan masalah krusial yang harus segera diatasi. Tingginya tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia menyebabkan kemiskinan masih menjadi perhatian yang serius. Berbagai program telah dilakukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan ataupun jumlah penduduk miskin, namun angka kemiskinan tidak turun secara signifikan. Untuk melihat perkembangan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Indonesia selama tahun 2007 hingga 2013 akan dijabarkan pada Gambar 1.1. Berikut merupakan gambaran perkembangan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 2007-2013. Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2007-2013 70 60 57,18 50 40 30 20 10 37,16 34,96 32,53 31,02 29,89 28,55 23,32 16,58 15,42 14,15 13,33 12,36 11,47 Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%) 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: www.simreg.bappenas.go.id (diakses 30 Januari 2016) 7

Berdasarkan Gambar 1.1. jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2007 hingga 2011 mengalami penurunan secara signifikan. Pada Gambar 1.1. terlihat jumlah penduduk miskin terus menurun dari 37,16 ribu jiwa pada tahun 2007 menjadi 29,89 ribu jiwa pada tahun 2011. Hal serupa juga terlihat pada persentase penduduk miskin untuk tahun 2007 hingga 2011. Pada tahun 2007 persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 16,58 persen dan menurun menjadi 12,36 persen pada tahun 2011. Namun, pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat secara drastis, yakni sebesar 27,29 ribu jiwa dari tahun 2011 hingga menjadi 57,18 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin juga mengalami peningkatan secara drastis pada tahun 2012, yakni sebesar 10,96 persen dari tahun 2011 hingga menjadi 23,32 persen. Peningkatan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga peluang masyarakat untuk mendapatkan kesempatan kerja sangat kecil kemudian menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Indonesia kembali mengalami penurunan sebesar 28,63 ribu jiwa untuk jumlah penduduk miskin sehingga jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 menjadi 28,55 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 11,85 persen, sehingga persentase penduduk miskin menjadi sebesar 11,85 pada tahun 2013. 8

Meskipun data menunjukkan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan, tetapi hal tersebut belum memenuhi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 yaitu 8,2 persen pada tahun 2009, sedangkan kenyataan berdasarkan data yang diperoleh tingkat kemiskinan pada tahun 2009 masih sebesar 14,15 persen. Indonesia menghadapi tantangan triple track problems yaitu penurunan tingkat kemiskinan, kerentanan kemiskinan yang tinggi, dan peningkatan kesenjangan pendapatan (Tim Komite Ekonomi Nasional, 2014). Jumlah penduduk miskin di Indonesia memang berada dalam tren menurun. Namun, secara absolut jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan mencapai 57,18 ribu jiwa pada tahun 2012. Provinsi Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia juga tidak lepas dari persoalan kemiskinan. Gambaran tentang jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali selama tahun 2007-2013 menunjukkan kecenderungan naik-turun, yaitu dari 229,1 ribu jiwa pada tahun 2007 menjadi 182,8 ribu jiwa pada tahun 2013. Sejalan dengan kecenderungan naik-turun jumlah penduduk miskin yang digambarkan di atas, persentase penduduk miskin juga menunjukkan adanya penurunan dari 6,63 persen pada tahun 2007 menjadi 4,49 persen pada tahun 2013 (BPS Provinsi Bali, 2014). Ketidakstabilan angka jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin tersebut disebabkan karena adanya ketimpangan pendapatan, pembangunan yang tidak merata, dan tidak adanya akses untuk menuju kepada sumber-sumber daya ekonomi. 9

Untuk melihat perkembangan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bali selama tahun 2007 hingga 2013 akan dijabarkan pada Tabel 1.1. Berikut merupakan tabel perkembangan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2007-2013. Tabel 1.1: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali Tahun 2007-2013 Kabupaten Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin (000) (%) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jembrana 25,0 20,4 17,6 21,3 17,6 15,3 14,9 9,92 7,97 6,80 8,11 6,56 5,74 5,56 Tabanan 30,2 28,5 20,8 29,3 24,2 21,0 22,5 7,46 6,92 4,99 6,96 5,62 4,90 5,21 Badung 17,4 13,7 14,0 17,7 14,6 12,5 14,5 4,28 3,28 3,28 3,23 2,62 2,16 2,46 Gianyar 25,8 28,9 25,5 31,5 26,0 22,6 20,8 5,98 6,61 5,76 6,68 5,40 4,69 4,27 Klungkung 15,0 11,7 8,8 12,9 10,7 9,3 12,2 9,14 7,03 5,23 7,58 6,10 5,37 7,01 Bangli 15,9 13,3 11,4 13,8 11,4 9,9 12,0 7,48 6,12 5,18 6,41 5,16 4,52 5,45 Karangasem 34,1 29,5 24,7 31,6 26,1 22,7 27,8 8,95 7,67 6,37 7,95 6,43 5,63 6,88 Buleleng 53,4 46,6 37,7 45,9 37,9 33,0 40,3 8,68 7,45 5,95 7,35 5,93 5,19 6,31 Denpasar 12,3 13,1 13,3 17,5 14,5 12,7 17,6 2,10 2,19 2,20 2,21 1,79 1,52 2,07 B A L I 229,1 205,7 173,6 221,6 183,1 158,9 182,8 6,63 5,85 4,88 5,67 4,59 3,95 4,49 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014 (sudah digabung) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk miskin paling banyak dijumpai pada Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 53,4 ribu jiwa, disusul oleh Kabupaten Karangasem di tempat kedua sebesar 34,1 ribu jiwa pada tahun 2007. Sebaliknya, jumlah penduduk miskin yang paling sedikit adalah Denpasar yaitu sebesar 12,3 ribu jiwa. Selanjutnya, jika diperhatikan tahun 2013 jelas terlihat bahwa jumlah penduduk miskin terbanyak masih dijumpai pada Kabupaten Buleleng yang mencapai 40,3 ribu jiwa. Posisi kedua juga masih diduduki oleh Kabupaten Karangasem dengan jumlah penduduk miskin sebesar 27,8 ribu jiwa. Tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem disebabkan karena kurangnya sumber daya 10

manusia yang berkualitas sehingga rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses lapangan kerja. Pembangunan perekonomian yang tidak merata sampai ke Bali Utara dan Bali Timur juga turut menjadi faktor tingginya angka kemiskinan tersebut. Sementara itu kabupaten yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit juga mengalami pergeseran, bukan lagi Denpasar melainkan Kabupaten Bangli yang jumlahnya sebesar 12,0 ribu jiwa. Banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan di Denpasar menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin di Denpasar. Selain itu, apabila diperhatikan persentasenya, pada tahun 2007 kabupaten yang memiliki persentase penduduk miskin tertinggi adalah Kabupaten Jembrana yang mencapai 9,92 persen, sedangkan yang terendah dijumpai di Denpasar yaitu sebesar 2,10 persen. Jika diperhatikan keadaan pada tahun 2013 tampaknya persentase penduduk miskin tertinggi tidak lagi dijumpai di Kabupaten Jembrana melainkan pada Kabupaten Klungkung yaitu sebesar 7,01 persen dan terendah masih dijumpai di Denpasar yaitu sebesar 2,07 persen. Berdasarkan Tabel 1.1 persentase penduduk miskin tidak hanya selalu mengalami kenaikan disetiap tahunnya tetapi juga mengalami penurunan ditahun tertentu. Adanya ketidakmerataan persebaran penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2007 hingga 2013. Hal ini menarik perhatian penulis untuk meneliti dan menganalisis pengaruh peran sektor non-pertanian, kualitas sumber daya manusia, dan kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan teknik analisis 11

jalur untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh peran sektor non-pertanian dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat kemiskinan melalui kesempatan kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha, angka melek huruf, angka harapan hidup, penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, dan tingkat kemiskinan yang terdapat di Provinsi Bali dalam kurun waktu 7 tahun yaitu tahun 2007 hingga tahun 2013. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, mungkinkah permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pengaruh peran sektor non-pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali tahun 2007-2013? 2. Apakah pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali tahun 2007-2013? 3. Apakah pengaruh peran sektor non-pertanian terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun 2007-2013? 4. Apakah pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun 2007-2013? 5. Apakah pengaruh kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun 2007-2013? 12

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh peran sektor non-pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali tahun 2007-2013. 2. Untuk menganalisis pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali tahun 2007-2013. 3. Untuk menganalisis pengaruh peran sektor non-pertanian terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun 2007-2013. 4. Untuk menganalisis pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun 2007-2013. 5. Untuk menganalisis pengaruh kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun 2007-2013. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan mampu mengaplikasikan teori-teori ekonomi pembangunan mengenai pengaruh peran sektor non-pertanian, kualitas sumber daya manusia, dan kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali yang diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi di 13

lingkungan akademis sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan yakni pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah khususnya Pemerintah Daerah di Provinsi Bali dalam pengambilan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan peran sektor non-pertanian, kualitas sumber daya manusia, dan kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta secara terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Penulisan sistematika dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan latar belakang masalah dari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisannya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan landasan teori yang mendukung dan relevan dengan masalah yang akan dibahas yang selanjutnya akan menjadi pedoman dalam pemecahan masalah. Dalam laporan penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya yang terkait 14

digunakan sebagai acuan dalam penelitian, kemudian disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel peran sektor non-pertanian, kualitas sumber daya manusia, kesempatan kerja, dan tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan dari hasil uraian pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini juga akan berisi saran-saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan berkaitan yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. 15