BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

BAB 11 LANDASAN TEORI

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. A. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Pada akad Murabahah di KSPS BMT BUS Cabang Kanjengan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN. A. Profil Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Madani Kota. 1. Sejarah KJKS Madani Kota Pekalongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB V PEMBAHASAN. kegiatan operasional yang berlangsung di kantor Koperasi Simpan Pinjam

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB II TINJAUAN UMUM PEMBIAYAAN BERMASALAH, DENDA, BMT, DAN FATWA DSN

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB IV ANALISIS HASIL PRNELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Persyaratan dalam Mengadakan Akad Murabahah di BMT-UMY

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

EKSEKUSI JAMINAN PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT BIMA KOTA MAGELANG (TELAAH FATWA DSN MUI NO.17/DSN/IX/2000)

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

Marhu>n adalah harta yang ditahan oleh pihak murtahi>n untuk. marhu>n bihi. Jika marhu>n sama jenisnya dengan hak yang menjadi

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membedakan pengelolaan lembaga keuangan Islam (syariah) dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Penyebab Pembiayaan Implan Bermasalah (Pasdu) Di Bank Syariah

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. meminjamkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. 1. hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dijalankan berdasarkan

Wawancara dengan Rudi Rusmanto, Manajer BMT Aulia tanggal 15 Februari. 2 Wawancara dengan Lilik, Marketing tanggal 20 Februari 2016.

BAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BPRS Bangun Drajat Warga

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada ajaran agama terutama dalam bidang keuangan, ini terbukti

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN A. Analisis Penanganan Pembiayaan Bermasalah di KJKS Madani Kota Pekalongan Kegiatan atau aktivitas KJKS Madani adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Salah satu bentuk penyaluran dana yaitu akad pembiayaan, dengan bentuk pembiayan akan memperoleh bagi hasil atau margin. Pembiayaan seperti itu tentunya tidak akan lepas dari permasalahan risiko-risiko yang timbul mulai dari ketidakmauan nasabah membayar hutang, menunda-nunda pembayaran sampai pembiayaan bermasalah. pembiayaan bermasalah merupakan persoalan yang penting dalam menyalurkan pembiayaan, yang mana debitur tidak mampu memenuhi kewajiban membayar angsuran pembiayaan yang telah disepakati pada awal akad pembiayaan. Hal ini akan mengakibatkan perputaran dana dalam pembiayaaan menjadi bermasalah, dalam arti KJKS Madani tidak dapat memaksimalkan penyaluran pembiayaan pada debit maupun investasi lain yang akhirnya akan mengakibatkan rendahnya tingkat likuiditas. Pembiayaan bermasalah di KJKS Madani selalu dilihat dan diukur dari kolektibilitas pembiayaan seperti berikut: 68

69 a. Pembiayaan lancar atau golongan I, dimana kewajiban-kewajiban secara lancar dipenuhi oleh nasabah dan tidak terjadi penunggakan secara berturut-turut 3 bulan. b. Pembiayaan dalam perhatian khusus atau golongan II, dimana nasabah mulai mengalami tunggakan angsuran yang belum melampaui 93 hari. Untuk mengatasi nasabah yang masuk dalam golongan ini KJKS Madani melakukan strategi dengan mendatangi nasabah dan menanyakan hal yang membuat nasabah mengalami keterlambatan dalam pembayaran. c. Pembiayaan kurang lancar atau golongan III, dimana nasabah mengalami permasalahan dalam pembiayaan dan terdapat tunggakan yang belum melampaui 186 hari. d. Pembiayaan diragukan atau golongan IV, dimana nasabah mengalami tunggakan yang belum melampaui 279 hari, terjadi penarikan tabungan yang bersifat permanen dan terjadi wanprestasi. Nasabah yang masuk dalam golongan III dan IV KJKS Madani melakukan strategi dengan memberikan surat resmi angsuran. e. Pembiayaan macet atau golongan V, tingkat ini merupakan tingkat puncak, dimana nasabah sudah dipastikan tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada pihak KJKS Madani Kota Pakalongan, dan tunggakan sudah melampaui 280 hari. Apabila pembiayaan mulai bermasalah, Strategi yang dilakukan untuk menangani pembiayaan bermasalah di KJKS Madani yaitu pada saat tunggakan pertama pada nasabah maka pihak BMT Marhamah melakukan

70 silaturrahim dan menanyakan permasalahannya, tunggakan kedua melakukan tingkat penagihan dan tunggakan ketiga pengeluaran surat resmi angsuran, apabila selanjutnya masih belum bisa mengangsur maka pihak KJKS Maani melakukan dengan cara 3R (Rescheduling, Reconditioning, Restructuring) kepada nasabah yang mengalami kemacetan dalam hal ini yang masuk dalam golongan V. a. Rescheduling (Penjadwalan Kembali) KJKS Madani dalam penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian pembiayaaan yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali pembiayaan atau jangka waktu, baik termasuk besarnya jumlah angsuran maupun tidak. Tindakan rescheduling diberikan pihak KJKS Madani kepada nasabah yang masih menunjukkan itikad baik untuk meunasi kewajibannya. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak nasabah pembiayaan tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bagi hasil dalam jadwal baru yang telah disepakati bersama, sebagai berikut: 1) Jadwal angsuran bulanan diubah menjadi angsuran triwulan sehingga seluruh pelunasan pokok pinjaman menjadi lebih panjang 2) Besarnya angsuran pokok pinjaman diperkecil dengan jangka waktu yang sama sehingga pelunasan pokok pinjaman secara keseluruhan lebih lama,

71 3) Kombinasi perubahan jangka waktu (misalnya dari bulanan menjadi triwulan) dan juga besarnya tiap angsuran pokok (misalnya dari Rp. 500.00,-/ angsuran menjadi Rp. 250.000,-/ angsuran) yang pada akhirnya akan menyebabkan perpanjangan waktu pelunasan pokok pinjaman. b. Reconditioning (Persyaratan Kembali) Upaya penyelamatan pembiayaan yang dilakukan pihak KJKS Madani Kota Pekalongan dengan cara melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat perjanjian pembiayaan, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran atau jangka waktu pembiayaan saja, namun perubahan tersebut tanpa memperhatikan tambahan pembayaran. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha. Nasabah tetap mempunyai kewajiban membayar pokok pinjaman hingga lunas. Tindakan reconditioning dapat dibentuk kepada nasabah yang masih mempunyai itikad baik untuk melunasi kewajibannya. c. Resrtucturing (Penataan Kembali) Upaya penyelamatan yang dilakukan pihak KJKS Madani Kota Pekalongan dengan melakukan penilaian kemampuan nasabah membayar kembali pembiayaan. Dari hasil penelitian penanganan terhadap pembiayaan bermasalah di KJKS Madani Kota Pekalongan dapat disimpulkan bahwa penanganan pembiayaaan bermasalah sudah sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI No 7/DSN/MUI/IX/2000.

72 B. Analisis Pelaksanaan Denda pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS Madani menurut Fatwa MUI No 17/DSN-MUI/IX/2000 Setiap perusahaan tentu menghendaki keberhasilan atas program yang sedang dijalankan. Demikian halnya dengan KJKS Madani Kota Pekalongan, program yang sedang dijalankan oleh KJKS Madani Kota Pekalongan adalah pelaksanaan denda pada pembiayaan bermasalah, di mana pelaksanaan denda dikenakan kepada seluruh nasabah KJKS Madani sebesar 3%. Dalam masyarakat ada kencenderungan malas membayar angsuran, baik mampu maupun tidak mampu. Nasabah mampu terkadang menunda-nunda pembayaran pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, nasabah tidak mampu juga terkadang lalai menundanunda pembayaran, dalam hal ini lembaga keuangan meminta kepada DSN tentang tindakan atau sanksi apakah yang dapat dilakukan terhadap nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran menurut syariat Islam, oleh karena itu, DSN-MUI perlu menetapkan fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran menurut syariat Islam untuk menjadi pedoman bagi lembaga keuangan syariah. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembayaran dan pelunasan hutang pembiayaan maka DSN-MUI mengeluarkan fatwa No. 17 tahun 2000 tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. Fatwanya sebagai berikut:

73 1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja. 2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. 3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. 4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. 6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. Denda yang dikenakan di KJKS Madani Kota Pekalongan menurut bapak Musyafa selaku manager di KJKS Madani Kota Pekalongan mulai dari golongan dalam perhatian khusus sampai golongan diragukan yang mengalami keterlambatan dalam membayar angsuran. denda dikenakan kepada seluruh nasabah. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran akan didenda dan nasabah tidak mampu yang mengalami keterlambatan tanpa ada konfirmasi, pihak KJKS Madani tetap memberikan denda. karena nasabah tersebut dianggap lalai.

74 KJKS Madani tidak akan memberikan sanksi denda kepada nasabah yang mengalami force majeur atau sebelum terlambat membayar angsuran nasabah memberikan konfirmasi terlebih dahulu sebelum jatuh tempo pembayaran, dan mempunyai itikad baik untuk membayar lagi angsuran setelah nasabah tersebut mampu. Nasabah yang terlambat membayar tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu sampai lewat 1 minggu dan tidak mempunyai itikad yang baik maka pihak KJKS Madani akan memberikan sanksi denda, dana yang diperoleh dari hasil denda akan diperuntukkan untuk dana sosial seperti Zakat, Infaq dan shodaqah yang akan disalurkan kepada fakir miskin yang ada disekitar KJKS Madani kota Pekalongan. Faktor yang mendukung pelaksanaan denda, yaitu: 1. Kerjasama yang baik dengan nasabah 2. Trannsparansi perhitungan denda dan kegunaan dana hasil denda. Pelaksanaan denda bertujuan agar nasabah lebih disiplin dan tidak lalai dalam melakukan pembayaran. Ketentuan mengenai sanksi denda yang diterapkan oleh KJKS Madani sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No.17/ DSN-MUI/ IX/ 2000, dimana denda dikenakan kepada nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, nasabah yang terlambat membayar dikarenakan force majeur tidak dikenakan denda.