PENGANEKARAGAMAN PRODUK GULA KELAPA MENJADI GULA SEMUT DENGAN PENGEMASAN SEBAGAI PRODUK PARIWISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI JENANG DAN KRASIKAN MELALUI PENERAPAN MESIN PENGADUK OTOMATIS TERMODIFIKASI DI KARANGLUH KECAMATAN SALAM MAGELANG

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

ALAT PENGADUK ADONAN WINGKO BABAT KAPASITAS 100 KG UNTUK USAHA PEMBUATAN WINGKO BABAT DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

1.Pemberdayaan usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM),termasuk UMKM bidang pangan merupakan upaya strategis sekaligus merupakan barometer perekonomian

IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP JENIS DAN UKURAN KEMASAN PENGAWET NIRA ALAMI INSTAN TANGKIS

PENDAMPINGAN PENERAPAN DIVERSIFIKASI PRODUK GULA KELAPA/MERAH KEMASAN KECIL

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEMASAN BUMBU INSTAN PRODUK LOKAL INTISARI

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

CILACAP SURGANYA GULA KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subsistem yang saling mempengaruhi, mulai dari subsistem hulu, a. Industri pengolahan hasil pertanian;

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

Untuk Daerah Tertinggal

MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH MELALUI OLAHAN MAKANAN BERBASIS SUSU DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri olahan makanan maupun minuman yang sangat

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. santan dan gula kelapa. Dalam bidang pariwisata gudeg menjadi aset yang

DAFTAR PUSTAKA. Alekawa Pencahayaan Ruangan. (10 Februari 2011).

IBM KELOMPOK USAHA PEMBUATAN WINGKO BABAT DI KOTA SEMARANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB XIII PENUTUP Kesimpulan Saran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

Endang Dwi Siswani Sri Atun Sri Handayani Susila K

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan Yogyakarta semakin meningkat setiap tahunnya.

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA BERSAMA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. gula kelapa dan perencanaaan program agroindustri gula kelapa yang

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2009

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI MAKANAN RINGAN LADU DENGAN MENGGUNAKAN INOVASI TEKNOLOGI DI DESA BANJAREJO DUSUN LAJU KECAMATAN NGANTANG

Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas

PEMBUATAN UNIT CETAKAN GULA TUMBU MENJADI GULA BUTIRAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI CINCAU MELALUI PENERAPAN ALAT PEMERAS MEKANIS

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT. IbM JARINGAN USAHA SE-KOTA BATU GRAS (GUYUB RUKUN AGAWE SENTOSO) DI KOTA BATU

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok di Indonesia. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINGKAT HOMOGENITAS,KEKERINGAN PEMAKAIAN MIXER DAN CENTRIFUGE PADA INDUSTRI MAKANAN RINGAN

GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA

DAFTAR PUSTAKA. Agus Tanya Jawab Kepada Pengumpul Gula Merah Di Desa Lehan. Lampung Timur.

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB IV PEMBAHASAN. 2 tahun Gula. 3 tahun Margarin Blue Band. 1 tahun Telur. 10 hari Ragi Instan. 1 tahun Meises. 2 tahun Susu Bubuk

Permasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan Penjaminan Mutu Gula kelapa dan Aren. Kukuh Haryadi, SP L P P S L H

DAFTAR PUSTAKA. Anggrahini, S Bahan Aditif dan Bahan Beracun. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

BAB I PENDAHULUAN. industri kecil perlu ditingkatkan, maka perlu peningkatan sarana-sarana atau

OPTIMALISASI LIMBAH SERBUK KAYU MENJADI BIOETANOL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN MENGGUNAKAN DISTILASI GELOMBANG MIKRO

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LAMA PEMANASAN DAN KONSENTRASI ASAM BENZOAT TERHADAP KUALITAS DAN DAYA SIMPAN NIRA SIWALAN (Borassus flabellifer)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH CAIR DAN NIRA TERHADAP KARAKTERISTIK GULA SEMUT (Palm Sugar)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

ALAMAT RUMAH: Jalan Taman Kini Balu 3 No. 12 RT 07 RW 02 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Menimbang : Mengingat :

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BABVIII KESIMPULAN. seefisien mungkin.

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PENGUATAN USAHA OPAK SILI MELALUI PERANCANGAN ALAT PENGHALUS SINGKONG DAN PERBAIKAN PENGEMASAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berbasis agroindustri semakin ketat. Selain itu, ketatnya

USAHA BAKSO SARI LAUT ANEKA BENTUK SEBAGAI PELUANG BISNIS BARU BERNILAI GIZI TINGGI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

V. LANDASAN TEORI ALAT DAN BAHAN. 1 Panci. 2 Singkong. 3 Kompor. 4 Ragi tape. 5 Ayakan Tepung. 6 Daun pisang. 7 Nampan. 8 Kantong plastik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

13. Utilitas: a. Air sumur : 1993,8 liter/hari. b. Air minum: 66 liter/hari. c. Listrik : 176 kwh/hari. d. Solar : 120 liter/bulan. e.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung

STUDI KUALITAS TELUR AYAM RAS DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO. Hearty Salatnaya

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dalam menjalankan semua aktifitas yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

AGRITECH : Vol. XVIII No. 1 Juni 2016: ISSN :

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

Diversifikasi Ikan Lele Menjadi Produk Olahan Pangan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lele

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

STUDI PENYEBAB KESALAHAN MUTU GULA KELAPA PADA INDUSTRI GULA KELAPA DI KABUPATEN JEMBER KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Oleh :

SEMINAR HASIL PROGRAM PPM UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) : 1. JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

Transkripsi:

PENGANEKARAGAMAN PRODUK GULA KELAPA MENJADI GULA SEMUT DENGAN PENGEMASAN SEBAGAI PRODUK PARIWISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN Deddy Kurniawan Wikanta Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang Jl. Prof Sudarto SH, Pedalangan Tembalang, Semarang 50239 e-mail : dwikanta@gmail.com Abstrak Industri gula kelapa di desa Borobudur, merupakan industri yang telah diusahakan sejak lama, akan tetapi sampai saat ini belum ada pengembangan produk, sehingga orang mengkonsumsi hanya sebatas kebutuhan dapur, dan hanya dipasarkan di sekitar Borobudur pada pasar-pasar tradisional. Pemasaran di sekitar Borobudur ramai pada saat-saat tertentu yakni pada musim libur, namun hanya sedikit pelancong yang membeli gula kelapa sebagai buah tangan, disebabkan bentuk yang masih tradisional serta cara pemasaran yang kurang menarik konsumen. Permintaan gula kristal yang cukup potensial adalah dari hote-hotel disekitar Borobudur, kedai jamu, dan pusat oleh-oleh, selama ini hanya bisa memenuhi permintaan 30% nya, disebabkan peralatan yang masih tradisional (mengaduk dengan kayu dan menggerus dengan tempurung kelapa) untuk produksi gula semut, hal ini yang menyebabkan pengrajin gula kelapa hanya senang membuat gula cetak, karena prosesnya lebih mudah, walaupun harga jual gula kelapa lebih rendah dibanding gula semut. Gula semut yang dihasilkan kualitasnya tidak stabil bahkan sering terjadi kegagalan proses produksi, hal ini disebabkan teknologi yang masih tradisional dan tidak terukur. Harga gula kelapa di desa Borobudur saat ini lebih murah dibandingkan di daerah lain tetapi sering mengalami kerugian karena kemasan yang tidak baik, yakni gula menjadi lembek karena sifat higroskopisnya. Maka dilakukan inovasi produk menjadi gula semut. Gula semut yang diproduksi harganya jauh lebih murah, kemasan menarik dan kualitas gulanya jauh bagus dibanding gula kelapa. Apabila produk dalam bentuk gula semut penjualan tidak tergantung hari pasaran, karena setiap saat hotel-hotel, kedai jamu sebagai konsumen, pusat penjualan buah tangan, mau menerima produk gula semut, sehingga relatif tidak ada penurunan harga jual, karena kerusakan produk. Mengingat hal diatas, diperlukan alat pengkristal untuk menghasilkan gula kelapa dalam bentuk kristal kecil-kecil (gula semut) yang mudah dioperasikan secara kontinyu dan produknya mudah dikonsumsi serta dikemas secara artistik dan menarik, mempunyai umur simpan panjang, dapat dipasarkan menjadi produk pariwisata, diharapkan dapat memperluas konsumen dan akan menaikkan harga jual produk. Kata kunci: gula semut-kristaliser-meningkatkan pendapatan PENDAHULUAN Industri gula kelapa di desa Borobudur, merupakan industri yang telah diusahakan sejak lama, akan tetapi sampai saat ini belum ada pengembangan produk, sehingga orang mengkonsumsi hanya sebatas kebutuhan dapur, dan hanya dipasarkan di sekitar Borobudur pada pasar-pasar tradisional. Pemasaran di sekitar Borobudur ramai pada saat-saat tertentu yakni pada musim libur, namun hanya sedikit pelancong yang membeli gula kelapa sebagai buah tangan, disebabkan bentuk yang masih tradisional serta cara pemasaran yang kurang menarik konsumen. Permintaan gula kristal yang cukup potensial adalah dari hote-hotel disekitar Borobudur, kedai jamu, dan pusat oleh-oleh, selama ini hanya bisa memenuhi permintaan 30% nya, disebabkan peralatan yang masih tradisional (mengaduk dengan kayu dan menggerus dengan tempurung kelapa) untuk produksi gula semut, hal ini yang menyebabkan pengrajin gula kelapa hanya senang membuat gula cetak, karena prosesnya lebih mudah, walaupun harga jual gula kelapa lebih rendah dibanding gula semut. Gula semut yang dihasilkan kualitasnya tidak stabil bahkan sering terjadi kegagalan proses produksi, hal ini disebabkan teknologi yang masih tradisional dan tidak terukur. Harga gula kelapa saat ini Rp 7000,- per Kg. Ongkos produksi gula kelapa tradisional Rp 5000,-/Kg. Penjualan ramai pada hari pasaran, yakni 5 hari sekali. Apabila produk dijual dalam B.78

bentuk gula semut harga jual antara Rp9.000,- sampai Rp 10.000/Kg.(tergantung kualitas) Penjualan dalam bentuk tradisional sering mengalami kerugian terutama karena kemasan yang tidak baik, yakni gula menjadi lembek karena sifat higroskopisnya. Harga jual gula kelapa yang sudah menurun kualitasnya Rp5000-Rp6000,-/Kg, Jika produsen rata-rata memproduksi 150-200 Kg/ 5 hari, rata-rata 30 % produk (45-60 Kg), mengalami penurunan kualitas, maka kerugian maksimum akan Rp 90.000,- sampai Rp 120.000,- per 5 hari, atau Rp 540.000,- sampai Rp 720.000,-/bulan Tim pelaksana bersama dengan industri mitra (pengusaha kecil) menentukan kebutuhan industri kecil dalam hal penganekaragaman produk gula kelapa cetak menjadi gula semut tanpa maupun dengan citarasa dan aroma, yang dikemas secara artistik sehingga menarik wisatawan di sekitar Borobudur, berdasarkan kebutuhan pasar yang dapat memberikan dampak pada penambahan pendapatan industri kecil Teknologi produksi gula semut sudah dapat dilakukan oleh industri kecil, namun masih secara tradisional, dan kualitasnya tidak stabil, serta tidak dapat memenuhi permintaan pasar, hanya 30% nya saja yang dapat dipenuhi, disebabkan proses produksinya yang masih tradisional, dan tidak terukur, bahkan sering terjadi kegagalan produksi, kapasitas 2 kg/jam, oleh karena itu diperlukan teknologi produksi gula semut yang dapat memproduksi gula semut dengan kualitas yang stabil, dengan kapasitas yang dapat memenuhi permintaan pasar. Aplikasi teknologi yang ditawarkan merupakan teknologi yang lebih baik dari yang dimiliki oleh industri kecil mitra Teknologi yang ditawarkan bekerja semi otomatis, dapat menghasilkan produk yang seragam dalam kualitas. Pengrajin bisa bekerja lebih ergonomis dibanding teknologi tradisional. Memungkinkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, teknologi yang ditawarkan kapasitas 10 Kg/jam, sedang teknologi tradisional 2 kg/jam Tujuan dan Manfaat program Vucer Kegiatan ini bertujuan : pengrajin mampu menanekaragamkan produk gula kelapa menjadi gula semut dengan kualitas yang stabil, dengan cara : Mengenalkan produk lokal melalui tamu-tamu hotel Membuat bentuk gula kelapa dalam bentuk kristal (gula semut), dengan alasan kepraktisan dalam pemakaian, mempunyai umur simpan panjang, nilai jual lebih tinggi dibanding produk tradisional Memberi citarasa dan aroma, misal rasa dan aroma buah-buahan atau yang lainya seperti jahe, kencur Mengemas secara artistik Meningkatkan pendapatan pengrajin Tujuan secara kuantitatif dan terukur Menghindari kerugian yang sering dialami karena kerusakan produk tradisional sebesar Rp 90.000,- sampai Rp120.000,-/5 hari atau Rp540.000,- - Rp720.000,-/bulan Manfaat Dengan diaplikasikannya kristaliser dan pengemas diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pengrajin. METODE PENERAPAN VUCER Bahan bahan yang digunakan : Stainless steel, pengatur suhu, pemanas, pengemas, kemasan Metode 1. Membuat percontohan kristaliser dan pengemas, 2. Ujicoba peralatan oleh tim dan produsen gula kelapa di lokasi pengrajin 3. Sosialisasi program melalui ketua kelompok Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang B.79

Cara Evaluasi Upaya khusus yang dilakukan untuk memantau pemanfaatan program penerapan Teknologi tepat guna setelah pekerjaan selesai dilaksanakan a. Secara periodik datang ke tempat pengrajin b. Memberi alamat / nomer telepon pelaksana program kepada pengrajin agar bias dihubungi, apabila ada masalah dengan peralatan tersebut. Simpulan Kristaliser dan pengemas diinginkan petngrajin untuk mengembangkan produk olahan gula kelapa agar pendapatan meningkat Saran : Sosialisasi penggunaan kristaliser masih harus dilaksanakan secara terus menerus agar ada tercipta deversifikasi produk olahan gula kelapa, sehingga harga jual meningkat. Khalayak Sasaran Antara Yang Strategis Masyarakat pengrajin gula kelapa di desa Borobudur, Magelang Langkah langkah Pencapaian Tujuan 1. Mengidentifikasi kebutuhan produsen gula semut untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi 2. Mengaplikasikan dan mensosialisasikan kristalisetr dan pengemas 3. Penganekaragaman produk gula kelapa menjadi ngula semut dengan memanfaatkan kristaliser dan pengemas 4. Mengujicoba kristaliser dan pengemas bersama produsen gula kelapa 5. Memberikan paket pengolahan gula kelapa beraroma kepada produsen 6. Melatih dan mensosialisasikan kepada produsen memproduksi gula semut beraroma yang higienis dan memenuhi keamanan pangan. 7. Memberikan paket pengolahan gula semut seperti berikut : Nira Kapur sirih Nira ph 6-7 Pemanasan nira Nira kental siap terkristalkan Sukrosa 5-20% Citarasa dan aroma Kristal gula kelapa (Gula semut) Pengayakan 20 mesh Pengemasan Gambar 1 : Paket Pengolahan Gula Semut B.80

Metoda Evaluasi 1. Kesanggupan pengrajin untuk menmanfaatkan kristaliser dan menganekaragamkan produk 2. Kesanggupan pengrajin untuk menawarkan produk ke luar daerah HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kristaliser dan pengemas dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan gula semut dan mengembangkan pengolahan produk gula kelapa 2.Hasil hasil kegiatan yang dipantau menunjukkan pengrajin berminat menggunakan kristaliser dan pengemas. Adapun hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut Gula kelapa cetak Gula semut tradisional pengemas Pengemas Kristaliser Gula semut produk vucer Gula semut dikemas Gambar 1: Hasil Kegiatan Program Vucer Faktor Pendorong Dengan inovasi kristaliser dan pengemas dapat mengadakan deversifikasi produk serta meningkatkan harga jual Faktor Penghambat 1. Budaya pengrajin setempat untuk menjual gula kelapa secara rutinitas 2. Perlu ketrampilan deversifikasi produk dan pengemasan gula semut KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT Kesimpulan 1. Kelompok pengrajin penghasil gula kelapa, dapat melaksanakan teknologi kristalisasi gula kelapa beraroma dan citarasa serta melakukan pengemasan sebagai deversifikasi produk.. 2. Harga jual meningkat Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang B.81

Saran 1. Untuk keberlanjutan pemanfaatan produk vucer masih perlu adanya pembinaan secara terus menerus 2. Perlu mengenalkan produk ke pasar yang lebih luas Rekomendasi dan Tindak lanjut Sosialisasi penggunaan kristaliser dan pengemas masih harus dilaksanakan secara terus menerus agar tercipta deversifikasi produk olahan gula kelapa, sehingga harga jual meningkat. UCAPAN TERIMAKASIH Diucapkan terimakasih kepada DP2M Dikti yang telah membiayai kegiatan ini sampai selesai dengan nomer kontrak kerja program vucer : 018/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1990. Standart Nasional Indonesia Gula semut. Departemen Perindustrian RI Jakarta Anonim, 1988. Alat Pengkristal Gula Serbuk/Gula Semut. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Departemen Perindustrian, Semarang. Anonim, 1992. Progres Report: Pembuatan Peralatan dan Metode Pengolahan Gula Kelapa/Granular pada Proyek Percontohan Pengolahan Gula Kelapa. Kerjasama INSTIPER degan PTP XXI XXII, Jatim. Anonim, 2008, Gula semut Purbalingga tembus pasar AS dan Eropa, harian Kompas 15 Februari 2008. Buckle. K.A., Edwards.E.A., 1985, Ilmu Pangan, UI Press. Child, 1974. Coconut. 2nd edition, Longmas, Green and Co, London. Edy.E., 1998, Membuat gula kelapa kristal, Penerbit Kanisius Yogyakarta Frank,A.,Lee,M, 1983, Basic food chemistry,the Avi Publishing, Wesport Connecticut Harry,M.P.B.S,Ray Junk, 1980, Hand book of sugar,avi publishing company Inc, Wesport Connecticut Jane,B, 1990, Food theory and aplication, 2 ed, Mc Millan Publishing New York Rahayu.K, 1984, Penggunaan beberapa pengawet nira untuk membuat gula kelapa, Karya penelitian jilid 1 no2, Universitas Gadjah Mada Yoyakarta Tranggono, 1988, Kimia nutrisi pangan, PAU Pangan - gizi UGM Yogyakarta B.82