ANATOMY STUDY ON SMALL INTESTINE OF Pteropus vampyrus FROM TIMOR ISLAND

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. : ISSN : Agustus 2010 STUDI HISTOLOGI USUS BESAR SAPI BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEK EKSTRAK ETANOL 50 mg Tristaniopsis obovata R.Br PADA DISTRIBUSI SEL MUKUS DI USUS TIKUS JANTAN WISTAR

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KAJIAN PERBANDINGAN HISTOLOGI USUS HALUS DAN USUS KASAR ANTARA AYAM HUTAN (Gallaus gallus) DAN AYAM RAS (White leghorn) Ainul Mardhiah 1

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB I ORGANISASI ORGAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT...

Food & Digestive System

TINJAUAN PUSTAKA. pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

Sistem Pencernaan Manusia

Modul Cerna Penuntun praktikum - Histologi sistem pencernaan. Praktikum 1: esofagus lambung usus kecil. Jeanne Adiwinata Pawitan

Identifikasi Daging Ayam Broiler Dengan Pengamatan Struktur Histologis Identification of Broiler Meat With Histological Methods. Filphin Adolfin Amalo

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pencernaan Pada Hewan

PENGERTIAN ILMU GIZI

STRUKTUR HISTOLOGI PROVENTRIKULUS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus), BEBEK (Anser anser domesticus) DAN MERPATI (Columba domesticus)

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Usus Halus Ayam Broiler. Menggunakan Metode Paraffin

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN : SEBARAN SEL GOBLET PADA USUS LELE LOKAL (Clarias batrachus)

BAB IV METODE PENELITIAN Waktu, Lokasi dan Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

GAMBARAN HISTOLOGIS USUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI RANSUM DAGING HASIL FERMENTASI DENGAN Lactobacillus plantarum 1B1

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

PRAKTIKUM I PROSES PENCERNAAN MAKANAN PADA TERNAK NON-RUMINANSIA DAN RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu. Lemak - Keju - Mentega - Minyak Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratorium UIN Agriculture

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

ANATOMI DAN FISIOLOGI

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Landak Jawa (H. javanica) yang dipelihara dalam kandang individual dan diberi pakan beberapa jenis sayuran dan buah.

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok.

BAB III BAHAN DAN METODE

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Transkripsi:

ANATOMY STUDY ON SMALL INTESTINE OF Pteropus vampyrus FROM TIMOR ISLAND Yulfia N. Selan 1, Filphin A. Amalo 1, Dwi Liliek Kusindarta 2, Rini Widayanti 3, Maria Aega Gelolodo 4 1 Departemen Anatomi Fisiologi Farmakologi Dan Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang; 2 Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; 3 Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; 4 Dapartemen Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang ABSTRACT Bat is a trogloxene animal that spend some of their life cycle inside a cave. As a cave dweller, bat typically uses cave for shelter, reproduction and roosting. However, bat still takes food from outside the cave. This nocturnal animal has a uniqueness in their upside down hanging style, subsequently this roosting style affects the digestive structure and process. Small intestine consist of duodenum, jejunum and ileum that plays important roles in digestion and absorption of nutrients, water, electrolytes and minerals. Initially, bats were anesthetized and perfused before continued with the tissue collections. After fixated the tissues with 10 % formalin, tissues were processed using paraffin block. Lastly, the tissue sections stained with Hematoxylin and Eosin (HE) dye. HE results show that the small intestine of Timor bat consist of long villi and circular plica that mostly grows on jejunum. Generally, the histologic structure of Timor bat small intestine similar with other animals. Keywords: Small Intestine, Pteropus vampyrus, Anatomy PENDAHULUAN Kelelawar merupakan salah satu fauna yang termasuk troglozene yaitu fauna yang secara teratur masuk kedalam gua untuk berlindung, beristirahat, berkembang biak, tetapi mencari makan di luar gua. Meskipun hanya sebagian hidupnya berada di dalam gua, hewan yang tergolong troglozene telah beradaptasi dengan kondisi gua yang gelap (Vermeulen dan Whitten, 1999). Hewan ini juga mengeluarkan suara ultrasonik untuk ISBN 978-602-6906-21-2 139

melakukan navigasi di tempat gelap, ekolokasi. Suara yang dikeluarkan dipantulkan oleh benda yang ada di sekelilingnya, sehingga kelelawar dapat mengetahui adanya rintangan, jalan yang harus dilalui dan dapat mendeteksi mangsa melalui suara pantulan benda-benda disekitarnya. Kelelawar dapat hidup di pepohonan yaitu Pteropus alecto, gulungan dedaunan (Myotis muricola), lubang pada pohon (Megaderma spasma), terowongan (Rhinapoma micropgyllum), gua-gua (Eonycteris major), dan celah-celah pada ruas-ruas bambu (Tylonycteris pachypus). Spesies yang hidup berpasangan adalah Rhinolapus seladus, sedangkan spesies yang hidup dalam kelompok besar Pteropus vampyrus (Corbet dan Hill, 1992; Kunz dan Fenton, 2003). Pteropus vampyrus memiliki telinga yang runcing dan runcing, tidak memiliki ekor, mantel (rambut di bagian bahu) berwarna coklat kekuningan, sedangkan daerah dada, perut dan punggung berwarna hitam, terdapat cakar pada jari kedua (Lekagul dan McNeely, 1977). Proses pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia pada makanan selama berada di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan menyediakan air, elektrolit, dan makanan secara terus-menerus pada tubuh. Hal tersebut dapat dicapai melalui pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, sekresi getah pencernaan, absorpsi hasil pencernaan, air dan elektrolit, sirkulasi darah melalui organ-organ pencernaan untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan pengaturan semua fungsi pencernaan oleh saraf dan hormon (Telford dan Bridgman, 1995). Gerakan peristaltik dan anti-peristaltik merupakan kontraksi otot polos pada dinding saluran pencernaan sehingga memungkinkan pergerakan pakan ke saluran berikutnya (Grant, 1999). Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan tempat bermuaranya ductus choledochus yang menyalurkan cairan empedu dan ductus pancreaticus yang menyalurkan sekresi dari pankreas (Dellman dan Brown, 1992). Jejunum diawali lekukan yang disebut duodenojejunalis yang merupakan batas antara duodenum dan jejunum. Ileum merupakan bagian akhir dari intestinum tenue, lebih lurus dan berbatasan dengan caecum (O Malley, 2005; Byanet et al., 2008). MATERI DAN METODE Usus Halus (Duodenum, Jejunum, Ileum) kelelawar buah asal Timor sebanyak 5 ekor, dilakukan proses perfusi jaringan, koleksi jaringan usus halus kemudian difiksasi dengan larutan formalin buffer 10%. Selanjutnya proses jaringan, diawali dehidrasi dalam larutan etanol bertingkat 70%, 80%, 90%, absolut I, II dan III pada suhu kamar. Proses selanjutnya yaitu ISBN 978-602-6906-21-2 140

penjernihan (clearing) dengan larutan xilol absolut sebanyak tiga kali pemindahan masing-masing 5 menit pada suhu kamar. Proses infiltrasi ke dalam larutan parafin sebanyak tiga kali pemindahan masing-masing 60 menit pada suhu 60 o C. Jaringan di tanam dalam blok paraffin, disayat setebal 5µm menggunakan rotary microtome kemudian diwarnai Hematoxilin-Eosin. HASIL DAN PEMBAHASAN Usus halus Pteropus vampyrus terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum diawali dengan lelukan yang disebut ansa sigmoidea, sedangkan bagian kaudal terdapat flexura duodenojejunalis yang merupakan batas antara duodenum dan jejunum. Jejunum merupakan bagian intestinum tenue yang terpanjang (Table 1) dan bagian akhir adalah ileum yang tampak lebih lurus dan berbatasan dengan colon. Hal ini karena pada pteropus vampyrus tidak memiliki sekum sebagai bagian awal dari intestinum krasum (Gambar 1A). Penyerapan nutrisi terjadi di intestinum tenue (Kararli, 1995). Tabel 1. Rerata ukuran organ pencernaan Pteropus vampyrus Organ Berat (g) Diameter (cm) Panjang (cm) Panjang (cm) saluran pencernaan rodensia (Thyronomys swinderianu)* Diameter Intestinum Tenue Spilocuscus maculates** Duodenum 5,92 ± 1,47 0,68 ±0,14 17,40 ± 21,25 ± 0,77 1,69 ±0,38 cm 2,41 Jejenum 9,66 ± 1,36 0,45±0,06 90,40 ± 4,16 109,5 ± 9,03 1,45 ± 0,30 cm Ileum 2,20 ± 1,12 0,38 ±0,06 19,46 ± 1,45 12,81 ± 0,28 1,32 ± 0,26 cm * Byanet et al., 2008; ** Murti, 2003 Berdasarkan hasil pengukuran berat badan Pteropus vampyrus menunjukan rerata berat badan dari 5 sampel adalah 667 ± 111, 222 g (500-780 g) dan rerata berat saluran pencernaan adalah 31,097 ± 7,153 g (24,249-40,533 g). Rasio berat saluran pencernaan/berat badan pada Pteropus vampyrus adalah 5%. Rerata berat badan rodensia Afrika (Thyronomys swinderianus) adalah 1031 ± 187,10 g, rerata berat saluran pencernaan adalah 142,3 ± 11,94 g dan rasio berat saluran pencernaannya adalah 13% (Byanet et al., 2008). Panjang intestinum tenue Pteropus vampyrus lebih pendek dari rodensia Thyronomys swinderianus namun pada ileum Pteropus vampyrus lebih panjang. Sedangkan diameter intestinum tenue Pteropus vampyrus lebih kecil dari Spilocuscus maculates hal ini diduga pakan yang ISBN 978-602-6906-21-2 141

dikonsumsi Pteropus vampyrus berupa sari dari buah buahan yang dimakan sehingga diameter intestinum tenue lebih kecil (Tabel 1). A Gambar 1. Usus halus Pteropus vampyrus dengan pewarnaan HE. A: Makroskopi saluran pencernaan ; B: Duodenum; (b), sel piala (tanda panah), kripte lieberkuhn (k) dan lamina propria (p); C: Jejunum memiliki vili (v) yang yang lebih kurus dan kecil, terdapat plika sirkular (c), kripte liberkuhn (tanda panah); D: ileum, ciri utama adanya lempeng peyer (l), submukosa (s) dan tunika muskularis yang lebar (m) dan sel piala (tanda panah). Scale bar 20 µm. Secara histologis, tunika mukosa duodenum tersusun dari epitel kolumner simplek yang disisipi oleh sel piala dan banyak terdapat sel enterosit, lamina propria dan lamina muskularis mukosa. Kelenjar intestinal (kripte lieberkuhn) terletak di lamina propria yang meluas sampai ke dalam ruang intervilus, dan kelenjar Brunner terdapat di tunika submukosa (Gambar 1B). Jejunum memiliki vili yang lancip, pada tunika mukosa dan submukosa terdapat plika sirkular dan kripte lieberkuhn di lamina propria. ISBN 978-602-6906-21-2 142

Tunika muskularis terdiri dari otot longitudinal dan otot sirkular (Gambar 1C). Plika sirkular merupakan ciri khas jejunum (Lesson et al., 1995). Proses pencernaan intestinum tenue ditunjang oleh vili yang merupakan penjuluran mukosa yang berbentuk jari dan merupakan ciri khas intestinum tenue. Tinggi vili bervariasi tergantung pada daerah dan jenis hewannya. Panjang vili intestinum tenue pada mencit neonatus lebih pendek dibandingkan mencit dewasa (Shackelford dan Elwell 1999). Tunika mukosa ileum Pteropus vampyrus dilapisi oleh epitel kolumner simplek dan terdapat banyak sel piala diantara epitel. Pada tunika mukosa dan submukosa terdapat lempeng peyer, vili intestinal lebih pendek dibanding jejunum dan duodenum (Gambar 1D). Sel piala pada ileum lebih banyak dibanding duodenum dan jejunum, duodenum memiliki plika pada permukaan mukosa dan submukosa sedangkan plika pada jejunum cenderung lebih tinggi yang disebut plika sirkular yang berfungsi untuk memperluas permukaan agar lebih besar daya absorbsinya (Susari et al., 2009). KESIMPULAN Usus halus memiliki vili yang panjang, dan plika sirkular paling berkembang di jejunum. Struktur histologis usus halus kelelawar asal pulau timor umumnya sama dengan struktur usus halus hewan pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Byanet, O., Nzalak, J. O., Salami, S. O., Nwaogu, I. C., Bosha, J. A., Umosen, A. D., Ojo, S. A dan Obadiah, H. I. 2008. Macroscopic Studies of the Gastrointestinal Tract of the African Grasscutter (Thyronomys swinderianus). Medwell Journal Veterinary Research; 2: 7-21. Bringman T and CF Bringman. 1995. Introduction to Functional Telford Bringman Histology. Ed. Ke-2. Harper Collins College Publisher. 313-316. Corbet, G. B., dan Hill, J. E. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. London. Dellmann, H. D., dan Brown. E. M. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Penerjemah Hartono. Ed ke-3. Jakarta : Universitas Indonesia. Grant, K. 1999. The Digestive System of the Monogastric Herbivore: with Comparison to the Ruminan. Journal of Wildlife Rehabilitation. 17. ISBN 978-602-6906-21-2 143

Kararli, T. T. 1995. Comparison of the gastrointestinal anatomy, physiology, and biochemistry of humans and commonly used laboratory animals. Biopharmaceutics and Drug Disposition. 16 : 351 380. Kunz, T. H., dan Fenton M. B. 2003. Bat Ecology. University of Chicago Press, Chicago. 779. Lesson. T., Lesson, C dan Paparo.A. 1995. Buku Ajar HIstologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Lekagul, B., dan Mcneely, J. A. 1977. Mammals of Thailand. Association for the Conservation of Wildlife, Bangkok, Thailand. Murti. A. 2003. Studi Anatomi Organ Pencernaan (Digesti) Kuskus bertotol (Spilocuscus maculatus). [Skripsi]. Manokwari. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Papua. O Malley B. 2005. Clinical Anatomy and Physiology of Exotic Species: Structure and Function of Mammals, Birds, Reptiles, and Amphibians. London, UK: Elsevier Saunders. Shackelford, C. C dan Elwell, M. R. 1999. Small and Large Intestine, and Mesentary. Di dalam: RR Maronpot, GA Boorman, BW Gaul, Editor. Pathology of the Mouse Reference and Atlas. Vienna: Cache River Press; 81-115. Susari, N. N. W., Setiasih, N. L. E., dan Suwiti, N. K. 2009. Struktur Histologi Duodenum, Jejenum dan Ileum Sapi Bali. Jurnal Veteriner; 10: 36-40. Vermeulen, J. dan Whitten, T. 1999. Biodiversity and Cultural Property in the Management of Limestone Resources-Lessons from East Asia. World Bank, Washington, DC. ISBN 978-602-6906-21-2 144