PERBEDAAN KADAR UREUM-KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS FASE AWAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KADAR LEUKOSIT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA FASE AWAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru)

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tuberkulosis yang menyerang organ diluar paru-paru disebut

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Insidensi TB di Asia Tenggara pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

SKRIPSI KORELASI JENIS DAN LAMA WAKTU PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DI RSUP SANGLAH GDE DICKY ARIMBAWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN

PERBEDAAN KADAR KREATININ DAN ASAM URAT SEBELUM DAN SETELAH TERAPI KANAMISIN DAN PIRAZINAMID PADA PASIEN TB-MDR DI RS DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

GAMBARAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS SELAMA PENGOBATAN DOTS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. prevalensi tuberkulosis tertinggi ke-5 di dunia setelah Bangladesh, China,

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

Diagnosis danpengobatan TB ParuDewasa

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PASIEN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: : Septia Ningsih. No. Mahasiswa : FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RS X NASKAH PUBLIKASI

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

STATUS PENDENGARAN PADA TIGA ORANG PENDERITA TUBERKULOSIS YANG MENDAPATKAN PENGOBATAN STREPTOMISIN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK ANALISIS KADAR INTERFERON GAMMA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DAN BUKAN PENDERITA TUBERKULOSIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

KADAR ASAM URAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DENGAN TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI PUSKESMAS CEMPAKA MARET 2017

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambaran enzim transaminase pada pasien tuberkulosis paru yang diterapi dengan obat-obat anti tuberkulosis di RSUP Prof. Dr. R. D.

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT DARAH DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN METODE ELECTRODE-BASED BIOSENSOR

IMAM AL HUDA J

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT KLATEN TAHUN 2010

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

POLA KEJADIAN PENYAKIT KOMORBID DAN EFEK SAMPING OAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Transkripsi:

PERBEDAAN KADAR UREUM-KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS FASE AWAL Restu Matra Pratiwi 1, Suryanto 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract Tuberculosis (TB) is an infection caused by Mycobacterium tuberculosis. The disease is becoming one of the most deadly infectious diseases in the world. The prevalence of tuberculosis that occurred in Indonesia showed a high rate that 3 rd ranks highest in the world after China and India. Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) is given to TB patients in combination. The measurement of Urea -Creatinine levels provide clues whether TB patients given OAT Initial Phase decreased kidney function. This study aims to determine the differences in the levels of Urea and Creatinine before and after the taking of OAT initial phase. The study used analytic observational, a cohort prospective approach. The population used is the new cases of tuberculosis patients (newly diagnosed tuberculosis) were treated at the Medical Center for Lung Disease (BP4) Yogyakarta. The Samples taken amounted to 19 people. The study subjects were measured the Urea and Creatinine before and after treatment OAT initial phase (2 months). The result: The study releaved that the difference of Urea level before and after taking OAT in a significant value p = 0.022. The difference of Creatinine level before and after taking OAT in a significant value p = = 0.049.It was concluded that there is a difference in the levels of Urea and Creatinine before and after taking of the initial phase OAT. Keywords: Tuberculosis, Urea, Creatinine, Antituberculous, Initial Phase. Intisari Tuberkulosis (TB) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Prevalensi tuberkulosis yang terjadi di Indonesia menunjukkan angka yang tinggi yakni menempati urutan ke-3 tertinggi di dunia setelah Negara Cina dan India. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan kepada pasien TB dalam bentuk kombinasi. Pengukuran kadar Ureum-Kreatinin memberikan petunjuk apakah Pasien TB yang diberikan OAT Fase Awal mengalami penurunan fungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar Ureum dan Kreatinin sebelum dan sesudah Pemberian OAT Fase awal. Penelitian menggunakan metode observasional analitik, dengan pendekatan kohort prospektif. Populasi yang digunakan adalah pasien tuberkulosis kasus baru (baru saja terdiagnosis tuberkulosis) yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta. Sampel yang diambil berjumlah 19 orang. Subyek penelitian di lihat kadar Ureum dan Kreatinin sebelum dan sesudah pengobatan OAT fase awal (2 bulan). Hasil penelitian pada uji menunjukkan adanya perbedaan kadar Ureum sebelum diberikan OAT dan setelah diberikan OAT dengan nilai p=0,022 (<0,05). Sedangkan Kadar Kreatinin sebelum diberikan OAT dan setelah diberikan OAT menunjukkan perbedaan dengan nilai p= 0,049 (<0,05). Disimpulkan bahwa terdapat Perbedaan kadar Ureum dan Kreatinin sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal. Kata kunci: Tuberkulosis, Ureum, Kreatinin, OAT, Fase Awal Pendahuluan Tuberkulosis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Tuberkulosis menyebabkan kira-kira 1,5 juta orang meninggal dan 9 juta kasus baru terjadi pada tahun 2010 (Alexandre et al., 2012). Prevalensi tuberkulosis yang terjadi di Indonesia menunjukkan angka yang tinggi yakni menempati urutan ke-3 tertinggi di dunia setelah Negara Cina dan India. Angka kejadian TB pada tahun 1998 di Cina, India, dan Indonesia berturut-turut

diperkirakan mencapai 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus 1. Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin merupakan terapi yang digunakan untuk penderita tuberkulosis. Obat ini sering disebut Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang mana obat tersebut diberikan kepada pasien dalam bentuk kombinasi 2. Pengobatan yang diberikan kepada pasien tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap. Tahap pertama disebut tahan awal atau yang sering disebut dengan tahap intensif sedangkan tahap kedua disebut tahap lanjutan. Untuk pemberian terapi tahap awal pasien mendapatkan obat anti tuberkulosis setiap hari dan diperlukan pengawasan langsung untuk menghindari terjadinya resistensi obat anti tuberkulosis. Apabila pengobatan pada tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis dengan Batang Tahan Asam (BTA) positif akan menjadi BTA negatif dalam kurun waktu 2 bulan. Sedangkan pada fase lanjutan pasien mendapatkan obat dengan jenis yang lebih sedikit, tetapi dalam waktu yang lebih lama. Fase lanjutan penting untuk mematikan kuman yang menetap (persister) sehingga bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan 3. Pengobatan tuberkulosis tak lepas dari adanya efek samping yang ditimbulkan. Isoniazid memiliki efek samping hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas. Rifampisin menimbulkan berbagai efek samping antara lain gastrointestinal, reaksi kulit,hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan. Pirazinamid memiliki efek samping antara lain toksisitas hati, artralgia, gastrointestinal. Etambutol memiliki efek samping neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, penyempitan lapang pandang, hipersensitivitas, gastrointestinal. Sedangkan obat streptomisin memiliki efek ototoksik, nefrotoksik 3. Nefrotoksik tidak hanya dijumpai pada Sreptomisin 3. Ethambutol juga memliki efek nefrotoksik 4. Nefrotoksik atau nephrotoxic memiliki sifat toksik atau destruktif terhadap sel-sel pada ginjal 5. Kreatinin merupakan senyawa anhidridrid siklik yang merupakan produk akhir dari penguraian fosfokreatin. Senyawa ini disekresikan melalui urin. Yang mana pengukuran laju laju ekskresinya dipakai sebagai indikator terhadan fungsi ginjal 5. Fungsi dari ginjal dapat diketahui dengan mengukur kadar Kreatinin yang ada dalam darah. Semakin tinggi kadar Kreatinin yang ada di dalam darah maka menunjukkan menurunnya fungsi dari ginjal 6. Salah satu fungsi ginjal sebagai organ ekskresi yaitu mengekskresikan produk akhir Nitrogen dari metabolisme protein, produk tersebut terutama Ureum (urea), asam urat dan Kreatinin. Pasien yang memiliki penyakit ginjal laju filtrasi glomerulusnya sangat menurun, dalam konsentrasi Ureum plasmanya sangat meningkat 6. Tujuan penelitian ini yaitu Mendeskripsikan karakteristik pasien tuberkulosis TB berdasarkan jenis kelamin dan Usia, Mendeskripsikan kadar Ureum - Kreatinin sebelum pengobatan OAT fase awal, Mendeskripsikan perbedaan kadar Ureum - Kreatinin setelah pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) fase awal, Mendeskripsikan kadar Ureum Kreatinin sebelum dan setelah pengobatan OAT fase awal. Bahan dan Metode Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik, dengan pendekatan kohort prospektif yaitu dengan mengambil darah pasien tuberkulosis yang telah memenuhi kriteria sampel yang sudah ditentukan. Dalam hal ini penelitian akan dilakukan 2

kali yaitu pada saat pasien terdiagnosis tuberkulosis (belum diberi OAT) dan 2 bulan setelah menjalani terapi OAT (fase awal). Sampel diambil dari bulan Sempember hingga Desember 2014 dengan sampel berjumlah 19 orang dengan fungsi ginjal yang masih baik. Responden memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberikan informed consent. Sampel sebanyak 19 pasien dilakukan pemeriksaan kadar Ureum dan Kreatinin yang dikalibrasi pada alat spektrofotometer oleh petugas laboran. Data yang diperoleh diolah dengan program computer SPSS 17.0 for Windows. Data yang diperoleh dari pengukuran kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah pemberian obat anti tuberkulosis akan diuji menggunakan uji distribusi normalitas data yaitu menggunakan uji Saphiro-Wilk test. Apabila data terdistribusi normal maka perbedaan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah pemberian obat anti tuberculosis akan diuji dengan Paired T- test pada tingkat kemaknaan p<0,05. Apabila data terdistribusi tidak normal akan dilakukan uji statistic non parametric Wilcoxon test pada tingkat kemaknaan p>0,05. Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan karakteristik jenis kelamin, jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan [n=10, 53%]. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Salah Adalo dan kawankawan (2010) tentang Evaluation of The Effect of Anti Tuberculous Drug on The Liver and Renal Functions Tests in a Sudanese Cohort menunjukkan subyek penelitian laki-laki lebih dominan [n=84, 84%]. Pada penelitian ini Sebagian besar responden berusia 16-25 tahun (37%). Penelitian Menaldi Rasmin, dkk tentang Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS Persahabatan Januari Juli 2005 menunjukkan bahwa kelompok usia TB terbanyak berusia 26-36 tahun (42,0%). Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita TB adalah dewasa muda yang merupakan usia yang masih produktif. Kadar Ureum sebelum pengobatan dengan OAT pada pasien TB didapatkan nilai rata-rata (mean ± SD) yaitu 23,5±12,827 mg/dl. kadar Ureum setelah pengobatan dengan OAT pada pasien TB didapatkan nilai rata-rata (mean ± SD) yaitu 30,8±14,699 mg/dl. Hasil dari wilcoxon test didapatkan signifikansi sebesar p=0,022 (<0,05). Hal ini berarti pada pemberian OAT dapat meningkatkan kadar Ureum yang signifikan. Meskipun dari data stastistik menunjukkan terdapat peningkatan kadar Ureum yang signifikan, peningkatan kadar Ureum serum tersebut secara klinis masih dalam batas normal. Kadar Ureum masih dalam batas normal yaitu Laki-laki :19-44 mg/dl, Perempuan :15-40 mg/dl (Lab BP4, 2014). Hasil peningkatan kadar ureum yang signifikan tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmed Salah Edalo dkk (2010) menunjukkan kadar ureum sebelum pemberian OAT rata-rata (mean) 25,5 ± 7,552 mg/dl, sedangkan setelah pemberian OAT mempunyai rata-rata (mean) 87,7 ± 21.825 mg/dl. Hasil p-value menunjukkan 0,001 (<0,05). Pada penelitian tersebut menunjukkan pemberian OAT dapat meningkatkan konsentrasi Ureum plasma secara signifikan. Pada penelitian ini didapatkan kadar Kreatinin sebelum diberikan OAT rata-rata (mean±sd) 0,905±0,332 mg/dl, sedangkan setelah diberikan OAT responden mempunyai rata-rata (mean±sd) Kreatinin 1,161±0,513 mg/dl. Hasil dari wilcoxon test didapatkan signifikansi sebesar p= 0,049 (<0,05). Hal ini berarti pada pemberian OAT dapat

meningkatkan kadar kreatinin secara signifikan. Meskipun dari data stastistik menunjukkan terdapat peningkatan kadar Kreatinin yang signifikan, peningkatan kadar Kreatinin serum tersebut secara klinis masih dalam batas normal. Kadar kreatinin masih dalam batas normal yaitu pada wanita adalah 0,6-1,1 mg/dl sedangkan kadar normal kreatinin pada laki-laki adalah 0,9-1,3 mg/dl (Lab BP4, 2014). Hasil peningkatan kadar kreatinin yang signifikan tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmed Salah Edalo dkk (2010) menunjukkan kadar Kreatinin sebelum pemberian OAT rata-rata (mean) 0,696 ± 0,164 mg/dl, sedangkan setelah pemberian OAT mempunyai rata-rata (mean) 3,642 ± 1,646 mg/dl. Hasil p-value menunjukkan 0,002 (<0,05). Pada penelitian tersebut menunjukkan pemberian OAT dapat meningkatkan konsentrasi Kreatinin plasma secara signifikan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik dalam penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia didapatkan bahwa sebagian besar pasien tuberkulosis berjenis kelamin laki laki dan usia terbanyak yaitu antara 16-25 tahun. 2. Dari hasil uji analisis kadar Ureum sebelum pengobatan dengan OAT pada pasien TB didapatkan nilai ratarata yaitu 23,5±12,827 mg/dl. Nilai rata-rata kadar Kreatinin sebelum pengobatan dengan OAT pada pasien TB yaitu 0,905±0,332 mg/dl. 3. Dari hasil uji analisis kadar Ureum setelah pengobatan dengan OAT pada pasien TB didapatkan nilai rata-rata yaitu 30,8±14,699 mg/dl. Nilai ratarata kadar Kreatinin setelah pengobatan dengan OAT pada pasien TB yaitu 1,161±0,513 mg/dl. 4. Hasil uji analisis menggunakan wilcoxon-test Kadar Ureum sebelum dan sesudah pengobatan OAT didapatkan signifikansi sebesar p=0,022 (<0,05). Kadar Kreatinin sebelum dan sesudah pengobatan OAT didapatkan signifikansi sebesar p= 0,049 (<0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan kadar Ureum - Kreatinin yang signifikan sebelum dan sesudah pengobatan dengan OAT. Meskipun perbedaan Ureum Kreatinin sebelum dan sesudah pengobatan dengan OAT terdapat perbedaan namun menurut klinis masih dalam batas normal. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Ureum dan Kreatinin dapat digunakan untuk mengavaluasi fungsi ginjal pada pasien Tuberkulosis yang menjalani pengobatan tuberkulosis. 2. Perlunya penambahan sampel yang lebih besar pada penelitian Perbedaan Kadar Ureum-Kreatinin Sebelum dan sesudah Pemberian Obat Anti Tuberkulosis Fase Awal. 3. Perlunya mengendalikan variabel pengganggu yang dapat menaikan kadar Ureum-Kreatinin pada saat penelitian berlangsung. Daftar Pustaka 1. Amin, Zulkifli., Bahar, Asril. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Tuberkulosis Paru.InternalPublishing.Jakarta. 2. Slamet, R. (2013). Identifikasi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Tuberkulosis Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Jember Tahun 2010. Skripsi Program Sarjana, Universitas Jember, Jawa Timur. 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB) [Brosur]. 4. Widoyono. (2011). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Edisi II. Jakarta:ERLANGGA. 5. Kamus Kedokteran Dorland (31 th ). (2010). Jakarta, EGC Medical Publisher.

6. Ratnawati. (2010). Efektivitas Dialiser Proses Ulang (Dpu) Pada PenderitaGagal Ginjal Kronik (Hemodialisa). Institut Teknologi Indonesia. (41). 7. Edalo, Ahmed Salah. (2011, 18 November). Evaluation of The Effect of Antituberculous Drugs on the Liver and Renal functions' Tests in a Sudanese Cohort, Artikel 1. Diakses 22 Januari 2015, dari http://www.ajpcr.com/vol5suppl1/711.pdf 8. Rasmin, Menaldi. (2005) Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS Persahabatan Januari Juli 2005. Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia.