Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No.1 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 4 ISSN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 1 ISSN : Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran Langsung, Pemahaman Konsep

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PALU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 PALU

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus Kelas VII MTs Bou

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 4 ISSN

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 3 Palu

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI ROLE APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SUHU DAN PERUBAHANNYA DI SMP NEGERI 3 PALU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI MA Alkhairaat Kalangkangan

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Asesmen Ranking Task Exercise (RTE) terhadap Pemahaman Konsep Hukum Newton

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 3 ISSN

Kata Kunci: Model Pembelajaran Sinektik, Hasil Belajar Fisika I. PENDAHULUAN

Suhaemi, I Komang Werdhiana dan H.Amiruddin Hatibe.

Perbedaan Hasil Belajar Fisika antara Metode Pembelajaran Kumon dan Metode Pembelajaran Group to Group Exchange pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 3 p-issn /e-ISSN

Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, pengetahuan awal, pemahaman konsep I. PENDAHULUAN

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

Pengaruh Model Learning Start With A Question Berbasis Eksperimen Sederhana terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X Man 2 Model Palu

Bonitalia, Hendrik Arung Lamba dan Sahrul Saehana

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN

Pengaruh Model Project Based Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Tekanan Zat Cair di SMPN 18 Palu

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: Metode Pictorial Riddle; Metode Demonstrasi; Hasil Belajar

: Model Pembelajaran Guided Discovery, Hasil Belajar Fisika.

Analisis Pemahaman Siswa Tentang Momen Inersia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Biromaru

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Penerapan Teknik Pembelajaran Probing -Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Sigi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP KALOR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 PALU

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

Penerapan pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar kognitif

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERHADAP PERUBAHAN KONSEP TENTANG HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PALU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Peranan Strategi Pembelajaran Probex Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII

Penerapan Problem Solving Menggunakan Strategi Heuristik Terhadap Pemahaman Konsep Tentang Kalor Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Kata Kunci: model learning cycle tipe 7E; model direct instruction; pemahaman konsep. I. PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 1 Talang Padang

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

PENGARUH TEKNIK BERTUKAR PASANGAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PGRI 6 BANJARMASIN

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 3 ISSN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA PADA SISWA KELAS V11 SMP NEGERI 9 PALU

III. METODELOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Penyajian Fenomena Kontekstual Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Kalor Pada Siswa Kelas X B SMA Negeri 1 Marawola

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kali diisi dengan melakukan pretest, dua kali pertemuan diisi dengan

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

Pengaruh Problem-Based Learning Menggunakan Praktikum Alat Sederhana Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Negeri 7 Palu

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu

Novita Susanti, Jimmi Copriady dan Islamias Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 5 Bandar

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI MATEMATIKA SISWA

Transkripsi:

PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PALU Lailatul Fikria Rahmawati 1, Muhammad Ali 2 dan Yusuf Kendek 3 Email: laila.phy@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM.9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Sulawesi Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Palu. Penelitian ini menggunakan The non ekuivalen Pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel Pada penelitian adalah kelas X-6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi perangkat pembelajaran untuk model Sains Teknologi Masyarakat, perangkat pembelajaran untuk model pembelajaran direct instruction dan tes hasil belajar fisika. Analisis data tes dilakukan dengan teknik statistik uji-t dua pihak untuk melihat adanya perbedaan pada kedua kelas yang menggunakan model dan yang menggunakan model pembelajaran direct instruction. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian, diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan taraf nyata = 0,05 berdasarkan tes akhir dengan menggunakan skor rata-rata maka diperoleh = 8,04 dan = 1,98, maka ditolak dan hipoteis satu ( ) diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kata Kunci: model ; model pembelajaran Direct Instruction; dan hasil belajar I. PENDAHULUAN Kebanyakan orang menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan yang tidak menarik dan membosankan. Padahal belajar akan membuka jendela pemahaman manusia terhadap hakikat segala sesuatu. Dengan belajar, manusia akan dapat memahami hakikat diri, lingkungannya, dan hakikat pencipta diri dan lingkungannya. Pembelajaran IPA pada umumnya adalah suatu tempat bagi siswa untuk mengenali dirinya sendiri dan juga alam sekitarnya. Misalnya fisika yang merupakan salah satu pelajaran penting karena didalamnya terdapat keterkaitan dengan kehidupan di masyarakat. Seharusnya pembelajaran fisika bisa lebih erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga konsep-konsep yang ada dalam fisika bisa diaplikasikan dengan mudah oleh siswa. Berdasarkan hal ini, maka sudah seharusnya fisika dipelajari secara menyenangkan, karena mempelajari fisika berkaitan dengan kehidupan manusia yang menggantungkan hidupnya kepada alam. Fisika ditemukan dan dikembangkan berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi manusia terkait dengan kehidupannya. Oleh karena itu tampak bahwa sebetulnya fisika dianjurkan untuk dipelajari oleh setiap orang. Namun fakta yang ada di masyarakat adalah sebaliknya. Setidaknya terdapat anggapan bahwa fisika termasuk kelompok mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Pelajaran fisika cenderung dianggap sulit dan membosankan oleh sebagian 48

siswa. Bahkan anggapan ini hampir dimiliki oleh semua orang. Mempelajari fisika, sebetulnya dapat lebih mengenal alam sekitar. Permasalahan yang muncul adalah siswa hanya mengetahui dan menghafal konsep fisika yang diajarkan, tetapi mereka kurang memahami konsep tersebut. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari. Novrizal menyatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat memiliki penguasaan konsepnya lebih tinggi. Hal ini disebabkan siswa yang diajar dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat mempunyai kesempatan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat juga melatih siswa untuk memadukan antara konsep yang telah diperoleh dari penjelasan guru di kelas dengan konsep yang didapat oleh mereka sendiri baik dari bukubuku maupun internet. Dalam hal ini, siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama secara berkelompok dalam menyelesaikan berbagai masalah dan membuat alternatif untuk mengatasi permasalahan yang dihadirkan oleh guru mengenai materi yang dikaji. Pembelajaran fisika yang diawali dengan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat kemudian dikaitkan dengan teknologi yang telah berkembang, maka konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai siswa diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya di lingkungan sosialnya [1]. Reynold dan Farell pada tahun 1996 melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi bertaraf internasional. Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart Report. Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di Inggris dan Singapura. Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah satu faktor yang meyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua negara itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan salah satu faktor utama pembelajaran direct instruction [2]. Berdasarkan uraian di atas, maka diasumsikan bahwa kedua pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan menjadikan pembelajaran berlangsung menyenangkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan sebuah eksperimen yang mencoba memberikan sebuah solusi bagi permasalahan di atas dengan cara menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan direct instruction, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran fisika menjadi lebih positif. Pada penelitian ini akan diterapkan dua jenis model pembelajaran, yaitu model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan model pembelajaran direct instruction. Kedua model pembelajaran ini dianggap akan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan sebagaimana diuraikan pada penjelasan di atas. Hal itu dikarenakan kedua model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali siswa dalam menghadapi permasalahan hidup yang akan mereka hadapi dalam kehidupannya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang bertujuan 49

untuk melihat perbedaan hasil belajar fisika antara model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan model pembelajaran direct instruction pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Palu. II. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan mengambil dua kelas secara purposive pada sekolah SMA Negeri 1 Palu. Kedua kelas ini yaitu kelas X-6 sebagai kelas eksperimen yang diterapkan model dengan jumlah siswa 44 orang dan kelas X-8 sebagai kelas kontrol yang diterapkan model pembelajaran direct instruction dengan jumlah siswa sebanyak 44 orang. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya mencakup pada hasil belajar fisika siswa. Data dalam penelitian ini diperoleh dari tes hasil belajar fisika yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1 Desain Penelitian : The Non Ekivalen Pretest-Postest Design Tes Tes Group Perlakuan Awal Akhir Hasil dari tes hasil belajar fisika yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Tes Hasil Belajar Fisika Pada Uraian Eksperimen Dan Kontrol. Tes Awal Eksperi men Kontr ol Eksperi men Tes Akhir Kontrol Sampel 44 44 44 44 Terend ah Terting gi Ratarata Ideal Persent ase 0 0 14 7 14 14 24 22 8,05 9,02 20,41 15,91 30 30 30 30 26,83 30,07 68,03 53,03 Adapun persentase perolehan skor rata-rata hasil belajar fisika pada siswa baik tes awal maupun tes akhir dapat dilihat pada Gambar 1. eksperimen kontrol O X O O - O III. HASIL DAN PEMBAHASAN 50

80.00 68.03% 53.03% terpenuhi, diterima dan hipoteis satu ditolak artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas 60.00 40.00 26.83% 30.07% kontrol. Untuk pengujian hipotesis berdasarkan tes akhir dengan menggunakan skor rata-rata 20.00 0.00 Tes awal Tes Akhir maka diperoleh = 8,04 dan = 1,98, maka kriteria penerimaan dimana,, tidak terpenuhi, ditolak dan hipoteis satu diterima artinya terdapat Eksperimen Kontrol Gambar 1 Deskripsi Persentase Rata- Rata Hasil Belajar Fisika Pada Tes Awal Dan Tes Akhir Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis data hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Uji-t Data Tes Antara Eksperimen Dan Kontrol Tes Awal Tes Akhir Uraian Eksperi Ekspe Kontrol Kontrol men rimen Sampel 44 44 44 44 dk 86 86 1,27 8,04 1,98 1,98 diterima Ditolak Pengujian hipotesis yang dilakukan pada taraf signifikan (=0,05) dan dk = (44 + 44) 2 = 86 dengan kriteria pengujian yakni, diterimanya jika,,. Maka untuk pengujian hipotesis berdasarkan tes awal dengan menggunakan rata-rata skor diperoleh = 1,27 dan = 1,98, maka kriteria penerimaan dimana -1,98 < 1,27< 1,98 perbedaan hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara model dan model pembelajaran direct instruction. Pada kelas eksperimen diterapkan model sedangkan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran direct instruction. Model merupakan cara belajar siswa untuk mengaitkan antara sains yang mereka dapatkan kemudian menerapkan pada teknogi di masyarakat. Masyarakat pada umumnya merupakan masyarakat modern yaitu masyarakat yang selalu mengikuti perubahan zaman. Oleh karena itu peneliti lebih banyak mengaitkan sains dengan lingkungan masyarakat modern. Sedangkan pada model pembelajaran direct instruction cocok digunakan pada pokok bahasan materi yang tidak abstrak. Selain itu pada model pembelajaran direct instruction guru lebih mudah mengalokasikan waktu dalam pembelajaran di kelas. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes pilihan ganda berjumlah 30 nomor. Tes tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika pada siswa. Tes dilakukan sebelum 51

dan sesudah pembelajaran berlangsung. Setelah melakukan tes awal baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol maka pada masingmasing kelas memperoleh rerata skor yaitu pada kelas eksperimen 8,05 dan kelas kontrol 9,02. Dari nilai yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang dimaksudkan untuk melihat kondisi awal hasil belajar fisika dari kedua kelas tersebut. Hasil dari kedua uji tersebut menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat setelah dilakukan uji parametrik dua pihak yang menyatakan bahwa kedua kelas tersebut merupakan sampel yang berasal dari kelas yang homogen. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Analisis data tes akhir yang digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar fisika antara model dengan model pembelajaran direct instruction adalah uji hipotesis dua pihak. Uji hipotesis dua pihak dapat dilakukan jika data tersebut terdistribusi normal dan kedua sampel memiliki varians yang sama. Nilai sebesar 8,04 dan nilai pada taraf signifikansi ( = 0,05) sebesar 1,98. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan diperoleh bahwa pada daerah penerimaan H1 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara model dan model pembelajaraan direct instruction pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Palu. masyarakat memiliki tahapan pembelajaran yang dapat meningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini disebabkan dengan menerapkan model siswa lebih antusias menyimak materi yang disampaikan. Pada tahap awal guru menghadirkan isu-isu atau masalah yang sering mereka lakukan sehingga akan menimbulkan pro dan kontra pada siswa. Misalnya pada materi gerak, peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa siapa yang pernah naik pete-pete yang melaju dengan kencang di jalan lurus? Kemudian siswa menjawab bersamaan dengan mengacungkan tangan menandakan bahwa mereka pernah merasakannya. Kembali peneliti bertanya kalian perhatikan keadaan sekitar kayak pohon ataupun tanaman lainnya? Apakah pohon-pohon itu seperti bergerak? Bagaimanakah kalian menanggapi gerakan pohon tersebut yang semakin lama semakin menjauhi kamu? Disinilah siswa mengeluarkan berbagai pendapat seperti yang mereka alami, kemudian muncul pendapat yang pro dan kontra. Kemudian peneliti menjelaskan tentang materi gerak lurus. Pada tahap ini peneliti menanamkan konsep yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan. Setelah siswa paham dengan materi tersebut, maka beranjak pada tahap berikutnya yaitu tahap aplikasi. Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu menerapkan konsep dari materi tersebut dalam melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan pada tahap aplikasi ini hanya berlangsung pada pertemuan 2, 3 dan 4. Sedangkan pada pertemuan 1 siswa hanya dihadapkan pada soal sains teknologi masyarakat yang merujuk pada tes hasil belajar. Hal ini disebabkan materi pada pertemuan 1 merupakan materi dasar yang berisi mengenai 52

perpindahan, jarak, kecepatan dan percepatan saja. Setelah tahap aplikasi, peneliti menekankan kembali konsep-konsep gerak lurus agar tidak terjadi miskonsepsi. Pada tahap ini, peneliti dan siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa. Setelah tidak ada miskonsepsi maka diberikan soal berkaitan dengan materi yang telah disampaikan sebagai tahap evaluasi. Tahap evaluasi digunakan sebagai penilaian pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. masyarakat melatih siswa untuk selalu aktif dalam menyelesaikan masalah terutama pada tahap aplikasi. Sehingga siswa berlatih mengeluarkan ide-ide mereka berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka. Selain itu siswa juga dituntut aktif dalam mengungkapkan isu-isu yang ada di lingkungan maupun yang pernah mereka alami. Pembelajaran STM adalah merupakan perekat yang mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat. Ciri-ciri model pembelajaran STM antara lain: difokuskan pada isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat dan lingkungan yang terkait dengan konsep atau prinsip sains yang akan dikaji. Novrizal (2010) juga menegaskan bahwa siswa yang diajarkan dengan model mempunyai kesempatan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Model juga melatih siswa untuk memadukan antara konsep yang telah diperoleh dari penjelasan guru di kelas dengan konsep yang didapat oleh mereka sendiri baik dari buku maupun internet [3]. masyarakat memudahkan siswa memahami materi karena siswa diajak untuk mengaitkan antara sains yang sedang dikaji dengan teknologi di masyarakat. Selain itu siswa juga diajak untuk mengaplikasikan dalam praktikum sehingga dengan siswa mendapatkan kesempatan untuk bereksperimen dan menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya. Sehingga dengan melakukan eksperimen maka siswa dapat mengalami sendiri dan membekas dalam ingatan mereka. Dengan demikianmodel dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. masyarakat yang diterapkan menemui kendala saat proses pembelajaran berlangsung. Bagi peneliti beberapa kendala tersebut adalah sulitnya mengalokasikan waktu dengan tepat, karena model pembelajaran sains teknologi ini memiliki tahapan yang cukup banyak. Hal ini disebabkan peneliti belum optimal dalam menguasai kelas. Poedjiadi menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan model apabila dirancang dengan baik, memakan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan modelmodel lain. Hal ini disebabkan karena bagi guru tidak mudah untuk mencari isu atau masalah pada tahap pendahuluan yang terkait dengan topik yang dibahas atau dikaji, karena hal ini memerlukan adanya wawasan luas dari guru dan melatih tanggap terhadap masalah lingkungan [4]. Model Pembelajaran direct instruction yang diterapkan di kelas kontrol ini juga mempunyai kelebihan tentang pengalokasian waktu dalam 53

setiap tahapnya itu bisa disesuaikan dan pemberian tugas-tugas bisa secara maksimal. Kardi,S & Nur menyatakan bahwa ada dua hal yang menonjol terkait dengan hasil pelaksanaan model pembelajaran direct intruction, yaitu: alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan) yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih berhasil dan mencapai tingkat keterlibatan yang tinggi daripada metodemetode informal yang berpusat pada siswa [5]. Pembelajaran direct instruction memiliki beberapa kendala yaitu guru lebih mendominasi daripada siswa sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung susah menyelesaikan permasalahan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran lebih bersifat teoritis dan abstrak, karena siswa tidak mengalaminya sendiri. Selain itu, siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction kurang memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Jadi inilah yang merupakan faktor penyebab dari lebih kecilnya nilai rata-rata tes akhir pada kelas kontrol. DAFTAR PUSTAKA [1] Novrizal, Ferdi. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Sains teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Usaha Dan Energi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. [2] Nuruddin, Moh. (2010). Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Siswa Yang Menggunakan Problem Based Learning Dengan Direct Instruction. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: [3] Yulianti, dkk.(2012). Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Prestasi Belajar Ipa Sd Gugus I Banyuning. Singaraja: Universitas Ganesa. [4] Poedjiadi, Anna. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [5] Kardi, S, & Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung.Surabaya: UNESA University Press. IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara model dan model pembelajaran direct intruction. Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak dimana = 8,04 dan = 1,98, maka ditolak dan hipoteis satu ( ) diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 54