RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN BIDANG PENCEGAHAN TARGET/ TAHUN No TUJUAN RENCANA AKSI

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

DRAFT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

1. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MASYARAKAT ( MODAL SOSIAL)

LAMPIRAN INSTRUKSI. : 12Tahun2011 TANGGAL DAN PEREDARAAN. narkoba. peredaran. narkoba. lndonesia

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

J A K A R T A, M E I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

PROFILE BADAN NARKOTIKA NASIONAL tahun 2016

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BIO DATA KOTA TANGERANG

Kementerian Sosial RI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

20. PelaksanaanUU No.35/2009 tentangnarkotika. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

REHABILITASI PENYALAH GUNA NARKOBA UNTUK PEMULIHAN MENTAL

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

2 Kepala Badan Narkotika Nasional Tentang Akses Data Sistem Administrasi Badan Hukum Dan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian Dalam Pelaksanaan Pen

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mendeskripsikan prinsip negara hukum adalah the rule of law, not of man

LAPORAN PERKEMBANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI (BNNP) SULAWESI SELATAN

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

RENCANA AKSI SULAWESI SELATAN No TUJUAN RENCANA AKSI BIDANG PENCEGAHAN 3 Para Siswa/Pelajar pendidikan menengah tidak menyalahgunakan Para Mahasiswa tidak menyalahgunakan Para pekerja swasta /wiraswasta/buruh tidak menyalahgunakan kepada para Siswa/Pelajar menengah yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap kader anti di kalangan para Siswa/Pelajar pendidikan menengah yang lingkungannya rentan dan beresiko kepada para Mahasiswa yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap kader anti di kalangan Mahasiswa yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap kepada para pekerja di perusahaan atau instansi swasta yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap kader anti di instansi swasta/wiraswasta yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap TARGET/ TAHUN 0 0 03 0 05 0 00 300 390 550 0 35 00 30 50 0 600 70 970 98 0 05 50 00 300 0 00 80 6 850 0 35 50 65 90 PELAKSANA INDIKATOR Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, Siswa/Pelajar KPA, Biro Napza & HIV-pendidikan menengah menolak Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, KPA, Biro Napza & HIV kalangan para - Siswa/Pelajar pendidikan menengah. Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, Mahasiswa menolak KPA, Biro Napza & HIV- Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, KPA, Biro Napza & HIV-kalangan para Mahasiswa. Disnkertrans, Biro Napza dan HIV-AIDS, Disnkertrans, Biro Napza dan HIV-AIDS, Pekerja di perusahaan atau instansi swasta menolak lingkungan perusahaan atau instansi swasta.

Para pegawai di lembaga Negara/pemerintah tidak menyalahgunakan kepada pegawai negeri yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap kader anti di instansi pemerintah yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap 0 00 0 3 8 0 35 50 65 90 Seluruh lembaga pemrintah Seluruh lembaga pemerintah Pegawai Negeri menolak lingkungan Instansi Pemerintah. BIDANG PEBERDAYAAN MASYARAKAT Lingkungan pendidikan menengah bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Ekstasi, dan Heroin Melakukan test dimulai dari pendidikan menengah yang rentan dan beresiko tinggi terhadap penyalahgunan dan peredaran gelap dan rehabilitasi sosial bagi pelajar pendidikan menengah yang terlibat sebagai pecandu Mengungkap jaringan sindikat yang mengakibatkan pelajar pendidikan menengah terlibat sebagai penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu 0 3 3 3 3 Dinkes, 0 3 3 3 3 Dinkes, Dinsos, 0 0% 0% 0% 0% Polda, pendidikan menengah bebas Lingkungan kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Ekstasi, Heroin. Melakukan test dimulai dari kampus yang rentan dan beresiko tinggi terhadap penyalahgunan dan peredaran gelap dan rehabilitasi sosial bagi Mahasiswa yang terlibat sebagai penyalahgunaan, dan pecandu Mengungkap jaringan sindikat yang mengakibatkan Mahasiswa terlibat sebagai penyalahgunaan, dan pecandu 0 6 6 6 6 Dinkes, 0 6 6 6 6 Dinkes, Dinsos, 0 0% 0% 0% 0% Polda, kampus bebas

Melakukan test dimulai dari lingkungan kerja yang rentan dan beresiko tinggi terhadap penyalahgunan dan peredaran gelap 0 Dinkes, 3 Lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Ekstasi, dan Heroin dan rehabilitasi sosial bagipekerja/ pegawai yang terlibat sebagai penyalahgunaan, dan pecandu 0 Dinkes, Dinsos, Meningkatnya jumlahlingkungan kerja bebas Mengungkap jaringan sindikat yang mengakibatkan pekerja/ pegawai terlibat sebagai penyalahgunaan, dan pecandu 0 0 0% 0% 0% Polda, 5 Para pencandu yang sudah cukup umur atau keluarganya dan orang tua atau wali pecandu Narkotika Melakukan pendataan Wajib Lapor secara yang belum cukup umur terpadu melaporkan diri kepada institusi penerima wajib lapor Secara bertahap para penyalahgunaa, dan pencandu dapat menerima pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Melakukan pendataan kondisi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial instansi pemerintah dan komponen masyarakat Meningkatkan penguatan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial terutama lembaga yang hendak berhenti beroperasi Melakukan penataan kembali lembaga rehabilitasi sesuai dengan status pecandu yang datang sendiri, mengikuti program wajib lapor, tersangka/terdakwa, atau terpidana 0 0 00 orang 00 orang 50 orang 0 0 8 0 KM KM KM KM Dinkes, Dinsos,, Polda Dinkes, Dinsos, 0 0% 0% 30% 0% Dinkes, Dinsos, pecandu narkotika yang melaporkan diri dan menerima perawatan penyalahgunaan, dan pecandu yang mengikuti program rehabilitasi

6 7 Secara bertahap tersedianya lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial didaerah rawan penyalahgunaan Para penyalahgunaan, dan pencandu yang telah lengkap menyelesaikan program rehabilitasi secara berlanjut mengikuti program after care untuk mencegah terjadinya kekambuhan Melakukan pendataan kembali terhadap tersedianya lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial terutama Kabupaten/Kota yang benar-benar belum tersedia lembaga rehabilitasi Memberikan pelayanan mantan pecandu dengan program after care Melakukan penataan sistem manajemen informasi yang terpadu bagi para mantan pecandu 0 LUT, WAJ, BUK SEL, SID, BON BAN, PIN, LUT LUW, JEN, PAN Dinkes, Dinsos, 0 +0% +0% +0% +0% Dinkes, Dinsos, Dinkes, Dinsos, Meningkatnya lembaga rehabilitasi di daerah rawan penyalahgunaan Meningkatnya mantan penyalahgunaan, pecandu yang mengikuti program after care BIDANG PEMBERANTASAN Terungkapnya penyelewengan bahan kimia prekursor dan penindakan jaringan tersangka berdasarkan hukum yang berlaku Tersitanya seluruh aset jaringan sindikat yang terkait tindak pidana narkotika Meningkatkan koordinasi instansi terkait yang bertanggung jawab melakukan pengawasan bahan kimia prekursor Melakukan penegakan hukum yang tegas dan keras terhadap setiap terjadinya penyimpangan bahan kimia prekursor : 0 0 kasus kasus kasus - Prekursor yang disita 0 0 5% 5% 5% - Produksi kimia Prekursor yang diungkap 0 0 0% 0% 0% - Tersangka yang terlibat produksi kimia prekursor yang ditangkap 0 0 0% 0% 0% Melakukan penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tindak pidana pencucian uang sampai dengan penyitaan 0 0 50 Jt 0% 0% aset yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika Dinkes, Dinsos, Disperindag, Bea Cukai, Polda,, BPOM, PBF Polda dan Polda, Kejati,, Kanwil Kumham Meningkatnya hasil pengungkapan penyelewengan bahan kimia prekursor Meningkatnya nilai aset yang disita

3 Terlaksananya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan jaringan sindikat provinsi secara sinergi meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar aparat penegak hukum provinsi sulsel dalam upaya melakukan tindakan tegas dan keras terhadap master mind jaringan sindikat yang berada di luar sulsel dengan memanfaatkan UU Pencucian Uang dengan menyelenggarakan peradilan in abstentia 0 Laporan/ Kasus kasus kasus kasus Bea Cukai, Imigrasi, Polda,, Kejati, Lapas, Kanwil Kumham Meningkatnya penyelesaian jumlah kasus TP Narkotika 5 Terciptanya aparat pemerintah yang bersih dan berwibawa Terselenggaranya penegakan hukum yang sinergi Melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja aparat penegak hukum Melakukan penindakan tanpa pandang bulu terhadap para aparat penegak hukum dan aparat pemerintah lainnya yang terlibat jaringan sindikat melalui proses peradilan Meningkatkan koordinasi antar aparat penegak hukum di lapangan demi terungkapnya jaringan sindikat yang lebih besar 0 0 LSM, TOMA, Tokoh pemuda, Tokoh Agama, Pengacara, Keluarga Polda,, Kanwil Kumham, Kejati Bea cukai, Polda, Berkurangnya aparat penegak hukum yang terlibat jaringan sindikat Berkurangnya permasalahan penegak hukum di lapangan 6 Terungkapnya jaringan sindikat nasional Membangun komunikasi dengan sesama aparat penegak hukum dan saling tukar informasi tentang perkembangan jaringan sindikat yang menjadi target nasional Mengevaluasi dan mengintensifkan kerjasama yang telah terjalin selama ini 0 0 jar jar 3 jar Bea Cukai, Polda, Imigrasi, Meningkatnya hasil pengungkapan jaringan sindikat nasional Bea Cukai, Polda, Imigrasi, KEPALA SULAWESI SELATAN, Drs. RICHARD. M.NAINGGOLAN, MM., MBA