KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat rahmat dan hidayah-nya, penyusunan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2014 ini, dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu yang ditentukan. Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun Anggaran 2014 telah menyelesaikan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja (Renja) sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun , Renstra BNN tersebut memberikan arah dan fokus bagi pelaksanaan Program dan Kegiatan BNN dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), dalam upaya peningkatan kinerja BNN untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja yang menjadi prasyarat terciptanya good governance and clean governance. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban BNN atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Presiden Republik Indonesia dalam menyelenggarakan P4GN di Indonesia. Azas akuntabilitas yang dipedomani BNN seperti yang tertuang dalam TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 dan Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menyebutkan, bahwa penyelenggara negara wajib mempertanggungjawabkan hasil akhir setiap program dan kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat. Hal ini menyiratkan bahwa keberadaan BNN selaku penyelenggara negara di bidang P4GN, wajib menyampaikan hasil kinerjanya selama kurun waktu satu tahun. Dalam laporan ini disajikan target capaian kinerja BNN dalam tahun 2014 yang meliputi kinerja Satker di Lingkungan BNN dengan 21 Indikator Kinerja Utama yang disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun i

3 Melalui kerja keras serta dukungan dari seluruh Satker BNN, secara umum berbagai target dapat berhasil dicapai dengan cukup baik, bahkan ada beberapa indikator kinerja yang dapat dilampaui yaitu dibidang pemberantasan narkoba berkat kesungguhan para penyidik dalam mengungkap sel jaringan kejahatan narkoba. Tanpa mengabaikan bidang operasional lainnya yang ada saat ini, BNN sangat berupaya keras menempatkan korban penyalahguna narkoba ke tempattempat rehabilitasi, hal tersebut dimaksudkan untuk memutus rantai peredaran narkoba yang setiap tahun menunjukkan peningkatan yang sangat mengkawatirkan. Kebijakan tersebut sesuai dengan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya pasal 127 (ayat 3), untuk itu Pemerintah telah menetapkan Tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan bagi korban penyalahguna narkoba dengan semboyan: Pengguna Narkoba lebih baik direhabilitasi dari pada di penjara. Upaya tersebut seiring sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika. Laporan ini dapat menjadi acuan yang berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan pada tahun-tahun mendatang. Akhirnya, saya berharap agar Laporan Kinerja BNN Tahun 2014 ini dapat menjadi media pertanggungjawaban dan juga menjadi media evaluasi untuk menilai kinerja BNN secara keseluruhan. Sekian dan terimakasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati usaha kita semua Amin. Jakarta, Februari 2015 Kepala Badan Narkotika Nasional Anang Iskandar ii

4

5

6

7 RINGKASAN LAPORAN KINERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2014 Untuk implementasi Program P4GN, telah ditetapkan dalam Rencana Stategis (Renstra) BNN Tahun , sebanyak 13 (tiga belas) Sasaran Strategis dengan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama, berikut ringkasan capaian dari setiap sasaran, sebagai berikut: 1. Bidang Pencegahan terdiri dari 3 sasaran dengan 4 indikator kinerja utama, dengan uraian sebagai berikut: a. Sasaran pertama terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 100%, target tercapai sebesar 91,7%. b. Sasaran kedua, 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 100%, target dapat tercapai sebesar 90,7%. c. Sasaran ketiga terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja Utama dengan target rata-rata sebesar 15%, Indikator pertama mencapai 52,8%, sedangkan Indikator kedua mencapai 229,1%. 2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari 2 sasaran dengan 4 indikator kinerja utama, sebagai berikut: a. Sasaran pertama terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 15%, Indikator pertama tercapai sebesar 14,%, sedangkan Indikator kedua tercapai 14,5%. b. Sasaran kedua terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja Utama. Target pada Indikator pertama adalah 75 orang, tercapai sebesar 54 orang (72%), sedangkan target Indikator kedua adalah 5 Lingkungan, tercapai 2 lingkungan (40%). iii

8 3. Bidang Rehabilitasi terdiri dari 4 sasaran dengan 6 indikator kinerja utama sebagai berikut : a. Sasaran pertama terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 250 orang, tercapai sebesar 466 orang (186%). b. Sasaran kedua terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja Utama. Target pada Indikator pertama adalah 33 LRIP, tercapai sebesar 33 LRIP (100%), sedangkan target Indikator kedua adalah 40 LRKM, tercapai 40 LRKM (100%). c. Sasaran ketiga terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja Utama. Target pada Indikator pertama adalah 800 orang, tercapai sebesar 963 orang (120%), sedangkan target Indikator kedua adalah 70%, tercapai 60%. d. Sasaran keempat terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 528 orang, tercapai sebesar 532 orang (100,75%). 4. Bidang Pemberantasan terdiri dari 2 sasaran dengan 5 indikator kinerja utama sebagai berikut: a. Sasaran pertama terdiri dari 4 (empat) Indikator Kinerja Utama. Target pada Indikator pertama adalah 111 kasus, tercapai sebesar 398 kasus (358,5%), target Indikator kedua adalah 221 tersangka, tercapai 585 tersangka (264,7%), pada target Indikator ketiga adalah 53 sel jaringan, tercapai 55 sel jaringan (103,7%), sedangkan target Indikator keempat adalah Rp ,- dapat terealisasi sebesar Rp ,- dengan capaian sebesar 216,7%. b. Sasaran kedua terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan dan border land. Untuk realisasi indikator ini tidak dapat dinilai. Tidak diniliainya narkotika ilegal yang disita supaya tidak menimbulkan persepsi yang salah dimasyarakat, oleh karena narkoba ilegal tersebut semuanya dimasukan ke dalam incenerator untuk dimusnahkan. iv

9 5. Bidang Hukum dan Kerjasama terdiri dari 2 sasaran dengan 2 indikator kinerja utama dengan uraian sebagai berikut: a. Sasaran pertama terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 75 orang, tercapai sebesar 466 orang (621,3%). b. Sasaran kedua, 1 (satu) Indikator Kinerja Utama dengan target capaian 50%, target dapat tercapai sebesar 91,3%. Untuk mengukur sasaran tersebut dilaksanakan monitoring dan evaluasi ke penerima program serta melalui pembukaan layanan pengaduan langsung ke BNN melalui website. Hingga berakhirnya tahun anggaran 2014, BNN tidak menerima laporan pengaduan dari masyarakat adanya penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh penerima program dari BNN. Berdasarkan capaian dari 13 (tiga belas) sasaran strategis BNN tahun 2014, maka capaian ini sudah menunjukkan keberhasilan dalam implementasi program P4GN dan hal ini mendukung hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslit Kesehatan UI tahun 2014, yang menunjukkan hasil secara nasional telah terjadi penurunan prevalensi penyalahgunaan Narkoba dari proyeksi 2,68% menjadi 2,18%. Pagu anggaran BNN tahun 2014 untuk mendukung Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) diatas sebanyak Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- prosentase realisasi keuangan sebesar 95,63%. v

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. RINGKASAN SINGKAT LAPORAN KINERJA BNN TAHUN DAFTAR ISI. DAFTAR GRAFIK i iii vi viii BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum. 3 C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan.. 4 D. Struktur Organisasi 7 E. Sistematika Penyajian.. 8 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 9 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN. 14 A. Capaian Kinerja Organisasi B. Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP.. 88 LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja. 2. Prevalensi penyalahguna narkoba berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI TA Hasil monitoring evaluasi program dan kegiatan BNN pada elemen siswa, mahasiswa, dan pekerja TA vi

11 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Grafik 2 % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Grafik 3 % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) Grafik 4 % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba Grafik 5 % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba 38 Grafik 6 % penurunan jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif Grafik 7 Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba Grafik 8 Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program wajib lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) Grafik 9 Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai Standar Pelayanan Minimal/SPM Grafik 10 Jumlah LRKM yang beroperasi sesuai SPM Tahun 2013 dan Grafik 11 Jumlah Penyalah Guna dan/atau Pecandu Narkoba (Teratur Pakai dan Pecandu) yang Mengikuti Program Terapi dan Rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi BNN 68 Grafik 12 % penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN Grafik 13 Jumlah penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi vii

12 Grafik 14 Jumlah capaian pengungkapan kasus tindak kejahatan narkotika dan prekursor narkotika tahun Grafik 15 Capaian jumlah tersangka tindak kejahatan narkotika dan prekursor narkotika yang tertangkap tahun Grafik 16 Capaian sel jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang terungkap tahun Grafik 17 Persentase jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkotika yang terungkap tahun Grafik 18 Jumlah orang yang mendapat pelayanan hukum di bidang P4GN Grafik 19 % tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah Dalam dan Luar Negeri Grafik 20 Realiasi anggaran BNN Tahun viii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang melanda dunia berimbas juga ke tanah air dan perkembangannya begitu pesat sehingga sangat mengkhawatirkan, dan narkoba sudah menyebar sampai ke pelosok pedesaan serta telah mengorbankan ribuan bahkan jutaan jiwa anak bangsa akibat terjerat narkoba. Berdasarkan data yang ada di BNN, tidak satu Kabupaten/Kota di Indonesia yang menyatakan bebas dari masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2014, tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,18% atau sekitar orang dari total populasi penduduk (berusia tahun). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia dari 2,23% pada tahun 2011 menjadi 2,18% pada tahun Hal ini menunjukkan keberhasilan pelaksanaan program P4GN yang telah dilaksanakan selama ini. Saat ini di Indonesia ditemukan 35 (tiga puluh lima) zat baru yang mengandung Narkoba dan belum diatur dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan kondisi tersebut di atas, BNN sebagai sebagai lembaga yang menangani penanggulangan narkoba ditanah air, dituntut untuk semakin gigih melakukan berbagai upaya strategis untuk menggerakkan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap Narkoba (P4GN). Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah penguatan kelembagaan BNN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 1

14 Penguatan dimaksud yaitu dengan pembentukan BNNP di tingkat Provinsi dan BNNK/Kota di tingkat Kabupaten/Kota. Badan Narkotika Nasional telah terbentuk di 33 Provinsi dan 100 BNN Kabupaten/Kota. Sedangkan Kabupatan/Kota lain, yang belum terbentuk organisasi BNNK/Kota nya, para kepala daerah setempat sangat mengharapkan agar segera dilakukan percepatan pembentukan organisasi BNNK/Kota diwilayah kerjanya, oleh karena penanganan permasalahan narkoba harus ditangani secara serius, karena telah menimbulkan banyak korban jiwa yang kehilangan nyawa akibat terjerat narkoba. Strategi yang dilakukan oleh BNN dalam upaya perlawanan terhadap kejahatan narkoba yaitu dengan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi, Pemberantasan serta Hukum dan Kerjasama. Pencegahan melalui Diseminasi Informasi dan Advokasi, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pemberdayaan Alternative dan Peningkatan Peranserta Masyarakat, Rehabilitasi melalui Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah, Komponen Masyarakat dan melakukan pembinaan Pascarehabilitasi, Pemberantasan melalui pelaksanaan Intelijen berbasis Teknologi, penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika alami, penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika sintetis, penyidikan jaringan peredaran gelap psikotropika dan prekursor, pelaksanaan interdiksi wilayah udara, laut, darat dan lintas darat, pelaksanaan penindakan dan pengejaran serta perawatan tahanan, barang bukti, penyidikan dan pengelolaan aset serta bidang Hukum dan Kerjasama melalui peningkatan kerja sama baik dalam negeri maupun luar negeri serta melaksanakan penataan produk hukum dan pelayanan bantuan hukum. Disamping diperkuat dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, untuk melibatkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program P4GN, didukung dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun

15 Inpres tersebut menugaskan kepada seluruh pimpinan kementerian/ lembaga/instansi pusat dan daerah, berperan serta melakukan program P4GN sesuai dengan fungsi yang ada pada kementerian/lembaga/instansi masing-masing. Dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2014, BNN sebagai lembaga pemerintah yang telah menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), berkewajiban melaporkan Kinerja ke Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN. Hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. B. Dasar Hukum. 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. 6. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. 8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional. 3

16 9. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan. 1. Kedudukan. Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala. 2. Tugas. a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba; f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkoba. h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika. 4

17 i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. 3. Fungsi. Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN. b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria P4GN. c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN. d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama. f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN. g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN. h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN. i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat. j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan peredaran gelap Narkoba; k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang Narkoba; 5

18 l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan / atau pecandu Narkoba. m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkoba yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang teruji keberhasilannya. o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN. p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN. q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN. r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN. s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN. t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN. u. Pelaksanaan pengujian Narkoba. v. Pengembangan laboratorium uji Narkoba. w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN. 4. Kewenangan. Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan. 6

19 D. Struktur Organisasi. Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut: 1. Kepala BNN. 2. Sekretariat Utama. 3. Deputi Bidang Pencegahan. 4. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat. 5. Deputi Bidang Pemberantasan. 6. Deputi Bidang Rehabilitasi. 7. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama. 8. Inspektorat Utama. 9. Instansi Vertikal. STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL 7

20 E. Sistematika Penyajian. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. Bab II Perencanaan Kinerja. Bab III Akuntabilitas Kinerja. Bab IV Penutup. Lampiran 1. Perjanjian Kinerja 2. Lain-lain yang dianggap perlu 8

21 BAB II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan merupakan salah satu proses manajemen dalam upaya melakukan perubahan atau perbaikan terhadap suatu keadaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses manajemen tersebut Badan/Instansi melakukan berbagai upaya seperti : analisis kebijakan dan rancangan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada dan yang mungkin timbul dalam organisasi tersebut. BNN sebagai lembaga pemerintah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi telah menetapkan sasaran strategis yang ingin dicapai selama 5 tahun Perencanaan Strategis tersebut meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran, serta cara pencapaian tujuan dan sasaran. BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian memiliki tugas, fungsi dan wewenang di bidang P4GN, yang bertujuan meningkatkan daya tangkal (imunitas) masyarakat guna mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Tujuan tersebut telah ditetapkan dalam sasaran strategis pada Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun (reviu). Renstra (reviu) BNN tahun menjadi pedoman pelaksanaan program dan kegiatan BNN yang dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan BNN. Pedoman pelaksanaan program dan kegiatan BNN tahun 2014 dituang dalam Perjanjian Kinerja BNN Tahun Perjanjian kinerja merupakan tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai, antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab kinerja. Perjanjian Kinerja berisikan sasaran strategis (outcome), indikator kinerja dan target yang akan dicapai melalui program yang ada pada lembaga/instansi yang bersangkutan. Adapun Perjanjian Kinerja BNN Tahun 2014 sebagaimana tabel di bawah ini : 9

22 Tabel 1. Perjanjian Kinerja BNN Tahun 2014 Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran : 2014 : Badan Narkotika Nasional No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 2. Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 3. Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) 100% 100% 15% 15% 10

23 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas narkoba % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba 15% 5. Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba 15% 70 Orang 5 Lingkungan Masyarakat Perkotaan 6. Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba 7. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM) Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm 250 Orang 33 LRIP 40 LRKM 11

24 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi 9. Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba 10. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN % Penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba 930 Orang 60% 500 Orang 111 Kasus 221 Tersangka 53 Sel Jaringan 35,38 Milyar 12

25 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land) 12. Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba 13. Meningkatnya tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri 63 Milyar 75 Orang 50% 13

26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN A. Capaian Kinerja Organisasi. Penetapan Kinerja BNN tahun 2014 menetapkan 13 (tiga belas) sasaran strategis yang akan dicapai, dengan indikator kinerja utama sebanyak 21 (dua puluh satu) indikator. Dari 21 (dua puluh satu) indikator utama tersebut dapat disimpulkan : (dua belas) indikator melebihi target yang ditetapkan (dua) indikator sesuai target yang ditetapkan (tujuh) indikator di bawah target yang ditetapkan (satu) indikator tidak dapat diukur. Berikut ini dijelaskan realisasi pencapaian 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang diuraikan sebagai berikut : Target Realisasi Capaian No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (%) Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba 2. Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 100% 91,7% 91,7% 100% 90,7% 90,7% 14

27 Target Realisasi Capaian No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (%) Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 4. Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas narkoba 5. Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba 6. Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) 15% 52,8% 352% 15% 229,1% 1.527% 15% 14,1% 94% 15% 14,5% 96,7% 75 orang 250 Orang 54 orang 2 lingkungan 5 lingkungan masyarakat perkotaan masyarakat perkotaan 466 orang 72% 40% 186% 15

28 Target Realisasi Capaian No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (%) Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM) 8. Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi 9. Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba 10. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba 11. Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land) Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN % Penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land 33 LRIP 40 LRKM 930 orang 70% (560 orang) 500 Orang 111 Kasus Sel Tersangka Jaringan 35,38 Milyar 63 Milyar 33 LRIP 100% 40 LRKM 100% 963 orang 60% (480 orang) 532 orang 398 kasus 585 tersangka 55 Sel Jaringan 77,58 Milyar N/A 120% 86% 100,75% 358,5% 264,7% 103,7% 216,7% N/A 16

29 Target Realisa-si Capaian No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (%) Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba 13. Meningkatnya pelaksanaan kerjasama Badan Narkotika Nasional dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah dalam dan luar negeri Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri 75 orang 466 orang 621,3% 50% 91,3% 182,6% Guna mengetahui lebih jauh tentang capaian kinerja yang telah dilakukan BNN selama kurun waktu tahun 2014, perlu dilakukan evaluasi dengan cara melakukan analisis yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk narasi maupun tabel atau grafik. Capaian kinerja tahun 2014 merupakan kelanjutan capaian periode tahun sebelumnya, dan capaian ini merupakan arah untuk capaian pada periode selanjutnya, sebagaimana yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja BNN. Untuk menggambarkan capaian kinerja BNN Tahun 2014, BNN melakukan survei melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) guna mengetahui sejauhmana efektivitas pelaksanaan program P4GN di 16 provinsi, dengan pertimbangan karakteristik provinsi yang menjadi lokasi monitoring memiliki kerawanan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan telah aktif melakukan program P4GN. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibatasi pada data primer. Sedangkan untuk mendapat data primer digunakan kuesioner yaitu pertanyaan tertutup, semi tertutup, dan terbuka dengan menggunakan metode Likert skala 5 (lima). 17

30 Sampel dalam penelitian ini melibatkan 797 orang yang sebelumnya pernah menerima program dari BNN/BNNP/BNNK/Kota, terdiri dari Siswa, Mahasiswa, Guru/Dosen, TNI/PNS, Polri, Pegawai Swasta, Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama/LSM, dan Pengelola Pusat Rehabilitasi. Data yang didapat sebelum diolah dilakukan editing dan coding, hasil coding dimasukkan dalam program SQL Access Database. Hasil perumusan atas pelaksanaan survei tersebut dijadikan sebagai data pembanding dalam evaluasi capaian kinerja setiap sasaran dan indikator kinerja utama program P4GN dengan uraian sebagai berikut : 1. Sasaran : Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas indikator kinerjanya adalah prosentase siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan target capaian masing-masing sebesar 100% di tahun Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. % siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 100% 91,7% 91,7% Indikator Kinerja Utama (IKU) tentang prosentase siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba diukur menggunakan hasil dari monev pengukuran kinerja pelaksanaan program P4GN yang dilakukan pada akhir tahun anggaran 2014 di 16 Provinsi. 18

31 Adapun pengukuran siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dilihat dari kriteria berikut : a. Siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti penyuluhan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. b. Siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja melaporkan kegiatan peredaran gelap narkoba kepada pihak yang berwajib. Dari target yang ditetapkan 100% dapat terealisasi sebesar 91,7% dengan dasar perhitungan adalah sebagai berikut : No. Segmen Pengukuran Kineja Pelaksanaan Program P4GN Capaian (%) 1. Menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN 93,9% 2. Melaporkan kegiatan peredaran gelap narkoba kepada pihak yang berwajib /terkait untuk segera ditindak 89,4% Rata rata capaian 91,7% No. Indikator Kinerja Utama 1. % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = % capaian Indikator pengukuran / n =(93.9% %)/2 =91.7% - % capaian Indikator pengukuran = Jumlah persentase hasil capaian - n = jumlah indikator pengukuran Tidak tercapainya target 100% tersebut di atas, dikarenakan pengukuran SIKAP bersifat abstrak dan tidak dapat diukur dalam waktu relatif singkat. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 6,7% yaitu dari 85% pada tahun 2013 menjadi 91,7% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa diseminasi informasi melalui berbagai media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional), dan kegiatan Focus Group Disscussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. 19

32 Grafik 1. % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % Peningkatan Capaian 6,7% 91,7% ,0% Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifakan terhadap organisasi BNN, yang berakitbat terjadi reviu Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Dalam hal penyebarluasan informasi, BNN masih sangat kekurangan sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini harus menjadi perhatian untuk tahun-tahun yang akan datang agar program kegiatan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. 2. Sasaran : Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas indikator kinerjanya adalah prosentase meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan target capaian masing-masing indikator sebesar 100% di tahun

33 Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 100% 90,7% 90,7% IKU tentang prosentase kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba diukur menggunakan hasil dari monev pengukuran kinerja pelaksanaan program P4GN yang dilakukan pada akhir tahun anggaran 2014 di 16 Provinsi. Adapun pengukuran kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dilihat dari indikator yaitu: a. siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti pelatihan kader anti narkoba. b. siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja menyampaikan bahaya narkoba kepada orang lain. c. siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja melaporkan kegiatan peredaran gelap narkoba kepada pihak yang berwajib. d. siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait agar korban lahgun/pecandu narkoba mendapat rehabilitasi. e. Berkeinginan turut serta mensukseskan Program P4GN. Dari target yang ditetapkan 100% dapat terealisasi sebesar 90,7% dengan dasar perhitungan adalah sebagai berikut : 21

34 No. Segmen Pengukuran Kineja Pelaksanaan Program P4GN Capaian (%) 1. Menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN 93,9% Meyampakan bahaya narkoba kepada orang lain setelah mengikuti kegiatan P4GN Melaporkan kepada pihak yang berwajib /terkait agar korban penyalahguna /pencandu narkoba memperoleh layanan rehabilitasi Melaporkan kegiatan peredaran gelap narkoba kepada pihak yang berwajib /terkait untuk segera ditindak 90,4% 88,6% 89,4% 5. Berkeinginan turut serta mensukseskan Program P4GN 91,4% Rata rata capaian 90,7% No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan 1. % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba = % capaian Indikator pengukuran / n =(93.9%+90.4%+88.6%+89.4%+91.4%)/5 =90.7% - % capaian Indikator pengukuran = Jumlah persentase hasil capaian - n = jumlah indikator pengukuran Tidak tercapainya target 100% tersebut di atas, diduga oleh karena penunjukan peserta untuk mengikuti pelatihan pembentukan kader anti narkoba bukan atas kemauan sendiri melainkan ditunjuk oleh pimpinan instansi/lembaga masing-masing. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 16,7% yaitu dari 74% pada tahun 2013 menjadi 90,7% pada tahun Hal ini mengindikasikan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. 22

35 Grafik 2. % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. % Peningkatan Capaian 16,7% ,0% 90,7% Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Media massa dan kader anti narkoba yang sudah terbentuk sangat berperan dalam mempengaruhi keterampilan para siswa menengah, mahasiswa dan pekerja terkait dengan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 3. Sasaran : Meningkatnya peranan intansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Sasaran strategis di atas, di implementasikan melalui 2 (dua) indikator kinerja utama sebagai berikut : 23

36 No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres12/2011) 15% 52,8 % 352% Pentingnya indikator tersebut diatas, disebabkan kebijakan pemerintah terkait dengan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dalam upaya mewujudkan 97,8% dari jumlah penduduk Indonesia IMUN terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, melalui partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan menumbuhkan sikap menolak narkoba dan menciptakan lingkungan bebas narkoba. Sedangkan 2,2% dari jumlah penduduk Indonesia yang ditengarai telah terlanjur menjadi penyalahguna narkoba, akan diupayakan secara bertahap mendapat layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi melalui rawat inap atau rawat jalan serta mencegah kekambuhan dengan program after care (rawat jalan). Kebijakan lainnya adalah menumpas jaringan sindikat narkoba hingga ke akar-akarnya melalui pemutusan jaringan sindikat narkoba dalam dan/atau luar negeri dan menghancurkan kekuatan ekonomi jaringan sindikat narkoba dengan cara penyitaan asset yang berasal dari tindak pidana narkotika melalui penegakan hukum yang tegas dan keras. Arah kebijakan tersebut ditetapkan berdasarkan amanat Undangundang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN Tahun dan ditingkat Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) juga telah didukung dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. 24

37 Inpres Nomor 12 Tahun 2011, menginstruksikan seluruh Menteri/Kepala Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota, mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun , dengan menetapkan rencana aksi yang meliputi bidang: Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi; dan Pemberantasan. Agar amanat Inpres tersebut dapat terlaksana, seluruh penyelenggara negara diminta menetapkan target rencana aksi masing-masing sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing K/L. Adapun gambaran implementasi rencana aksi Inpres Nomor 12 Tahun 2011 di tingkat K/L, tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Terdapat 60 K/L yang menetapkan target Rencana Aksi Tahun Anggaran 2014 dengan mendatakan langsung rencana aksinya ke dalam sistem aplikasi pelaporan Inpres Nomor 12 Tahun b. Dari 60 K/L yang menetapkan target rencana aksi, ada 20 K/L yang telah melaporkan realisasi rencana aksi secara langsung kedalam aplikasi pelaporan Inpres 12 Tahun 2011 dengan alamat inpres12.bnn.go.id, sedangkan 40 K/L lainnya mengirim laporan pelaksanaan secara manual ke BNN (laporan dalam bentuk hardcopy). c. Selain 60 K/L tersebut di atas, terdapat 30 K/L yang tidak menyusun rencana aksi tetapi melaksanakan amanat Inpres tersebut, dengan cara mengundang BNN sebagai narasumber untuk melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di lingkungan instansinya. d. Total K/L yang telah melaksanakan amanat Inpres No. 12 Tahun 2011 berjumlah 90 K/L. Sementara K/L yang tidak menyusun rencana aksi, disebabkan program P4GN dalam RPJMN tahun masih dalam klasifikasi prioritas bidang. 25

38 Pada lingkup daerah, Pemerintah Daerah (Pemda) yang menyusun dan melaksanakan rencana aksi juga mengalami peningkatan, hal tersebut didorong dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, dengan uraian sebagai berikut: a. Pemda yang melaporkan Rencana Aksi Daerah (RAD) ke BNN adalah sebanyak 97 Pemerintah Daerah dengan rincian sebagai berikut: Pemda Tingkat 1 = 27, Pemda Kabupaten = 42, dan Pemda Kota = 28. b. Pelaporan RAD dapat terpantau melalui perwakilan BNN yang ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota, sedangkan di Kabupaten/Kota yang belum terbentuk organisasi BNNK/Kota nya, BNN masih mengalami kendala dalam hal pelaksanaan koordinasi. c. Terdapat 33 Pemda yang tidak menyusun rencana aksi tetapi melaksanakan Rencana Aksi Daerah (RAD) sebagai amanat Inpres 12 dan Permendagri No. 21 Tahun 2013, dengan cara mengundang BNNP dan BNNK sebagai narasumber untuk melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dilingkungan instansinya. d. Total Pemda yang telah melaksanakan amanat Inpres No. 12 Tahun 2011 berjumlah 130 instansi pemerintah daerah. e. Semakin lancarnya komunikasi BNNP/BNNK/Kota dengan pemerintah daerah setempat dalam rangka peningkatan pelaksanaan program P4GN, hal ini ditandai dengan tersedianya bantuan hibah berupa dana, tanah, dan barang melalui APBD setempat, serta meningkatnya kerjasama dalam pelaksanaan P4GN. f. Bentuk kerjasama yang dilaksanakan oleh BNNP dengan Pemerintah Daerah yaitu Sosialisasi bahaya narkoba yang dilanjutkan dengan pelaksanaan test urine. Dari target yang ditetapkan sebesar 15% terealisasi sebesar 34,55% (keberhasilan mencapai 352%). Hal ini menandakan adanya peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres12/2011), dengan dasar perhitungan berikut ini: 26

39 No. Indikator Kinerja Utama 1. % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) Formula = ((R t R t-1) / R t-1 ) * 100% Hasil Perhitungan = (( )/144)* 100% = (76/144)*100% = 52,8% Keterangan - R = Realisasi Instansi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 50,3% yaitu dari 2,5% pada tahun 2013 menjadi 52,8% pada tahun Hal ini menunjukkan semakin tumbuhnya kesadaran instansi pemerintah pusat dan daerah terkait dengan Program P4GN. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 3. % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) % Peningkatan Capaian 50,3% 52,8% 2,5% Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. 27

40 Penyebab keberhasilan implementasi Inpres ini ditingkat instansi pemerintah, sebagai pertanda adanya kesadaran pegawai pemerintah terkait arti pentingnya Program P4GN dan kesungguhan dari para pelaksana operasional untuk menggerakkan instansi pemerintah pusat dan daerah berpartisipasi aktif melaksanakan program P4GN. Selain di lingkungan instansi pemerintah pusat dan daerah, implementasi Inpres di instansi swasta juga dilakukan, dengan uraian berikut ini: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan 15% 229,1% 1.527% dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) Penetapan IKU ini, sebagai akibat maraknya penyalahgunaan narkoba ditempat kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BNN untuk sektor pekerja, menunjukkan bahwa tingkat penyalahgunaan narkoba di lingkungan pekerja swasta tergolong tinggi. Hal ini sebagai akibat tekanan akan prestasi pekerja yang dibebankan kepada setiap individu karyawan/pekerja, yang berakibat individu mencari alternatif penambah semangat kerja, yang berakibat terjadinya penyalahgunaan narkoba. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan instansi swasta dalam pelaksanaan program P4GN. Secara kelembagaan BNN mengalami kesulitan mewajibkan instansi swasta menetapkan rencana aksi dibidang P4GN termasuk juga dalam melaksanakan monitoring program P4GN secara langsung, dikarenakan berbagai faktor antara lain faktor geografis yang begitu luas, sifatnya hanya terbatas pada menganjurkan untuk bersama-sama pemerintah mensukseskan program lingkungan kerja bebas narkoba. Untuk mengukur sejauh mana instansi swasta telah berperan aktif melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) dilakukan monev. Pelaksanaan monev ini merupakan rangkaian program yang telah disusun sebelumnya, guna mengetahui manfaat dari setiap kegiatan yang telah dilakukan. 28

41 Adapun hasil capaian pelaksanaan program dilakukan dengan membandingkan antara hasil monev P4GN tahun 2014 dan tahun 2013 dengan kriteria sebagai berikut : a. Instansi swasta telah menunjukan keseriusan terkait dengan pelaksanaan program P4GN. b. Instansi swasta telah berperan aktif melaksanakan program P4GN termasuk menjalin kerjasama pelaksanaan P4GN dengan lembaga lain. Hasil pengukuran kinerja perananan instansi swasta melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) adalah sebagai berikut : No. Segmen Pengukuran Kineja Pelaksanaan Capaian Capaian Program P4GN 2013 (%) 2014 (%) 1. Instansi swasta telah berperan aktif melaksanakan 21,3% 70,1% program P4GN termasuk menjaliin kerjasama pelaksanaan P4GN dengan lembaga lain Rata rata capaian 21,3% 70,1% Indikator Kinerja No. Utama 1. % peningkatan Instansi swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) Formula Hasil Perhitungan Keterangan = ((%R t -%R t-1) /% R t-1 ) * 100% = ((70,1-21,3)/21,3)* 100% = (48,8/21,3)*100% = 229,1% - % R = % Realisasi Instansi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya Dari target yang ditetapkan sebesar 15% terjadi peningkatan instansi swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres12/2011), terealisasi sebesar 229,1% atau keberhasilan mencapai 1.527%. Hasil capaian tahun 2014 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2013 dikarenakan terjadi reviu renstra tahun Persentase peningkatan instansi swasta melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) tahun 2013 belum dapat diukur dikarenakan data pembanding pada tahun sebelumnya belum tersedia. 29

42 Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakitbat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Penyebab keberhasilan implementasi Inpres ini ditingkat instansi swasta, sebagai pertanda adanya kesadaran pegawai swasta terkait arti pentingnya Program P4GN dan kesungguhan dari para pelaksana operasional (BNNP dan BNNK/Kota) untuk menggerakkan instansi swasta berpartisipasi aktif melaksanakan program P4GN. 4. Sasaran : Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas narkoba. Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba 15% 14,1% 94% Ada kecenderungan lingkungan pendidikan telah menjadi salah satu sasaran tempat penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, oleh karena itu BNN menjadikan lingkungan pendidikan sebagai salah satu target sasaran yang perlu diperkuat dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan lingkungan pendidikan bebas narkoba yaitu dengan pemberdayaan lingkungan pendidikan melalui pembentukan satgas anti narkoba di sekolah dan kampus, lomba sekolah dan kampus bersih narkoba (branding, lomba cipta lagu, sajak, website, lomba pantun, karya tulis, pidato dan seminar) serta Focus Group Discussion (FGD). 30

43 Untuk mengetahui tingkat kesungguhan pelaksanaan program, dilanjutkan dengan pelaksanaan test urine kepada siswa dan mahasiswa serta pihak lembaga pendidikan yang berperanserta dalam pelaksanaan program tersebut. Hasil pelaksanaan test urine merupakan indikator keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di lingkungan pendidikan. Karena keterbatasan anggaran BNN dalam hal penyediaan alat test urine, sehingga pelaksanaan test urine hanya secara acak kepada siswa/mahasiwa dan pihak sekolah/kampus. Sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program dilakukan monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan monev ini merupakan rangkaian program yang telah disusun sebelumnya, guna mengetahui manfaat dari setiap kegiatan yang telah dilakukan. Adapun hasil capaian pelaksanaan program dilakukan dengan membandingkan antara hasil monev P4GN tahun 2014 dan tahun 2013 dengan kriteria sebagai berikut : a. Sekolah dan Kampus pernah menerima sertifikat bebas narkoba dari BNN/BNNP dan BNNK/Kota. b. Tidak terdapat pecandu narkoba di lingkungan responden. Hasil pengukuran kinerja pelaksanaan program P4GN dilingkungan pendidikan adalah sebagai berikut : No. Segmen Pengukuran Kineja Pelaksanaan Program P4GN Capaian Tahun 2013 (%) Capaian Tahun 2014 (%) 1. Sekolah dan Kampus pernah menerima sertifikat 35.6% 54.8% bebas Narkoba dari BNN/BNNP/BNNK 2. Tidak terdapat pecandu narkoba di lingkungan 74.1% 70.2% responden Rata rata capaian 54.8% 62.5% No. Indikator Kinerja Utama 1. % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = ((%R t - %R t-1 / %R t-1)*100%) = ((62,5-54,8)/62,5)*100% = (7,7/62,5)*100% = 14,1% - R = Realisasi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya 31

44 Dari target yang ditetapkan sebesar 15% terjadi peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba, terealisasi sebesar 14,1% atau keberhasilan mencapai 94%. Tidak tercapainya target 100% tersebut di atas, disebabkan belum semua lingkungan pendidikan berperan serta menindaklanjuti programprogram yang telah ditetapkan, antara lain : pembentukan satgas anti narkoba, pelaksanaan test urine dan tidak ikut serta dalam pelaksanaan FGD. Beberapa indikator keberhasilan dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, antara lain: a. Melalui lomba kampus, sebagai bagian dari pemberdayaan peran serta kampus, civitas akademika mulai bergairah berdiskusi dan mem posting pemberitaan narkoba di dunia maya melalui website kreatifitasnya; b. Sepanjang tahun 2014, banyak kampus yang memasang pesan bahaya narkoba di lingkungan dalam kampus, sehingga hal itu mengingatkan mahasiswa akan pentingnya berprestasi dalam belajar dan anti narkoba; c. Antusiasme peserta dalam event duta kampus anti narkoba 2014 diminati banyak mahasiswa, artinya mahasiswa pun ingin menjadi role model yang mahir (tidak canggung) berbicara tema narkoba di depan publik; d. Materi tentang bahaya telah dijadikan kuliah perdana bagi orientasi mahasiswa baru dan acara-acara di luar perkuliahan di kampus; e. Adanya perubahan paradigma kampus bahwa mahasiswa yang menjadi penyalah guna narkoba tidak lagi dipenjara melainkan direhabilitasi dengan ijin orang tuanya. f. Saat ini di beberapa lingkungan pendidikan telah menindaklanjuti program P4GN dengan meningkatkan kapasitas lingkungan sekolah dan kampus dalam pembinaan satgas anti narkoba. 32

45 Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 4,6%, yaitu dari 9,5% pada tahun 2013 menjadi 14,1% pada tahun Hal ini menunjukkan semakin tumbuhnya kesadaran Lembaga Pendidikan terkait dengan upaya menciptakan lingkungan pendidikan bebas dari penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 4. % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba % Peningkatan Capaian 4,6% 14,1% 15 9,5% Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Sebagian besar lingkungan pendidikan sudah menunjukkan kesungguhan untuk menjadikan lingkungannya bebas dari masalah penyalahgunaan narkoba, dengan mengaktifkan Satgas anti narkoba dilingkungan sendiri. Hal ini sebagai pertanda adanya kesadaran lingkungan pendidikan terkait arti pentingnya Program P4GN dan kesungguhan dari para pelaksana operasional (BNN, BNNP dan BNNK/Kota) untuk menggerakkan lembaga pendidikan berpartisipasi aktif melaksanakan program P4GN. 33

46 Sedangkan indikator kinerja utama kedua adalah lingkungan kerja bebas narkoba dengan uraian sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba 15% 14,5% 96,7% Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI tahun 2011, diperoleh gambaran bahwa tindak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dilingkungan kerja cukup tinggi dan mengkhawatirkan. Data tangkapan kasus Narkoba menunjukkan dari tahun ke tahun peredaran Narkoba di kalangan pekerja semakin meningkat, dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) dari 204 kasus (2001) menjadi 121 kasus, swasta dari kasus (2001) menjadi kasus (2006), atau wiraswasta dari kasus (2001) menjadi kasus (2006). Hasil estimasi tahun 2011 menegaskan penyalahguna Narkoba kelompok pekerja merupakan terbesar jumlahnya di Indonesia. Dari sisi angka prevalensi pekerja berada di urutan keempat setelah WPS, Anak Jalanan dan Pelajar. Pekerja kos prevalensinya lebih tinggi (6,8) dibandingkan pekerja tidak kost (2,1) (BNN & PPKUI, 2011). Hasil penelitian Narkoba dikalangan pekerja menunjukkan bahwa pekerja tidak terbebas dari masalah Narkoba. Hasil estimasi penyalahguna Narkoba di Indonesia diperkirakan sekitar 3,7 juta sampai 4,7 juta orang di tahun 2011 (BNN & PPKUI, 2011). Dari jumlah tersebut, proporsi terbesar adalah kelompok pekerja. Jumlah pekerja yang menyalahgunakan Narkoba bagi mereka yang kost diperkirakan sekitar 963 ribu sampai 1 juta orang atau bagi mereka yang tidak kost sekitar 1,8 juta sampai 2 juta orang. Pekerja kost prevalensinya lebih tinggi (6,8%) dibandingkan pekerja tidak kost (2,1%) (BNN & PPKUI, 2011). Atas pertimbangan kerawanan penyalahgunaan narkoba dilingkungan kerja, BNN menetapkan IKU tentang persentase peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba. Lingkungan kerja rawan narkoba dimungkinkan terjadinya proses dinamis akibat akumulasi berbagai faktor yaitu: faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya. 34

47 Ketiga faktor tersebut biasanya bergabung jadi satu dilingkungan kerja, terkait dengan semakin kompetitifnya persaingan baik diantara sesama perusahaan sejenis demi memenuhi target untuk kepentingan perusahaan tetap eksis dan unggul dalam pemasaran, persaingan antar individu yang ada di instansi/perusahaan, dan lain sebagainya. Akibat tingginya tingkat persaingan untuk meraih prestasi menimbulkan adanya keinginan refreshing/rekreasional yang sering dilaksanakan ditempat hiburan yang berakibat terjadinya penyalahgunaan narkoba. Sinyalemen tersebut diperkuat dengan hasil pelaksanaan operasi narkoba yang dilaksanakan BNN diberbagai tempat hiburan, diperoleh masukan dari para pengunjung, mereka ke tempat hiburan sekedar menghilangkan kepenatan akibat tekanan dan stres ditempat kerja. Untuk mengatasi permasalahan narkoba dilingkungan kerja, Pemerintah mendorong pimpinan instansi/pimpinan perusahaan untuk berpartisipasi aktif melaksanakan program P4GN, dorongan tersebut didukung dengan adanya Jakstranas P4GN Tahun yang dituangkan melalui Inpres Nomor 12 Tahun Atas kerja keras dari pelaksana dilapangan (petugas BNN, BNNP dan BNNK/Kota) diperoleh laporan semakin meningkatnya pelaksanaan program P4GN, baik yang dilaksanakan atas inisiatif dari BNN (ada program kegiatan yang sudah dianggarkan) maupun pelaksanaan kegiatan atas inisiatif pimpinan Instansi/perusahaan/kelompok masyarakat melaksanakan program P4GN. Hal ini mengindikasikan masyarakat menyadari arti pentingnya pelaksanaan program P4GN. Untuk mengetahui gambaran capaian program yang digulirkan, tahun 2014 BNN melakukan 2 hal penting yaitu pelaksanaan penelitian tentang prevalensi penyalahguna narkoba dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program P4GN. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia dari 2,2% menjadi 2,18% atau sekitar orang dari total populasi penduduk (berusia tahun). 35

48 Hal ini menunjukkan keberhasilan pelaksanaan program P4GN yang telah dilaksanakan selama ini. Sedangkan pelaksanaan monev P4GN bertujuan untuk melihat sejauh mana peran serta dari instansi/perusahaan dalam pelaksanaan program P4GN. Adapun hasil capaian pelaksanaan program dilakukan dengan membandingkan antara hasil monev P4GN tahun 2014 dan tahun 2013 dengan kriteria sebagai berikut : a. Pernah menerima sertifikat bebas Narkoba dari BNN/BNNP/ BNNK. b. Tidak terdapat pecandu narkoba di lingkungan responden. Hasil pengukuran kinerja pelaksanaan program P4GN adalah sebagai berikut : No. Segmen Pengukuran Kineja Pelaksanaan Program P4GN Capaian Tahun 2013 (%) Capaian Tahun 2014 (%) 1. Pernah menerima sertifikat bebas Narkoba dari BNN/BNNP/BNNK 2. Tidak terdapat pecandu narkoba di lingkungan responden 24,0% 49,4% 79,7% 69,4% Rata rata capaian 51,9% 59,4% No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan 1. % peningkatan =((%R t - %R t-1) /%R t-1) = ((59,4-51,9)/51,9)*100% - R = Realisasi lingkungan kerja *100% = (7,5/51,9)*100% - t = pada tahun bebas narkoba = 14,5% beralan - (t-1) = pada tahun sebelumnya Dari target yang ditetapkan sebesar 15% terjadi peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba, terealisasi sebesar 14,5% atau keberhasilan mencapai 96,7%. Hal yang mendukung keberhasilan dalam mewujudkan lingkungan kerja yang bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, antara lain: 36

49 a. Adanya Permendagri Nomor 21 tahun 2013 tentang fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika, satuan kerja pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota terdukung melakukan upaya P4GN. b. Pemerintah daerah dan Dinas-dinas terkait, banyak yang telah berpartisipasi mendukung pelaksanaan P4GN dan memberikan hibah berubah tanah dan bangunan untuk perkantoran BNN dan tempat rehabilitasi; dan juga bantuan fasilitas pelatihan pada daerah-daerah Binaan BNN. c. Perusahaan BUMN dan swasta melalui pemanfaatan dana-dana CSR-nya mulai terlihat untuk membantu terselenggaranya kegiatan pendampingan program dan pembinaan P4GN di lingkungan kerjanya; d. Semangat dan antusias yang tinggi dari lingkungan kerja yang membuka diri untuk melakukan FGD, penyuluhan dan kampanye anti narkoba serta test urine di lingkungan kerjanya; e. Dukungan aparat TNI/Polri dalam mengungkap narkotika diberbagai wilayah seperti : di Batam (Kepulauan Riau), pengungkapan ladang Ganja di Jawa Timur, Jawa Barat dan Aceh Utara; f. Antusias kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melalui wadah Forum Organisasi Kemasyarakatan Anti Narkoba (FOKAN) dalam membantu memberdayakan lingkungan masyarakat dalam P4GN; dan g. Peran aktif yang tak kenal lelah dari kalangan Jurnalis dan pekerja media untuk menyebarluaskan informasi yang mendidik tentang kewaspadaan masyarakat akan ancaman bahaya narkoba yang mengincar setiap saat. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 5,6%, yaitu dari 8,9% pada tahun 2013 menjadi 14,5% pada tahun Hal ini menunjukkan semakin tumbuhnya kesadaran Pimpinan instansi/perusahaan terkait dengan upaya menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. 37

50 Grafik 5. % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba % Peningkatan Capaian 5,6% 14,5% 8,9% Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Sebagian besar lingkungan kerja baik instansi pemerintah maupun swasta sudah menunjukkan kesungguhan untuk menjadikan lingkungannya bebas dari masalah penyalahgunaan narkoba, dengan mengaktifkan Satgas anti narkoba. Hal ini sebagai pertanda adanya kesadaran lingkungan kerja terkait arti pentingnya Program P4GN dan kesungguhan dari para pelaksana operasional (BNN, BNNP dan BNNK/Kota) untuk menggerakkan potensi yang ada untuk berpartisipasi aktif melaksanakan program P4GN. 5. Sasaran : Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba. Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama sebagai berikut : 38

51 No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif % Sasaran penting pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak adalah kawasan rawan penyalahgunaan narkoba. Kawasan ini mencakup area seluas wilayah kecamatan yang harus terus dibina agar tidak lagi menjadi daerah rawan Narkoba. Pada kantong-kantong rawan narkoba ini, umumnya individu dan keluarga berada dalam lingkungan yang rawan terjerat bisnis ilegal narkoba sehingga tidak sedikit dari mereka yang berpotensi awalnya sebagai penyalah guna berubah menjadi pengedar gelap narkoba dan bandar karena iming-iming pendapatan yang besar ilegal dari bisnis narkoba. Oleh karenanya, lingkungan ini harus dibina dan didorong untuk beralih usaha ke legal produktif melalui pola hidup sehat, pembinaan alternatif kewirausahaan, ketrampilan dan budidaya tanaman pertanian. Indikator penting lingkungan masyarakat pedesaan yang dibina oleh BNN untuk dijadikan lingkungan bebas narkoba adalah : (1) Tidak adanya laporan masyarakat maupun aparat setempat terkait kasus penanaman Ganja di lokasi binaan; (2) terjalinnya kerjasama yang sinergi BNN, BNNP dan stakeholder di lokasi, sehingga pola pembinaan alih fungsi dan alih profesi dapat berjalan dan menyasar di lokasi yang telah terpetakan; (3) Masyarakat sudah berani melaporkan ke pihak yang berwajib bila menemukan tanaman ganja di wilayah mereka. Pada tahun 2014, sasaran jumlah penanam ganja beralih usaha legal produktif mencapai prosentase 72% atau 54 orang petani dari yang ditargetkan sebanyak 75 orang petani, hal ini disebabkan karena (1) ketidaksesuaian masa tanam dan terjadinya perubahan iklim kemarau yang berkepanjangan sehingga para petani tidak berminat mengikuti program pemberdayaan alternatif; (2) terjadinya penghematan anggaran sehingga target petani yang beralih profesi menjadi berkurang. 39

52 Capaian kinerja tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 8%. Penurunan capaian ini dipengaruhi oleh terbitnya Inpres No. 4 Tahun 2014 tentang penghematan dan pemotongan belanja K/L yang tidak disertai dengan penurunan target secara fisik. Capaian kinerja tergambar dalam grafik berikut ini : Grafik 6. % penurunan jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif % Penurunan Capaian 8% 80% 80% 78% 76% 74% 72% 72% 70% 68% Indikator outcome jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif diukur dari beralihnya mantan petani penanam Ganja menjadi petani pada usaha legal produktif. Usaha legal produktif yang dimaksud adalah budidaya tanaman kakao. Tanaman Kakao adalah tanaman perkebunan yang bersifat tahunan. Artinya, dari mulai ditanam hingga kelak panen membutuhkan kurang lebih 3-4 tahun. Kriteria yang harus dimiliki oleh petani yang beralih fungsi adalah : kesediaan petani untuk dibekali, tersedianya lahan milik petani yang diperkuat oleh geucik (kepala desa), imam mukim (kepala dusun) dan camat; tanaman yang ditanam sendiri di lahan milik petani dan hasil panen yang diharapkan kelak menjadi pendapatan petani sehingga meningkat kesejahteraannya secara berkelanjutan. Hal inilah yang diukur sebagai outcome. Bila proses tersebut tidak terjadi, maka capaian program dan kegiatan dianggap tidak berhasil. 40

53 Pada saat proses seleksi pemilihan petani untuk pembekalan tanaman budidaya, teridentifikasi luas lahan milik mereka seluas minimal 0,2 hektar sampai dengan 4 hektar. Kecilnya luas lahan petani tetap menjadi pilihan mengingat kebanyakan petani di lokasi binaan adalah petani gurem, yaitu petani dengan luas lahan sempit. Dengan pembinaan ini diharapkan terangkat kesejahteraannya dan tidak lagi tergiur upah untuk menanam ganja lagi di gunung-gunung. Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Sedangkan pada Indikator kinerja utama kedua adalah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba dengan uraian sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba % Yang dimaksud dengan lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, menurut Cetak Biru Pemberdayaan Masyarakat (BNN, 2012 : 15-17) adalah lingkungan masyarakat yang memiliki kecenderungan tinggi (rawan) dalam : (1) kasus kejahatan Narkoba;(2) aksi kriminalitas;(3) bandar pengedar Narkoba;(4) kegiatan produksi Narkoba; (5) angka pengguna Narkoba; (6) barang bukti Narkoba; (7) entri point Narkoba; (8) kurir Narkoba. Sedangkan daerah/kawasan perkotaan adalah wilayah administrasi kota baik di ibukota negara, ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota. 41

54 Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan bebas narkoba adalah suatu kondisi dimana lingkungan yang semula dianggap rawan menjadi lingkungan yang kondusif dan tidak mudah terjadi tindakan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang diukur melalui 8 (delapan) kriteria sebagai berikut: a. Menurunnya kasus kejahatan Narkoba b. Menurunnya aksi kriminalitas c. Menurunnya bandar pengedar Narkoba d. Menurunnya kegiatan produksi Narkoba e. Menurunnya angka pengguna Narkoba f. Menurunnya barang bukti Narkoba yang ditemukan g. Menurunnya entri point Narkoba h. Menurunnya kurir Narkoba Berdasarkan kriteria tersebut, dilakukan pemberian nilai (skor) atas capaian keberhasilan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila satu variabel terpenuhi, maka mendapat skor 1 (satu). b. Apabila seluruh variabel terpenuhi (jumlah skor mencapai delapan), maka lingkungan yang rawan tersebut dapat dikategorikan menjadi lingkungan yang cenderung bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, BNN melakukan pemetaan terhadap lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di daerah perkotaan. Untuk tahun 2014 BNN menargetkan 5 (lima) lingkungan perkotaan yang dianggap rawan dan diubah menjadi lingkungan yang bebas narkoba, yang terdiri dari (a) Komplek Permata Jakarta Barat, (b) Kampung Bali, (c) Kampung Bonang Jakarta Pusat, (d) Peninggaran Bendi Jakarta Selatan, dan (e) Kebon Singkong (Kampung Pertanian) Jakarta Timur. Hasil yang dicapai berdasarkan kriteria dan ketentuan penilaian terdapat lingkungan perkotaan tersebut diatas adalah sebagai berikut : 42

55 INDIKATOR RAWAN NARKOBA SETELAH PEMBERDAYAAN 5 LINGKUNGAN KOTA (a) (b) (c) (d) (e) (1) Menurunnya kasus kejahatan Narkoba (2) Menurunnya Aksi kriminalitas (3) Menurunnya Bandar pengedar Narkoba (4) Menurunnya Kegiatan produksi Narkoba (5) Menurunnya Angka pengguna Narkoba (6) Menurunnya Barang bukti Narkoba (7) Menurunnya Entry point Narkoba (8) Menurunnya Kurir Narkoba Jumlah Skor Berdasarkan gambaran diatas lingkungan Komplek Permata, Jakarta Barat yang juga merupakan pilot project pelaksanaan program pemberdayaan alternatif telah dapat dikatakan sebagai lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, hal tersebut dapat tercapai dengan dilakukan beberapa program sinergitas dengan Instansi terkait untuk mempercepat terciptanya lingkungan Komplek Permata yang bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Beberapa indikator yang menandai keberhasilan lingkungan rawan Kampung Ambon Jakarta Barat menjadi lingkungan hijau bebas Narkoba, antara lain: a. Terlaksananya kegiatan Analisa dan evaluasi mingguan (Setiap Hari Rabu) yang digagas dan dipimpin oleh Kapolres dan dihadiri jajaran Polsek, aparat Kelurahan, tokoh masyarakat, BNN, BNNP dan stakeholder yang bertujuan memecahkan masalah Narkoba, baik pencegahan dan rehabilitasi; b. Terselenggaranya kegiatan Penjangkauan dan Pendampingan Pecandu Narkoba oleh Deputi Bidang Rehabilitasi BNN di Komplek Ambon, Warga sebagai wujud penerimaan program P4GN oleh masyarakat yang bertujuan menurunkan jumlah korban dan pecandu narkoba; 43

56 c. Meningkatnya jumlah pelaporan jumlah pecandu dan korban narkoba pda IPWL dan peningkatan kapasitas peran serta IPWL di sekitar Komplek Kampung Ambon dalam melayani korban dan pecandu narkoba d. Terlaksananya pelatihan security bagi 15 pemuda Kampung Ambon, yang diprakarsai oleh Polres Jakarta Barat, sebagai alternatif ketrampilan yang memberikan lapangan kerja halal menjadi security di perusahaan swasta sehingga tidak lagi berbisnis narkoba e. Terlaksananya Pelatihan Bengkel Sepeda Motor, Salon, dan Komputer, yang dimotori oleh Pemerintah Kota yang diikuti oleh 30 Warga Komplek Ambon, sehingga dengan ketrampilan menambah kapasitas usaha dna pendapatannya; f. Terlaksananya kebiasaan Rembug rutin diantara warga yang memperkuat modal sosial (ketahanan sosial) sehingga tercipta persepsi dan kebutuhan yang sama menciptakan lingkungan Kampung Ambon bebas narkoba; g. Terbukanya lokasi Binaan BNN di Kampung Ambon bagi ajang liputan media berkaitan dengan Indonesia darurat narkoba yang mempromosikan kegiatan P4GN masyarakat dan produk lokal dari hasil Binaan BNN; h. Berkembangnya usaha konveksi di dua lokasi masih di Kampung Ambon sebagai hasil binaan BNN dalam program menjahit (tahun 2010) dan pelatihan sablon (tahun 2012) yang memberi lapangan kerja bagi masyarakat di kampung Ambon. i. Terlaksananya program door to door system dari Petugas Polisi Sektor (Polsek) yang sedang dalam piket jaga untuk satu demi satu bertatap muka saling menyapa dan berbincang dengan warga yang tinggal di Kampung Ambon guna mendengarkan laporan, aspirasi, pendapat dan masukan terkait keamanan dan ketertiban kampung tersebut dari bahaya Narkoba. j. Terbentuknya Perpustakaan Mini dan taman bacaan yang didukung melalui bantuan buku-buku perpustakan dari universitas dan dimotori oleh tokoh-tokoh masyarakat Kampung Ambon. 44

57 Sedangkan untuk lingkungan Kampung Bali Jakarta Pusat belum dapat dikatakan sebagai lingkungan yang bersih dan bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, meskipun indikator yang lain menyatakan terjadi penurunan. Hal ini terjadi karena luasnya wilayah Kampung Bali dan berdekatan dengan pusat bisnis pakaian jadi Pasar Tanah Abang yang merupakan pasar pakaian jadi terbesar di Asia Tenggara, juga lingkungan masyarakatnya yang heterogen berasal dari berbagai penjuru Indonesia hingga mancanegara turut memberikan pengaruh budaya dan perilaku kehidupan masyarakatnya sehari-hari baik yang positif dan negative. Untuk Kampung Bonang yang terletak di wilayah Tugu Proklamasi Jakarta Pusat telah melakukan berbagai upaya yang melibatkan stakeholder terkait dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas narkoba, seperti dengan Dinas Pertamanan DKI untuk program Jakarta Hijau, Dinas Perpustakaan DKI untuk program Jakarta Cerdas Membaca. Dinas Pendidikan DKI untuk program pembinaan generasi muda melalui kesenian, bahkan dengan kalangan swasta lainnya, termasuk juga program pelatihan bagi masyarakat untuk menjadi pendamping bagi para korban penyalahguna narkoba. Lingkungan Peninggaran Bendi Jakarta Selatan dan Kebon Singkong (Kampung Pertanian) Jakarta Timur belum dapat dikatakan sebagai lingkungan yang bersih dan bebas dari penyalahguna dan peredaran gelap narkoba, karena masih terjadinya tindak kejahatan yang diakibatkan dari narkoba, belum timbulnya kesadaran kolektif masyarakat akan bahaya narkoba serta belum adanya kepedulinaan stakeholder terkait dalam upaya menanggulangi akibat dampak buruk narkoba yang ada di lingungannya. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 40%, yaitu dari 0% pada tahun 2013 menjadi 40% pada tahun Hal ini menunjukkan semakin tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung program P4GN Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. 45

58 Grafik 7. Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba % Peningkatan Capaian 40 % Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu Renstra BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Sebagian besar masyarakat di lingkungan rawan penyalahgunaan narkoba sudah menunjukkan kesungguhan untuk menjadikan lingkungannya bebas dari masalah penyalahgunaan narkoba, dengan ikut mendukung program P4GN dan peran media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional) terbukti dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam program P4GN. 46

59 6. Sasaran : Meningkatnya pelayanan wajib lapor pecandu narkoba. Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika merupakan kegiatan melaporkan diri yang dilakukan pecandu narkotika yang sudah cukup umur atau keluarga dan atau orang tua wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada institusi wajib lapor untuk mendapatkan pengobatan dan atau perawatan medis dan sosial. Dampak dari pelaksaaan wajib lapor adalah semakin meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan medis dan sosial di berbagai tempat rehabilitasi milik pemerintah atau komponen masyarakat. Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 1 (satu) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah penyalah guna dan/atau % pecandu narkoba yang mengikuti orang orang program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) Dalam upaya peningkatan pelayanan rehabilitasi kepada penyalah guna dan pecandu narkoba, pemerintah telah menetapkan tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba. Untuk mendukung kebijakan tersebut, telah ditandatangi Peraturan Bersama oleh 7 pimpinan K/L terkait yaitu, Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi. Sebagai tindak lanjut dari kedua kebijakan tersebut, telah dilakukan sosialisasi secara massive mengenai pelayanan rehabilitasi sehingga meningkatkan kesadaran penyalah guna dan pecandu narkoba untuk lapor diri ke IPWL BNN guna mendapat layanan rehabilitasi. 47

60 Program wajib lapor dilaksanakan dalam rangka melayani pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan dirinya untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. Layanan wajib lapor di Klinik IPWL BNN terdiri dari layanan wajib lapor bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan diri atas kemauan sendiri/sukarela (voluntary) dan bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang terkait indikator. Pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan diri tersebut akan menjalani tes urin dan asesmen yang dilaksanakan oleh Tim Asesmen BNN yang terdiri dari penyidik, dokter, psikolog, perawat, dan sarjana kesehatan lainnya. Asesmen dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap penggunaan narkotika meliputi aspek fisik, psikologis, dan indikator sehingga diketahui derajat ketergantungan dan besaran masalah yang ada. Hasil asesmen tersebut merupakan dasar untuk menentukan indikator serta intervensi atau rencana terapi yang sesuai untuk individu yang bersangkutan. Rencana terapi dapat berupa rehabilitasi rawat inap atau rawat jalan. Rehabilitasi rawat inap dilaksanakan ke lembaga rehabilitasi instansi pemerintah atau komponen masyarakat sesuai dengan rujukan, sedangkan rehabilitasi rawat jalan dilaksanakan di Klinik IPWL BNN. Sementara itu hasil asesmen pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang terkait indikator akan digunakan sebagai bahan rekomendasi/pertimbangan hakim di pengadilan. Tahun 2014, BNN telah memberikan pelayanan kepada 466 orang penyalah guna atau pecandu narkoba yang terdiri dari 353 orang yang melaporkan diri secara sukarela dan 113 orang yang terkait dengan indikator. Jumlah ini melebihi target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 186%. Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan 1. Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) =ΣR 466 Orang ΣR = Jumlah Realisasi penyalah guna dan/ atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) 48

61 Bila dibandingkan dengan tahun 2013 dimana jumlah penyalah guna dan atau pecandu narkoba yang mengikuti program wajib lapor di BNN meningkat hingga 197 orang atau mengalami peningkatan sebesar 73%. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik berikut ini: Grafik 8. Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program wajib lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) Peningkatan Capaian 197% Realisasi Target Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifakan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi reviu renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Keberhasilan terkait dengan indikator ini didukung dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan bagi pengguna narkoba dan adanya Peraturan Bersama 7 K/L tentang Penanganan Pecandu dan Korban Penyalahguna ke Dalam Tempat Rehabilitasi. Peran media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional), dan kegiatan Focus Group Disscussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melapor ke IPWL. 49

62 7. Sasaran : Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 2 (dua) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm 33 LRIP 33 LRIP 100% Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan pelayanan minimal yang wajib didapatkan oleh pecandu/penyalahguna narkoba, meliputi sistem layanan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kesehatan, pemantauan dan evaluasi. SPM yang diterapkan pada lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dibuat sebagai acuan bagi unit dan atau lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi bagi penyalah guna narkoba. SPM diperlukan untuk melakukan penilaian sistem layanan ketergantungan korban narkoba. Norma pengukurannya dilihat dari kriteria jumlah lembaga yang mengimplementasikan SPM. Penilaian standar pelayanan minimal/spm dilakukan pada Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah, yang telah memperoleh dukungan penguatan pada tahun 2014 yang berjumlah 233 lembaga. Dari jumlah 233 lembaga hanya 33 lembaga yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm yang telah ditetapkan. Standar Pelayanan Minimal dibuat sebagai acuan bagi unit dan atau lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi bagi penyalah guna. Diharapkan setiap lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dapat memberikan layanan secara maksimal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk menilai indikator layanan ketergantungan korban penyalahgunaan narkoba yang dikelola oleh unit/lembaga rehabilitasi instansi pemerintah diperlukan suatu indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM). 50

63 Dalam penetapan hasil indikator SPM, pembobotan diperlukan untuk mengetahui kuadran mutu dari masing-masing lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang dinilai. Dalam indikator ini, ada lima hal yang dinilai, yaitu Sistem Layanan, SDM, Sarpras, Kesehatan, serta Pemantauan dan Evaluasi. Target Indikator Kinerja Utama ini ditetapkan sebanyak 33 lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, tercapai 33 lembaga (100%) sesuai dengan standar pelayanan minimal/spm. Proses penilaian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap 1 adalah menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh pada setiap standar dibagi nilai maksimal dalam masing-masing standar, kemudian dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan total skor standar (T S ), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: T S = (Total skor yang diperoleh/nilai maksimal) x 100% T S = % skor pada masing-masing standar b. Tahap 2 adalah menjumlahkan total skor standar (T S ) dari masingmasing indikator kemudian dibagi lima (jumlah indikator). Hasil dari tahap 2 menunjukan kuadran mutu dari lembaga tersebut, kuadran mutu dibagi atas dasar keterpenuhan item setiap indikator dengan ketentuan sebagai berikut: KUADRAN MUTU A B C D INTERPRETASI Unit/lembaga tersebut telah memenuhi % dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga rehabilitasi dapat dijadikan role model bagi unit/lembaga lain Unit/lembaga tersebut memenuhi 51%-75% dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga tersebut sudah memenuhi standar pelayanan Unit/lembaga tersebut hanya memenuhi 26% - 50% dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga tersebut merupakan prioritas utama yang memerlukan dukungan tergantung dari indikator masing-masing sesuai kebutuhan unit/lembaga tersebut Lembaga tersebut hanya dapat memenuhi 0% - 25% atau kurang dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga tersebut merupakan prioritas utama yang memerlukan dukungan tergantung dari indikator masing-masing sesuai kebutuhan unit/lembaga tersebut Adapun ke-33 lembaga tersebut adalah : 51

64 NO. PROVINSI LEMBAGA 1. Balai Resos Mandiri Semarang II Jateng 2. Lapasustik Nusakambangan 3. Bengkulu RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu 4. Kalsel RSJ Sambang Lihum 5. DI Aceh RSJ Aceh 6. Lapas Banceuy 7. Balai Besar Rehabilitasi BNN 8. Jabar Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang Bandung 9. Lapas Narkotika Klas II A Gintung Cirebon 10. RSJ Prov. Jawa Barat 11. Lapas Klas IIA Pekanbaru Riau 12. RSJ Riau 13. Lapas Pamekasan 14. RSJ Menur 15. Jatim UPT Rehsos ANKN Surabaya 16. RSJ Lawang 17. Lapas Malang 18. Sumut PSPP Insyaf Medan 19. DI Yogyakarta Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta 20. Sumbar RSJ Padang 21. Dharmapala Palembang Sumsel 22. RSJ Ernaldi Bahar 23. RSKD Pontianak Kalbar 24. Lapas Klas IIA Pontianak 25. Lapas Klas II A Samarinda 26. Kaltim Balai Rehabilitasi Samarinda 27. RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda 28. Sulsel Balai Rehabilitasi Baddoka 29. NTB RSJ Mataram 30. Jambi RSJD Jambi 31. Lampung RSJ Provinsi Lampung 32. Lapas Klas IIA Grobokan Bali 33. RSJ Bangli, Bali Capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No. Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm Formula Hasil Perhitungan Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Rehabilitasi BNN Keterangan =ΣR 33 LRIP ΣR = Jumlah Realisasi lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal / SPM 52

65 Bila dibandingkan capaian tahun 2013 dengan capaian tahun 2014 terdapat peningkatan jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm yaitu dari 26 lembaga menjadi 33 lembaga (meningkat sebesar 21%). Capaian tersebut tergambar dalam grafik berikut ini: Grafik 9. Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai Standar Pelayanan Minimal/SPM Peningkatan Capaian 21% Realisasi 10 Target Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Keberhasilan terkait dengan indikator ini didukung dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan bagi pengguna narkoba dan adanya Peraturan Bersama 7 K/L tentang Penanganan Pecandu dan Korban Penyalahguna ke Dalam Tempat Rehabilitasi. Peran media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional), dan kegiatan Focus Group Disscussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan kesadaran pengelola rehabilitasi memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal. 53

66 berikut : Sedangkan capaian kinerja Indikator Kerja Utama kedua adalah sebagai No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/spm 40 LRKM 40 LRKM 100% Untuk mencapai sasaran tersebut di atas indikator kinerja adalah jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai Standar Pelayanan Minimal/SPM dengan target capaian di tahun 2014 sebanyak 40 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat. Dari 80 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang mendapatkan dukungan penguatan pada tahun 2014 dari BNN, ternyata hanya 40 lembaga yang memenuhi persyaratan sesuai dengan indikator yang ditentukan. Adapun skor penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai adalah dengan menetapkan pembobotan pada berbagai aspek dengan uraian berikut ini: a. Standar Kelembagaan Organisasi : 10% b. Standar Perangkat Program : 20% c. Standar Pelayanan : 50% d. Standar Monitoring Evaluasi : 10% e. Standar Sarana dan Prasarana : 10% Aspek pelayanan mendapatkan bobot paling besar (50%) karena dianggap merupakan aspek yang paling dominan dalam menentukan capaian mutu layanan serta merupakan aspek utama dalam pelayanan rehabilitasi. Selanjutnya aspek perangkat program menempati bobot dua kedua terbesar (20%), dimana aspek ini menilai kelengkapan standar prosedur operasional atas semua tindakan yang diterima klien. Selanjutnya aspek organisasi, monitoring evaluasi dan sarana prasarana mendapatkan besaran bobot yang sama yaitu 10%, dimana ketiga aspek tersebut merupakan aspek penunjang layanan yang cukup esensial. Skor atas setiap aspek tersebut didapatkan dari nilai masing-masing indikator yang diperoleh berdasarkan temuan di lapangan dengan nilai tertinggi = 3, sehingga nilai maksimal yang dapat diperoleh dalam setiap aspek/standar adalah sebagai berikut: 54

67 No. Nama Standar Jumlah Nilai Indikator Maksimal 1. Standar Kelembagaan Organisasi 7 indikator Standar Perangkat Program 13 indikator Standar Pelayanan 10 indikator Standar Monitoring dan Evaluasi 3 indikator 9 5. Standar Sarana dan Prasarana 3 indikator 9 Proses penilaian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap 1 adalah total skor standar (T S ) yang diperoleh dengan menjumlahkan semua skor yang diperoleh pada setiap standar kemudian dikalikan dengan 100%, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: T S = (Total skor yang diperoleh/nilai maksimal) x 100% T S = % skor pada masing-masing standar b. Tahap 2 adalah mengalikan hasil dari tahap 1 dengan bobot dari masing-masing standar untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan standar bobot yang telah ditetapkan. Tahap 2 ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Untuk Standar Kelembagaan S K = T S x 10% 2) Untuk Standar Perangkat Program S pp = T pp x 20% 3) Untuk Standar Pelayanan S P = T S x 50% 4) Untuk Standar Monitoring dan Evaluasi S ME = T S x 10% 5) Untuk Standar Sarana dan Prasarana S SP = T S x 10% c. Tahap 3 merupakan skor total akhir (T A ) yang dapat diperoleh setiap lembaga, dimana skor ini dapat digunakan untuk membandingkan dengan skor yang diperoleh lembaga lain. Hasil dari tahap 3 ini juga yang menentukan sebuah lembaga termasuk dalam suatu kategori tertentu (penjelasan detil dalam bagian interpretasi). Tahap 3 ini dapat dirumuskan sebagai berikut: T A = S K + S pp + S P + S ME + S SP 55

68 Hasil akhir dari skor yang diperoleh oleh sebuah lembaga (T A ) akan menentukan apakah lembaga tersebut dapat termasuk dalam salah satu kategori-kategori yang telah ditetapkan. Kategori-kategori yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: 1) Kategori A jika skor T A yang diperoleh antara 81% - 100% Jika skor yang diperoleh sebuah lembaga berada dalam kategori A, hal ini berarti lembaga tersebut telah memenuhi paling tidak 81% dari standar yang telah ditetapkan ataupun memenuhi semua standar yang telah ditetapkan. 2) Kategori B jika skor T A yang diperoleh antara 71% - 80% Jika skor yang diperoleh sebuah lembaga berada dalam kategori B, hal ini berarti lembaga tersebut memenuhi 71% - 80% dari standar yang telah ditetapkan. 3) Kategori C jika skor T A yang diperoleh antara 51% - 70% Jika skor yang diperoleh sebuah lembaga berada dalam kategori C, hal ini berarti lembaga tersebut hanya memenuhi 51% - 70% dari standar yang telah ditetapkan. 4) Kategori D jika skor T A yang diperoleh antara 0 50% Jika skor yang diperoleh sebuah lembaga berada dalam kategori D, hal ini berarti lembaga tersebut hanya dapat memenuhi 50% atau kurang dari standar yang telah ditetapkan. Kategori A B C D Interpretasi Lembaga tersebut telah memenuhi paling tidak 81% dari standar yang telah ditetapkan ataupun memenuhi semua standar yang telah ditetapkan. Lembaga tersebut telah menjalankan standar yang ditetapkan dengan baik dan perlu dipertahankan. Lembaga tersebut memenuhi 71% - 80% dari standar yang telah ditetapkan atau lembaga tersebut telah menjalankan sebagian besar dari standar yang ditetapkan dan masih membutuhkan bimbingan dalam beberapa hal. Lembaga tersebut hanya memenuhi 51% - 70% dari standar yang telah ditetapkan atau lembaga tersebut baru menjalankan sebagian kecil dari standar yang ditetapkan dan membutuhkan bimbingan yang lebih besar dalam beberapa hal. Lembaga tersebut hanya dapat memenuhi 50% atau kurang dari standar yang telah ditetapkan atau lembaga tersebut sangat membutuhkan bimbingan dalam mempersiapkan dan menerapkan standar yang telah ditetapkan. 56

69 Dengan melihat skor yang diperoleh pada setiap standar (T S ) maka akan dapat diketahui juga hal-hal yang masih perlu dikembangkan dan halhal yang sudah berjalan dengan baik dengan mengacu pada hal-hal berikut: a. Jika skor T S antara 81% - 100% maka lembaga tersebut telah memenuhi sedikitnya 81% atau keseluruhan dari standar Kelembagaan atau Pelayanan atau Monitoring dan Evaluasi. b. Jika skor T S antara 71% - 80% maka lembaga tersebut telah memenuhi 71% - 80% dari standar Kelembagaan atau Pelayanan atau Monitoring dan Evaluasi. c. Jika skor T S antara 51% - 70% maka lembaga tersebut hanya memenuhi 51% - 70% dari standar Kelembagaan atau Pelayanan atau Monitoring dan Evaluasi. d. Jika skor T S antara 0 50% maka lembaga tersebut hanya dapat memenuhi 50% atau kurang dari standar Kelembagaan atau Pelayanan atau Monitoring dan Evaluasi. Atau dapat juga dikatakan bahwa jika suatu lembaga memperoleh: a. Skor 81% - 100% : berarti lembaga tersebut telah menjalankan standar yang ditetapkan dengan baik dan perlu dipertahankan. b. Skor 71% - 80% : berarti lembaga tersebut telah menjalankan sebagian besar dari standar yang ditetapkan dan masih membutuhkan bimbingan dalam beberapa hal. c. Skor 51% - 70% : berarti lembaga tersebut baru menjalankan sebagian kecil dari standar yang ditetapkan dan membutuhkan bimbingan yang lebih besar dalam beberapa hal. d. Skor 0 50% : berarti lembaga tersebut sangat membutuhkan bimbingan dalam mempersiapkan dan menerapkan standar yang telah ditetapkan. 57

70 Kegiatan penilaian terhadap capaian standar pelayanan minimal merupakan salah satu cara untuk meningkatkan dan menjaga mutu layanan lembaga serta wujud transparansi dan akuntabilitas layanan suatu lembaga kepada indikator. Dengan tujuan tersebut diharapkan lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh masyarakat dapat termotivasi untuk senantiasa meningkatkan dan menjaga kualitas mutu layanan sesuai SPM yang telah ditetapkan. Selain untuk menilai capaian layanan terhadap SPM, penilaian tersebut juga dimaksudkan sebagai feedback kepada pelaksana (BNN) untuk memetakan kebutuhan lembaga yang perlu dikuatkan secara khusus. Selain itu pada lembaga yang berhasil mendapatkan skor A terhadap capaian SPM, diberikan penghargaan (reward) sebagai lembaga rujukan untuk pelayanan maupun pendidikan. Demikian pula untuk lembaga yang belum dapat mencapai skor yang baik, akan diberikan penguatan dukungan terhadap aspek yang belum berhasil dicapai. Lembaga-lembaga yang telah mencapai SPM A dan B nantinya akan dipublikasikan melalui website BNN sebagai lembaga yang dapat menerima rujukan rehabilitasi. Terkait dengan pelaksanaan penilaian terhadap capaian SPM, pada tahun 2014 ini dilakukan penilaian pada 40 lembaga dari 80 lembaga yang mendapatkan dukungan. Penetapan ke-40 lembaga yang akan dinilai ini berdasarkan hasil evaluasi bimbingan teknis yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun yang sama serta masukan dari penilaian yang dilakukan pada tahun Komponen yang dinilai dalam bimbingan teknis terdiri dari: a. Kinerja umum lembaga rehabilitasi dimana didalamnya dinilai tersedia atau tidaknya data base klien, asal sumber pendanaan lembaga, proporsi jumlah klien berdasarkan jenis kelamin, serta pengembangan program lembaga dari tahun ke tahun. b. Kinerja umum lembaga rehabiitasi dimana indikator yang dinilai mengenai kegiatan lembaga berdasarkan jenis layanan (OSC, ORC, CBU, TC), jumlah klien selama 3 tahun terakhir, partisipasi dari tokoh masyarakat dalam mendukung kegiatan lembaga. 58

71 c. Penatalaksanaan dimana dinilai mengenai pencatatan dan pelaporan kegiatan lembaga sesuai SOP, rujukan layanan serta alur kegiatan (OSC, ORC, CBU, TC). d. Sarana dan prasarana, dimana dinilai mengenai ada tidaknya sarana ruangan yang sesuai dengan pedoman standar layanan BNN dan prasarana seperti ATK, tempat penyimpanan data, alat kesehatan dasar dan alat kebersihan. e. Tenaga terlatih, dimana dinilai mengenai jumlah konselor adiksi, petugas penjangkau, manajer kasus, psikolog, perawat, dokter umum, psikiater, dan petugas administrasi yang membantu penyelenggaraan kegiatan lembaga. Terdapat 40 Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang telah melaksanakan proses rehabilitasi sesuai Standar Pelayanan Minimal/SPM yaitu: No. Lembaga Provinsi 1. Sibolangit Centre 2. Yayasan Galatea 3. Yayasan Medan Plus Sumatera Utara 4. Caritas PSE 5. Ar-Rahman Sumatera Selatan 6. Wisma Ataraxis Lampung 7. Yayasan Siklus Riau 8. Yayasan Sikok Jambi 9. Yayasan Kipas Bengkulu 10. Rumah Singgah PEKA 11. Yayasan Adiksifitas 12. Yayasan Penuai Indonesia 13. Yayasan Pelayanan Agape 14. Yayasan Sekar Mawar 15. Rumah Cemara Bandung Jawa Barat 16. Breakthrough Missions Indonesia 17. FAN Campus 18. Klinik Medika Antapani 19. RSI Karawang 59

72 No. Lembaga Provinsi 20. Yayasan Al Jahu 21. Yayasan Kapeta 22. Kambal Care DKI Jakarta 23. Yayasan Karisma 24. Yayasan Mitra Alam 25. Yayasan Rumah Damai Jawa Tengah 26. Yayasan Bina Hati 27. Pondok Pesantren Inabah XIX 28. Yayasan Doulos Jatim Jawa Timur 29. Yayasan Bambu Nusantara 30. Lembaga Rehabilitasi Kunci 31. Griya Pemulihan Siloam DI Yogyakarta 32. Yayasan Galilea Kalimantan Tengah 33. Yayasan Laras Kalimantan Timur 34. NOID Kendari Sulawesi Tenggara 35. Yayasan Doulos Makassar 36. YKP2N Sulawesi Selatan 37. Yayasan Dua Hati Bali 38. Yakita Bali Bali 39. Aksi NTB 40. Rumah Dampingan Lentera NTB Dari hasil penilaian di 40 lembaga rehabilitasi pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut: a. Lembaga yang mendapatkan kategori A berjumlah 10 lembaga; b. Lembaga yang mendapatkan kategori B berjumlah 12 lembaga; c. Lembaga yang mendapatkan kategori C berjumlah 18 lembaga; d. Lembaga yang mendapatkan kategori D berjumlah 0 lembaga. Capaian tahun 2013 terkait dengan indikator ini adalah sebanyak 30 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat (100%), sedangkan capaian tahun 2014 juga sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu sebanyak 40 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat. Capaian tahun 2014 ini terdapat lembaga yang sama, ini artinya lembaga tersebut secara konsisten dapat mempertahankan mutu layanan. 60

73 Hasil perbandingan lembaga rehabilitasi pada tahun 2013 dan tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tahun 2013 Tahun 2014 No. Nama Lembaga Kategorgori Kate- Nilai Nilai 1. Yayasan Sekar Mawar 79,47 B 95 A 2. Yayasan Penuai Indonesia 65 C 69 C 3. Breakthrough Missions ,4 C Indonesia 4. Yayasan Adiksifitas 78,1 B 86,72 A 5. Rumah Cemara Bandung 83,33 A 86,3 A 6. Fan Campus 88 A 87,92 A 7. Yayasan Pelayanan Agape 84,1 A 71,05 B 8. Rumah Singgah Peka 56,3 C 89,99 A 9. Klinik Medika Antapani BIMTEK SAJA 62 C 10. Rumah Sakit Islam Karawang BIMTEK SAJA 72,3 B 11. Cbu Kamboja 77,01 B 12. Yayasan Kasih Indonesia 51,9 C 13. Yayasan Mahakasih 67,1 C 14. Inabah XV 62,44 C 15. Rumah Cemara Sukabumi Yayasan Getsemani Anugerah 64,95 C 17. Yayasan Gideon Victory Outreach Yayasan Mitra Alam 60,23 C 20. Yayasan Rumah Damai 58,1 C 61,84 C 21. Rs H.A. Djunaid BIMTEK SAJA 22. Rsi Sultan Agung BIMTEK SAJA 23. Yayasan Bina Hati 78,61 B 64,9 C 24. Yayasan Bambu Nusantara 69,7 C 68,5 C 25. Pondok Pesantren Inabah Xix 57,79 C 69,6 C 26. Doulus Jatim B 27. Yayasan Corpus Christi 64,8 C 28. Mojokerto Copenham Lembaga Rehabilitasi Kunci 83,3 A 92 A 30. Griya Pemulihan Siloam 80 B 69 C 31. Yayasan Charis 62,1 C 32. Ponpes Al Islami 57 C 33. Yayasan Galilea Elkana Kapeta 92,22 A 35. Kambal Care 86 A 76,2 B 36. Yayasan Karitas Sani Madani 77,3 B 37. Yayasan Al Jahu BIMTEK SAJA 65,32 C 38. Yayasan Doulus 60,34 C 39. Yayasan Rumah Sebaya Klinik Sunter BIMTEK SAJA 41. Natura Sahabat Rekan Sebaya Yayasan Mutiara Maharani Bina Muda Gemilang 55 C 45. Yayasan Bani Syifa 40,04 D Provinsi Jabar Jateng Jatim DIY DKI Jakarta Banten 61

74 Tahun 2013 Tahun 2014 No. Nama Lembaga Kategorgori Kate- Provinsi Nilai Nilai 46. Sibolangit Centre 75,94 B 75,77 B 47. Yayasan Galatea 77,6 B 68,69 C 48. Yayasan Caritas Pse 80,51 B 84,84 A 49. Yayasan Medan Plus 76,7 B 76,47 B 50. Yayasan Keris Sakti Sumut 51. Yayasan Narwastu Yayasan Pemulihan Kasih Bangsa Yayasan Ar Rahman 82,9 A 73,3 B 54. Yayasan Intan Maharani 80,27 B Sumsel 55. Yayasan Suci Hati 98,1 A Sumbar 56. Yayasan Sinar Jati 64,23 C Lampung 57. Yayasan Galilea 84,8 A 81,43 A Kalteng 58. Laras 81,39 A 69,6 C Kaltim 59. Kelima Rumah Kasih Serambi Salomo 76,42 B Kalbar 61. LSM Merah Putih Kota 66,4 C Singkawang 62. No Inject & Drugs (Noid) Sultra 64,74 C 73,6 B Sultra 63. Lembaga Family Rekan Sebaya 56,63 C 64. YKP2N 80,3 B 71,9 B Sulsel 65. Yayasan Doulos Perwakilan Makassar 90,9 A 71,7 B 66. Amanat Muda Sulbar 76,9 B Sulbar 67. LKK NU Sulawesi Utara 81,9 A Sulut 68. Yayasan Siklus 73,7 B 61 C 69. Klinik Rehabilitasi Narkoba Ummi Medika BIMTEK SAJA Riau 70. Yayasan Lintas Nusa BIMTEK SAJA Kepri 71. Yayasan Sikok 49,61 D 57,72 C Jambi 72. Yayasan Kipas 70,17 C 66,1 C Bengkulu 73. Yayasan Dua Hati Bali 66,6 C 68,54 C 74. Yayasan Kasih Kita Bali 64,71 C 67,4 C BALI 75. Aksi NTB 71,14 B 78,77 B 76. Rumah Dampingan Lentera 70,9 C 67,67 C NTB 77. Yayasan Tanpa Batas 71,5 B NTT 78. Lembaga Rehabilitasi Ataraxis ,59 A Lampung 79. Klinik Intan Medika 55,5 C Babel 80. Pelayan Metanoia 34,95 D Papua Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 lembaga yang mengalami peningkatan kategori sebagai berikut: a. Dari kategori B menjadi kategori A= 3 Lembaga (Yay. Sekar Mawar, Yay. Adiksifitas, Yay. Caritas PSE). 62

75 b. Dari kategori C menjadi kategori B = 1 Lembaga (Noid Sultra). c. Dari kategori D menjadi kategori C = 1 Lembaga (Yay. Sikok). d. Dari kategori C menjadi kategori A = 1 Lembaga (Rumah Singgah Peka). Sedangkan lembaga yang mengalami penurunan kategori berjumlah 9 lembaga, dengan rincian sebagai berikut: a. Dari kategori A menjadi kategori B = 4 Lembaga (Yay. Agape, Kambal Care, Yay. Ar Rahman, Yay. Doulos Makasar) b. Dari kategori B menjadi kategori C = 4 Lembaga (Yay. Bina Hati, Griya Pemulihan Siloam, Yay. Galatea, Yay. Siklus) c. Dari kategori A menjadi kategori C = 1 Lembaga (Laras) Sedangkan lembaga yang tidak mengalami kenaikan maupun penurunan kategori berjumlah 16 lembaga dan lembaga yang baru dinilai pada tahun ini berjumlah 9 lembaga. Adapun perbandingan target dan realiasasi dengan tahun 2013 dan 2014 dapat di lihat dalam grafik dibawah ini. Grafik 10. Jumlah LRKM yang beroperasi sesuai SPM Tahun 2013 dan 2014 Peningkatan Capaian 21% Tahun 2013 Tahun 2014 Target Realisasi 63

76 Penurunan hasil capaian SPM pada lembaga yang sama di tahun 2014 disebabkan oleh berbagai kendala baik internal maupun eksternal lembaga yang bersangkutan. Kendala internal umumnya disebabkan oleh permasalahan internal lembaga rehabilitasi itu sendiri baik dari sisi SDM, sumber pendanaan, sarana prasarana, manajemen; seperti kaderisasi yang tersendat, informasi yang tidak menyebar, pergantian petugas yang terlalu cepat, fungsi indikator yang tidak berjalan, pendokumentasian yang tidak sistematis dan lain-lain. Sedangkan kendala eksternal umumnya dikarenakan adanya perubahan indikator pada indikator SPM yang digunakan pada tahun Indikator penilaian yang digunakan pada tahun 2014 tidak mengakomodir kebutuhan layanan rawat jalan yang dijalankan lembaga, sehingga pada settingan rawat jalan banyak indikator yang tidak mendapatkan nilai. Selain itu adanya interpretasi yang berbeda atas item dari tim penilai yang menyebabkan hasil penilaian menjadi bias. Selain penurunan, terdapat pula peningkatan hasil capaian SPM pada tahun Peningkatan ini dapat terjadi karena selama tahun 2014 telah dilakukan bimbingan secara intensif kepada petugas rehabilitasi dalam aspek kelembagaan maupun pemberian layanan rehabilitasi kepada pecandu dalam bentuk pelatihan atau capacity building dan bimbingan teknis secara langsung di lembaga rehabilitasi. Selain itu komitmen yang tinggi dari pimpinan yayasan dan jajarannya dalam menerapkan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Terhadap lembaga yang telah menunjukkan capaian kinerja yang baik dalam capaian SPM tersebut diberikan reward berupa sosialisasi sebagai lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang layak menjadi tempat rujukan rehabilitasi IPWL dan direkomendasikan sebagai lembaga rehabilitasi yang dapat didukung oleh Kementerian Sosial dan KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional). Hasil penilaian tersebut nantinya akan dipublikasikan dalam website BNN untuk diketahui masyarakat umum dan secara khusus juga dikirimkan ke lembaga yang bersangkutan sebagai bentuk feedback untuk perbaikan layanan ke depan. 64

77 Penilaian ini memberikan penilaian terhadap layanan rehabilitasi dalam rangka menjaga mutu layanan yang akuntabel dan transparan kepada indikator. Dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat melaksanakan program rehabilitasi korban penyalah guna narkoba sesuai dengan standar pelayanan minimal dan melakukan penilaian mengenai program layanan rehabilitasi di masing-masing tempat rehabilitasi komponen masyarakat. Di samping menilai berdasarkan standar pelayanan minimal yang ditetapkan, tim komite penilai juga menilai kepuasaan klien dengan menggunakan kuesioner. Tujuan dari penilaian kepuasaan klien ini adalah untuk mengetahui persepsi keinginan dan harapan klien mengenai program dan layanan yang diberikan oleh lembaga rehabilitasi komponen masyarakat. Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Keberhasilan pencapaian target ini merupakan upaya pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan adanya kerjasama antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan komponen masyarakat penerima program. Peran media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional), dan kegiatan Focus Group Disscussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan kesadaran pengelola rehabilitasi memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal. 65

78 8. Sasaran : Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi. Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 2 (dua) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah penyalahguna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN 800 orang 963 orang 120% BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna narkoba di seluruh Indonesia untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. Saat ini Badan Narkotika Nasional mempunyai 4 (empat) balai rehabilitasi yang melayani program terapi dan rehabilitasi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba dengan metode berbasis terapeutik komunitas (TC). Balai tersebut berada di Lido Bogor, Baddoka Makassar, Tanah Merah Samarinda dan yang baru saja diresmikan di Nongsa Batam. Pada tahun 2014 jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN sebanyak 963 orang atau melebihi target yang telah ditetapkan atau sebesar 120%. Hal ini didukung oleh meningkatnya penyalah guna yang melaporkan dirinya ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) sebagai institusi yang merujuk penyalah guna narkotika ke Balai Rehabilitasi BNN untuk mendapatkan rehabilitasi. Selain itu, berfungsinya peran BNNP serta BNNK/Kota di bidang rehabilitasi juga mendukung banyaknya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN. 66

79 Pada 3 (tiga) balai rehabilitasi BNN berbasis komunitas terapeutik (therapeutic community), rehabilitasi dilaksanakan selama 6 bulan dengan beberapa tahapan yang harus dijalani. Tahap pertama dikenal dengan fase induksi atau orientasi di fase ini penyalah guna menjalani program detoksifikasi, medikasi dan layanan kesehatan lain yang mungkin dibutuhkan residen (penyalah guna). Setelah dilaksanakannya detoksifikasi atau fase induksi, residen masuk ketahapan selanjutnya yaitu fase primary. Hal utama di fase ini berfokus kepada pemulihan pribadi serta diharapkan residen mempunyai perubahan cara berpikir, perubahan perilaku dan meningkatnya fungsi indikator, proses pemulihan ditetapkan selama 6 bulan. Di Loka Rehabilitasi Batam, proses rehabilitasi dilaksanakan selama 3,5 bulan dengan tahapan detoksifikasi/ medical psychiatric examination unit selama 1 minggu, tahap primary 10 minggu, dan tahap re-entry 2 minggu dengan total 14 minggu (3,5 bulan). Penerapan rawat inap jangka pendek di Loka Rehabilitasi Batam merupakan uji coba bidang rehabilitasi dalam mengembangkan program rehabilitasi jangka pendek (TC modifikasi). Hal ini terkait dengan kasus yang saat ini terbanyak adalah pengguna Amphetamine Type Stimulants (ATS) yang umumnya tingkat penggunaannya masih rekreasional. Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN pada tahun 2014 sebanyak 480 orang atau 60% dengan capaian 86%. Ketidaktercapaian dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 560 orang atau 70%, disebabkan oleh penyalah guna yang dipulangkan atas permintaan keluarga, split (melarikan diri dari program karena belum bersedia atau tidak mau untuk direhabilitasi), meninggal atau dirujuk ke rumah sakit karena penyakit penyertanya. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 dimana Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN meningkat sebanyak 626 orang atau meningkat hingga 65%. Peningkatan tersebut digambarkan sebagaimana grafik berikut ini: 67

80 Grafik 11. Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN Peningkatan Capaian 65% Target Realisasi Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Keberhasilan pencapaian target ini merupakan upaya pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan adanya kerjasama antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan komponen masyarakat penerima program. Peran media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional), dan Focus Group Disscussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pelayanan di tempat rehabilitasi. 68

81 berikut : Sedangkan capaian kinerja Indikator Kerja Utama kedua adalah sebagai No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. % penyalah guna dan /atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN 70% (560 orang) 60% (480 orang) 86% Balai Rehabilitasi BNN memberikan pelayanan rehabilitasi berbasis komunitas terapeutik (therapeutic community), rehabilitasi dilaksanakan selama 6 bulan dengan beberapa tahapan yang harus dijalani. Tahap pertama dikenal dengan fase induksi atau orientasi di fase ini penyalah guna menjalani program detoksifikasi, medikasi dan layanan kesehatan lain yang mungkin dibutuhkan residen (penyalah guna). Setelah dilaksanakannya detoksifikasi atau fase induksi, residen masuk ke-tahapan selanjutnya yaitu fase primary. Hal utama di fase ini berfokus kepada pemulihan pribadi serta diharapkan residen mempunyai perubahan cara berpikir, perubahan perilaku dan meningkatnya fungsi pasca, proses pemulihan ditetapkan selama 6 bulan. Penerapan rawat inap jangka pendek di rehabilitasi BNN dilakukan melalui pengembangan program rehabilitasi jangka pendek (TC modifikasi). Hal ini terkait dengan kasus yang saat ini terbanyak adalah pengguna Amphetamine Type Stimulants (ATS) yang umumnya tingkat penggunaannya masih rekreasional. Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN pada tahun 2014 sebanyak 480 orang atau 60% dengan capaian 86%. Ketidaktercapaian dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 560 orang atau 70%, disebabkan oleh penyalah guna yang dipulangkan atas permintaan keluarga, split (melarikan diri dari program karena belum bersedia atau tidak mau untuk direhabilitasi), meninggal atau dirujuk ke rumah sakit karena penyakit penyertanya. 69

82 Sementara capaian kinerja % penyalah guna dan /atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN dibandingkan tahun 2013 menurun dari 104% menjadi 86% atau sebesar 18%, seperti pada grafik berikut: Grafik 12. % penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN 104% Penurunan Capaian 44% 120% 60% 100% 80% 60% 40% 60% 70% Realisasi 20% 0% Target Total penyalah guna yang telah menyelesaikan program rehabilitasi semenjak tahun 2012 adalah 624 orang atau sebesar 60% dari target yang ditetapkan. Reviu renstra yang dilakukan juga merubah indikator kinerja di atas. Namun, perubahan indikator kinerja ini hanya dalam penetapan target dan capaian. Dalam indikator kinerja sebelum reviu, penetapan target dan capaian dilakukan dengan menghitung target dan capaian dari penguatan lembaga rehabilitasi yang dimiliki instansi pemerintah dan yang dikelola oleh komponen masyarakat yang memperoleh penguatan, dorongan atau fasilitasi. Setelah dilakukan reviu atas indikator ini, penetapan target dan capaian hanya berdasarkan dari target dan capaian yang dilakukan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN dan Balai Rehabilitasi milik BNN lainnya. Namun, bukan berarti capaian dari pelaksanaan penguatan lembaga-lembaga tersebut tidak dihitung lagi, hasil pencapaian tersebut hanya sebagai lampiran dari hasil pelaksanaan kegiatan saja. 70

83 Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Peran media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang), dan Focus Group Disscussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan rehabilitasi. 9. Sasaran : Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba. Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 1 (satu) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah penyalahguna dan/atau ,75% pecandu narkoba yang mengikuti orang orang program pascarehabilitasi Pasca rehabilitasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses rehabilitasi berkelanjutan. Pentingnya pelaksanaan program pasca rehabilitasi adalah untuk membantu mantan penyalahguna narkoba untuk kembali hidup di tengah-tengah masyarakat secara normatif, produktif dan mandiri dan dapat berfungsi secara sosial, sehingga dapat mengurangi stigma negatif dari masyarakat terhadap mantan penyalahguna narkoba dan menambah dukungan masyarakat terhadap proses pemulihan. Dari 626 orang yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi di Balai Rehabilitasi BNN, terdapat 532 orang yang berhasil melanjutkan pada program pasca rehabilitasi. Capaian 532 tersebut telah melampaui dari target yang direncanakan pada tahun 2014 sebanyak 528 orang (100,75%). 71

84 Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 0,75% yaitu dari 100% pada tahun 2013 menjadi 100,75% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa program pasca rehabilitasi sudah dipahami masyarakat sebagai satu proses yang sifatnya berkelanjutan untuk pemulihan korban penyalahguna narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 13. Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi Peningkatan Capaian 0,75% 100,75% % % 100% Realisasi Target Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifakan terhadap organisasi BNN, yang berakitbat terjadi reviu Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Keberhasilan program ini didukung dengan tersosialisasinya arti pentingnya pasca rehabilitasi. 72

85 10. Sasaran : Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas telah ditetapkan indikator kinerja utama sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah kasus peredaran gelap narkoba 111 kasus 398 kasus 358,5% yang terungkap Dari indikator di atas diketahui bahwa secara keseluruhan target yang telah ditetapkan sebanyak 111 kasus, dengan rincian 70 kasus menjadi target BNN pusat dan 41 kasus menjadi target BNN Provinsi se-indonesia. Target untuk BNN pusat sebanyak 70 kasus dapat direalisasikan sebanyak 103 kasus (147,1%) atau mengalami peningkatan sebesar 33 kasus (47,1%). Sementara untuk target yang ditetapkan di BNN Provinsi sebanyak 41 kasus tercapai 295 kasus atau 719,5% atau secara keseluruhan jumlah kasus yang terungkap mengalami peningkatan sebesar 258,5%. Capaian target kinerja yang sudah baik tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan melalui berbagai upaya dalam penyelidikan, penyidikan dan pengungkapan jaringan peredaran gelap narkotika dan indikator narkotika. Grafik 14. Jumlah capaian pengungkapan kasus tindak kejahatan narkotika dan prekursor narkotika tahun

86 Grafik capaian kinerja BNN di atas menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Tahun 2013 sebanyak 165 kasus menjadi 398 kasus pada tahun 2014 atau sebesar 141,2%. Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Meningkatnya pengungkapan kasus tindak kejahatan narkotika dan indikator narkotika tersebut karena kecepatan menindaklanjuti informasi dari masyarakat baik yang langsung maupun melalui call center dan SMS center BNN, adanya dukungan peralatan teknologi intelijen, keakuratan analis dalam menganalisa informasi intelijen, sudah berfungsinya bidang pemberantasan di BNNP serta pemberian informasi dari BNNK/Kota untuk proses tindak lanjut dan adanya kerja sama yang optimal antar lembaga penegak hukum dan instansi terkait baik dalam negeri maupun luar negeri. Kerja sama ini merupakan bagian dari implementasi Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun Sedangkan capaian kinerja indikator kinerja utama kedua diuraikan sebagai berikut : Indikator Kinerja No. Utama 2. Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap Target Realisasi % Pusat: 180 tersangka Pusat: 198 tersangka Pusat: 110 Daerah: 41 tersangka Daerah: 387 tersangka Daerah: 943,9 Jumlah 221 tersangka 585 tersangka 264,7% 74

87 Target indikator kinerja utama yang ditetapkan untuk sasaran ini adalah sebesar 221 tersangka dapat terealisasi sebesar 585 tersangka dengan capaian sebesar 264,7%. Capaian tersebut diperoleh atas kerja keras petugas dalam kegiatan operasi penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh BNN dan semakin tumbuhnya kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk melaporkan adanya tindak pidana narkotika. Untuk mempertahankan capaian kinerja tersebut di atas perlu dilakukan upaya-upaya : a. meningkatkan kemampuan sumber daya Penyelidik dan Penyidik yang ada di BNN melalui pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri; b. menambah dan melengkapi peralatan intelijen sesuai dengan perkembangan teknologi; c. menambah atau meningkatkan alokasi anggaran untuk kegiatan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan menekan supply narkotika dan indikator narkotika illegal yang masuk ke Indonesia. Perolehan capaian penangkapan tersangka kasus narkotika secara signifikan pada tahun 2014 didukung semakin berperannya satuan kerja BNN di kewilayahan terutama dengan penambahan tenaga penyidik Polri yang dipekerjakan di BNN. Meskipun BNN dihadapkan pada keterbatasan sarana prasarana pendukung seperti : ruang tahanan (sebagian besar BNNP belum mempunyai ruang tahanan karena kantor masih berstatus kontrak, sehingga harus menitipkan tahanan ke kantor kepolisian setempat), peralatan teknologi belum tersedia, terutama di wilayah pelabuhan tidak resmi dan tidak terjaga (masih banyak jalur tikus yang ditenggarai raan peredaran gelap narkotika) tidak menyurutkan semangat dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus narkotika. 75

88 Grafik 15. Capaian jumlah tersangka tindak kejahatan narkotika dan prekursor narkotika yang tertangkap tahun Grafik capaian kinerja BNN di atas menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Tahun 2013 sebanyak 260 tersangka menjadi 585 tersangka pada tahun 2014 atau sebesar 125%. Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Untuk capaian kinerja indikator kinerja utama ketiga diuraikan sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 3. Jumlah sel jaringan peredaran Pusat: 20 Sel jaringan Daerah: 33 Sel jaringan Pusat: 22 Sel Jaringan Daerah: 33 Sel Jaringan 110% 100% gelap narkoba yang terungkap Jumlah 53 Sel Jaringan 55 Sel Jaringan 103,7% Target indikator kinerja utama yang ditetapkan untuk sasaran ini adalah sebesar 53 sel jaringan dapat terealisasi sebesar 55 sel jaringan dengan capaian sebesar 103,7%. 76

89 Faktor pendukung dalam pengungkapan sel jaringan adalah sebagai berikut : 1. Dukungan peralatan Teknologi Inteljen (TI) yang dimiliki oleh BNN. 2. Adanya informasi yang akurat dari masyarakat baik melalui call center dan SMS center BNN dan juga ada yang melapor langsung ke petugas BNN. 3. Kerja sama antar lembaga penegak hukum dalam negeri dan luar negeri melalui tukar menukar (sharing) informasi. 4. Kerja sama dengan instansi terkait yang selama ini berjalan dengan sangat baik. Untuk mempertahankan capaian kinerja tersebut di atas perlu dilakukan upaya-upaya mengefektifkan database yang ada saat ini untuk pemetaan jaringan sindikat peredaran gelap narkotika dan indikator narkotika, meningkatkan keakurasian hasil analisis oleh personel analis jaringan, dan mengoptimalkan koordinasi dengan Polri, Bea Cukai, penyedia jasa telekomunikasi, dan instansi terkait lainnya. Grafik 16. Capaian sel jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang terungkap tahun Grafik capaian kinerja BNN di atas menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Tahun 2013 sebanyak 21 sel jaringan menjadi 55 sel jaringan pada tahun 2014 atau sebesar 162%. 77

90 Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Sedangkan capaian kinerja indikator kinerja utama keempat diuraikan sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 4. Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba ,7 Target indikator kinerja utama yang ditetapkan untuk sasaran ini adalah sebesar Rp ,- dapat terealisasi sebesar Rp ,- dengan capaian sebesar 216,7%. Peningkatan keberhasilan capaian target di atas disebabkan kecepatan dalam melakukan penelusuran aset para tersangka atau aset yang dikuasai oleh pihak lain yang terkait dengan kejahatan narkotika, aset tersangka kejahatan narkotika terdiri dari barang bergerak maupun tidak bergerak. Selain itu juga adanya peningkatan kerja sama antara BNN dengan instansi pemerintah lainnya dalam penelusuran aset tersangka. K/L yang selama ini melaksanakan kerja sama dengan BNN dalam penelusuran aset tersangka seperti : PPATK, Bank Indonesia, Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Penyedia Jasa Keuangan lainnya. Hasil penelusuran aset tersangka merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). 78

91 Grafik 17. Persentase jumlah nilai indikator yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkotika yang terungkap tahun % 200.0% 150.0% 100.0% 50.0% 151.7% 216.7% 0.0% Grafik capaian kinerja BNN di atas menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Tahun 2013 sebanyak 151,7% aset yang disita menjadi 216,7% aset yang disita pada tahun 2014 atau sebesar 42,8%. Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. 11. Sasaran : Meningkatnya penyitaan narkoba ilegal di pintu masuk (Bandara, Pelabuhan dan Border Land). Sasaran strategis di atas memiliki 1 (satu) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan dan border land N/A N/A 79

92 Indikator kinerja ini menetapkan jumlah nilai narkoba ilegal yang disita. Terkait dengan nilai capaian untuk indikator ini tidak dinilai secara harapiah, tetapi berdasarkan barang bukti narkotika ilegal yang disita terdiri dari : NO. BARANG BUKTI JUMLAH SATUAN 1. Shabu Kristal ,42 gram 2. Ekstasi butir 3. Heroin 7.894,68 gram 4. Ganja (Daun) ,69 gram 5. Ganja (Pohon) 60 batang 6. Ganja (Biji) 102 gram 7. Cairan Toluene ml 8. Cairan HCL 700 ml 9. Ephedrine bubuk 1,9 gram 10. Asetone Cair ml 11. Cairan Lain ml Tidak dinilainya narkotika ilegal yang disita dalam nilai rupiah supaya tidak menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat, oleh karena narkoba ilegal tersebut semuanya dimasukan ke dalam incenerator untuk dimusnahkan. Berdasarkan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 92 paling lambat 14 (empat belas) hari setelah penetapan penyitaan oleh pengadilan, maka barang bukti harus dimusnahkan. Dengan banyaknya barang bukti narkotika yang disita menandakan bahwa Indonesia telah menjadi pangsa pasar yang menjanjikan bagi para jaringan sindikat narkotika internasional. Untuk pengendalian wilayah Indonesia dari masuknya narkoba ilegal perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi pengawasan di berbagai wilayah baik di bandara, pelabuhan laut/perairan, dan lintas batas darat, dengan dilengkapi personel, sarana prasarana termasuk perlu dilakukan peningkatan kerja sama dengan berbagai instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP), Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Angkasa Pura, Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Luar Negeri serta kerja sama antar penegak hukum baik regional maupun internasional. 80

93 Tingkat keberhasilan penyitaan narkotika ilegal tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi BNN, yang berakibat terjadi review renstra tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. 12. Sasaran : Meningkatnya pemberian bantuan hukum di bidang penyalahgunaan narkoba. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mencapai sasaran strategis tersebut di atas adalah : No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah orang yang mendapat pelayanan hukum di bidang P4GN 75 orang 466 orang 621,3% Berangkat dari adanya kesepakatan bersama pada tanggal 26 Januari 2014 antara Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, Kapolri, Kepala BNN dan Menpora RI yang menyatakan bahwasannya tahun 2014 adalah tahun penyelamatan bagi pengguna narkoba. Sebagai tindak lanjut dari apa yang sudah disepakati pada tanggal 11 Maret 2014 bertempat di Istana Wakil Presiden ditandatangani Peraturan Bersama 7 K/L tentang Penanganan Pecandu dan Korban Penyalahguna ke Dalam Tempat Rehabilitasi. BNN sebagai focalpoint dalam pelaksanaan P4GN melaksanakan pilot project di 13 Provinsi dan 16 Kabupaten/Kota di Indonesia. BNN melakukan monitoring dan evaluasi dan bimbingan teknis terhadap provinsi yang tidak termasuk dalam pilot project, sehingga sesuai dengan keinginan masyarakat pada tahun 2015 kegiatan rehabilitasi ini dilaksanakan di seluruh provinsi se Indonesia. 81

94 Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan bantuan hukum dilaksanakan secara berkesinambugan terhadap aparat hukum, instansi terkait, dan masyarakat sehingga paradigma aparat penegak hukum berubah dari pemenjaraan kepada proses rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalah guna narkotika. Selain daripada itu bantuan hukum yang dilakukan juga berupa sosialisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan proses rehabilitasi, melakukan dialog interaktif melalui media cetak dan elektronik. Terhadap uraian-uraian tersebut di atas dapat disampaikan pada tahun 2014, BNN telah memberikan pelayanan kepada 466 orang penyalah guna atau pecandu narkoba yang terdiri dari 353 orang yang melaporkan diri secara sukarela dan 113 orang yang terkait dengan hukum. Jumlah ini melebihi target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 621,3%. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 dimana jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN sebanyak 35 orang meningkat hingga 466 orang atau mengalami peningkatan sebesar 1.231,4%. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik berikut ini : Grafik 18. Jumlah orang yang mendapat pelayanan hukum di bidang P4GN

95 Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifakan terhadap organisasi BNN, yang berakitbat terjadi reviu Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Keberhasilan pencapaian sasaran ini didukung dengan kebijakan penetapan tahun 2014 sebagai tahun penyalamatan narkoba yang dilanjutkan dengan penandatangan Peraturan Bersama oleh 7 pimpinan K/L dan pelaksanaan pilot project di 13 Provinsi dan 16 Kabupaten/Kota di Indonesia serta pelaksanaan advokasi ke aparat penegak hukum. 13. Sasaran : Meningkatnya tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri. Untuk mencapai indikator kinerja utama dari sasaran strategis tersebut di atas memiliki indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. % tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah Dalam dan Luar Negeri 50% 91,3% 182,6% Dalam pelaksanaan program P4GN dukungan dan partisipasi dari seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara sangat menentukan keberhasilan program. Menyadari hal tersebut BNN menggalang dukungan kerjasama dengan berbagai elemen/kelompok/organisasi pemerintah maupun non pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Agar pelaksanaan kerjasama tersebut dapat terlaksana dengan baik, perlu didukung dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari elemen/kelompok/organisasi pemerintah maupun non pemerintah baik dalam maupun luar negeri yang mau melaksanakan kerjasama dengan BNN. 83

96 MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah dalam dan luar negeri tersebut berdasarkan atas kriteria kesepakatan bersama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak di bidang P4GN berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum dalam mewujudkan Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Selain undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pelaksanaan program P4GN juga didukung dengan adanya Inpres Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN Tahun Berdasarkan laporan dari satuan kerja BNN di kewilayahan (provinsi dan kabupaten/kota) pelaksanaan P4GN oleh instansi pemerintah telah terlaksana dengan baik, hal ini didukung dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika ditandai dengan banyaknya permintaan narasumber untuk pelaksanaan kerjasama di bidang P4GN. Ditingkat daerah pelaksanaan kerjasama BNN dengan Kementerian Dalam Negeri ikut mendorong pemerintah daerah mendukung pelaksanaan program P4GN dengan memberikan bantuan hibah baik materi maupun non materi, sedangkan di tingkat pusat para pengelola rumah sakit telah memberikan alokasi tempat untuk penanganan pecandu narkotika serta kerjasama pelaksanaan program P4GN. Di tingkat internasional BNN melaksanakan kerjasama dengan berbagai Negara antara lain Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Portugal dan Peru. Hasil dari tindak lanjut MoU antara BNN dengan RRT adalah dalam hal pengungkapan kasus penyelundupan shabu, dengan Portugal adalah koordinasi masalah penangkapan Anak Buah Kapal (ABK) WNI yang tertangkap di Portugal dan study banding masalah IPWL dan dengan Peru adalah membahas peredaran gelap narkotika dan adanya pelatihan bagi para penegak hukum di Peru yang narasumbernya perwakilan dari BNN. 84

97 Dari target yang ditetapkan 50% dapat terealisasi sebesar 90,3% dengan dasar perhitungan adalah sebagai berikut : No Tingkat MoU Jumlah MoU Mou Ditindaklanjuti 1 Instansi Pemerintah Komponen Masyarakat BNN di Kewilayahan Internasional 2 2 Total No. Indikator Kinerja Utama 1. Persentase tindak lanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah dan Luar Negeri Dalam Formula = (Σ Mou TL / Σ Mou)* 100% Hasil Perhitungan = (94/103)*100 = 91,3% Keterangan Σ Mou TL=Jumlah Mou Yang ditindaklanjuti Σ Mou =Jumlah Total Mou Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Hukum dan Kerja sama BNN Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 terjadi peningkatan capaian sebesar 7,3% yaitu dari 84% pada tahun 2013 menjadi 91,3% pada tahun Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang bahaya Narkoba yang mengancam dan merasa perlunya ikut berpartisipasi dalam program P4GN. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini : Grafik 19. % tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah Dalam dan Luar Negeri % Peningkatan Capaian 7,3% 95 91,3% 90 84,0%

98 Capaian tahun 2014 terkait indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan target jangka menengah, karena dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi perubahan yang signifakan terhadap organisasi BNN, yang berakitbat terjadi reviu Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun 2012, sehingga nomenklatur pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama mengalami perubahan. Dengan telah ditandatanganinya MoU antara BNN dengan Organisasi Pemerintah dan Non Pemerintah Dalam dan Luar Negeri diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari BNN dikarenakan banyaknya stakeholder serta luasnya jaringan dan jangkauan yang bisa diakses oleh organisasi tersebut sehingga memberikan pengaruh yang signifikan dalam melakukan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. B. Realisasi Anggaran. Tahun 2014 BNN mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 735,051,825,000,- (tujuh ratus tiga puluh lima milyar lima puluh satu juta delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut: JENIS BELANJA PAGU (Rp) REALISASI (Rp) SISA (Rp) % 51 Belanja Pegawai 223,994,354, ,255,647,413 6,738,706, % 52 Belanja Barang 474,431,180, ,930,976,088 25,500,203, % 53 Belanja Modal - Transaksi Kas 36,626,291,000 35,060,132,429 1,566,158, % 53 Belanja Modal - Transaksi Non Kas - 1,688,634,325 (1,688,634,325) Total 735,051,825, ,935,390,255 32,116,434, % Dari segi penyerapan anggaran, BNN telah berupaya melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan target kinerja anggaran yang tersedia. Tidak terserapnya seluruh anggaran BNN disebabkan sisa anggaran dari belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Penghematan anggaran dilakukan melalui efisiensi penggunaan langganan daya dan jasa, pelelangan barang /jasa serta kegiatan dilakukan seefisien mungkin. Terbitnya Inpres No. 4 Tahun 2014 tentang penghematan dan pemotongan belanja K/L memasuki periode semester II, berdampak pada konsistensi pelaksanaan kegiatan dan Rencana Penarikan Dana (RPD) pada satuan kerja di BNN. Hal ini mempengaruhi kinerja pencapaian target secara fisik, karena penghematan dan pemotongan anggaran tidak disertai dengan penurunan capaian target output. Meskipun demikian realisasi anggaran dapat tercapai di atas target nasional seperti gambar grafik di bawah ini. 86

99 Grafik 20. Realiasi Anggaran BNN tahun 2014 Realisasi (95,63%) Sisa (4,37%) Realisasi Sisa 87

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013 1 KATA PENGANTAR tas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013. Azas akuntabilitas seperti yang tertuang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 ayat (3) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkat dan karunia-nya Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat menyelesaikan Laporan Kinerja BNN Tahun 2015

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi, sedangkan di tingkat

Lebih terperinci

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN 2011-2015 Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Implementasi Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 Jakarta, 8 Mei

Lebih terperinci

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2016 ini, dapat diselesaikan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.493, 2015 BNN. Provinsi. Kabupaten/Kota. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR PER / 4 / V / 2010 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi

Lebih terperinci

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional BEBAN KINERJA POK AHLI memberikan saran dan masukan kepada Ka BNN. ITTAMA melaksanakan pengawasan BNN. intern KEPALA a. memimpin BNN dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke No.912, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Instansi Vertikal. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI

Lebih terperinci

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG PROPINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG TUGAS DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017 JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017 STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPUTI BIDANG HUKUM DAN KERJA SAMA DEPUTI BIDANG HUKUM DAN KERJA SAMA MEMPUNYAI TUGAS MELAKSANAKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.219, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega No.303, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pelayanan. Lembaga Rehabilitasi Narkoba. Komponen Masyarakat. Pelaksanaan. Penelitian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang. 1 B. Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Samarinda. 2 C. Struktur Organisasi Bappeda Kota Samarinda.. 3 BAB II RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PELAYANAN LEMBAGA REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2014 JALAN SUKABUMI NO 17 BANDUNG Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH

Lebih terperinci

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu

Lebih terperinci

CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA No Pernyataan Y/T Keterangan

CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA No Pernyataan Y/T Keterangan CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA. 2017 No Pernyataan Y/T Keterangan I Format 1. Laporan Kinerja (LKj) telah menampilkan data penting IP Uraian singkat organisasi

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 5 2008 SERI. E 6 Nopember 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Profil Wilayah Kabupaten Ciamis 1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan memiliki luas sebesar

Lebih terperinci

User [Pick the date]

User [Pick the date] RENCANA KERJA KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 User [Pick the date] KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG Jl babakan sari no.177 Bandung telepon (022) 7271101 2015 Rencana Kerja Kecamatan Kiaracondong

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penanganan. Pencandu. Penyalahgunaan. Narkotika. Lembaga Rehabilitasi. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. No.135, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA REHABILITASI

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian. No.371, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak memakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 17 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum.

BAB I PENDAHULUAN Umum. 1.1. Umum. BAB I PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berlandaskan falsafah Negara yang berdasarkan Pancasila Ung-Ung Dasar 1945. Sebagai negara kesatuan Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Rehabilitasi. Penyalahgunaan. Pencandu. Narkotika. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci