1 Novita Dya Gumanti, 2 Sutikno, 3 Setiawan

dokumen-dokumen yang mirip
PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA. Abstrak

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

PERAMALAN DBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE GSTAR DAN ARIMA

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

APLIKASI GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PADA PEMODELAN VOLUME KENDARAAN MASUK TOL SEMARANG. Abstract

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

SKRIPSI JURUSAN STATISTIKA PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

Kurniawati, Sri Sulistijowati Handajani, dan Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA UNS

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

Tugas Akhir. Peramalan Penjualan Produk Minuman TB Wilayah Pemasaran Jawa Timur dengan Menggunakan Metode VARIMA. Oleh : C. Ade Kurniawan

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 1.

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS TERKAIT KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA MADYA DENPASAR DENGAN METODE TRANSFER FUNCTION

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK

PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR. Oleh : Laily Awliatul Faizah ( )

PEMODELAN DAN PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG DAN PESAWAT DI TERMINAL KEDATANGAN INTERNASIONAL BANDARA JUANDA SURABAYA DENGAN METODE VARIANSI KALENDER

PERAMALAN PASANG SURUT AIR LAUT DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN MODEL STAR DAN GSTAR UNTUK PERAMALAN INFLASI DUMAI, PEKANBARU, DAN BATAM

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Data yang mempunyai keterkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya

Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

PEMODELAN SEASONAL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERAMALAN NILAI EKSPOR DAN NILAI IMPOR INDONESIA KE JEPANG MENGGUNAKAN MODEL VARIMA

Model Vector Autoregressive-Generalized Space Time Autoregressive

Model Generalized Space Time Autoregressive

Pemodelan Regresi Nonparametrik Spline Truncated Dan Aplikasinya pada Angka Kelahiran Kasar di Surabaya

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

PERAMALAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors

BAB II LANDASAN TEORI

PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

ABSTRAK. Kata kunci: laju inflasi, GSTAR, invers jarak, normalisasi korelasi silang. iii

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT

Transkripsi:

PENERAPAN METODE GSTAR DENGAN PENDEKATAN SPATIO-TEMPORAL UNTUK MEMODELKAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH (STUDI KASUS: JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DI KOTA SURABAYA) Novita Dya Gumanti, Sutikno, Setiawan Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ),, Dosen Pembimbing, Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA-ITS, nov_@yahoo.com, sutikno@statistika.its.ac.id, setiawan@statistika.its.ac.id Abstrak Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia, terutama di Indonesia. Salah satu kunci tinggi rendahnya jumlah kasus DBD yang terjadi adalah perilaku masyarakat terhadap lingkungan. Kejadian serta perilaku seperti yang tersebut diatas tentunya berbeda di setiap wilayah. Karena itu pemodelan sebaran wilayah rawan penyakit DBD perlu segera dibuat. Metode statistika yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut adalah GSTAR. Metode GSTAR mampu mempertimbangkan aspek spatial dan waktu (spatiotemporal) sehingga diperkirakan akan meningkatkan tingkat akurasi. Dalam penelitian ini akan dilakukan penerapan model GSTAR dengan tiga bobot lokasi yaitu bobot lokasi seragam, bobot lokasi inverse jarak dan bobot lokasi korelasi silang pada data jumlah penderita demam berdarah di Kota Surabaya. Pemodelan hanya dilakukan terhadap empat kecamatan di wilayah Surabaya Pusat dikarenakan keterbatasan data. Hasil analisis menunjukkan, model yang sesuai dengan data yaitu model GSTAR( ) I() untuk empat lokasi. Dari model GSTAR yang terbentuk dipilih model terbaik dari ketiga bobot lokasi yang menghasilkan kesalahan ramalan terkecil. Pemilihan model terbaik didasarkan pada nilai Root Mean Squared Error (RMSE) data outsampel dari model. Pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa model yang paling sesuai dengan kondisi data adalah model GSTAR( ) I() dengan bobot lokasi seragam dengan nilai RMSE sebesar,7. Kata kunci : Model GSTAR, RMSE, Demam Berdarah. Pendahuluan Di Indonesia, penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 9. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luasan wilayah yang terjangkit. Pada tahun 97an, kurang dari kota / kabupaten yang terjangkit penyakit DBD, dan pada tahun sudah menjadi lebih dari kota / kabupaten. Berbagai upaya telah dilakukan, akan tetapi angka kejadian DBD masih terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa langkah antisipasi masih belum berjalan baik dan langkah penanggulangan belum efektif untuk menekan angka kejadian. Rendahnya hasil antisipasi kejadian DBD antara lain disebabkan karena waktu, tempat dan angka kejadian belum dapat diprediksi dengan baik. Salah satu kunci tinggi rendahnya jumlah kasus DBD yang terjadi adalah perilaku masyarakat terhadap lingkungan. Perilaku tersebut diatas tentunya berbeda di setiap wilayah. Kota Surabaya merupakan kota metropolis dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Di samping itu mobilitas penduduknya cukup tinggi, sehingga peluang terjadinya wabah demam berdarah antar kecamatan saling berkaitan. Banyaknya kejadian DBD di Kota Surabaya pada tahun 9 cenderung menurun, namun masih dalam angka yang besar, masing masing sebanyak ; 7; ; 9;. Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menyusun model prediksi kejadian penyakit DBD menurut tempat dan waktu. Luaran model tersebut dapat digunakan untuk menentukan wilayah prioritas pelaksanaan program antisipasi dan penanggulangan. Pada penelitian ini dilakukan penyusunan model peramalan yang mempertimbangkan aspek spatial dan waktu (spatio-temporal) sehingga diperkirakan akan meningkatkan tingkat akurasi. Model yang akan dikembangkan adalah Generalized Space Time Autregressive (GSTAR). Pemilihan model terbaik nantinya akan ditetapkan berdasarkan kriteria Akaike s Information Criterion (AIC) atau nilai Root Mean Squared Error (RMSE). Metode GSTAR telah digunakan beberapa kasus dan menunjukkan

kinerja yang cukup baik, diantaranya prediksi curah hujan di Kabupaten Ngawi (Ningrum,), ramalan data produksi gas di Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) oleh Shofiya (9) dan Elliyana (9).. Tinjauan Pustaka Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini meliputi konsep mengenai analisis time series, dan penyakit DBD. Multivariate Time Series Multivariate time series atau deret waktu multivariate merupakan deret waktu yang terdiri dari beberapa variabel. Hal seperti ini sering kali terjadi pada beberapa studi empirik. Contohnya, dalam studi mengenai penjualan. Beberapa variabel yang mungkin terlibat adalah volume penjualan, harga barang, dan biaya iklan. Identifikasi pada model multivariate time series hampir sama dengan model univariate time series. Identifikasi tersebut dapat dilakukan berdasarkan pola atau struktur matriks fungsi korelasi (MACF) dan matriks fungsi korelasi parsial (MACF) setelah data sudah stasioner (Wei, ). Secara visual kestasioneran data pada model multivariate time series juga dapat dilihat dari plot MACF dan PACF serta plot Box-Cox. Plot MACF yang turun secara lambat mengindikasikan bahwa data belum stasioner dalam mean sehingga perlu dilakukan differencing untuk menstasionerkan data. Demikian juga dengan kestasioneran dalam varians. Agar data stasioner dalam varians, maka transformasi perlu dilakukan. Model Generalized Space TimeAutregressive (GSTAR) Model GSTAR merupakan pengembangan dari model STAR model ini cenderung lebih fleksibel dibandingkan model STAR. Secara matematis, notasi dari model GSTAR(p ) adalah sama dengan model STAR(p ). Perbedaan utama dari model GSTAR(p ) ini terletak pada nilai-nilai parameter pada lag spasial yang sama diperbolehkan berlainan. Pada model STAR adalah pada parameter autoregresifnya yang diasumsikan sama pada seluruh lokasi. Dalam notasi matriks, model GSTAR(p ) dapat ditulis sebagai berikut : Φ Φ (.) dengan - Φ diag,, dan Φ diag,, - Pembobot dipilih sedemikian hingga dan Penaksir parameter model GSTAR dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat simpangannya. Pemilihan Bobot Lokasi pada Model GSTAR Salah satu permasalahan utama pada pemodelan GSTAR adalah pemilihan atau penentuan bobot lokasi. Terdapat beberapa cara penentuan bobot lokasi yang sering digunakan dalam aplikasi model GSTAR yaitu (Suhartono dan Atok, ): A B a. Bobot seragam (Uniform) Nilai dari bobot seragam dihitung dengan rumus dengan adalah jumlah lokasi yang berdekatan dengan lokasi i. Bobot lokasi ini memberikan nilai bobot yang sama untuk masing-masing lokasi. Oleh karena itu, bobot lokasi ini seringkali digunakan pada data yang lokasinya homogen atau mempunyai jarak antar lokasi yang sama. C

b. Bobot biner (Binary) Nilai dari bobot biner adalah atau. Nilai tersebut dipakai tergantung pada suatu batasan tertentu. Untuk contoh kasus pada Gambar. = dan. Nilai lebih besar daripada karena jarak antara lokasi A dengan lokasi B lebih dekat dibanding dengan jarak antara lokasi A dengan lokasi C. Jarak yang lebih dekat diduga mempunyai hubungan yang lebih kuat. c. Bobot inverse jarak Nilai dari bobot invers jarak didapatkan dari perhitungan berdasarkan jarak sebenarnya antara lokasi. Lokasi yang berdekatan mendapatkan nilai bobot yang lebih besar. Berikut perhitungan bobotnya. d. Bobot berdasarkan pada semi-variogram atau kovariogram dari variable antar lokasi Bobot lokasi ini digunakan untuk lokasi yang jumlahnya banyak. Penggunaan bobot lokasi ini memungkinkan suatu bobot nilainya bertanda negatif. e. Bobot berdasarkan pada normalisasi inferensia korelasi silang antar lokasi pada lag waktu yang bersesuaian Penggunaan bobot lokasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Suhartono dan Atok (). Secara umum korelasi silang antar dua variabel atau antara lokasi ke-i dan ke-j pada lag waktu ke-k, corr, didefinisikan sebagai :,,,, (.) dengan adalah kovarians silang antara kejadian di lokasi ke-i dan ke-j pada lag waktu ke-k, dan adalah deviasi standar dari kejadian di lokasi ke-i dan ke-j. Kriteria Pemilihan Model Terbaik Akaike s Information Criterion (AIC) dan nilai Root Mean Squared Error (RMSE) akan digunakan dalam proses pemilihan model terbaik. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan kriteria in sample dan out sample. Akaike s Information Criterion (AIC) digunakan pada in sample dan nilai Root Mean Squared Error (RMSE) untuk out sample. Berikut akan dijelaskan masing-masing kriteria pemilihan model terbaik. a. Akaike s Information Criteria (AIC) Salah satu kriteria pemilihan dalam penentuan model terbaik pada data training adalah Akaike s Information Criteria (AIC). Model terbaik adalah model dengan nilai AIC paling kecil. Berikut cara perhitungan nilai AIC (Lutkepohl, ): ~ log (.) Log adalah notasi logaritma natural, det(.) merupakan notasi determinan, dan ~ adalah matriks taksiran kovarian residual dari model VAR. b. Root Mean Squared Error (RMSE) Root Mean Squared Error (RMSE) adalah Ukuran perbedaan antara nilai prediksi dari model atau penaksir dengan nilai sebenarnya dari observasi. RMSE digunakan untuk memperoleh gambaran keseluruhan standar deviasi yang muncul saat menunjukkan perbedaan antar model, atau hubungan yang dimiliki. Untuk mengetahui besarnya nilai RMSE, dapat digunakan rumus sebagai berikut : dimana M merupakan banyak ramalan yang dilakukan. (.). Metodologi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Departemen Kesehatan Kota Surabaya. Variabel yang digunakan adalah data Penderita DBD bulanan di Surabaya Pusat per kecamatan selama 9 tahun ( 9). Data penderita demam berdarah didapatkan dari laporan adanya kejadian dari masyarakat ke puskesmas setempat melalui keputusan dokter yang

kemudian dikumpulkan di Dinas Kesehatan. Adapun daftar kecamatan di Surabaya adalah sebagai berikut.. Tegalsari. Simokerto. Genteng. Bubutan. Gubeng. Gunung anyar 7. Sukolilo. Tambaksari 9. Mulyorejo. Rungkut. Tenggilis Mejoyo. Bulak. Kenjeran. Semampir. Pabean Cantikan. Krembangan 7. Wonokromo. Wonocolo 9. Wiyung. Karang pilang. Jambangan. Gayungan. Dukuh Pakis. Sawahan. Benowo. Pakal 7. Aserowo. Sukomanunggal 9. Tandes. Sambikerep. Lakarsantri Metode time series yang digunakan pada penelitian ini adalah pemodelan GSTAR dengan tiga bobot lokasi yaitu bobot lokasi seragam, bobot lokasi inverse jarak dan bobot lokasi korelasi silang. Pemodelan dilakukan pada data training. Pemilihan model terbaik pada data training berdasarkan pada nilai AIC. Selanjutnya dilakukan peramalan untuk data testing. Dari hasil ramalan tersebut dapat diketahui model terbaik yaitu model dengan nilai RMSE terkecil. Tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan secara rinci sebagai berikut :. Untuk mencapai tujuan pertama, maka langkah yang akan dilakukan adalah mendeskripsikan pola kejadian DBD di tiap kecamatan dengan menggunakan histogram.. Untuk mencapai tujuan kedua yaitu menyusun model kejadian DBD Kota Surabaya dengan menggunakan pendekatan spatio-temporal, akan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu: a. Mengidentifikasi data dengan asumsi-asumsi dasar time series. b. Menentukan estimasi parameter untuk masing-masig bobot lokasi. c. Menetukan orde VAR model GSTAR yang akan dipakai dalam menentukan model tiap wilayah pada masing-masing bobot lokasi. d. Analisis data menggunakan metode GSTAR untuk masing-masing bobot lokasi yaitu bobot lokasi seragam, bobot lokasi inverse jarak, dan bobot lokasi korelasi silang. e. Mendapatkan model GSTAR tiap lokasi pos hujan untuk masing-masing bobot lokasi yaitu bobot seragam dan bobot inverse jarak. f. Melakukan uji asumsi residual dari model yang diperoleh untuk masing-masing bobot lokasi. g. Melakukan forecast / peramalan jumlah penderita demam berdarah masing-masing wilayah dengan data outsampel. h. Menentukan model terbaik berdasarkan nilai RMSE data outsampel dari hasil forecast yang dilakukan untuk masing-masing bobot lokasi.. Analisis dan Pembahasan Pada bagian ini akan dijelaskan secara rinci mengenai hasil serta analisis dari pengolahan data jumlah penderita demam berdarah di empat kecamatan di Surabaya Pusat. Analisis yang dilakukan meliputi pendeskripsian karakteristik data pada tiap wilayak dan pencarian model terbaik untuk meramalkan jumlah penderita demam berdarah pada beberapa waktu kedepan.. Karakteristik Data Demam Berdarah Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah penderita demam berdarah di kecamatan di Kota Surabaya selama periode tahun -9. Karakteristik data demam berdarah diwakili oleh statistika deskriptif. Pada Tabel. berikut disajikan statistika deskriptif dari data tersebut.

Tabel. Nilai Rataan, Standar deviasi, Minimum, dan Maksimum Data jumlah penderita demam derdarah di setiap kecamatan Kecamatan Mean N SD Min Max Sukomanunggal 7,, Tandes 7,,99 Asemrowo,, 7 Benowo,7,7 9 Pakal,,9 Lakarsantri,9,77 Sambikerep,, 7 Genteng,,7 Tegalsari,9, Bubutan 7,7 7,9 Simokerto,9 7,7 Pabean Cantikan,9, Semampir,, Krembangan,7 9, Kenjeran,9 7, 9 Bulak,7,7 Tambaksari,77 7,77 Gubeng,,7 Rungkut 7,9,7 T. Mejoyo,, 7 Gunung Anyar,,77 Sukolilo,9 7, Mulyorejo,,7 9 Sawahan,7,9 7 Wonokromo 7,7 9, Dukuh Pakis,, Karang Pilang,, Wiyung,, Gayungan,,9 Wonocolo,77 7,7 9 Jambangan,, 9 Dari hasil ringkasan pada tabel. memberikan keterangan bahwa rata-rata jumlah penderita dari tahun -9 pada masing-masing variabel berbeda. Rata-rata tertinggi terdapat pada Kecamatan Tambaksari yaitu sebesar orang dengan jumlah tertinggi sebesar orang yang terjadi pada bulan Maret dan jumlah terendah sebesar orang yang terjadi pada beberapa bulan selama tahun - 9. Sedangkan rata-rata terendah terdapat pada Kecamatan Pakal yaitu sebesar orang. Jumlah tertinggi dan terendah ini tidak terulang pada bulan yang sama di tahun-tahun berikutnya. Pola data jumlah penderita demam berdarah bulanan di tiap Kecamatan selama tahun -9 menunjukkan rata-rata kejadian yang berbeda tiap bulannya secara jelas dapat dilihat pada Gambar. di bawah ini. Dari gambar, dapak diketahui bahwa keempat variabel memiliki pola yang hampir sama yaitu mengalami kenaikan serta penurunan pada waktu yang hampir sama

Sukomanunggal Tandes Asemrowo Benowo 7 9 7 9 7 9 7 9 Pakal Lakarsantri Sambikerep Genteng,,, 7 9 7 9 7 9 7 9 Tegalsari Bubutan Simokerto Pabean Cantikan 7 9 7 9 7 9 7 9 Semampir Krembangan Kenjeran Bulak 7 9 7 9 7 9 7 9 Tambaksari Gubeng Rungkut T. Mejoyo 7 9 7 9 7 9 7 9 Gunung Anyar Sukolilo Mulyorejo Sawahan 7 9 7 9 7 9 7 9

Wonokromo Dukuh Pakis Karang Pilang Wiyung 7 9 7 9 7 9 7 9 Gayungan Wonocolo Jambangan 7 9 7 9 7 9 Gambar. Rata-Rata Jumlah Penderita Demam Berdarah Bulanan Tiap Kecamatan. Data Analisis Pembentukan model dalam penelitian ini memprioritaskan kecamatan dengan jumlah penderita tinggi yang terletak dalam satu wilayah/kawasan. Dari kecamatan di Kota Surabaya, hanya digunakan Kecamatan di wilayah Surabaya Pusat. Hal ini juga disebabkan dengan terbatasnya jumlah data. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, pemodelan dilakuan terhadap wilayah Surabaya Pusat yang terdiri dari kecamatan yaitu Genteng, Tegalsari, Bubutan, dan Simokerto. Untuk analisis selanjutnya jumlah penderita demam berdarah di masing-masing kecamatan disebut sebagai variabel. Z untuk jumlah penderita demam berdarah di Kecamatan Genteng, Z untuk jumlah penderita demam berdarah di Kecamatan Tegalsari, Z untuk jumlah penderita demam berdarah di Kecamatan Bubutan, dan Z untuk jumlah penderita demam berdarah di Kecamatan Simokerto.. Korelasi Antar Variabel Nilai korelasi antar variabel dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau hubungan keterkaitan antara satu variabel terhadap variabel yang lain. Tabel. menunjukkan nilai korelasi antar kecamatan melalui matriks korelasi. Tabel. Matriks Korelasi Antar Kecamatan Variabel Z Z Z Z Z Z,* Z,7*,77* Z,9*,*,9* * nyata pada = % Berdasarkan Tabel., semua nilai korelasi antar variabel, dan memiliki nilai p-value yang lebih kecil dari nilai yaitu %. Hai ini menunjukkan bahwa antar lokasi memiliki hubungan yang signifikan atau mempunyai keterkaitan pada waktu yang sama. Besarnya diagonal pada matriks korelasi di atas adalah karena diagonal tersebut merupakan korelasi variabel dengan dirinya sendiri.. Model Generalized Space Time Autoregressive Model GSTAR merupakan salah satu model yang ada dalam analisis time series. Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi dalam pemodelan time series, yaitu stasioner dan residual white noise. Asumsi yang harus dipenuhi pada langkah awal dalam identifikasi model yaitu data harus stasioner dalam varians maupun mean. Identifikasi awal stasioner mean dan varian dapat dilihat dari plot time series. Ternyata plot menunjukkan bahwa data belum stationer baik terhadap mean maupun varian. Untuk mengetahui kestasioneran dalam varians maka dilakukan Box-Cox Transformation. Adapun hasil dari transformasi terhadap data jumlah penderita demam berdarah dapat dilihat pada Gambar.. 7

Box-Cox Plot of bgenteng Box-Cox Plot of btegalsari Lower CL Upper CL Lower CL Upper CL (using 9,% confidence) (using 9,% confidence) Estimate,9 Lower CL -, Upper CL, Estimate, Lower CL -,9 Upper CL, Rounded Value, Rounded Value, StDev StDev Limit Limit - - Box-Cox Plot of bbubutan Box-Cox Plot of bsimokerto Lower CL Upper CL Lower CL Upper CL (using 9,% confidence) (using 9,% confidence) Estimate, Lower CL -,9 Upper CL, Rounded Value, Estimate, Lower CL -,9 Upper CL, Rounded Value, StDev StDev - Limit Limit - Gambar. Plot Box-Cox Untuk Z, Z, Z dan Z. Dari gambar., diketahui bahwa nilai batas bawah, batas atas, lambda estimate, dan rounded value masing-masing variabel tidak sama. Karena nilai tersebut tidak sama pada masing-masing variabel, maka jika dilakukan transformasi harus sesuai dengan nilai lambda estimasion masing-masing variabel. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan transformasi karena belum ada jaminan bahwa model yang didapatkan dari hasil transformasi akan lebih baik daripada model tanpa transformasi. Gambar. Nilai AIC Gambar. menunjukkan adanya beberapa lag yang keluar dari batas standar deviasi. Jumlah lag yang keluar lebih dari satu. Hal ini menandakan bahwa model yang terbentuk lebih dari satu. Maka dari itu perlu dilakukan identifikasi terhadap nilai AIC dari masing-masing model. Nilai AIC dalam gambar. menunjukkan nilai terkecil yaitu, pada AR dan MA. Dengan demikian didaparkan model VAR() dengan data hasil differ-rencing tingkat. Maka model GSTAR yang digunakan adalah GSTAR ( )-I(). Langkah selanjutnya adalah penaksiran parameter yang didasarkan pada dugaan model yang telah diperoleh pada tahap identifikasi. Penaksiran parameter dilakukan sesuai dengan bobot lokasi yang digunakan, adapun bobot lokasi yang digunakan yaitu: bobot seragam = w,,9,9,,99, w,,,7,7,, Minimum Information Criterion Lag MA MA MA MA MA MA AR..7.9.7..779 AR..779.9.979.7.7 AR.7.99.9.7.9.97 AR.99.97.7.9.7.79 AR.79.9.97.7.99. AR.99..9.79.99 7.99 AR.79.7.9.9 7.79. AR 7..9 7.997 7.97.9. AR.97.97.79 9.7..7 AR 9.9 7. 9.9..9.99 AR 7.79.99.9.99.7 9., dan bobot korelasi silang = w,,,,,,,,,,,,,7,,,,,,9,,,9 -,, selanjutnya dilakukan estimasi parameter untuk model GSTAR() I()., bobot invers jarak =. Setelah didapatkan nilai bobot,

Tabel. Taksiran parameter model GSTAR ( )-I() Bobot Seragam Bobot Invers Jarak Bobot Korelasi Silang Parameter Nilai Nilai Nilai p-value p-value Taksiran Taksiran Taksiran p-value,,*,7,*,,**,,*,7,*,,*,9,*,,*,7,*,7,*,,*,7,*,,*,,*,,*,9,*,7,*,,*,9,*,,*,9,*,,*,,9* -,9,7 * nyata pada = % ** nyata pada = % Tabel diatas menjelaskan bahwa banyak parameter yang signifikan, tetapi ada satu yang tidak signifikan karena nilai p lebih dari. Parameter yang tidak signifikan tersebut seharusnya tidak dimasukkan dalam persamaan model, namun untuk mengetahui nilai ramalan dari model GSTAR dengan bobot lokasi korelasi silang maka semua parameter akan dimasukkan kedalam model. Tahap selanjutnya yaitu cek diagnosis untuk mengetahui dan memastikan apakah model dugaan sudah merupakan model yang sesuai untuk data yang ada. Model GSTAR() I() dikatakan sesuai jika residualnya white noise dan berdistribusi multivariate normal, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk melihat apakah residual dari model sudah white noise dan berdistribusi multivariate normal. Identifikasi white noise dapat dilihat pada skema matriks korelasi silang antar residual pada Gambar. di bawah ini. Schematic Representation of Cross Correlations Variable/ Lag 7 9 resiz ++++ -............................-........ resiz ++++... -.-.......................-........ resiz ++++......... -........+...........-........ resiz ++++ ----...+....................-.......... Schematic Representation of Cross Correlations Variable/ Lag 7 9 resiz ++++.............-...............-........ resiz +++........+............................. resiz ++++ -......... -........+...........-........ resiz +.++ -.--......... +..............-.......... + is > *std error, - is < -*std error,. is between (a) + is > *std error, - is < -*std error,. is between (b) Schematic Representation of Cross Correlations Variable/ Lag 7 9 resiz ++++ -.................................... resiz +++..-................................... resiz ++++.................................... resiz +.++ ----.......................-.......... + is > *std error, - is < -*std error,. is between Gambar. Skema MatrikKorelasi Silang Residual Z, Z, Z, Z dengan (a) Bobot Lokasi Seragam, (b) Bobot Lokasi Invers Jarak, dan (c) Bobot Lokasi Korelasi Silang. Ketiga skema diatas menyajikan banyaknya simbol (.) daripada (+) dan (-) pada lag. Hal ini berarti tidak ada nilai korelasi silang yang keluar secara bersama-sama melampaui batas standar dari masing-masing variabel pada lag dan sebelumnya, sehingga dpat dikataan bahwa hasil residual model dengan bobot lokasi seragam, invers jarak, maupun korelasi silang adalah saling bebas atau white noise. Setelah asumsi white noise dipenuhi, maka asumsi berikut-nya yang juga harus dipenuhi adalah residual berdistribusi normal. Hasil pengujian distribusi normal dari residual model GSTAR ( )-I() dengan bobot lokasi seragam, invers jarak dan korelasi silang selengkapnya ditampilkan pada tabel. (c) 9

Tabel. Normality Test Residual Nilai Bobot Lokasi Seragam Invers Jarak Korelasi Silang Rata-rata -,7 -, -,99 Standar Deviasi,9, 9,7 N 7 7 7 Kolmogorov Smirnov,7,9, Nilai P,,, Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa residual model GSTAR ( )-I() dengan bobot lokasi seragam, invers jarak dan korelasi silang tidak berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P- value kurang dari %. Ketidaknormalan pada residual model ini mungkin saja terjadi karena adanya nilai ekstrim (outlier). Peramalan Model GSTAR ( )-I() Model GSTAR yang telah didapatkan digunakan untuk mendapatkan nilai pada periode yang akan datang atau peramalan untuk setiap lokasi dengan ketiga bobot lokasi. Hasil peramalan selama bulan dapat dilihat pada gambar. berikut. Genteng /9 Variable Asli Seragam Jarak Korelasi Tegalsari /9 Variable Asli Seragam Jarak Korelasi Data Data - - - Month Year 7 9 Month Year 7 9 Bubutan Simokerto /9 Variable Asli Seragam Jarak Korelasi /9 Variable Asli Seragam Jarak Korelasi Data Data Month Year - - - 7 9 Gambar. Plot Nilai Asli dan Nilai hasil Peramalan Model GSTAR ( )-I() dengan Bobot Lokasi Seragam, Invers Jarak, dan Korelasi Silang di Kecamatan Genteng, Tegalsari, Bubutan, dan Simokerto. Hasil peramalan dibandingkan dengan data out sample yaitu data pada tahun 9. Hasil peramalan model GSTAR ( )-I() yang terletak setelah garis vertikal selalu mengalami nilai yang hampir konstan, padahal nilai sebenarnya mengalami perubahan yang cukup besar. Pemilihan Model Terbaik Pemilihan model terbaik dilakukan dengan membandingkan nilai RMSE yang mewakili ketepatan ramalan untuk masing-masing pos dengan ketiga bobot lokasi pada data jumlah penderita demam berdarah. Tabel. RMSE Out-Sample Model GSTAR ( ) Kecamatan RMSE Seragam Invers Jarak Korelasi Silang Genteng,,, Tegalsari,7,, Bubutan 7, 7,, Simokerto,7,,9 Rata-rata,7,9, Month Year - 7 9

Dari tabel. dapat diketahui bahwa tingkat ketepatan ramalan untuk model GSTAR( )-I() dengan rata-rata RMSE terkecil terletak pada bobot seragam yaitu,7. Namun karena hasil rata-rata RMSE ketiga bobot hampir sama, maka dilakukan pengujian dengan Anova. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa nilai rata-rata RMSE dari ketiga bobot lokasi berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang terbaik adalah model dengan bobot seragam yaitu:. Model untuk kecamatan Genteng (Z ) Z t,z t,z t,7z t,7z t,7z t,7z t,7z t,7z t e t. Model untuk kecamatan Tegalsari (Z ) Z t,z t,z t,z t,z t,z t,z t,z t,z t e t. Model untuk kecamatan Bubutan (Z ) Z t,z t,z t,z t,z t,z t,z t,z t,z t e t. Model untuk kecamatan Simokerto (Z ) Z t,9z t,9z t,9z t,9z t,9z t,9z t,z t,z t e t. Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada tahapan sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :. Karakteristik data demam berdarah pada masing-masing kecamatan di Kota Surabaya berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata. Rata-rata tertinggi penderita dari tahun -9 terdapat pada Kecamatan Tambaksari yaitu sebesar orang. Sedangkan rata-rata terendah terdapat pada Kecamatan Pakal yaitu sebesar orang.. Bobot lokasi yang optimal untuk model GSTAR adalah bobot seragam karena mempunyai RMSE out-sample terkecil yaitu sebesar,7.. Saran Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dipertimbangkan juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian demam berdarah termasuk faktor alam. Hal ini diperkirakan dapat meningkatkan akurasi model. Selain itu, dalam penelitian ini pemodelan jumlah penderita demam berdarah hanya dilakukan terhadap empat kecamatan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah data sehingga dapat memodelkan seluruh kecamatan di Kota Surabaya Daftar Pustaka Borovkova, S.A., Lopuhaa, H.P., dan Ruchjana, B.N. (). Consistency and Asymptotic Normality of Least Squares Estimators in Generalized STAR Models, Statistica Neerlandica, vol., pp. -. Box, G.E.P., Jenkins, G.M., dan Reinsel, G.C. (99). Time Series Analysis: Forecasting and Control. rd edition, Englewood Cliffs: Prentice Hall. Cryer, J.D. (9). Time Series Analysis. PWS-Kent Publishing Co: Boston. Depkes RI. (). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan RI. Ellyana, M. (9). Penerapan GSTAR dan Model ARIMA Untuk Peramalan Data Produksi Minyak Bumi di Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ). Tugas Akhir Statistika FMIPA-ITS. Surabaya. Lopuhaa, H.P. (). Space Time Autoregressive Models. Delft University of Technology. Jerman. Ningrum, S.P. (). Pemodelan spatio-temporal dengan metode gstar pada data curah hujan bulanan Di kabupaten ngawi. Tugas akhir Statistika FMIPA-ITS. Surabaya. Sasmito, Gunawan H, Widiatmoko H.(). Informasi Meteorologi Untuk Peringatan Dini Bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah DKI Jakarta. Laporan Proyek Pengembangan Meteorologi dan Geofisika Tahun. BMKG Jakarta. Shofia, M.A. (9). Peramalan Data Produksi Gas Di Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (Job P-PEJ) Dengan Model Gstar Dan Arima. Tugas Akhir Statistika FMIPA-ITS. Surabaya Suhartono dan Atok, R.M. (). Pemilihan Bobot Lokasi yang Optimal pada Model GSTAR, Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIII, Universitas Negeri Semarang, -7 Juli, hal. 7-. (ISBN : 979-7-7-). Wei, W.W.S. (). Time Series Analysis: Univariate and Multivariate Methods. Addison-Wesley Publishing Co., USA.