Bintari Ratih Kusumaningrum Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. dimana dari tahap ini peneliti memperoleh data-data dari perusahaan industri dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

APLIKASI TERAPI GUIDED IMAGERY UNTUK PASIEN ASMA DENGAN STATUS ASMATIKUS PADA UNIT GAWAT DARURAT. Nurma Afiani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K)

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

APLIKASI SISTEM PENYEBARAN INFORMASI PENYAKIT ASMA BERBASIS ANDROID EXZAN HARYANTO

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

HIGEIA: JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

TUGAS KRITISI JURNAL. Utilization of trauma guidelines by ER nurses in Thailand. Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Emergency Nursing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN BRONKODILA TOR SECARA INHALASI PADA REVERSIBILITAS FAAL PARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran pernafasan obstruktif intermitten, reversible dimana

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

ABSTRAK POLA PEMBERIAN OBA T ASMA BRONKIALE 01 KALANGAN PARA OOKTER FAKUL T AS KEOOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANA THA DAN RUMAH SAKIT IMMANUEL

Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak. di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat. No Jenis Tindakan YA TIDAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Abstrak [Tujuan] Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efikasi latihan tendon dan nerve gliding pada penatalaksanaan carpal tunnel syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit kronis saluran napas yang patogenesis. dasarnya adalah oleh proses inflamasi dan merupakan salah satu

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PRINSIP-PRINSIP KEDOKTERAN. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. (CM-FM), MPd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

Transkripsi:

RENCANA TINDAKAN TERTULIS PASIEN ASMA (WRITTEN ASTHMA ACTION PLANS:WAAPS) SEBAGAI PANDUAN EDUKASI UNTUK MENJARANGKAN KUNJUNGAN ASMA KE UNIT GAWAT DARURAT Bintari Ratih Kusumaningrum Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negaranegara sedang berkembang. Kunjungan pasien asma ke departemen gawat darurat merupakan tanda gagalnya manajemen karena adanya hubungan dengan control yang buruk terhadap obatobatan, tidak memiliki rencana tindakan tertulis atau written asthma action plans (WAAPs), tidak ada edukasi pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan, dimana itu semua adalah kunci dari penduan manajemen mandiri penyakit asma. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengeksplorasi manfaat WAAPs sebagai panduan edukasi untuk menjarangkan kunjungan asma ke Unit Gawat Darurat.Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu penelusuran artikel jurnal dan analisis artikel dari tahun 2005-2012. Penelusuran artikel dari data base Ebsco Host, Proquest, Medline, CINAHL, buku, menggunakan kata kunci asthma action plan, education for asthma, asthma management in emergency department, asthma visit. Hasil yang didapatkan dari analis literature adalah salah satu modalitas dari edukasi adalah dengan pemberian rencana tindakan tertulis bagi pasien asma atau lebih di kenal dengan written asthma action plans (WAAPs) dapat mengontrol manajemen asma secara mandiri, dan mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat dan rumah sakit Berdasarkan hasil tersebut maka diharapkan perawat dan dokter yang menangani pasien asma dapat menerapkan WAAPs untuk menjarangkan kunjungan pasien asma ke UGD. Kata kunci : rencana tindakan tertulis, asma, unit gawat darurat, kunjungan pasien ABSTRACT Asthma is a health problem in the whole world, both in developed and developing countries. Patients visit with asthma to Department of Emergency is a sign of the failure of management because the bad treatment, they does not have written asthma action plan (WAAPs), no education during the visit, they are the key of asthma self-management of the disease. The aim of this literature review was to explore the benefits of WAAPs as a education guide to the reduce asthma patient visit to Emergency Department. The method used in the literature review is searching full text articles and anlysis from Ebsco, Proquest, Medline, CINAHL, book 2005-2012 using the keyword asthma action plans, education for asthma, asthma management in the emergency department. Results obtained from analysis literature is asthma action plan written (WAAPs) can control asthma self-management and reduce asthma patients visit to Emergency Department. Based on these findings then nurse and doctor are expected can implements the WAAPs to reduce the asthma patient to the emergency department. Keywords: written asthma action plan, asthma, Emergency Department, patient visit Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015; Korespondensi : Bintari Ratih K. Jurusan keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.Email :bintarirk@gmail.com telp. 085785222289 Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 3, No. 2, November 2015 144

PENDAHULUAN Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negaranegara sedang berkembang. Walaupun diagnosis dan pengobatan pada kebanyakan penderita umumnya mudah, namun pada sebagian penderita lainnya sering memberikan hasil pengobatan yang tidak memuaskan.dan banyak yang kembali ke departemen gawat darurat dengan kondisi yang lebih buruk (Onigbanjou,2011). Aspek patofisiologi asma belum dipahami secara utuh hingga timbul anggapan dari sebagian dokter dan masyarakat bahwa asma merupakan penyakit yang sederhana serta mudah diobati. Mereka menganggap bahwa pengelolaannya yang utama adalah obatobatan khususnya bronkodilator. Kemudian munculah kebiasaan dari dokter dan pasien untuk mengatasi gejala asma saja khususnya terhadap gejala sesak nafas dan mengi dengan pemakaian obat-obatan dan bukannya mengelola asma secara lengkap (Salim, 2005). Padahal tujuan pengelolaan asma yang utama adalah manajemen asma secara mandiri, agar dapat mengontrol penyakit tersebut (Hamick& Vorce, 2009; Boulet, 2011). Prevalensi asma telah meningkat seiring perkembangan zaman. Survey dunia menyatakan bahwa prevalensi asma masih akan meningkat dibeberapa Negara. data dari center for chronic disease prevention and control pada agen kesehatan masyarakat kanada menyataan bahwa kejadian asma tahun 1994-2005 padaperempuan dan laki laki diatas usia 12 tahun meningkat secarasignifikan dari 6,3% menjadi 8,4 % (Boulet, 2011). Menurut Hamick & Vorce, (2009) asma merupakan masalah besar yang secara nasional terjadi 6,2 juta pada anak-anak dan 13,8 juta terjadi pada dewasa. Rata rata di US terdapat 1,8 juta/tahun kunjungan pasien asma ke departemen gawat darurat. Sebanyak 504.000 pasien dipulangkan dari unit gawat darurat dan setiap tahunnya 4000 orang meninggal karena asma. Diantara pasien asma dewasa, 19% datang ke departemen gawat darurat paling tidak sekali dalam setahun, pada anak-anak 34 % datang ke departemen gawat darurat untuk mendapatkan pelayanan asma, dan hanya 15 % yang melakukan follow up rawat jalan dalam 30 hari dari saat dipulangkan dari departemen emergency (Asthma Initiative of Michigan, 2012). Selain itu sebagian besar pasien datang kembali ke departemen emergency karena perburukan kondisi, Padahal saat pemulangan, mereka diberikan edukasi tentang asma dan penanganannya (Onigbanjou, 2011). Menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 5 % penduduk Indonesia menderita asma (Depkes RI, 2007). Menurut Ducharme, et.al., (2011) kunjungan pasien asma ke departemen gawat darurat merupakan tanda gagalnya manajemen karena adanya hubungan dengan kontrol yang buruk terhadap obat- obatan, tidak memiliki rencana tindakan tertulis atau written asthma action plans (WAAPs), tidak ada edukasi pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan, dimana itu semua adalah kunci dari panduan manajemen mandiri penyakit asma. Sehingga untuk mengatasi itu menurut studi oleh Rank, et.al., (2008) kombinasi antara edukasi dengan kepemilikan WAAPs dapat meningkatkan ketaatan dalam pengobatan, selain itu juga sangat membantu bagi pasien untuk mengenali keparahan penyakitnya. www.jik.ub.ac.id 145

Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi manfaat WAAPs sebagai panduan edukasi untuk menjarangkan kunjungan asma ke Unit Gawat Darurat. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu penelusuran artikel ilmiah dari data base EBSCO, Proquest, Medline, CINAHL, Buku, website resmi Depkes dari tahun 2005 2012 sebanyak empat belas artikel yang memenuhi kriteria. PEMBAHASAN Definisi WAAPs WAAPs adalah rencana darurat untuk membantu pasien menurunkan keparahan dan waktu serangan asma.waaps hanya satu bagian dari manajemen mandiri namun dasar untuk kesuksesan pemulihan (Caulfield, 2005; Rank, 2008). Bentuk WAAPs Menurut Rank (2008) terdapat beberapa versi WAAPs tetapi pada prinsipnya rencana tersebut terdiri dari: (1) Pasien harus memonitor gejala mereka atau mengukur peak expiratory flow untuk mendeteksi penyimpangan dari nilai normal pada saat asma terkontrol. (2)Mengingatkan adanya tanda peringatan seperti faktor presipitasi atau pemicu personal. (3)Menunjukan pilihan pengobatan yang diawali oleh pasien secara tertulis. (4) Menunjukkan waktu respon, tanda bahaya, dan informasi contact person.poin poin tindakan dalam WAAPs ini dibuat disesuaikan dengan kondisi pasien, serta dibuat dengan sederhana seperti menggunakan bentuk traffic light.secara umum, poin-poin tindakan membantu pasien dalam menentukan kapan menggunakan obat-obatan, obat apa yang diminum, berapa dosis obatnya dan berapa lama, serta apa yang menandai adanya kekambuhan asma. Pasien harus diberi edukasi tentang tanda dari asma parah yang mengancam nyawa. Mekanisme WAAPs adalah pada saat pemulangan, dokter akan melengkapi WAAPs sebagai bagian dari instruksi pemulangan. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bagaimana cara menggunakan WAAPs secara efektif. (Onigbanjou, 2011). Manfaat WAAPs Berdasarkan hasil analisis dari artikel artikel ilmiah dapat diungkapkan bahwa manfaat WAAPs antara lain mengontrol manajemen asma secara mandiri, dan mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat dan rumah sakit. Mengontrol Manajemen Asma Secara Mandiri Tujuan dari pengelolaan asma adalah manajemen asma secara mandiri sehingga terdapat modalitas penatalaksanaan asma yaitu dengan pemberian edukasi pada pasien asma oleh dokter, perawat, atau tanaga kesehatanlain.melalui edukasi perawat dapat memberikan bekal kepada pasien tentang keahlian apa saja yang mereka butuhkan untuk mengontrol asma mereka dan mengurangi kecacatan dan kunjungan ke departemen gawat darurat (Hamick,& Vorce, 2009). Beberapa studi menunjukkan salah satu modalitas dari edukasi adalah dengan pemberian rencana tindakan tertulis bagi pasien asma atau lebih di kenal dengan WAAPs dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam memakai inhaler kortikosteroid atau kortikosteroid oral serta meningkatkan control asma setelah kunjungan akut (Ducharme, et al 2011 dalam Onigbanjou, 2011). WAAPs ini sangat bermanfaat bagi pasien karena mereka dapat dengan mudah menentukan status asmanya, tindakan apa saja yang dilakukan untuk pencegahan dan penanganannya bila terjadi perburukan, serta dapat menurunkan angka kunjungan ke unit gawat darurat karena asma. Mengurangi Kunjungan Ke Unit Gawat Darurat Dan Rumah Sakit Beberapa studi telah menunjukkan hasil dari WAAPs dalam menajemen mandiri bagi pasien.ducharme et.al (2011) dalam studinya secara Randomized Controlled Trial pada pasien Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 3, No. 2, November 2015 146

asma akut anak-anak di departemen gawat darurat menyatakan bahwa pemberian WAAPs secara signifikan dapat meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi kortikosteorid oral maupun inhalasi serta dapat mengontrol asma nya. Hal ini juga didukung studi oleh Sulaiman, et al., (2011), yang dilakukan pada 225 dewasa, 75 anak-anak, dan 31 dokter umum secara kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa penggunaan WAAPs dapat mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat, membolos sekolah, bangun malam dan meningkatkan skor gejala asma. Pada interview dengan dokter umum, sebagian besar mereka memberikan WAAPs walaupun memiliki waktu yang terbatas.selain itu mereka juga menyatakan bahwa WAAPs sangat berguna pada pasien anak-anak daripada pasien dewasa.namun hasil tersebut merupakan hasil yang minoritas dari jumlah partisipan dokter umum.tetapi hal ini terjadi karena pada anak anak lebih banyak kekhususan dosis obat sehingga lebih banyak modifikasi dan edukasi.selain itu pada pasien dewasa, mereka sudah terbiasa dengan kondisi asma kronisnya dan mereka sudah mengetahui dan merasa lebih ahli dalam mengatasi kondisi asmanya. Studi lain yang dilakukan oleh Gibson & Powell (2004) secara RCT pada literature yang terdapat pada Cochrane Airways Group Clinical Trial Register mencakup MEDLINE, CINAHL, EMBASE/Excerpta Medica yang membandingkan antara penggunaan WAAPs dengan perawatan biasa. Dari penelusuran tersebut didapatkan hasil bahwa sebanyak 40% artikel menyatakan WAAPs dapat mengurangi kunjungan ke rumah sakit dan 20% artikel menyatakan WAAPs mengurangi kunjungan ke departemen gawat darurat. Hal ini terjadi karena belum tentu orang yang memiliki WAAPs digunakan secara baik dan di follow up oleh dokter atau perawat yang merawatnya. Selain itu juga pemberian informasi yang kurang jelas. Implikasi Keperawatan Perawat di unit gawat darurat dapat menunjukkan perannya dalam pemberian edukasi melalui WAAPs. Pada saat edukasi perawat dapat menjelaskan informasi tentang asma, yaitu definisi, penyebab, patofisiologi,faktor risiko yang harus dihindari, pencegahan dan penatalaksanannya, tentang dosis obat, efek obat, cara kerja obat, cara mengetahui arus puncak ekspirasi dengan menggunakan peak flow meter, kalau keadaan gawat apa yang harus dilakukan, alur alur rujukan serta penerapan pelangi asma, yaitu warna yang menunjukkan status asma yang terdapat pada WAAPs. Penyampaian informasi harus menggunakan bahasa yang familiar dengan pasien informasi yang diberikan benar benar sampai dan efeknya dapat menurunkan angka kunjungan ke unit gawat darurat karena asma. WAAPs ini sangat penting untuk dilakukan di dalam seting klinik karena dengan pemberian edukasi maka dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan juga dengan komunikasi yang efektif kan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Karena pasien akan merasa puas jika perawat memberikan informasi yang jelas dan lengkap. Selain itu WAAPs ini mudah diterapkan di unit gawat darurat saat pemulangan pasien asma, yaitu dokter mengisi form rencana tertulis dengan berdiskusi dengan pasien tersebut kemudian perawat mengklarifikasi ulang, lalu perawat memberikannya kepada pasien melalui komunikasi yang efektif.hanya saja hal ini membutuhkan waktu lebih lama, tetapi hal ini tidak menjadi masalah jika yang diharapkan adalah peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Penerapannya dalam klinik membutuhkan komitmen bagi perawat dan dokter untuk memberikan edukasi yang jelas bagi pasien serta harus ada panduan edukasi mengenai asma dan keterampilan berkomunikasi menjadi kunci bagi tercapainya tujuan dari pemberian edukasi ini dan juga follow up dari perawat dan dokter sangat dibutuhkan.selain itu juga dibutuhkan kebijakan rumah sakit dalam membuat panduan praktik klinik dalam penatalaksanaan asma di departemen gawat www.jik.ac.id 147

darurat. Penerapan WAAPs di Indonesia akan sangat mudah jika hal-hal diatas dapat dilakukan. KESIMPULAN Penanganan asma sangat mudah yaitu bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah perburukan. Penanganannya lebih diarahkan pada manajemen mandiri bagi pasien. Untuk meningkatkan pemahaman tentang asma pada pasien dapat diberikan modalitas keperawatan yaitu written asthma action plans (WAAPs) atau rencana tindakan tertulis untuk pasien asma yang sangat mudah untuk diterapkan di klinis. Melalui media tersebut dokter mengisi tentang obat yang diperlukan dan kapan pasien harus kontrol ulang dan peran perawat spesialis adalah menyampaikan informasi tersebut kepada pasien sampai pasien mengerti. Untuk itu dibutuhkan keahlian berkomunikasi secara efektif bagi perawat agar informasi benar benar sampai kepada pasien.waaps ini bermanfaat sebagai referensi bagi pasien saat dirumah, maupun dirumah sakit, sebagi alat komunikasi bagi tenaga kesehatan kepada pasien, dan sebagai alat untuk mengurangi angka kunjungan ulang pasien asma ke departemen gawat darurat sehingga dapat menekan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Asthma Initiative of Michigan (2012).F.L.A.R.E. Plan: Emergency Department Asthma Discharge Instructions. http://www.getasthmahelp.org/flare.a spx diakses tanggal 16 april 2012 Boulet, LP (2011). Asthma Control, Education, and the Role of the Respiratory Therapist.Canadian Journal Of Respiratory Therapy 47(4):15-21 Caulfield, U (2005). Asthma Management :In case of an exacerbation World of Irish Nursing &Midwifery ; 13 (3): 37-9 Depkes RI. (2007) 2-5% Penduduk Indonesia Menderita Asma.http://www.depkes.go.id/index.php? option=news&task=viewarticle&sid=25 71&Itemid=2 diakses tanggal 17 april 2012 Ducharme, F.M, et.al., (2011) Written action plan in pediatric emergency room improves asthma prescribing, adherence and control. American Journal Of Respiratory And Critical Care Medicine 183 :195-203 Gibson & Powell (2004) Review: individualized written action plans based on peak expiratory flow improve asthma health outcomes. Thorax 59(49):9 Hamick, SK & Vorce, T (2009) Using the F.L.A.R.E. Discharge Plan To Educate Asthma Patients. AARC Times. Retrieved from http://www.google.co.id/url?sa=t&rct =j&q=emergency%20department%20a sthma%20discharge%20instructions%2 0(f.l.a.r.e.%20plan)&source=web&cd=7 &ved=0cfgqfjag&url=http%3a%2f%2 Fwww.aarc.org%2Fmembers_area%2F aarc_times%2f06.09%2f06.09.039.pdf &ei=bpumt_xknibwrqfh26tccq&usg =AFQjCNEtrDjXeUEQTwfAwRe3c6A7G8 PSMQ Norwood &meyer (2007). Factors associated with health care professional`s choice of written asthma management plans. Military Medicine 172(10): 1058-1063 Onigbanjou, T (2011) Asthma-Related Interventions in a Pediatric Emergency Department Decrease Asthma-Related ED Revisits. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 3, No. 2, November 2015 148

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2003).A s m a pedoman diagnosis&penatalaksanaandi Indonesi a. http://www.klikpdpi.com/konsensus/a sma/asma.html diakses tanggal 17 april 2012 Rank, M.A, et.al.,(2008) Formulating an effective and efficient written asthma action plan. Mayo Clinic Proceeding 83(11):1263-1270 Salim EM. (2005) Peranan Edukasi dalam Penatalaksanaan Asma yang Rasional Sehingga Meningkatkan Kualitas Hidup. Palembang Sulaiman, N et al., (2011). Written Asthma Action Plans (WAAPs) in Melbourne general practices: a sequential mixed methods study.primary Care Respiratory Journal ; 20(2): 161-169 Supriyanto, B (2005) Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia,55(3). www.jik.ub.ac.id 149