BAB IV ANALISIS MANAJEMEN OBYEK DAYA TARIK WISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PEZIARAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBYEK DAYA TARIK WISATA MASJID AGUNG JAWA TENGAH

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN WISATA RELIGI PADA MAKAM SYEKH HASAN MUNADI DI DESA NYATNYONO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa menginginkan agar usaha yang digelutinya dapat survive dan terus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA CIGUGUR BERBASIS TOLERANSI

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB IV MANASIK HAJI ANAK-ANAK USIA DINI DI KB-TK UMMUL QURO GUNUNGPATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

HASIL OBSERVASI. No Hal yang diamati Hasil yang diamati

IV. METODE PENELITIAN

STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin ketat yang merupakan

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Nama : Heru Sudrajat NIM : D

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB II TINJAUAN MANAJEMEN OBYEK DAYA TARIK WISATA DAN PELAYANAN PEZIARAH

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

VIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV. Kesimpulan dan Saran

NOMOR : 6 TAHUN 1989 (6/1989) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

III. METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada luar negeri. Tuntutan konsumen yang selalu berubah-ubah sesuai perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

Perda No. 17 / 2002 Tentang Pengelolaan, Keamanan dan Ketertiban Lokasi Obyek Wisata PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. obyek wisata, serta kemudahan perjalanan wisatanya. berwisata yang berkualitas. Adanya keinginan wisatawan yang umumnya

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di tengah kesibukan seseorang dalam bekerja diikuti pula

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara merupakan salah satu

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN OBYEK DAYA TARIK WISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PEZIARAH A. Analisis Manajemen Obyek Daya Tarik Wisata Yayasan Makam Syekh Jangkung Yayasan Makam Syekh Jangkung terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati. Jarak dari kota pati kira-kira 17 km ke arah selatan menuju Grobogan. Dahulu sebelum Yayasan Makam Syekh Jangkung berdiri hanya dikelola oleh pengurus dari keturunan-keturunan atau sesepuh-sesepuh makam Syekh Jangkung, dan diberi nama Pengurus Makam Syekh Jangkung. Kemudian pada suatu saat ada kunjungan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pati yang datang di lokasi makam Syekh Jangkung untuk menetapkan makam Syekh Jangkung sebagai Obyek Wisata Religi di kawasan Pati Selatan. Daya Tarik Wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan di suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukanya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/ dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang (Suwantoro, 1997: 19). Objek daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, nilai-nilai sejarah keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (Ridwan, 2012: 5). 72

Yayasan Makam Syekh Jangkung sebagai obyek wisata religi yang sangat banyak dikunjungi oleh peziarah, mempunyai obyek daya tarik yang banyak dikunjungi oleh peziarah. Adapun obyek daya tarik wisata di makam Syekh Jangkung yaitu: 1. Musium. Musium makam Syekh Jangkung ini terletak di dalam kompleks makam, di dalamnya terdapat peninggalanpeninggalan Syekh Jangkung sewaktu masih hidup. Adapun peninggalan-peningalanya yaitu; kerins, tombak, pedang, kelapa, replika kerbau, kulit kerbau. Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi mangnet kedatangan peziarah karena ingin melihat dan membaca sejarah kehidupan beliau. Menurut sejarah banyak yang mengatakan ketika mendapat kulit kerbau yang terdapat di musium tiadak bisa ditusuk atau dipukul dengan senjata tajam (kebal). 2. Tirta husada. Tirta husada merupakan air yang ada di dalam sumur yang terdapat di kompleks makam Syekh Jangkung. Banyak yang penasaran dengan air tirta husada, konon apabila yang meminum air tersebut akan tercapai apa yang diinginkanya dengan rindho Allah SWT. 3. Bangunan-bangunan. Bangunan-bangunan yang terdapat di kompleks makam Syekh Jangkung sendiri menjadi daya tarik peziarah karena mempunyai corak dan ciri yang khas dan bentuknya 73

masih kuno seperti; gapura yang berbentuk paduraksa, gapura yang berbentuk candi bentar, gapuro makam yang berbentuk atap joglo, cungkup makam yang berbentuk rumah joglo, dan mushola yang atabnya berbentuk panggang pe. 4. Wasilah Syekh Jangkung. Syekh Jangkung yang mempunyai keistimewaan banyak peziarah yang datang untuk meminta berkah dari Allah SWT melalui wasilah Syekh Jangkung. Banyak sekali peziarah-peziarah yang berziarah ke makam Syekh Jangkung terlebih pada malam jum`at. Ini menjadi daya tarik tersendiri di makam Syekh Jangkung. Obyek daya tarik wisata yang ada di makam Syekh Jangkung memiliki keunikan, keindahan, nilai-nilai sejarah, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi daya tarik kunjungan peziarah untuk datang di makam Syekh Jangkung. Untuk itu perlu dilakukan dan pemeliharaan yang baik dan dikelola dengan baik agar menjadi pusat kunjungan wisata religi. Yayasan Makam Syekh Jangkung memiliki potensi dan daya tarik wisata yang cukup besar karena itu berdasarkan data yang telah diungkap bahwa Yayasan Makam Syekh Jangkung telah dikelola secara professional. Dalam mengelola Obyek Wisata Religi ini pengelola Yayasan Makam Syekh Jangkung menerapakan empat fungsi manajemen yang digunakan untuk menambah daya tarik wisata, yaitu meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. 74

Fungsi manajemen yang pertama yaitu perencanaan. Perencanaan adalah kegiatan persiapan yang dilakukan melalui perumusan dan penetapan keputusan, yang berisi langkah-langkah dalam penyelasaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian suatu tujuan tertentu (Hadari, 2012: 53). Pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung dalam menerapakan perencanaan ini ditunjukkan dengan rencana pembuatan jalan lingkar makam dan juga penambahan WC baru. Pembuatan jalan lingkar ini digunakan sebagai akses jalan peziarah untuk keliling makam. Selain itu pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung juga mengadakan rapat bulanan untuk membahas perbaikan ataupun penambahan sarana prasarana yang ada di lingkungan makam Syekh Jangkung. Menurut penulis, perencanaan yang digunakan oleh pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung memiliki nilai positif karena dengan adanya perencanaan bisa mempersiapkan programprogram ataupun kegiatan yang akan dilakukan agar bisa berjalan dengan lancar, teratur dan terarah. Fungsi manajemen yang kedua yaitu pengorganisasian, pengorganisasian adalah sistem kerjasama sekelompok orang, yang dilakukan dengan melakukan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan/ tugas dengan membentuk satuan unit kerja, yang menghimpun pekerjaan sejenis dalam satu kesatuan atau unit kerja. dengan pengorganisasian dapat mengelompokan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas 75

dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam sebuah organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam pengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Manulang, 1981: 21-22). Yayasan Makam Syekh Jangkung sudah menerapkan sistem pengorganisasian untuk membagi tugas dalam mengelola dan menjalankan segala kegiatan ataupun program yang telah direncanakan. Pengorganisasian ini dilakukan dengan cara membagi atau mengelompokkan orang-orang yang tergabung dalam pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pengorganisasian ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukkan tugas kepada satu orang saja. Selain itu pengorganisasian ini bertujuan agar anggota pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung bisa bekerja sama dengan baik dan menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas masing-masing dengan sabar dan penuh rasa tanggung jawab. Fungsi manajemen yang ketiga yaitu penggerakan. Penggerakan adalah merupakan inti dari manajemen, karena dalam proses ini semua aktivitas dilaksanakan. Dalam penggerakan ini, pimpinan menggerakkan semua elemen 76

organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas program kegiatan yang telah direncanakan, dan dari sinilah semua rencana akan terealisasi. Penggerakan kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen dengan memberikan sebuah inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditunjukan agar bawahan bertambah kegiatanya atau mereka lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka lebih berdaya guna dan berhasil sesuai apa yang direncanakan (Manullang, 1981: 23). Dalam menggerakkan anggotanya, ketua Yayasan Makam Syekh Jangkung memantau atau mengecek kondisi makam serta memberi motivasi kepada anggota pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung agar bersemangat dalam menjalankan tugasnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Dengan demikian manajemen ODTW akan bisa tercapai sesuai dengan tujuan awal. Fungsi manajemen yang keempat adalah pengawasan, pengawasan adalah proses mengawasi dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan agar sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Untuk mengecek/ mengevaluasi apa yang telah dilakukan guna dapat memastikan apakah pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan memuaskan dan menuju ke arah tujuan yang ditetapkan (Panglaykim, 1960: 40). Pengawasan ini dilakukan oleh pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung untuk 77

mengevaluasi kegiatan atau program-program yang telah dilakukan. Tujuan dari pengawasan adalah agar usaha manajemen ODTW itu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Jika terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan. Pengawasan yang dilakukan oleh Yayasan Makam Syekh Jangkung dengan menggunakan langkah-langkah yaitu pertama, menetapkan standar (alat ukur), dalam hal ini pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung meningkatkan mutu pelayanan agar peziarah yang datang mendapatkan kepuasan saat berkujung maupun sebelum berkunjung. Kedua, mengadakan pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standar. Ketiga, mengadakan tindakan-tindakan perbaikan atau pembetulan. Dengan demikian manajemen ODTW Yayasan Makam Syekh Jangkung telah berjalan dengan baik dengan menggunakan konsep manajemen. B. Analisis Upaya Yayasan Makam Syekh Jangkung Dalam Meningkatkan Pelayanan Peziarah Yayasan Makam Syekh Jangkung dalam upaya melakukan peningkatan pelayanan kepada peziarah, pengelola melakukan kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pati. Kerja sama tersebut dilakukan guna untuk melakukan pengembangan obyek wisata religi di makam Syekh Jangkung. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kunjungan langsung 78

ke lokasi makam untuk memberikan arahan dan masukan kepada pengelola makam Syekh Jangkung. Hal ini dilakukan guna untuk menjadikan obyek wisata religi di makam Syekh Jangkung lebih baik dalam pelayanan terhadap peziarah dan semakin banyaknya peziarah yang datang di makam Syekh Jangkung. Upaya Yayasan Makam Syekh Jangkung dalam meningkatkan pelayanan peziarah, yaitu: 1. Mendirikan organisasi POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Organisasi ini bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata beserta masyarakat yang berfokus pada mengelola obyek daya tarik wisata di makam Syekh jangkung. Selain itu mengikuti pelatihan-pelatihan kepariwisataan dan lomba-lomba. Organisasi POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan perbaikan dan perawatan peninggalan-peninggalan yang ada di makam Syekh Jangkung yang selama ini menjadi daya tarik wisata, dengan organisasi tersebut diharapkan dapat memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat agar sadar terhadap pentingnya wisata religi serta memberikan masukan-masukan untuk makam Syekh Jangkung untuk meningkatkan pengelolaan obyek daya tarik wisata. 79

2. Kemudian pengurus Yayasan Makam Syekh Jangkung juga membentuk forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM). Forum kemitraan polisi dan masyarakat di Yayasan Makam Syekh Jangkung di upayakan untuk melakukan pengamanan makam. Forum kemitraan polisi dan masyarakat ini melakukan pengaman setiap ada kegiatan-kegiatan harian ataupun tahunan yang diadakan di makam Syekh Jangkung. Organisasi ini sangat penting dilakukan di makam Syekh Jangkung kerena sebagai obyek kunjungan wisata religi pengaman sangat penting. Dalam sebuah obyek wisata keamanan menjadi hal yang pokok karena menyangkut banyak dan sedikitnya pengunjung atau peziarah, apabila dalam melakukan pengamanan yang baik maka pengunjung atau peziarah akan terasa nayaman dan tenang karena tidak khwatir. 3. Melakukan pengecoran jalan. Pengecoran jalan bekerja sama dengan perangkat Desa, pengecoran ini dimulai dari akses masuk makam Syekh Jangkung sampai ke lokasi makam. Pengecoran tersebut di upayakan untuk menambah meningkatkan pelayanan agar supaya banyak peziarah yang datang ke makam Syekh Jangkung. Pengecoran jalan ini merupakan hal yang penting karena akses jalan yang baik dapat meningkatkan banyaknya peziarah yang datang ke makam Syekh jangkung. 80

4. Membuat jalan keliling kompleks makam Syekh Jangkung. Pembuatan jalan keliling dilakukan oleh pengurus makam Syekh Jangkung yang mengitari komplek makam. Hal ini dalakukan agar para peziarah yang sudah berziarah di makam Syekh Jangkung bisa melihat makam-makam anakanak dan keluarga Syekh Jangkung. Jalan keliling makam tersebut sangat penting agar setiap peziarah mengetahui makam-makam anak dan keluarga, serta mengetahui kisah kehidupan Syekh Jangkung dan peziarah lebih mempertebal keimanan kepada Allah SWT. 5. Menyediakan tempat parkir. Tempat parker yang luas serta aman sangat di perlukan oleh peziarah. Komplek makam Syekh jangkung terdapat tempat parkir mobil dan motor yang luas. Tempat parkir ini sangat penting yaitu untuk memarkirkan mobil atau motor paziarah, karena banyak peziarah yang datang dari luar daerah sehingga sangat di perlukan tempat parkir agar supaya peziarah yang datanng di makam Syekh Jangkung akan merasa tenang. 6. Tempat penitipan alas kaki. Tempat penitipan alas kaki yaitu untuk menitipkan alas kaki para peziarah yang datang ke makam Syekh Jangkung. Pengelola memberikan nomer kepada peziarah yang menitipkan alas kakinya. Di upayakan agar setiap 81

peziarah yang datang ke makam Syekh Jangkung untuk menitipkan alas kakinya agar tidak hilang atau tertukar dengan alas kaki peziarah lain. Hal tersebut sangat penting kerena banyaknya peziarah yang datang tentunya terjadi kehilangan dan tertukarnya alas kaki sangat banyak, maka dari itu tempat penitipan alas kaki merupakan hal yang penting untuk memberikan kenyamanan peziarah. 7. Tempat wudhu/ Toilet. Tempat wudhu dan toilet menjadi hal sangat penting, karena wisata religi itu idealnya harus suci baik hadas besar maupun hadas kecil. Maka dari itu tempat wudhu dan toilet sangat diperlukan oleh peziarah, karena ketika peziarah yang ingin berziarah di makam Syekh Jangkung harus dalam keadaan suci. Hal tersebut sangat penting guna untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap peziarah yang berkunjung ke makam Syekh Jangkung agar merasa nyaman dan tidak mengeluh saat berziarah. 8. Perbaikan tirta husada. Tirta Husada adalah mata air yang berada di sumur yang ada di makam Syekh Jangkung. Tirt Husada ini banyak yang percaya kalau meminum air tersebut akan di kabulakan apa yang diingikan atas rindho Allah SWT. 82

Pengurus makam menyediakan botol minum yang diperuntukkan untuk peziarah yang ingin mengambil air tirta husada. 9. Menjaga kebersihan makam. Untuk lebih meningkatkan pelayanan pengelola melakukan pembersihan komplek makam dan melakukan perawatan-perawatan terhadap bangunan-bangunan makam Syekh Jangkung. Hal ini dilakukan agar peziarah merasa tenang dan nyaman kerana komplek makam yang bersih dan nyaman 10. Pelayanan yang ramah. Pelayanan yang ramah dilkukan oleh pengurus makam Syekh Jangkung untuk meningkatkan pelayanan agar setiap peziarah yang datang akan merasa senang. Pelayan ini dilakukan pengurus agar peziarah tidak merasa bosan dan tidak bingung. Pelayanan ini dilakukan pengurus ketika manyambut peziarah dengan senyuman, juru kunci dalam melayani peziarah yang akan nyekar atau berziarah dilakukan dengan sopan. 11. Menjaga kenyamanan makam. Untuk memberikan kenyamanan makam pengurus memberikan himbauan kepada peziarah yang berkunjung untuk tidak berbicara keras serta menyuruh pedagangpedagang untuk tidak masuk kedalam komplek makam. 83

Hal tersebut dilakukan agar kenyamanan makam terjaga dan pengunjung yang datang di makam Syekh Jangkung merasa tenang dan tidak mengganggu orang yang berziarah. 12. Pembuatan tempat musium baru. Pembutan musium baru ini dilakukan agar para peziarah bisa melihat peninggalan-peninggalan Syekh Jangkung. Ini dilakukan agar peziarah mengetahui sejarah Syekh Jangkung dan peninggalan-peninggalan saat beliau masih hidup. 13. Rencana pembuatan toilet baru. Rencana pembuatan toilet baru ini untuk mengantisipasi jika banyak peziarah yang datang di makam Syekh Jangkung, ini dilakukan agar tidak terjadi antrian yang panjang 14. Pembuatan Mushola. Pembuatan mushola diperuntukan bagi peziarah yang ingin sholat agar tidak usah keluar mencari masjid atau mushola, sehingga peziarah tidak usah khwatir, pengelola juga menyediakan mukena untuk wanita yang ingin sholat. Demikianlah yang dilakukan pengelola makam untuk meningkatkan pelayanan peziarah, dengan melakukan kerja sama, melakukan pembangunan dan perawatan yang ada di Makam Syekh Jangkung. Dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Yayasan Makam Syekh Jangkung tersebut, diharapkan dapat 84

menambah meningkatkan pelayanan yang lebih baik dan semakin banyak peziarah yang berkunjung di makam Syekh jangkung. Semuanya itu dilakukan pengelola dalam upaya meningkatkan pelayanan peziarah. C. Analisis terhadap Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Obyek Daya Tarik Wisata dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Peziarah Dalam sebuah manajemen obyek daya tarik pada sebuah wisata religi untuk peningkatan pelayanan terhadap para peziarah tidak lepas dengan yang namanya hambatan, sama halnya dengan manajemen obyek wisata religi di Yayasan Makam Syekh Jangkung di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati dalam upaya meningkatkan pelayanan peziarah mempunyai pendukung, penghambat, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang akan digunakan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses), dan ancaman (threats) (Rangkuti, 2008: 18-19). 85

Analisis SWOT mengenai faktor-faktor internal dan eksternal: Faktor Internal Pendukung Penghambat: 1) Banyak orang yang 1) Kurangnya publikasi melakukan ziarah menjadi terhadap wisata religi pendukung untuk makam Syekh Jangkung, mengembangkan wisata sehingga masyarakat religi di makam Syekh Jangkung. 2) Dukungan dari Dinas Kebudayaan dan pariwisata yang selalu memberikan dukungan dan pelatihan tentang wisata kepada pengurus makam Syekh Jangkung. 3) Semangat pengurus dalam memberikan pelayanan yang baik dan semangat mengabdi. 4) Akses jalan yang mudah, lokasi makam yang tidak jauh dari jalan raya. 5) Fasilitas-fasilitas yang lengkap. 6) Sumber daya manusia, sumber daya financial yang mendukung obyek wisata. pengelolaan kurang begitu tahu tentang wisata religi makam Syekh Jangkung. 2) Tidak adanya papan penunjuk dari kota, peziarah yang belum pernah berkunjung kurang tahu lokasi makam Syekh Jangkung. 3) Kurangya lampu penerangan. 4) Kurangnya informasi di dalam maupun di luar makam, berupa himbauanhimbaun kepada peziarah. 5) Belum di bangunya tempat penginapan. 86

Faktor eksternal Peluang Ancaman: 1) Peran juru kunci dalam 1) Obyek wisata tidak dikenal mengelola makam Syekh masyarakat luas, jika tidak Jangkung sebagai prioritas utama. 2) Menumbuhkan/ memberikan kesadaran terhadap penduduk segera di promosikan dengan cara bekerja sama dengan instansi terkait, contoh Dinas Kebudayaan dan pariwisata. lokal mengenai manfaat 2) Hilangnya obyek wisata melakukan ziarah di makam Syekh Jangkung. religi. 3) Kurangnya kesadaran 3) Menjadi pusat obyek wisata. 4) Pengembangan pusat wisata masyarakat terhadap wisata religi. relegi baru. 4) Bahaya adanya pesaing dengan makam yang sudah terkenal. Untuk masalah papan petunjuk dari pusat kota, sebaiknya pihak pengelola Yayasan Makam Syekh Jangkung bekerja sama dengan dinas terkait untuk pembuatan papan penunjuk makam dari kota untuk mempermudah para peziarah yang belum pernah berziarah. 1. Kurangnya publikasi terhadap wisata religi makam Syekh Jangkung, sebaiknya pihak pengelola membuat situs web resmi, untuk wadah pemberian informasi tentang wisata religi di makam Syekh Jangkung. 2. Kurangya informasi di luar ataupun di dalam makam, Sebaiknya pengelola makam membuat papan informasi ataupun himbauan-himbauan di dinding makam agar peziarah tahu tentang tata tertib di Yayasan Makam Syekh Jangkung. 87

3. Kurangnya lampu penerangan menuju makam Syekh Jangkung, sebaiknya pengelola Yayasan Makam memberi usulan penambahan penerangan kepada pemerintah. 4. Belum dibangunya tempat penginapan, sebaiknya pengelola Yayasan Makam Syekh Jangkung merencanakan pembangunan tempat penginapan bagi peziarah. Manajemen obyek daya tarik wisata hendaknya dikembangkan dan dikelola dengan baik, karena pada saat ini banyak orang yang menggemari perjalan wisata religi. Kegiatan manajemen harus diupayakan untuk lebih baik karena menyangkut perjalanan kegiatan-kegiatan yang dilakukan apakah sesuai target atau belum. 88