BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang menggunakan konsepsi logistis positivis. Konsepsi ini

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi ideologi demokrasinya. Penyelenggaraan negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan alam yang melimpah di Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah telah membuktikan bahwa Negara Indonesia adalah negara bahari, yang kejayaan masa lampaunya dicapai karena membangun kekuatan maritim yaitu membangun angkatan laut dan pelayaran niaga yang kuat. Transportasi laut merupakan sarana dan kebutuhan strategis untuk memajukan perekonomian dan mempersatukan wilayah nusantara (Hananto Soewodo, 2007 : 8). Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau menganut konsep wawasan nusantara yang mempunyai tujuan bahwa wilayah nusantara beserta udara yang diatasnya dan laut yang menghubungkan pulau-pulau dengan segenap isinya merupakan kesatuan yang utuh dan terpadu serta menyeluruh. Sebagai negara kepulauan yang memiliki kawasan darat, laut dan udara indonesia memanfaatkan kawasan tersebut dengan menyediakan tiga jenis pengangkutan sebagai transportasi pengangkutan yaitu darat, laut atau perairan dan udara. Untuk melayani sektor transportasi dibidang laut atau perairan dibutuhkan sarana transportasi yang efektif dan efisien dalam arti aman, murah, lancar, cepat, mudah, teratur dan nyaman. Sehingga diperlukan suatu pembangunan sektor perhubungan laut guna peningkatan frekuensi, reguleritas, atau kuantitas dan kualitas sarana secara kusus dapat bermanfaat untuk pengembangan perhubungan dan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya. (Elfrida Gultom, 2007 : 2-3). Laut sangat mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan sistem pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia. Oleh karena itu segala sesuatu yang bersangkut paut dengan laut atau maritim perlu mendapat perhatian khusus termasuk didalamnya berkaitan dengan kepelabuhanan sehingga urusan kepelabuhanan perlu dirancang secara khusus dan sungguh-sungguh agar peran pelabuhan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan bangsa dan negara, serta dapat 1

digilib.uns.ac.id 2 menempatkan Republik Indonesia ditempat yang terhormat dan diperhitungkan dalam perdagangan dunia kususnya dibidang pelayaran. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling dunia melalui khatulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, salah satunya pelayaran terpenting adalah pelayaran niaga, yang dapat dibedakan menjadi pelayaran lokal, pelayaran pantai dan pelayaran samudra (Bambang Triadtmodjo, 2008 : 4). Seiring dengan kondisi perkembangan yang begitu pesat dalam dunia pelayaran maka pelabuhan juga akan mengalami peningkatan serta perkembangan dimana kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, keberangkatan kapal dan hubungan pelabuhan dengan pelabuhan lain baik regional maupun keluar negeri, sehingga kegiatankegiatan ini harus dikelola dan diatur secara efektif dan efisien oleh otoritas pelabuhan yang berwenang. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dibidang pelayaran adalah keselamatan dan keamanan bagi semua pihak yang berkaitan dengan kegiatan pengangkutan dilaut, hal ini tidak bisa ditawar dan mutlak harus dipenuhi. Semua pihak yang melakukan kegiatan jasa transportasi laut menghendaki terjaminya keselamatan atas jiwa dan barang sejak saat keberangkatan sampai tempat tujuan. Keselamatan dan keamanan pelayaran ini tidak terlepas dari terpenuhinya persyaratan kelaiklautan kapal dipelabuhan pemberangkatan. Dalam hal ini sebagai pejabat yang berwenang penuh untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap terpenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran adalah syahbandar di pelabuhan. (M.Syamsudin, 2007 : 118). Syahbandar merupakan salah satu pejabat pemegang otoritas tertinggi dipelabuhan, melakukan pengawasan serta melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran mencakup pelaksanaan, pengawasan, penegakan hukum dibidang angkutan perairan, kepelabuhanan dan

digilib.uns.ac.id 3 perlindungan lingkungan maritim lainya. Salah satu peran dan fungsi syahbandar dalam mewujudkan terciptanya keamanan dan keselamatan pelayaran adalah memberikan surat izin berlayar (SIB) dalam arti sempit dan dilaksanakan dalam posisi kepala seksi dibawah bidang penjagaan dan penyelamatan dalam struktur organisasi Administrator Pelabuhan (ADPEL) di pelabuhan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam pelayaran adalah terpenuhinya persyaratan kelaiklautan kapal yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam hal ini syahbandar dipelabuhan selaku salah satu pemegang otoritas tertinggi di pelabuhan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap terpenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan tentang keselamatan dan keamanan pelayaran. Sejauh ini peran dan fungsi syahbandar sebagai kepala pemerintahan dipelabuhan belum menunjukan pelaksanaannya secara optimal dalam pengawasan peningkatan keselamatan dan keamanan pelayaran dimana Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran mengamanatkan peran dan fungsi syahbandar yang memiliki kewenangan lebih besar dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran (L.Denny Siahaan, 2008 : 3-4). Berkaitan dengan peran dan fungsi syahbandar dalam pemberian izin pelayaran bagi setiap kapal laut yang berlayar diperairan Indonesia ini tidak terlepas dari pemberlakuan adanya penerapan Asas cabotage di wilayah perairan Indonesia dimana pemerintah telah mengeluarkan ketentuan yang isinya melarang kapal niaga asing membawa muatan antar pulau. Tujuanya selain pemberdayaan industri pelayaran nasional juga mengurangi ketergantungan terhadap asing. Perkembangan dewasa ini, jalur pelayaran di dalam negeri banyak didominasi oleh kapal-kapal asing saja. Kondisi itu sudah berlangsung lama akibat kebijakan disektor industri ini tidak mendukung. Dampaknya, pelayaran nasional makin lama makin kerdil. Munculnya suatu gagasan peremajaan kapal angkutan laut nasional dengan larangan kapal-kapal yang telah berusia 25 tahun berdampak pada

digilib.uns.ac.id 4 penghentian operasi kapal-kapal laut nasional. Justru dengan hal ini secara pelan dan pasti kapal asing merajai angkutan laut nasional. Perusahaan pelayaran nasional rontok karena memang kapal yang mereka miliki kondisinya tua dan tidak bisa bersaing. Untuk mengisi kekosongan, pemerintah membebaskan kapal-kapal berbendera asing untuk mengangkut muatan di dalam negeri. Itulah awal dari penguasaan pelayaran asing atas pengangkutan muatan di perairan Indonesia. (Febri Putra Trivitas, http://www.scribd.com/doc/71706872/mengupas-konsep-asas-cabotage- Sebagai-Analisis-Kebijakan-Publik) Penerapan asas cabotage dalam pelayaran Indonesia didasarkan pada dasar pemikiran bahwa tansportasi laut dalam negeri Indonesia mempunyai peranan sangat strategis dan signifikan dalam pembangunan nasional, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan dan keamanan nasional Indonesia. Sampai saat ini Pemerintah masih lamban dalam menerapkan Asas cabotage sejak keluarnya Inpres Nomor 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, Pemerintah belum mampu mengatasi dominasi kapal asing di perairan nasional. Padahal inpres ini mewajibkan muatan kapal domestik di perairan nusantara diangkut oleh armada angkutan laut nasional. Hal ini dikarenakan bahwa armada niaga nasional dapat pula menjadi komponen pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dapat dimobilisasikan sebagai pendukung pertahanan negara di laut. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk menyusun dan mengkaji lebih mendalam mengenai peran dan fungsi syahbandar dalam perizinan pelayaran bagi setiap kapal yang berlayar diperairan Indonesia khususnya bagi pelayaran kapal asing dalam kaitanya dengan penerapan Asas cabotage melalui sebuah penulisan hukum dengan judul YURIDIS PERAN DAN FUNGSI SYAHBANDAR DALAM PERIZINAN PELAYARAN MENGGUNAKAN KAPAL ASING SEBAGAI WUJUD PENERAPAN ASAS CABOTAGE DI

digilib.uns.ac.id 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis bermaksud membahas lebih lanjut dengan menitik beratkan pada rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peran dan fungsi Syahbandar dalam perizinan pelayaran menggunakan kapal asing di Indonesia berdasarkan Undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran? 2. Bagaimana perizinan penggunaan Kapal Asing di Indonesia dikaitkan dengan Asas cabotage? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk lebih memperjelas dalam mengarahkan suatu penelitian diperlukan adanya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan penelitian juga harus jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Dalam suatu penelitian dikenal ada dua macam tujuan, yaitu tujuan obyektif dan tujuan subyektif, yang mana tujuan obyektif merupakan tujuan yang berasal dari tujuan penelitian itu sendiri, sedangkan yang disebut dengan tujuan subyektif adalah tujuan yang berasal dari penulis. Adapun tujuan obyektif dan subyektif dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah : 1. Tujuan Obyektif Tujuan obyektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum yang mendasari penulis dalam melakukan peneletian. Tujuan obyektif dari penulisan hukum (skripsi) ini adalah : a. Untuk mengetahui peran dan fungsi syahbandar dalam prosedur perizinan pelayaran menggunakan kapal asing di Indonesia berdasarkan kewenanganya dalam ketentuan peraturan Undangundang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. b. Untuk mengetahui perizinan penggunaan kapal asing dalam kaitanya dengan penerapan Asas cabotage di Indonesia.

digilib.uns.ac.id 6 2. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan pribadi peneliti yang mendasari peneliti dalam melakukan penulisan. Tujuan subyektif peneliti dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah : a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan bagi penulis di bidang hukum perdata kususnya berkaitan dengan peran dan fungsi syahbandar dalam prosedur perizinan pelayaran menggunakan kapal asing sebagai wujud penerapan asas cabotage di Indonesia. b. Untuk melengkapai syarat akademis guna memperoleh gelar Strata-1 dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Salah satu aspek dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Dimana sebuah penulisan hukum (skripsi) diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu hukum itu sendiri maupun dapat diterapkan dalam prakteknya. Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini sedikit banyak bermanfaat baik bagi penulis sendiri pada kususnya maupun bagi pembaca pada umumnya karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh manfaat yang dihasilkan. Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan hukum (skripsi) ini adalah : 1. Manfaat teoritis a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu di bidang hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada kususnya. b. Diharapkan dapat menambah literatur dan bahan informasi ilmiah di bidang hukum berkaitan dengan syahbandar sebagai salah satu pemegang otoritas pelabuhan, mengingat peran fungsi syahbandar

digilib.uns.ac.id 7 sangatlah penting dalam perizinan pelayaran menggunakan kapal asing sebagai wujud penerapan asas cabotage di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan gagasan, serta membentuk pola pikir ilmiah serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh. b. Diharapkan dapat memberikan pemikiran alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam kaitanya dengan perimbangan yang menyangkut masalah. c. Diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait, mengenai peran dan fungsi syahbandar dalam perizinan pelayaran menggunakan kapal asing sebagai wujud penerapan asas cabotage di Indonesia. E. Metode Penelitian Penelitian hukum (skripsi) merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji suatu gejala hukum tertentu dengan menganalisanya. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian. Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan adalah peneliti harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin ilmunya (Johny Ibrahim, 2006 : 26). Penelitian hukum (skripsi) merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi, penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 35). Metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai berikut :

digilib.uns.ac.id 8 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah penelitian hukum normatif (doctrinal research). Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan hukum pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji dan dianalisis, kemudian ditarik kesimpulan dalam hubunganya terkait peran dan fungsi syahbandar dalam prosedur perizinan pelayaran menggunakan kapal asing sebagai wujud penerapan asas cabotage di Indonesia. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian hukum adalah sejalan dengan hukum itu sendiri. Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan hukum, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuanketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum. Dimana sifat preskriptif keilmuan hukum ini merupakan sesuatu yang subtansial didalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat dipelajari oleh disiplin lain yang objeknya juga hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 22). Dalam melakukan penelitian hukum ini bersifat preskriptif dan terapan yang selaras dengan penelitian hukum doktrinal. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan hukum doktrinal dapat dilakukan dalam berbagai pendekatan. Pendekatan dalam penelitian hukum doktrinal sesungguhnya merupakan esensi dari metode penelitian itu sendiri. Pendekatan itu yang memungkinkan diperoleh jawaban yang diharapkan atas permasalahan hukum yang diajukan (PPH, 2009 : 6). Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukun adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan

digilib.uns.ac.id 9 historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 93). Pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani. 4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Pemecahan isu hukum memerlukan sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat otoritatif artinya memiliki otoritas yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 141). Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah : a. Bahan hukum primer yang digunakan adalah : 1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; 3) Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional; 4) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan; 5) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 73 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 2010 tentang Pengangkutan Barang/Muatan Antar Pelabuhan Laut di Dalam Negeri;

digilib.uns.ac.id 10 6) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 01 tahun 2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearence); 7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang dan/atau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri. b. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, dan teks yang mendukung penulisan hukum ini kususnya mengenai peran dan fungsi syahbandar dalam prosedur perizinan pelayaran menggunakan kapal asing sebagai wujud penerapan asas cabotage di Indonesia. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan bahan hukum yang akan dipergunakan dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah teknik studi pustaka. Pengumpulan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan dengan menyesuaikan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dipaparkan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar pertimbangan untuk menjawab permasalahan hukum yang sedang dihadapi. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis bahan hukum yang digunakan penulis dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah penalaran (logika) deduktif, yaitu hal-hal yang dirumuskan secara umum kemudian menarik kesimpulan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penggunaan metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 47).

digilib.uns.ac.id 11 F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika penulisan hukum (skripsi) dalam penelitian yang penulis angkat ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup. Adapun sistematika yang terperinci adalah : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Dalam latar belakang masalah dipaparkan hal-hal yang menjadi alasan dilakukakannya penelitian. Penelitian ini dibatasi pada pokokpokok permasalahan yang ditulis dalam rumusan masalah. Tujuan dan manfaat penelitian merupakan hasil kebermanfaatan pelaksanaan penelitian ini. Metode penelitian memaparkan jenjang-jenjang yang dilalui dalam melaksanakan penelitian. Sistematika penulisan hukum berisi tentang susunan hasil penelitian yang dituangkan dalam penulisan hukum. BAB II BAB III TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis memaparkan sejumlah landasan teori yang berkaitan erat dengan masalah yang diangkat. Tinjauan pustaka dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : Pertama Kerangka teori yang berisikan tentang tinjauan mengenai pelabuhan, syahbandar, kapal asing, dan Asas cabotage. Kedua Kerangka pemikiran merupakan konsep alur pemikiran penulis terhadap permasalahan yang diangkat dan dijabarkan dalam penulisan hukum (skripsi) ini. Kerangka pemikiran dalam penulisan hukum (skripsi) ini yang berisikan tentang gambaran alur berpikir dari penulis tentang peran dan fungsi syahbandar dan keterkaitan pelayaran menggunakan kapal asing dengan penerapan Asas cabotage. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

digilib.uns.ac.id 12 BAB IV Pada Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan berkaitan dengan rumusan masalah yang ada, yaitu peran dan fungsi syahbandar dalam prosedur perizinan pelayaran menggunakan kapal asing di wilayah perairan indonesia dan keterkaitan perizinan penggunaan kapal asing di Indonesia dengan penerapan asas cabotage. PENUTUP Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan yang pada pokoknya merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dikaji serta memberikan saran-saran berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.