A. LATAR BELAKANG MASALAH
|
|
- Budi Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut UUD NRI Tahun Dimana di dalam suatu negara hukum harus mengatur mengenai peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang. Pengaturan tersebut bertujuan untuk mengatur bagaimana masyarakat harus berperilaku. Karenanya, sebagai negara hukum setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku. Menurut pendapat Aristoteles, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Menurutnya ada tiga unsur pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu: pemerintah dilaksanakan untuk kepentingan umum; pemerintah dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenangwenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan tekanan yang dilaksanakan pemerintah (Ridwan HR, 2011: 1-2). Namun seiring dengan berjalannya waktu, kemudian perkembangan konsep negara hukum berkembang menjadi negara kesejahteraan. Atau yang lebih dikenal dengan Welfare State. Konsep negara kesejahteraan (Welfare State) adalah pemerintah mempunyai kewajiban sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Dalam mewujudkan kesejahteraannya, pemerintah menghendaki negara dan pemerintah ikut berperan aktif dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, sebagai langkah untuk mewujudkan kesejahteraan umum, disamping menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde). Menurut E. Utrecth, sejak negara turut secara aktif dalam pergaulan kemasyarakatan, maka lapangan pekerjaan pemerintah makin lama makin luas (Ridwan HR, 2011: 14-15). Oleh karenanya dalam mewujudkan negara kesejahteraan yang dimanfaatkan untuk 1
2 2 sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, pemerintah harus ikut turut campur dalam pembangunan ekonomi. Hal ini bertujuan untuk mencapai tingkat kemakmuran rakyatnya. Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 memuat ketentuan yang bersifat grondnorm yang artinya pandangan hidup bangsa Indonesia. Dalam arti pandangan hidup tersebut membawa akibat adanya pengaturan keuangan negara dalam rangka pencapaian tujuan negara sebagai bentuk pembiayaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Selain dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945, juga ditemukan pada pasal-pasal dalam undang-undang ini yaitu pada Pasal 23 Bab VIII hal keuangan yang merupakan sumber hukum konstitusional keuangan negara. Ketentuan-ketentuan dalam UUD NRI Tahun 1945 tersebut yang merupakan sumber dari hukum keuangan negara memerlukan penjabaran lebih lanjut dalam bentuk undang-undang yang dibuat oleh pemerintah (Muhammad Djafar Saidi, 2008: 8-10). Selanjutnya sumber hukum keuangan negara tersebut dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa: Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dengan adanya keberadaan Undang- Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara ini, berimplikasi menimbulkan 2 penafsiran yang menjadi ruang lingkup keuangan negara. Yang pertama adalah keuangan negara meliputi kekayaan negara yang tidak dipisahkan (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut dengan APBN/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut dengan APBD) dan kekayaan negara yang dipisahkan (Badan Usaha Milik Negara atau yang selanjutnya disebut dengan BUMN/Badan Usaha Milik Daerah atau yang selanjutnya disebut dengan BUMD). BUMN adalah Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui peneyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN terdiri dari perusahaan
3 3 persero (persero) dan perusahaan umum (perum). Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, BUMN yang berbentuk perseroan terbatas modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan umum (perum) berdasarkan Pasal 1 angka 4 adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan. Keberadaan BUMN sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan UUD NRI Tahun 1945 dimana keterlibatan negara dalam kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan pencerminan dari substansi Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan bahwa: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Salah satu perwujudan dari pasal di atas itulah bahwa negara melalui satuan atau unit-unit usahanya, yaitu BUMN melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang dan atau jasa serta mengelola sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan demikian, BUMN mempunyai peran yang menentukan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang perekonomian (Pariata Westra, 2009:1). Berdasarkan hal tersebut, untuk itu berlakulah dua rezim hukum dalam BUMN yaitu rezim hukum publik dan rezim hukum privat. Rezim hukum publik/uu bidang keuangan negara hanya berlaku bagi BUMN hanya sebatas yang mengatur permodalan dan eksistensi BUMN. Oleh karenanya dalam setiap penyertaan modal negara atau penambahan penyertaan modal negara ke dalam BUMN dan perseroan terbatas yang dananya berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 3 ayat (1) PP Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada BUMN dan Perseroan Terbatas). Hal inilah yang membedakan BUMN dengan badan usaha
4 4 swasta. Bahkan pendirian, perubahan modal, merger, akuisisi, konsolidasi, pembubaran BUMN harus dengan PP, bahkan privatisasi melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR. Sedangkan yang berlaku bagi rezim hukum privat/uu bidang korporasi mengatur tindakan-tindakan operasional (di luar eksistensi permodalan dan eksistensi BUMN) ( pptx, diakses tanggal 18 Maret 2016 Pukul 09.25). BUMN dalam hal ini adalah persero memiliki karakteristik yang unik sebagai badan hukum karena merupakan perseroan terbatas yang pengaturannya tunduk pada ranah hukum privat (UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Tetapi dilihat dari struktur permodalannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan pengaturannya tunduk pada ranah hukum publik (UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) (Kusmono, 2008: 21). Penyataan dari Kusmono juga sejalan dengan pengaturan yang terjadi pada keduanya mengenai makna dari status keuangan negara. Karena berdasarkan Pasal 4 ayat 1 UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN, bahwa BUMN modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Oleh karenanya, negara statusnya sebagai pemodal atau pemegang saham. Dengan kedudukannya sebagai pemegang saham, negara berhak memperoleh pembagian keuntungan atau dividen dari BUMN tiap tahunnya. Penulisan hukum ini akan membahas mengenai pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di perseroan terbatas tersebut seperti apa dan struktur permodalannya. Serta implikasi dari pelaksanaan penyertaan modal tersebut dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara. Dalam penulisan ini, perseroan terbatas yang dijadikan bahan penelitian adalah PT Semen Indoenesia (Persero) Tbk. Perseroan terbatas ini adalah sebagai salah satu BUMN yang bergerak di bidang industri semen terbesar di Indonesia. Dimana PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan nasional. Karena adanya pemberian keuntungan atau dividen yang diberikan setiap tahunnya. Inilah yang menjadi tujuan dari negara dalam memberikan penyertaan modal pada BUMN,
5 5 agar dari BUMN tersebut sendiri akan memberikan kontribusi yaitu berupa keuntungan atau dividen yang dapat digunakan untuk pembangunan negara demi kesejahteraan masyarakatnya. Seperti konsep pada Welfare State (Negara Kesejahteraan) yang telah dijelaskan diatas. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hal-hal tersebutlah yang menjadi dasar dan melatarbelakangi penulis tertarik untuk mengkajinya dalam penulisan hukum yang berjudul PELAKSANAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA DI PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA (STUDI DI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis merumuskan beberapa masalah yang dibahas. Agar permasalahan yang diteliti lebih jelas dan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan, permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk? 2. Bagaimana implikasi dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dengan adanya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara? C. TUJUAN PENELITIAN Dalam setiap penelitian hukum pasti terdapat suatu tujuan yaitu memberikan suatu solusi atas masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penulis dalam penelitian hukum adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di PT Semen Indonesia (Persero)Tbk.
6 6 2. Untuk mengetahui implikasi dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah yang ada pada PT Semen Indonesia Tbk. dengan adanya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. D. MANFAAT PENELITIAN Dalam sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan terutama dalam bidang ilmu hukum baik secara teoritis maupun dalam praktik. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam bidang ilmu Hukum Administrasi Negara. Terutama yang berkaitan dengan keuangan negara dan pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di perseroan terbatas. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-peneiltian sejenis, pada masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang ilmu Hukum Administrasi Negara yang berkaitan dengan masalah penyertaan modal pemerintah pada BUMN di perseroan terbatas. b. Memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di perseroan terbatas. c. Memberikan suatu gambaran mengenai pelaksaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN khususnya di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. d. Memberikan masukan (input) yang berguna dalam memberikan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan bagi instansi/pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan penyertaan modal pemerintah dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
7 7 E. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 35). Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini yaitu: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan. Metode penelitian hukum normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 35). Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang bagaimana pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Dan bagaimana implikasi dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dengan adanya Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Sifat Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know how dalam ilmu hukum bukan sekedar know about. Sebagai kegiatan know how penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 60). Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini termasuk pada penelitian yang bersifat preskriptif. Penelitian hukum dilakukan untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan, bukan membuktikan kebenaran hipotesis. Preskripsi itu harus timbul dari hasil telaah yang dilakukan, tetapi preskripsi yang diberikan harus koheren dengan gagasan dasar hukum yang berpangkal dari moral (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 69-70). Dalam penulisan hukum ini, penulis memberikan preskriptif mengenai pelaksanaan dan implikasi dari penyertaan modal pemerintah pada BUMN yang ada di PT Semen
8 8 Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3. Pendekatan Penelitian Menurut pendapat Peter Mahmud Marzuki (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 133), di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, yang mana dengan pendekatan tersebut, maka peneliti akan mendapatkan informasi dan beberapa aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Adapun pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undangundang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan undang-undang dasar atau antara regulasi dan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argument untuk memecahkan isu yang dihadapi. Pendekatan perundang-undangan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah terkait dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. 4. Jenis dan Sumber Bahan Penelitian Berdasarkan pendapat Peter Mahmud Marzuki yang penulis kutip, di dalam memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi
9 9 mengenai apa yang seyogianya, diperlukan sumber-sumber penelitian (Peter Mahmud, 2014: 181). Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder dalam penelitian hukum normatif terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun sumber bahan penelitian yang penulis gunakan: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundangundangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 181). Bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah: 1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 4) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 181). Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan adalah: 1) Buku-buku mengenai hukum administrasi negara dan hukum keuangan negara.
10 10 2) Hasil karya ilmiah dan penelitian-penelitian yang relevan atau terkait dengan penelitian ini termasuk diantaranya skripsi, tesis, disertasi dan maupun jurnal-jurnal hukum. 3) Dokumen perusahaan Yaitu dokumen perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. c. Bahan Non-Hukum Bahan non hukum merupakan segala sesuatu yang sifatnya masih lisan tanpa bahan tertulis sama sekali (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 204). Adapun bahan non hukum yang digunakan penulis berupa hasil wawancara dengan pihak terkait yang berkompeten dengan penelitian hukum ini. Guna melengkapi penjelasan dalam pembahasan penelitian. Wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan bagian unit kerja biro hukum administrasi dan advisory yaitu Bapak Chandra Pradipta, S.H. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Penelitian kepustakaan dan dokumentasi guna menghimpun, mengidentifikasi dan menganalisa terhadap berbagai sumber data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunakan content analysis (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 21). Contoh: memanfaatkan indeks perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas). 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik analisis bahan hukum yang digunakan penulis adalah metode deduktif menggunakan silogisme deduksi dengan menempatkan
11 11 premis mayor dan premis minor. Menurut pendapat Philipus M. Hadjon dalam bukunya Peter Mahmud Marzuki menjelaskan bahwa premis mayor adalah aturan hukum, sedangkan premis minor adalah fakta hukum. Dari kedua hal tersebut maka dapat ditarik konklusi (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 89-90). Penelitian hukum ini, penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas sebagai premis mayor. Sedangkan yang menjadi premis minornya yaitu pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di PT Semen Indonesa (Perseo) Tbk. F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM Sistematika penulisan hukum ini disajikan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai isi dari penelitian hukum ini. Adapun sistematikan penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi penjelasan dari penulis mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah yang penulis kaji dalam penelitian hukum, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisikan ulasan mengenai kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori berisikan ulasan mengenai tinjauan tentang keuangan negara, tinjauan tentang BUMN, tinjauan tentang penyertaan modal dan tinjauan tentang tata cara pelaksanaan penyertaan modal, dan tinjauan umum implikasi. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
12 12 Dalam bab ini penulis membahas dan menjawab permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan rumusan masalah yaitu mengenai bagaimana pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Dan bagaimana implikasi dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dengan adanya Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. BAB IV : PENUTUP Bab keempat yang merupakan bab terakhir ini menjelaskan kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan penulis. Serta saran-saran yang ditulis penulis sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan adalah buah perjuangan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam kehidupan bangsa yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui salah satu asas yang dianut oleh KUHAP adalah asas deferensial fungsional. Pengertian asas diferensial fungsional adalah adanya pemisahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian memiliki arti ilmiah apabila menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi Bangsa Indonesia yang mampu memberikan kesejahteraan dan kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang cara bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini mengakibatkan meningkatnya berbagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana terhadap harta benda yang sering terjadi dalam masyarakat. Modus yang digunakan dalam tindak pidana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia merupakan dampak positif dari era globalisasi dan pasar bebas. Hal ini menyebabkan persaingan ketat dalam dunia bisnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi dan seiring dengan perkembangan zaman, tindak pidana kekerasan dapat terjadi dimana saja dan kepada siapa saja tanpa terkecuali anak-anak. Padahal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangan zaman pada saat ini, adanya pembangunan nasional ke depan merupakan serangkaian upaya untuk memajukan perkembangan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), dilaksanakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum diciptakan dengan tujuan untuk mengatur tatanan masyarakat, dan memberikan perlindungan bagi setiap komponen yang berada dalam masyarakat. Dalam konsideran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai fakta-fakta. Dengan adanya bahan yang mengenai fakta-fakta itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tindak pidana terhadap harta kekayaan yang merupakan suatu penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori negara berkembang dan tentunya tidak terlepas dari permasalahan kejahatan. Tindak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
64 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Peter Mahmud, Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu kehidupan manusia tidak lepas dari keinginan untuk memiliki seorang keturunan. Keinginan untuk memiliki keturunan atau mempunyai anak merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kejahatan meningkat dalam berbagai bidang, baik dari segi intensitas maupun kecanggihan. Demikian juga dengan ancaman terhadap keamanan dunia. Akibatnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi dapat dipastikan tidak akan pernah berakhir sejalan dengan perkembangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai Merauke terbagi dalam provinsi- provinsi yang berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah telah membuktikan bahwa Negara Indonesia adalah negara bahari, yang kejayaan masa lampaunya dicapai karena membangun kekuatan maritim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara Hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19945. Salah satu prinsip penting
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945 yang menyatakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
Lebih terperinciMeskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam persidangan perkara pidana saling berhadapan antara penuntut umum yang mewakili Negara untuk melakukan penuntutan, berhadapan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Know-how dalam ilmu
1 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Know-how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan Know-how, Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan empat badan Peradilan yang ada di Indonesia. Masing-masing badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah tindak pidana pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanahkan beberapa kewajiban negara, salah satu yang penting adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penipuan yang berasal dari kata tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi adalah usaha yang dilakukan orang, kelompok atau negara dalam bidang ekonomi untuk menghasilkan pendapatan dalam rangka memenuhi kebutukan hidup.
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN
1 PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tentu harus memiliki tujuan, karena tujuan negara merupakan pedoman atau arah dalam penyelenggaraan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara, uang juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejumlah negara berkembang mengalami angka pertumbuhan penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi di suatu negara menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Tidak terkecuali terjadi terhadap anak-anak, hal ini disebabkan karena seorang anak masih rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Setiap manusia dalam hidup bermasyarakat tidak pernah terlepas dari hubungan satu sama lain dalam berbagai hal maupun aspek. Manusia senantiasa melakukan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan semakin berkembanganya era industrialisasi pada jaman sekarang ini, menyebabkan semakin ditingkatkannya langkah pembangunan negara Indonesia yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kontrak diselenggarakan bukan hanya terkait barang saja melainkan juga jasa. Secara sederhana kontrak ialah suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik (zoonpoliticon). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan sesamanya, dan sebagai makhluk politik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang (statute approach) yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris adalah Pejabat umum yang diangkat oleh Pemerintah untuk membantu masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaru diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi ideologi demokrasinya. Penyelenggaraan negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi ideologi demokrasinya. Penyelenggaraan negara demokrasi seperti layaknya gambaran masyarakat terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati ternyata menyebabkan terganggunya ketertiban dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara dan dapat dikatakan sebagai pusat dari sistem perekonomian negara. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Majunya suatu Negara memiliki keterkaitan dengan kemajuan pendidikan yang ada pada suatu Negara tersebut. Pendidikan dapat mencetak suatu generasi yang berintelektual
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT) definisi dari Perseroan Terbatas (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki melenium ketiga, dunia mengalami proses globalisasi ekonomi dengan wujud nyata berupa pasar yang terbuka dan bebas, hal ini tentunya sudah tidak dapat dihindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang banyak, baik itu SDA yang dapat diperbaharui maupun SDA yang tidak dapat diperbaharui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi sasaran utamanya adalah terciptanya landasan yang kuat bagi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
III. METODE PENELITIAN Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 30 A. Pendekatan Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang terjadi di Indonesia telah mempengaruhi perkembangan bidang usaha di tengah masyarakat. Perkembangan dalam bidang usaha sangat pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak dan kepemilikan atas tanah yang pelaksanaannya memiliki aturan dan persyaratan serta prosedur tersendiri.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berfokus pada norma hukum positif seperti peraturan perundangundangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke empat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan pada sisi
Lebih terperincimerupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan suatu bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan Hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman di masyarakat. Aparatur penegak hukum merupakan pelengkap dalam hukum
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK I. PEMOHON Yan Herimen, sebagai Pemohon I; Jhoni Boetja, sebagai Pemohon II; Edy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem keuangan yang berlaku di setiap negara di dunia akan terus melakukan perkembangan dengan mengikuti keadaan masyarakat yang terus berubah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan lahirnya konsep Negara kesejahteraan yang mana Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir diseluruh dunia saat ini termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan atau tindak pidana merupakan sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan serta dinamika masyarakat menyebabkan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin dahsyat dengan datangnya kapitalis dunia. P. Berger dalam meramalkan, dalam era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini challenge globalisasi meruntuhkan filosofi bangsa Indonesia terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini telah diramalkan oleh P. Berger bahwa badai globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu Negara yang berdasarkan atas hukum, ketentuan ini tercantum dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS SITA UMUM ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
ANALISIS YURIDIS SITA UMUM ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA Rizal Widiya Priangga Email: rizalwidiya@gmail.com Mahasiswa FH Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksistensi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam tata
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris, yaitu menerangkan, memperkuat, atau menguji sesuatu terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab
BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut menimbulkan hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama. Pencabutan gugatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencabut gugatan adalah tindakan ini menarik kembali suatu gugatan yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama. Pencabutan gugatan perkara perdata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain untuk membantu memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sebagaimana yang diketahui bahwa Ilmu Hukum mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Menurut Peter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah mengalami perkembangan yang cukup baik dari masa kemasa. Sebagai salah satu contohnya banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat untuk menyuplai pasokan barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman yang semakin berkembang membuat pola hidup masyarakat semakin modern. Adanya dampak dari globalisasi membuat pola hidup khususnya kebutuhan primer manusia
Lebih terperinci