BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MASJID MENARA DAN MAKAM SUNAN KUDUS Gambaran Umum Cagar Budaya Kabupaten Kudus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG. Kabupaten Kudus yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, secara

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN OBYEK DAYA TARIK WISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PEZIARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

Makalah. Di susun guna memenuhi tugas. Dosen Pengampu : Di susun oleh. 1. Yudha arta mukti 2. Wahyu lelana 3. Sekarwati 4. Laily qodryati 5.

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

PENGELOLAAN OBYEK DAYA TARIK WISATA PADA YAYASAN MASJID MENARA DAN MAKAM SUNAN KUDUS TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT KANTOR PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP LEMBAGA PENGAJARAN BAHASA ARAB MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB IV. Kesimpulan dan Saran

BAB V PENUTUP. 1. Dalam menyelenggarakan Selikuran terdapat dua tahapan yaitu :

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diterapkan nilai-nilai asli

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

BAB III TINJAUAN KHUSUS

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Obyek. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

HASIL OBSERVASI. No Hal yang diamati Hasil yang diamati

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

LAMPIRAN. Gambar 1. Kondisi tanah ambles setelah gempa bumi. Gambar 2. Kesenian Ronda thek-thek

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

MOTIVASI BERZIARAH DALAM PERSPEKTIF TASAWUF STUDI KASUS DI MAKAM SYEKH JA FAR SHADIQ SUNAN KUDUS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MASJID MENARA DAN MAKAM SUNAN KUDUS 3.1. Gambaran Umum 3.1.1. Gambaran Umum Cagar Budaya Kabupaten Kudus Kabupaten Kudus sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak diantara empat tempat kabupaten, yaitu : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Pati, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Jepara. Kabupaten Kudus terletak antara 110º 36º dan 110º 50º Bujur Timur dan antara 6º 51º dan 7º 16º Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat k timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Kabupaten Kudus juga dikenal sebagai Kota Wali, tentunya terdapat benda-benda peninggalan bersejarah baik yang ditemukan pada periode pra-sejarah maupun zaman Hindu-Budha sampai masuknya Islam ke Jawa. Inventarisasi dan pendataan benda cagar budaya dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus sebagai upaya untuk melestarikan peninggalan Sejarah (Dok. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2013). 36

37 Adapun pelaksanaan pengelolaan cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus ini tentunya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi di bidang pengelolaan cagar budaya. Kondisi yang demikian ini tentunya menjadikan pengelolaan cagar budaya di Kabupaten Kudus kurang optimal. Walaupun demikian pemerintah Kudus sebenarnya telah berupaya maksimal dan mensuport dan melestarikan cagar budaya yang telah teridentifikasi maupun yang baru ditemukan hanya saja keterbatasan anggaran (Inventarisasi Pelestarian Pengelolaan Cagar Budaya Kabupaten Kudus Tahun 2012 : 12). 3.1.2. Gambaran umum YM3SK Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus yang sering disingkat YM3SK berdiri pada tahun 1980-an, didirikan oleh pengurus masjid yang berada di makam Sunan Kudus, yang terletak di desa Kauman dan masih dalam administrasi wilayah Kecamatan Kota Kudus. Adapun batas wilayah Desa Kauman Menara Kudus sebagai berikut :

38 1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kajeksan 2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Langgar Dalem 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Janggalan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Damaran (Wawancara Bapak Deni, 26 Oktober 2013). YM3SK merupakan wadah organisasi masyarakat kota Kudus. Yayasan ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan berbagai aktifitas keagamaan maupun sosial baik kepada peziarah maupun kepada masyarakat sekitar. Untuk memudahkan dalam operasionalnya, lembaga tersebut memiliki formatur pelaksanaan berbagai aktifitas keagamaan maupun sosial baik kepada para peziarah maupun kepada masyarakat sekitar yang terbentuk dalam Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus. Adapun struktur kepengerusannya sebagai berikut : Susunan Pengurus Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Tahun 2013 Penasehat : K.H. M. Sya roni Ahmadi K.H. M Ma ruf Irsyad K.H. Choiru Zyad Ketua Wakil Ketua Sekretaris : Drs. H. EM Nadjib Hassan : H. Yazin Djalil (alm) : Muhammad Fatchan

39 Bendahara I Bendahara II Seksi Kemasjidan : K.H. Arifin Fanani : Drs. Zainuri Bahnan.M.Si : H. Muhammad Ma sum H. Muhammad Farchan Seksi Perlengkapan : H. Muhammad Tauhid Pengawas : Fauzan Abdul Ghofur (Dok YM3SK,2013). Struktur kepengerusan ini akan mengalami perubahan formasi dengan menyesuaikan keadaan yang diajukan dalam musyawarah koordinasi pengurus tanpa ada ketentuan tahun atau masa jabatan (Wawancara Deni, 26 Oktober 2013). Adapun tujuan dari Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus adalah untuk menjaga peninggalan dari Sunan Kudus dan mengamalkan ajaran-ajaran dari Sunan Kudus kepada masyarakat (Wawancara Deni, 26 Oktober 2013). Daya tarik wisata religi Sunan Kudus dilihat dari corak seni bangunan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu : 1. Menara Menara Sunan Kudus dengan bangunan bahan batu bata merah yang berlokasi di kawasan Kudus Kulon ini dibuat Sunan Kudus pada tahun 1685 yang menjadi kebanggan masyarakat

40 Kudus, terdapat di halaman Masjid al-aqsha. Menara yang memiliki luas 10 meter persegi dan tinggi 18 meter berdenah bujur sangkar menghadap ke barat. Bangunan yang menyerupai candi itu terdiri dari selasar batur, kaki, tubuh, dan atap. Bangunan dari batu bata merah tanpa lepa dibagian atas kaki terdapat ornamen geometrik yang berupa hiasan segi empat yang masing-masing ujung kiri dan kanannya disambung dengan hiasan berbentuk segitiga. Untuk menaiki menara menggunakan tangga masuk sebelah barat yang terbuat daru batu dan kayu jati. Dari tanah sampai selasar terdapat terdapat 20 undakan trap. Dibagian atas menara ada ruangan yang di dalamnya ada beduk dan kentongan. Beduk itu dibunyikan pada saat waktu sholat tiba, dibagian atas juga terdapat mustaka. Untuk dibagian blandar terdapat prasasti huruf Jawa yang berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagad yang dapat diartikan dengan angka Gapura=9, Rusak =0, Ewahing = 6, Jagad =1. Ini menunjukkan tahun pembuatan menara pada 1609 tahun Jawa. Tahun ini bertepatan dengan 1687 M. Sedangkan, pada sisi bangunan menara terdapat relung atau nis, layaknya sebuah candi (Inventarisasi Pelestarian Pengelolaan Cagar Budata Kabupaten Kudus tahun 2012 : 43). Corak kebudayaan Cina terdapat pada kayu-kayu yang berada dipuncak menara, pemilihan kayu jati untuk atap dan pilar

41 dengan dasar perhitungan yang sangat cermat, mulai dari pemilihan urat kayu yang halus, warna kayu sampai penebangannya. Kesemuanya itu harus menyepi dan bersih diri karena penggunaan kayu yang berkualitas baik diyakini bisa memberi kewibawaan dan kesejahteraan (Wawancara Deni,26 Oktober 2013). 2. Masjid Saat Syeh Ja far Shodiq (Sunan Kudus) berkuasa membangun masjid Al-Aqsha. Masjid di desa Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ini menjadi bukti perkembangan dan perjuangan Islam masuk Indonesia, terutama Kabupaten Kudus. Bangunan ini yang memiliki panjang 6.333 cm, lebar 2.777 cm, tinggi 1.700 cm, sehingga memiliki luas bangunan 1.723,8426 meter persegi dan berdiri dilahan 6.325 meter persegi dikelol oleh YM3SK dan tak berubah fungsi. Dari dulu, masjid ini sebagai tempat ibadah (Inventarisasi Pelestarian Pengelolaan Cagar Budaya Kabupaten Kudus Tahun 2012 : 44). Atap Masjid yang berbentuk limas, arti dari limas itu sendiri menurut agama Hindu adalah sebagai arah kiblat karena arah kiblat orang Hindu adalah gunung. Makanya Sunan Kudus membuat atap masjid berbentuk limas bermaksud untuk menarik masyarakat Kudus supaya masuk Islam dan menjelaskan dewa itu tidak hanya di gunung melainkan di masjid juga ada.

42 Pancuran yang terdapat di masjid memiliki nilai-nilai peninggalan dari Hindu, tiap-tiap pancurannya dihiasi dengan relief arca sebagai ornamen penambah estetika, pada ornamen pancuran yang masih otentik tersebut dialihfungsikan untuk bersuci (wudhu) sebelum shalat dilakukan yang hingga sekarang masih ada dan berfungsi dengan baik (Dok. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2013). 3. Makam Di situs menara terdapat makam Sunan Kudus. Makam yang memiliki panjang 225 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 40 cm ini terbuat dari batu bata dan semen. Di makam terdapat batu nisan yang memiliki tinggi 48 cm dan lebar 14 cm. Makam Sunan Kudus dilindungi cungkup dan diberi kelambu warna putih dan daun pintu ukiran jati. Kelambu itu setiap 10 Syuro diganti. Pergantian kelambu dikenal dengan tradisi buka luwur (Inventarisasi Pelestarian Pengelolaan Cagar Budaya Kabupaten Kudus Tahun 2012 : 43). Makam yang berada di kompleks masjid merupakan makam dari Sunan Kudus Syeh Ja far Shodiq, beliau adalah penyebar Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, Sunan Kudus dikenal luas sebagai bagian dari penyebar Islam di Jawa sudah tidak asing lagi karena merupakan salah seorang dari Walisongo yang dikenal luas sebagai penyebar Islam melalui pendekatan kultural.

43 Namun diantara Walisongo yang secara nyata mewariskan tanda budaya yang mencerminkan karakter multikultural, satusatunya hanyalah Sunan Kudus yaitu berupa bangunan artistik dan mengagumkan berupa menara Kudus yang dikenal unik, indah dan sekaligus kaya akan nilai-nilai kearifan budaya. 3.2. Kegiatan di Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus 1) Kegiatan harian di Masjid al-aqsha (Masjid Sunan Kudus) Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh pengelola yaitu dengan meningkatkan iman melalui pengajian Tafsir al-qur an yang diisi oleh KH. Syahroni Ahmadi, dan pengajian Kitab di Senin malam yang diisi oleh Kyai Syafiudin. Yayasan melakukan kegiatan dakwah tidak hanya dihari-hari biasa melainkan di bulan Ramadhan juga melakukan kegiatan keagamaan selama bulan puasa mengadakan pengajian sebulan penuh pada malam bulan puasa pengajian tersebut dilakukan pada jam 21:00-24:00 dengan mengundang penceramah berganti-ganti, tapi untuk pengajian ini kebanyakan masyarakat yang datang adalah laki-laki, karena wanita tidak diperbolehkan keluar malam. Oleh karena itu, Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus dalam mengelola ODTW dengan proses manajemen agar pelaksanaan aktivitasnya dapat memberikan loyalitas yang tinggi dan dapat melestarikan dan mengembangkan ilmu agamanya di kemudian hari.

44 2) Kegiatan di makam Sunan Kudus (Tradisi Buka Luwur) Tradisi Buka Luwur memang tak lepas dari sebuah ritual prosesi penggantian selambu pembungkus Makam Sunan Kudus yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram/Syuro. Tradisi tersebut adalah haul, peringatan wafatnya Sunan Kudus. Namun karena wafatnya Sunan Kudus tidak bisa diketahui secara pasti, maka tradisi tersebut disebut dengan tradisi Buka Luwur, untuk menghindari salah paham bahwa tanggal 10 Muharram bukanlah tanggal wafatnya Sunan Kudus. Agenda utama dari tradisi tersebut adalah penggantian kelambu makam Sunan Kudus, sedang prosesinya sebagaimana ritual haul, yang diawali dengan khataman al-qur an, pengajian umum, pembacaan tahlil dan doa serta diakhiri dengan bancaan. Dalam peristiwa Buka Luwur ini hampir semua ulama sepuh Kudus turut hadir sebagai penghormatan terhadap leluhur yaitu Kanjeng Sunan Kudus. Selain ulama yang hadir ada juga dari pejabat pemerintah daerah Kudus, para santri, dan masyarakat umum yang berasal dari Kudus dan sekitarnya. Yang menarik dalam Tradisi Buka Luwur adalah ketika para peziarah/pengunjung berupaya memperoleh nasi bungkus selamatan. Masyarakat sekitar baik perempuan/laki-laki yang tua maupun yang muda seguyup, turut serta terlibat dalam proses mempersiapkan nasi bungkus untuk selamatan, bungkusan nasi tersebut dibagikan

45 kembali kepada masyarakat terutama mereka yang telah membantu baik berupa barang ataupun uang. Nasi bungkus tersebut sebagian besar dibagikan kepada masyarakat umum yang hadir pada momen Buka Luwur, dengan melalui antri yang cukup lama. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan nasi bungkus selamatan adalah kerbau, kambing dan nasi. Sedangkan menu masakannya yang khas yaitu masakan uyah asem (garam asam), karena yang menonjol adalah garam dan asam. Bahan-bahan tersebut berasal dari sumbangan-sumbangan warga masyarakat Kudus, sumbangan tersebut ada yang berbentuk uang dan ada juga yang berbentu barang seperti kerbau, beras dan kambing (Dok.YM3SK,2013). 3) Tradisi Dhandhangan Tradisi tersebut bermula dari mendengarkan pengumuman dari sesepuh masjid Menara Kudus mengenai kapan dimulainya awal puasa, pengumuman tersebut diawali dengan pemukulan bedug berbunyi dhang-dhang-dhang, sehingga kebiasaan disebut Dhandhangan. Namun sesuai dengan perkembangan zaman tradisi tersebut sekarang ini tidak lagi sekedar untuk mendengarkan pengumuman awal Ramadhan oleh sesepuh masjid yang dihadiri banyak santri disekitar Masjid Sunan Kudus, tetapi sekarang disusupi pedagang yang menawarkan berbagai kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi

46 tersebut berlanjut hingga sekarang, bahkan pedagang sudah siap jauh-jauh hari sebelum awal puasa. Suasana semakin ramai ketika munculnya permainan anak-anak dan pedagang sandang dan pangan dari berbagai kota. Bahkan, tradisi Dhandhangan cenderung sekedar menjadi ajang bisnis dan promosi kering dari nilai-nilai budaya yang sebelumnya sangat kental (Dok.YM3SK,2013). 3.3.Perkembangan Pengunjung Wisata Religi Perkembangan pengunjung wisata per-hari diperkirakan pengunjung mencapai 1000-1500 orang per-hari, pengunjung terbanyak biasanya di bulan Rajab dan Sya ban bahkan pada saat musim liburan sekolah pengunjung semakin banyak. Untuk menangani pengunjung atau peziarah yang banyakbanyaknya pengelola melakukan sistem buka tutup di area Makam Sunan Kudus supaya peziarah yang berada didalam area makam berdoa secara khusyuk dan merasa nyaman ketika sedang berziarah di Makam Sunan Kudus, pengelola juga memiliki aturan sendiri dalam pengelolaan ODTW di Sunan Kudus waktu peziarah hanya di mulai jam 05:00-24:00 WIB setelah jam 12 malam pintu untuk menuju akses ke Makam ditutup supaya peziarah tidak dapat masuk kedalam area Makam. Tujuan dilakukan penutupan dipintu Makam Sunan Kudus pada jam 24:00 yaitu supaya para peziarah bisa beristirahat terlebih dahulu agar kesehatan mereka terjaga karena biasanya peziarah melakukan perjalanan panjang. Pengelola menyiapkan tempat untuk istirahat mereka seperti di masjid dan di rest area parkiran Sunan Kudus, dan bagi peziarah yang

47 memiliki dana cukup banyak bisa menginap di Hotel yang dekat dengan Makam Sunan Kudus (Wawancara Deni, 26 Oktober 2013). Maksud dan tujuan peziarah ke Makam Sunan Kudus sangat beragam. Tujuan paling utama adalah menziarahi Makam Sunan Kudus dengan maksud meminta berkah (tabarukan) dengan mendoakan Kanjeng Sunan Kudus dan makam-makam yang berada di tempat sekitar makam Kanjeng Sunan Kudus. 3.4.Pengelolaan ODTW Religi Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus merupakan potensi yang sangat strategis yang perlu dikembangkan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa potensi budaya objek tarik wisata religi Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus sebagai cagar budaya yang mempunyai nilai sejarah dan sebagai pusat pengembangan agama Islam di Kudus (Wawancara Noor Dipin, 11 November 2013). Makam Sunan Kudus adalah makam dari Sayyid Ja far Sodiq yang lebih populer dengan sebutan Sunan Kudus beliau adalah penyebar Islam di daerah Kudus, di dalam penyebaran agama Islam tersebut Sunan Kudus mendirikan masjid dan menara yang sekarang bangunan tersebut masih kokoh dan terlihat indah. Fungsi dari peninggalan tersebut sekarang sebagai tempat cagar budaya dan sekaligus sebagai tempat ibadah bagi masyarakat sekitar maupun peziarah.

48 Dilihat dari keagungan, keindahan dan kegunaannya, serta dilihat dari aspek konstruksi, filosofis dan kulturalnya maka bukanlah hal yang aneh kalau Makam Sunan Kudus sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan/peziarah, karena nilai-nilai historisnya yang menarik untuk dikaji, dipahami dan diusahakan untuk diaplikasikan dalam pengembangan keagamaan saat ini, dan Makam dari Sunan Kudus yang merupakan penyebar agama Islam dan termasuk dalam Walisongo memiliki potensi besar untuk mendatangkan minat wisatawan/peziarah untuk melakukan ziarah dan sekaligus melihat obyek wisata religi yang berada di area Makam Sunan Kudus (Wawancara Deni, 26 Oktober 2013). Potensi obyek daya tarik wisata religi Makam Sunan Kudus yang cukup besar serta posisi strategis perlu dikelola secara profesional agar menghasilkan nilai yang tambah bagi kesejahteraan masyarakat sekitar lingkungan Makam Sunan Kudus. Salah satu upaya untuk pengembangan dibidang pariwisata adalah menyusun rencana strategis dan program kegiatan bidang pariwisata. Salah satu program dari Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus adalah pengelolaan yang menjalin kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Pengelolaan di Makam Sunan Kudus menyangkut pengembangan jaringan keagamaan, Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus mempunyai jaringan wisata keagamaan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan, dan pemerintah pusat atau propinsi. Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus dalam pengelolaan ODTW menggunakan sistem

49 manajemen tersebut menyangkut perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian di Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus yang dilakukan oleh pengelola setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengelola. Pengelolaan ODTW di Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus meliputi pengembangan kerja sama dengan dinas pariwisata, kerja sama dengan Dinas perhubungan, pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan obyek wisata, pengembangan kebudayaan dan pengembangan dari tradisi yang ada di Makam Sunan Kudus (Wawancara Noor Dipin, 11 November 2013). Dalam pengelolaan ODTW di Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus ditetapkan prinsip dasar sebagai berikut : 1. Pelestarian peninggalan Sunan Kudus 2. Mengamalkan ajaran Sunan Kudus 3. Melestarikan tradisi yang dibawa oleh Sunan Kudus 4. Stabilitas keamanan dan kenyamanan yang diberikan kepada peziarah Pelestarian peninggalan Sunan Kudus yaitu dengan merawat peninggalan Sunan Kudus, jika terdapat bangunan yang rusak diperbaiki, peninggalan benda-benda juga dirawat seperti peninggalan pusaka setiap tahunnya dilakukan pembersihan agar terjaga keawetannya. Mengamalkan ajaran Sunan Kudus yang berbasis pendekatan kepada masyarakat dan berdasarkan kepada ketauhidan dengan cara melakukan pengajian yang diadakan setiap

50 Senin malam dan Kamis malam. Tradisi yang dilakukan setiap tahunnya terus dilakukan untuk menghormati jasa Sunan Kudus yang telah menyebarkan agama Islam di daerah Kudus. Pengelola juga memberikan keamanan dan kenyamanan kepada peziarah supaya peziarah merasa nyaman ketika berziarah dan ketika berada di kompleks makam. Dengan memperhatikan prinsip dasar dari Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus pemerintah ikut serta di dalamnya agar terjaga keasriannya. Pengelolaan ODTW telah dilakukan dengan langkah-langkah pengelola guna mensosialisasikan ODTW Makam Sunan Kudus. Adapun langkah-langkah pengelolaan obyek daya tarik wisata Makam Sunan Kudus dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Ikut serta mempromosikan ODTW di Makam Sunan Kudus 2. Melestarikan cagar budaya peninggalan dari Sunan Kudus 3. Memberikan pelayanan keamanan dan ketertiban dilingkungan Makam Sunan Kudus Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan maka pengelola obyek daya tarik wisata religi Makam Sunan Kudus yang ada. Pengelolaan itu menyangkut sarana dan prasarana yang ada di Makam Sunan Kudus untuk diberikan kepada peziarah yang berkunjung ke Makam Sunan Kudus. Sarana dan prasarana tersebut menyangkut fasilitas yang diberikan kepada peziarah

51 yaitu fasilitas rest area atau tempat penginapan yang ada di Makam dan di tempat parkiran, kamar mandi, toilet, parkir, kendaraan wisata menuju ke Makam Sunan Kudus, toko-toko yang menjual oleh-oleh khas Kudus, pendopo tajuk (tempat untuk menaruh peninggalan dari Sunan Kudus). Dalam pengelolaan obyek daya tarik wisata religi di Makam Sunan Kudus pengelola tidak melakukan promosi, pengelola menjalin kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata guna mempromosikan obyek wisata religi khususnya dibidang cagar budaya. Sedangkan dalam jasa parkir pengelola bekerja sama dengan Dinas Perhubungan (Wawancara Deni, 26 Oktober 2013). Manfaat yang diambil dari peziarah yang berkunjung ke Makam Sunan Kudus adalah menambah dana untuk pengelolaan Makam Sunan Kudus supaya terjaga kelestariaanya dan untuk kegiatan dakwah di Masjid Sunan Kudus, menambah perekonomian masyarakat sekitar makam, dan dapat menambah pendapatan asli daerah. Disamping itu dapat mengenalkan obyek daya tarik wisata religi dalam hal ini tentang cagar budaya peninggalan Sunan Kudus dan tradisi-tradisi yang ada di Makam Sunan Kudus. Dalam melaksanakan pengembangan pengelolaan ODTW juga memerlukan pengawasan. Tujuan dari pengawasan adalah agar usaha pelaksanaan pengembangan itu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Jika terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan. Pengawasan yang dilakukan oleh pengelola Yayasan Sunan Kudus

52 dengan menggunakan langkah-langkah yaitu menetapkan standar (alat ukur), mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas dakwah yang telah ditetapkan, membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standar, Mengadakan tindakan-tindakan perbaikan atau pembetulan (Saleh, 1977: 142). 3.5. Kelebihan dan Kelemahan dalam Pengelolaan ODTW Adapun dari segi kelebihan Pengelolaan ODTW Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus adalah sebagai berikut : 1) Syeh Ja far Shodiq (Sunan Kudus) adalah penyebar agama Islam di Jawa khususnya kota Kudus. dan beliau termasuk di dalam anggota Walisongo. 2) Letak dari ODTW yang strategis yang berada di tengah-tengah kota menjadi nilai tambah sendiri. 3) Sunan Kudus merupakan pencetus pertama Kota Kudus. 4) Dari sisi peninggalan Sunan Kudus satu-satunya wali yang meninggalkan peninggalan sejarah yang berbentuk menara yang megah (Wawancara Deni, 24 Oktober 2013). Adapun dari segi kelemahan pengelolaan ODTW Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus adalah sebagai berikut : 1) Keterbatasan SDM Keterbatasan SDM disini maksudnya adalah bahwa melihat luasnya cakupan pengelolaan cagar budaya, meliputi perawatan, pemeliharaan, pengelompokan, dan publikasi, maka SDM yang ada di

53 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih kurang mendukung. Hal ini dikarenakan masih minimnya personil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang memiliki latar belakang pendidikan arkeologi dan budaya. 2) Keterbatasan anggaran Selama ini anggaran yang diberikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hanyalah anggaran operasional yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sehingga untuk melakukan pengelolaan cagar budaya secara keseluruhan tidak ada pendanaannya. 3) Keterbatasan personil Terakhir mengenai keterbatasan personil, untuk diketahui bahwa personil yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak berimbang dengan jumlah cagar budaya yang ada di kabupaten Kudus. Terlepas dari kendala tersebut, pada dasarnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melakukan beberapa upaya pengelolaan cagar budaya, yaitu antara lain melakukan inventarisasi cagar budaya, melakukan publikasi cagar budaya agar dapat diketahui masyarakat dan wisatawan, dan yang terakhir adalah rencana pendirian Museum Cagar Budaya yang telah mendapat persetujuan Bupati Kudus (Inventarisasi Pelestarian Pengelolaan Cagar Budaya Kabupaten Kudus Tahun 2012 : 13).