SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN Nina Herninawati 1)

dokumen-dokumen yang mirip
SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PERTANIAN.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

Perkembangan Ekonomi Makro

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KARAKTERISTIK KOMODITAS SUB SEKTOR PERTANIAN DI WILAYAH JALUR LINTAS SELATAN (JLS) KABUPATEN JEMBER

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

8.1. Keuangan Daerah APBD

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

POTENSI KOMODITAS PETERNAKAN DALAM PEMENUHAN KETERSEDIAAN PANGAN ASAL TERNAK DI KOTA TARAKAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

KERAGAAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, INGKUNGAN DAN TEKNOLOGI SERTA KELEMBAGAAN DI NUSA TENGGARA BARAT MUAIDY YASIN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province ABSTRACT

S. Andy Cahyono dan Purwanto

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

Transkripsi:

SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN 2001-2011 Nina Herninawati 1) nha_moet@ymail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Unang Unang17@yahoo.com Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi M.Iskandar Mamoen 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sub sektor pertanian mana yang merupakan sub sektor unggulan di Kabupaten Bandung selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat dengan pertimbangan Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten di jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai November 2012. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil sub sektor unggul (LQ > 1) sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sub sektor Perkebunan sedangkan sub sektor tidak unggul (LQ < 1) sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sub sektor Tanaman bahan Makanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Kehutanan dan sub sektor Perikanan. Kata Kunci: Sektor Unggulan, Sub sektor Pertanian, PDRB Kabupaten Bandung, PDRB Propinsi Jawa Barat ABSTRACT This study aims to determine which sub-sectors of the agricultural sub-sector which is featured in Bandung regency during the year 2001 to 2011.

The research method used Case Study Methods held in Bandung regency, West Java Province consideration Bandung regency is one of regencies in West Java which is the agricultural center. The study was conducted from June to November 2012. Based on the analysis it is known that the analysis of LQ (location quotient) superior subsectors (LQ>1) Agriculture sector in Bandung Regency in 2001 to 2011 while the plantation sub-sectoris the analysis of LQ (location quotient) is not superior to the subsector (LQ <1) Agricultural sector in Bandung Regency in 2001 to 2011 is a sub-sector of materials Plant Food, Livestock sub-sector, sub-sector of forestry and fisheries sub-sectors. Keyword: Superior sector, Agricultral sub-sector, PDRB Bandung Regency, PDRB West Java Province. I. PENDAHULUAN Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) yang besar. Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2010 lebih dari 3 juta jiwa dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 65,32 persen. Jumlah angkatan kerja yang besar diharapkan akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung diantaranya potensi pertanian dan perkebunan yang meliputi tanaman bahan pangan, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman perkebunan rakyat dan tanaman perekbunan besar, juga potensi pertambangan gas bumi dan bahan galian tambang yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Sektor pertanian di Kabupaten Bandung memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung, selain masih menempati posisi penting sebagai penyumbang PDRB Kabupaten Bandung, sektor ini juga merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) 2009 (BPS Kabupaten Bandung) menunjukkan bahwa Penduduk yang telibat dalam sektor pertanian (Petani Padi palawija,

Perkebunan, Kehutanan serta Buruh Tani) serta menjadi sumber matapencaharian mencapai 457.060 ribu penduduk atau 14 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Bandung yaitu 3.172.860 jiwa dan menempati posisi tiga dibawah sektor industri dan perdagangan serta sektor lainnya. Guna meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat, pemerintah daerah harus mampu membuat perencanan pembangunan, yang nantinya tenaga kerja dapat terserap disetiap sektor pertanian. Jika kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan lancar akan memperoleh hasil yang maksimal dan memberi sumbangan yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki PDRB cukup besar yaitu sebesar Rp. 3.471.662 sumbagannya bagi propinsi. Kabupaten Bandung terus berusaha untuk meningkatkan PDRB daerah seiring dengan pembangunan daerahnya yang semakin mantap dan perencanaan yang tepat, dan didukung pula dengan sumber daya manusianya (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sub sektor Pertanian yang unggul dan tidak unggul di Kabupaten Bandung selama tahun 2001-2011. II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kabupaten Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari publikasi pihak lain, seperti studi kepustakaan, dokumen dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan peneltian ini. Variabel dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung dan Propinsi Jawa Barat dengan

indikator Sektor Pertanian: sub sektor Tanaman Bahan Makanan, sub sektor Tanaman Perkebunan, sub sektor Kehutanan, sub sektor Peternaka dan sub sektor Perikanan. Analisis Location Quotient (LQ) Location Quotient adalah salah satu teknik analisis perencanaan pembangunan yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial di suatu wilayah atau sektor basis perekonomian suatu daerah, dengan cara mengukur konsentrasi suatu sektor pertanian dalam suatu daerah, yaitu dengan membandingkan peranan sektor tersebut dalam perekonomian di Kabupaten dengan sektor yang sama di Propinsi. Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut: LQ = v i V i atau vi v t v t V t V i V t Keterangan: LQ = Koefisien LQ vi = PDRB sub sektor i di Kabupaten Bandung Vi = PDRB sub sektor i di Propinsi JawaBarat vt = PDRB total Kabupaten Bandung Vt = PDRB total di Propinsi Jawa Barat Kriteria : 1) LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut unggul, artinya sektor tersebut memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan, karena mampu memenuhi permintaan ke daerah lain. 2) LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak unggul dan kurang menguntungkan untuk dikembangkan serta belum mampu memenuhi semua permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari daerah lain. Asumsi yang digunakan dalam analisis LQ adalah : a) Penduduk di setiap daerah Kabupaten mempunyai pola permintaan yang sama antar daerah.

b) Tingkat konsumsi akan suatu jenis barang rata-rata sama antar daerah. c) Produktivitas buruh dan keperluan untuk produksi sama antar daerah, serta negara menggunakan sistem perekonomian tertutup. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor pertanian di Kabupaten Bandung menempati urutan ketiga yang berkontribusi terhadap PDRB. Salah Satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertenu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai dasar ( BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil perhitungan analisis LQ sub sektor Pertanian Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Hasil Analisis LQ pada sub sektor Pertanian Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2011 Kabupaten Bandung (persen) No Pertanian Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Tanaman Bahan Makanan 0,88 0,90 0,90 0,96 0,99 0,97 0,96 0,96 0,93 0,93 0,96 2 Perkebunan 3,28 2,89 2,81 3,22 2,60 2,67 2,85 2,67 2,81 2,93 2,75 3 Peternakan 0,96 0,89 0,91 1,02 0,73 0,75 0,77 0,79 0,88 0,87 0,85 4 Kehutanan 1,04 1,10 0,94 0,10 0,34 0,33 0,38 0,41 0,55 0,51 0,44 5 Perikanan 0,59 0,58 0,59 0,73 0,46 0,49 0,51 0,50 0,49 0,48 0,40 Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui dari seluruh sektor pertanian Kabupaten Bandung sub sektor Perkebunan memiliki nilai LQ yang terbesar dibandingkan dengan sub sektor lainnya, perhitungan analisis LQ masing-masing lapangan usaha dari sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor Tanaman Bahan Makanan meliputi kegiatan penyimpanan dan pelaksanaan penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian tanaman pangan seperti beberapa jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Bandung, antara lain padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Tanaman Bahan Makanan tidak mempunyai potensi besar dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis selalu kurang dari satu (LQ<1). 2. Perkebunan Sub sektor Perkebunan meliputi tanaman Perkebunan Rakyat (PR), tanaman Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Tanaman Pemerintah (PTP). Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar swasta adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilaksanakan perusahaan swasta oleh rakyat yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar. Perkebunan milik pemerintah adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dikelola dan dusahakan oleh pemerintah. Komoditi yang dicakup meliputi

antara lain cengkeh, kopi, teh, tembakau, serta tanaman perkebunan lainnya (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Perkebunan termasuk dalam sektor yang berpotensi atau sektor basis dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis rata-rata selalu lebih dari satu (LQ >1). 3. Peternakan Sub sektor Peternakan mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun perusahaan peternakan. Jenis ternak yang mencakup adalah sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan ternak lainnya (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Peternakan tidak cukup berpotensi dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis rata-rata kurang dari satu (LQ < 1). 4. Kehutanan Sub sektor Kehutanan meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan kayu, pengambilan getah, daun-daunan, akar, kulit kayu, bambu, rotan dan arang. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di pekarangan rumah (BPS Kabupaten Bandung, 2011).

Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Kehutanan tidak berpotensi dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis rata-rata kurang dari satu (LQ < 1). 5. Perikanan Sub sektor Perikanan meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup usaha penangkapan, pembenihan, pengambilan maupun pemeliharaan segala jenis ikan dan hasilhasilnya baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Sesuai dengan letaknya yang berada didaerah pegunungan Kabupaten Bandung hanya memproduksi ikan hasil budidaya air tawar. Jumlah pembudidaya ikan dibedakan menurut keramba dan empang atau kolam masing-masing (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Perikanan belum dapat dijadikan sektor unggulan dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Dari hasil analisis nilai LQ sub sektor Perikanan selalu kurang dari satu (LQ < 1). IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, sub sektor yang termasuk unggul dari sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sub sektor Perkebunan sedangkan sub sektor tidak unggul adalah sub sektor Tanaman bahan Makanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Kehutanan dan sub sektor Perikanan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan: 1) Guna mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung kebijakan yang diambil lebih terkonsentrasi pada sub sektor unggul yaitu sub sektor Perkebunan,

sehingga sub sektor yang sudah unggul dipertahankan dan lebih ditinggkatkan tidak hanya mampu memenuhi permintaan daerah dan ekspor ke beberapa negara tetapi ditargetkan bisa memenuhi permintaan seluruh negara di dunia. 2) Guna mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung perhatiannya harus lebih banyak ditujukan pada sub sektor-sub sektor yang tidak unggul, yaitu sub sektor Tanaman Bahan Makanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Kehutanan dan sub sektor Perikanan supaya menjadi sub sektor yang unggul sehingga bisa memenuhi permintaan ekspor. Upaya yang disarankan yaitu dengan penyuluhan-penyuluhan dari Dinas Pertanian, pinjaman modal seperti koperasi desa, KUR (Kredit Usaha Rakyat), serta adanya pemberian subsidi bibit unggul dan pupuk. 3) Memperhatikan segi ekologi Kehutanan Kabupaten Bandung dengan memelihara sub sektor Kehutaan sebagai penyumbang oksigen dilihat pemanasan gelobal menjadi issue yang cukup menarik perhatian seluruh dunia saat ini, sehingga fungsi hutan menjadi sangat penting untuk mencegah kenaikan temperatur bumi dan memperlambat kerusakan lapisan ozon. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. Bandung : Badan Perencanaan BPS (BadanPusat Statistik). 2011. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2011. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan BPS (BadanPusat Statistik). 2009. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2009. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan

BPS (BadanPusat Statistik). 2006. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2006. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan BPS (BadanPusat Statistik). 2003. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2003. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan BPS (BadanPusat Statistik). 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2011. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan BPS (Badan Pusat Statistik). 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2009. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan BPS (Badan Pusat Statistik). 2006. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2006. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan BPS (Badan Pusat Statistik). 2011. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2011. Bandung: BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2010. Bandung: BPS (Badan Pusat Statistik). 2009. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2009. Bandung: BPS (Badan Pusat Statistik). 2008. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2008. Bandung: BPS (Badan Pusat Statistik). 2007. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007. Bandung: BPS (Badan Pusat Statistik). 2006. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2006. Bandung: BPS (Badan Pusat Statistik). 2003. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2003. Bandung:

Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi, Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Cetakan Kedua. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Noratri Dewi. Analiasis Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Semarang tahun 1996-2003. Semarang: Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi dan Universitas Negeri Semarang. Nur Indah Wulandari. 2010. Penenntuan Agribisnis Unggulan Komoditi Pertanian Berdasarkan Nilai Produksi Di Kabupaten Grobongan. Semarang: Program Studi Magister Agribisnis Pasca Sarjana dan Universitas Diponogoro. Ricardson, H.W. 2002. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi dan Regional. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suwardjoko Warpani. 1980. Analisis Kota dan Daerah. Bandung: ITB. Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional. Jakarta: PT Bumi Aksara. http://www.bandungkab.go.id/arsip/2340/tujuan-pasar-komoditas-agro kabupaten-bandung