ANALISIS KOMPONEN MAKNA MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

VARIABEL SOSIAL SEBAGAI PENENTU PENGGUNAAN MAKIAN DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

MAKIAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KAPUAS HULU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

MAKNA LEKSIKAL DAN KONTEKSTUAL DALAM BENTUK MAKIAN BAHASA JAWA NGOKO

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, satu sama lain manusia melakukan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM STIKER HUMOR DI DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN)

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Kajian bentuk..., Odin Rosidin, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

UNGKAPAN KASAR MASYARAKAT SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

DISFEMIA PADA STIKER HELM DAN KENDARAAN BERMOTOR REMAJA

METAFORA TEMA PERCINTAAN PADA LIRIK LAGU CIPTAAN EBIET G. ADE: Sebuah Tinjauan Semantik

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2000: ) yakni publisitas yang menyangkut

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGATAI KATA-KATA Oleh Aprinus Salam

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

VARIASI MAKNA PLESETAN PADA BUKU REPUBLIK PLESETAN KARYA KELIK SUMARYOTO. Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peranan dan fungsi yang sangat penting dalam

BAB V PENUTUP. pembicara, sering ditemukan dalam tuturan lisan seseorang terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

MAKNA LEKSEM DALAM ISTILAH PERKAWINAN BUDAYA GAYO. Harfiandi dan Rismawati STKIP Bina Bangsa Getsempena

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

SILABUS SEMANTIK DR413. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015

Transkripsi:

ANALISIS KOMPONEN MAKNA MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO Drs. Andrianus Sudarmanto Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Dari penelitian dapat disimpulkan ada tujuh kategori yang ditemukan pada makian dalam bahasa Jawa dialek Solo yaitu: Hewan, Keadaan, Profesi, Makhluk Halus, Bagian Tubuh, Kekerabatan, Benda-Benda. Untuk kategori hewan ditemukan lima kata yaitu: asu, boyo, bajing, munyuk, dan wedhus. Untuk kategori keadaan adalah: edan, goblok, modar, kurangajar. Profesi ditemukan kata maling dan lonthé, Untuk makhluk halus hanya ditemukan satu kata yaitu setan. Sedangkan bagian tubuh ditemukan kata: ndasmu, kupingmu, matamu, lambemu. Untuk kekerabatan juga ditemukan satu kata saja yaitu mbahmu. Sedangkan untuk kategori benda-benda ditemukan dua buah kata makian yaitu gombal and tai. Kata kunci : Komponen makna, Makian, Bahasa Jawa 1. Pendahuluan Dalam berkomunikasi, manusia pada umumnya berinteraksi untuk membina kerja sama antarsesamanya, tetapi ada atau sindiran halus untuk mengekspresikan segala bentuk ketidaksenangan, kebencian terhadap situasi yang tengah dihadapi. Bagi orang yang terkena, ucapan-ucapan itu mungkin Studi tentang makian dalam ilmu makna erat kaitannya dengan kalanya manusia berselisih paham atau pendapat dengan lainnya. Dalam situasi inilah para pemakai bahasa memanfaatkan berbagai kata makian, disamping kata-kata kasar dirasakan menyeran, tetapi bagi yang mengucapkannya, ekspresi dengan makian adalah alat pembebasan dari segala bentuk dan situasi yang tidak mengenakkan tersebut. masalah tabu (taboo). Kata taboo sendiri secara etimologi berasal 45

dari bahasa Polynesia yang makian dalam bahasa Jawa dialek diperkenalkan oleh Captain James Solo: maling, misalnya, Cook yang kemudian masuk ke mengandung unsur atau komponen dalam bahasa Inggris, dan makna makhluk BERNYAWA, seterusnya ke dalam bahasa-bahasa golongan MANUSIA, tetapi Eropa lainnya (Ullmann, mempunyai status sosial SUKA 1972:204). Kata ini mempunyai MENCURI, dan termasuk golongan makna yang sangat luas, tetapi PRIA/WANITA. Berlawanan umumnya berarti sesuatu yang dengan, lonthé adalah makhluk dilarang. BERNYAWA, golongan Dalam analisis komponen MANUSIA, tetapi mempunyai makna kita ingin menemukan status sosial SUKA GONTAkandungan makna kata atau GANTI PASANGAN, dan komposisi makna kata. Contoh kata termasuk golongan WANITA. Dari makhluk bernyawa, golongan salah satu contoh dapat dibaca manusia, suka gonta-ganti sebagai berikut: lonthe adalah pasangan, dan wanita. 2. KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Makian Makian adalah sebuah dan klausa. Di bawah ini akan uangkapan yang tidak sopan dijelaskan sebagai berikut: sebagai ungkapan ekpresi 2.2.1. Makian Berbentuk Kata kemarahan, kejengkelan atau Bentuk-bentuk makian yang perasaan kuat lainnya ejekan; berbentuk kata dapat dibedakan secara lebih luas merupakan menjadi dua yaitu makian bentuk bahasa yang buruk (Oxford English Dictionary,367) kata dasar dan bentuk kata jadian. Makian bentuk dasar adalah makian 2.2. Bentuk-bentuk Makian yang berujud kata-kata Dalam Bahasa Indonesia monomorfemik, seperti babi, Sacara formal ada tiga jenis bangsat, setan. Sementara itu, bentuk makian yaitu: kata, frase, makian bentuk jadian adalah makian yang berupa kata-kata 46

polimorfemik, seperti sialan, bajingan, diancuk, dan diamput. 2.2.2. Makian Berbentuk Frase Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membentuk frase makian dalam bahasa Indonesia, yaitu dasar plus makian. Seperti dasar sial, dasar kampungan dan makian plus mu, seperti matamu, kakekmu. Kata dasar dalam hal ini memungkinkan melekat dengan berbagai makian dengan bermacammacam referensi, seperti binatang (dasar buaya, dasar babi dan sebagainya) profesi (dasar maling, dasar sundal dan sebagainya), benda ( dasar gombal, dasar tai dan sebagainya), keadaan ( dasar gila, dasar keparat dan sebagainya), makhluk halus ( dasar setan, dasar iblis dan sebagainya). Dalam pada itu, -mu hanya bisa berlekatan dengan kata-kata kekerabatan ( kakekmu, nenekmu ) dan bagian tubuh ( matamu, kupingmu). 2.2.3 Makian Berbentuk Klausa Makian yang berbentuk klausa dalam bahasa Indonesiadibentuk dengan menambahkan pronominal (pada 2.2.4 Referensi Makian Bahasa Indonesia Secara sederhana, berdasarkan ada dan tidaknya referen ( acuan ), kata-kata dalam bahasa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kata-kata referensial dan nonreferensial. Dilihat dari referensinya system makian di Indonesia dapat dibagi menjadi bermacam-macam antara lain umumnya) di belakang makian dari berbagi referensi itu, seperti gila kamu, gila benar dia, setan alas kamu, sundal kamu. sebagai berikut: keadaan, binatang, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, makhluk halus, aktivitas, profesi dan seruan. Sementara itu, nonreferensial adalah sebagai berikut yang mempunyai fungsi untuk membantu kata-kata lain untuk menjalankan tugas, seperti proposisi, konjungsi, dan interjeksi. 47

2.2.5 Makna Leksikal dan Hubungan Referensial. Makna Leksikal adalah fungsi hubungannya terhadap butir leksikal lain dalam sebuah medan leksikal atau medan makna. Makna leksikal ada dua yaitu denotatif dan konotatif. Hubungan antara konsep, lambang dan acuan dapat diperlihatkan dalam segitiga semiotik berikut ini: (b). konsep a.(symbol) c. ( referent) Symbol atau lambang adalah unsur linguistik berupa kata atau kalimat, acuan adalah objek, peristiwa, fakta atau proses yang berkaitan dengan dunia pengalaman manusia. Sedangkan konsep adalah adalah apa yang ada di dalam mind tentang objek yang ditunjukkan oleh (1). Perempuan itu ibu saya. Secara denotatif mengandung konsep manusia dewasa (2). Ah dasar perempuan tidak menunjuk kepada konsep manusia dewasa berkelamin perempuan. Tetapi kepada salah satu sifat perempuan yang antara lain suka bersolek. Jadi makna lambang. Sedangkan referent adalah dunia kenyataan yang ditunjukkan oleh makna kata. Hubungan antara kata, makna kata, dan dunia kenyataan itu disebut hubungan Referensial. Contoh kata: misalnya perempuan yang terdapat dalam kalimat berikut: berkelamin perempuan Kata yang sama dalam kalimat: konotatif adalah makna yang dibentuk lewat makna denotatif, tetapi makna itu ditambahkan komponen makna lain. Dalam kalimat (2) arti denotatifnya 48

ditambah dengan salah satu sifat perempuan. 2.2.6 Analisis Komponen Untuk mengidentifikasi komponen makna diperlukan analisis makna leksikal atau dekomposisi leksikal. Dalam analisis makna kata kita pun ingin menemukan kandungan makna. Setiap kata mengandung sejumlah komponen yang bersamasama memberi makna tertentu pada kata itu. Dalam analisis komponen makna diperlukan notasi semantik untuk menandai nilai semantik komponen makna tertentu dalam kaitannya dengan butir leksikal tertentu dalam sebuah medan leksikal. Lehrer (1974:62-63) menggunakan notasi semantis: (+) untuk menandai kehadiran komponen; (-) untuk menandai ketidakhadiran komponen. (*) untuk menandai komponen yang tidak berfungsi. Kata Indonesia gadis, misalnya, mengandung unsur atau komponen jejaka yang mempunyai semua unsur makna gadis, kecuali jenis makna makhluk BERNYAWA, kelaminnya PRIA. Tetapi biasanya golongan MANUSIA, yang sudah disajikan dengan cara memberi berusia DEWASA, tetapi tanda + untuk komponen makna mempunyai status sosial BELUM yang dimilki oleh kata yang sedang KAWIN, dan termasuk golongan diperikan, dan tanda bila kelamin WANITA. Singkatnya komponen makna yang merupakan gadis adalah makhluk ciri makna kata tidak dimilki oleh BERNYAWA, MANUSIA, kata yang diperikan itu, seperti DEWASA, BELUM KAWIN, berikut: WANITA. Berlawanan dengan (1). Gadis: +BERNYAWA +MANUSIA -KAWIN -PRIA (2). Jejaka: +BERNYAWA +MANUSIA -KAWIN +PRIA 49

Dapat dibaca sebagai berikut: gadis adalah makhluk BERNYAWA, MANUSIA, DEWASA, BELUM KAWIN, BUKAN PRIA (WANITA). Jejaka: BERNYAWA MANUSIA, BELUM KAWIN, PRIA. Bila terjadi sebuah kata tidak memerlukan spesifikasi khusus. memerlukan spesifikasi dengan Kata orang, misalnya tidak salah satu komponen yang menurut memerlukan spesifikasi apakah dia kerangka pemikiran logis pria atau wanita, atau dengan kata memerlukannya maka komponen makna itu dipakai juga sebagai bagian dari pemerian kata itu, tetapi diberi tanda 0 yang menyarankan lain bisa pria bisa wanita, maka untuk menyatakan netralisasi cirri itu diberi komponen kosong dan diberi symbol 0, seperti 0 pria: arti bahwa kata bersangkutan tidak (3). Orang: +BERNYAWA, +MANUSIA 0 PRIA + DEWASA Jadi orang adalah makhluk BERNYAWA, MANUSIA, DEWASA, yang mungkin PRIA atau WANITA. 3. MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO 1. Ndasmu 2. Matamu 3. Kupingmu 4. Lambému 5. Asu 6. Boyo 7. Munyuk 8. Wedhus 9. Bajing 10. Maling 11. Goblok 12. Kurangajar 13. Lonthé 14. Mbahmu 15. Tai 16. Modar 17. Setan 18. Gombal 19. Moto dhuiten 20. Bajigur 21. Bajingan KLASIFIKASI 50

3.1 HEWAN Satuan-satuan lingual yang referensinya binatang pemakaiannya bersifat metaforis. Artinya, hanya sifat-sifat tertentu dari binatang itulah yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan individu atau keadaan yang dijadikan sasaran makian. Dalam hal ini tentu tidak saja tidak semua nama binatang dapat dijadikan untuk sarana memakai dalam penggunaan bahasa. Contoh binatang yang digunakan sebagai makian dalam bahasa Jawa dialek Solo adalah: Asu, Boyo, Munyuk, binatang berbulu, berwarna keabu-abuan, berekor panjang. Tetapi sehubungan dengan keburukan muka referennya yaitu munyuk. Bajing adalah binatang yang suka meloncat di pohon kelapa. Untuk memperhalus ucapan, seperti halnya perubahan Wedhus, Bajing. Asu adalah binatang menyusui yang digunakan menjaga rumah, berburu dan sebagainya. Tetapi disini kata asu bisa berubah arti bukan binatang yang berkaki empat tetapi seorang teman anda yang amat anda benci dan oleh karena itu anda sebut asu. Boyo: binatang berdarah dingin yang merangkak adalah makna yang sebenarnya. Tetapi makna boyo bisa diartikan sebagai lelaki yang suka main perempuan/senang mencari pasangan. Munyuk: bentuk makian bahasa Jawa dari kata bajing menjadi bajingan yang berubah makna menjadi pencopet. Dari kata bajingan menjadi kata bajigur yaitu sejenis minuman. Kemudian analisis komponen maknanya adalah sebagai berikut: Pembeda Asu Boyo Bajing Munyuk Wedhus Buas/tidak + + + + - pemakan rumput/tidak - - - - + Peliharaan/tidak + - - - + 51

Di hutan/tidak - - + + - Contoh tersebut dapat dibaca sebagai berikut: Asu adalah binatang buas biasanya dipelihara, bukan pemakan rumput, dan tidak hidup di hutan. Boyo adalah binatang buas, bukan pemakan rumput, bukan hewan peliharaan (kecuali yang ada di kebun binatang), tidak hidup di hutan. Bajing adalah binatang buas, 3.2. KEADAAN Untuk menunjukkan keadaan yang tidak menyenangkan yaitu keadaan mental, edan, goblok,. Untuk menunjukkan keadaan yang berhubungan dengan peristiwa seseorang seperti: modar, kurangajar. Kata edan adalah sakit ingatan, tidak beres ingatan. Tetapi dalam hal ini edan dapat digunakan untuk mengekspresikan keheranan atau kekaguman. Goblok adalah bodoh sekali. Kata goblok hidupnya di hutan, bukan pemakan rumput, dan tidak dipelihara. Munyuk termasuk binatang buas, bisanya hidup di hutan, bukan binatang pemakan rumput, bukan hewan peliharaan (kecuali di kebun binatang). Wedhus ialah binatang pemakan rumput, biasanya dipelihara, tidak hidup di hutan, dan tidak buas. menunjuk kepada orang yang tidak lekas mengerti atau tidak mudah tahu. Modar: tidak bernyawa. Kata modar disini bisa berarti mampus. Kurang ajar: tidak sopan. Kata kurangajar biasanya berhubungan dengan sikap seseorang. Analisis komponen medan makna keadaan adalah sebagai berikut: Pembeda edan goblok modar kurangajar Bodoh/tidak - + - - Mati/tidak - - + - Gila/tidak + - - - 52

Brengsek/tidak - - - + Dari contoh diatas dapat dibaca sebagai berikut: edan adalah tidak beres ingatan (gila), tidak lekas tahu (bodoh), tidak bernyawa (mati), tidak brengsek. Sedangkan goblok adalah bodoh atau tidak lekas tahu, tidak mati, tidak gila, tidak brengsek. Modar yaitu mati atau tidak bernyawa, tidak bodoh, tidak gila, tidak brengsek. Sedangkan kurangajar adalah brengsek, tidak bodoh, tidak mati, tidak gila. 3.3. PROFESI Profesi seseorang, terutama yang mengambil milik orang secara profesi rendah dan yang sembunyi-sembunyi atau pencuri. diharamkan oleh agama, sering kali Kemudian lonthé digunakan untuk digunakan oleh para pemakai menyebut perempuan jalang atau bahasa untuk mengumpat atau pelacur. mengekspresikan rasa jengkelnya. Profesi-profesi yang biasa dipakai Analisis komponen makna profesi adalah sebagai berikut: untuk memaki yang ditemukan dalam makian bahasa Jawa di Solo adalah maling dan lonthé. Kata maling digunakan untuk orang Pembeda Maling Lonthé Suka mencuri milik orang lain + - Pelacur - + Bernyawa + + Manusia + + Pria 0 - Dari data tersebut dapat dibaca sebagai berikut: maling adalah suka mencuri milik orang lain, bernyawa, manusia, bisa laki-laki atau 53

perempuan. Sedangkan Lonthé adalah pelacur, bernyawa, manusia, 3.4. MAKHLUK HALUS Dari data penelitian ada satu buah kata makhluk halus yang ditemukan dalam makian bahasa Jawa dialek Solo yaitu setan. makhluk halus tersebut yang menganggu kehidupan manusia. Kata setan adalah roh jahat yang selalu menggoda manusia untuk 3.5. BAGIAN TUBUH Dari data penelitian ditemukan lima kata bagian tubuh yang digunakan untuk mengumpat yaitu: ndasmu, matamu, kupingmu, lambemu. Bagian tubuh yang sering digunakan untuk memaki adalah matamu. Mata dalam artian sebenarnya adalah alat indera yang digunakan untuk melihat bendabenda di sekelilingnya. Hal ini kata matamu dipakai untuk mengumpat orang yang tidak dapat memanfaatkan alat penglihatannya sehingga melakukan kesalahan. Kata mata bisa menjadi moto dhuiten yang digunakan untuk orang yang lebih mementingkan uang dalam mengerjakan sesuatu. dan tidak pria (wanita). berbuat jahat. Kata setan bisa berubah menjadi persetan yaitu ungkapan yang digunakan untuk menyatakan masa bodoh atau tidak peduli. Analisis komponen maknanya adalah sebagai berikut: makhluk halus, mengganggu manusia, berbuat jahat. Ndas adalah bagian atas tubuh yang bentuknya bulat. Ndas bisa menjadi pecah ndhasé yang artinya pecah kepalanya. Ungkapan ini digunakan untuk menyatakan kejengkelan terhadap sesuatu. Kuping adalah alat indera (bagian tubuh) yang digunakan untuk mendengarkan. Tetapi makna lain yaitu seperti kupingmu budheg digunakan untuk memakai orang yang tidak mendengarkan sesuatu sehingga tidak terdengar jelas. Lambé adalah alat indera (bagian tubuh) yang digunakan untuk makan dan minum serta untuk bicara. Lambemu digunakan untuk mengumpat orang yang senang ngobrol (tidak bisa 54

diam). Di bawah ini adalah analisis komponen makna bagian tubuh: Pembeda ndas mata kuping lambé Bentuk bulat/tidak + + - - Tubuh paling atas/tidak + - - - Melihat/tidak - + - - Mendengar/tidak - - + - Bicara/tidak - - - + Dari data diatas dapat dibaca sebagai berikut: ndas bentuknya bulat, bagian tubuh yang paling atas, tidak untuk melihat, bukan untuk mendengar dan bicara. Sedangkan, mata bentuknya bulat digunakan untuk melihat, bukan merupakan bagian tubuh yang paling atas, tidak digunakan untuk mendengat dan bicara. Kuping 3.6. KEKERABATAN Dari data penelitian hanya ditemukan satu kata makian dalam kategori kekerabatan yaitu: mbahmu. Mbahmu adalah orang tua dari bapak atau ibu. Tetapi untuk mengungkapkan kejengkelan kepada lawan bicara, kadang seringkali menyangkut kata kekerabatan ini. Analisis komponen adalah indera yang digunakan untuk mendengar, bentuknya tidak bulat, bukan bagian tubuh yang paling atas, tidak untuk melihat dan bicara. Sedangkan lambé digunakan untuk bicara, bentuknya tidak bulat dan bukan bagian tubuh yang paling atas, tidak untuk melihat dan mendengar. maknanya adalah sebagai berikut kata makian mbahmu: bernyawa, manusia, laki-laki atau perempuan, sudah tua. 55

3.7. BENDA-BENDA Tidak jauh berbeda dengan referennya seperti untuk nama-nama binatang dan makhluk mengungkapkan hal-hal yang tidak halus, nama-nama benda juga berguna. Kemudian kata tai adalah banyak digunakan untuk memaki ampas makanan dari perut yang seperti gombal dan tai. Gombal keluar melalui dubur. Tai makna sebenarnya adalah kain yang digunakan untuk memaki hal-hal sudah tua. Kemudian gombal yang kotor. Analisis komponen digunakan untuk memaki yang maknanya sebagai berikut: berkaitan dengan keburukan Pembeda Gombal Tai Lusuh/tidak + - Cair/tidak - + Kotoran/tidak - + Dari data diatas dapat dibaca sebagai berikut: Gombal adalah kain yang lusuh, tidak cair (padat), bukan kotoran. Sedangkan, tai 4. KESIMPULAN Bentuk-bentuk makian adalah sarana kebahasaan yang digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan ketidaksenangan terhadap sesuatu. Dari penelitian dapat disimpulkan ada tujuh kategori yang ditemukan pada makian dalam bahasa Jawa dialek Solo yaitu: Hewan, Keadaan, Profesi, Makhluk Halus, Bagian bentuknya cair, merupakan kotoran hewan atau manusia, dan tidak lusuh. Tubuh, Kekerabatan, Benda-Benda. Untuk kategori hewan ditemukan lima kata yaitu: asu, boyo, bajing, munyuk, dan wedhus. Untuk kategori keadaan adalah: edan, goblok, modar, kurangajar. Profesi ditemukan kata maling dan lonthé, Untuk makhluk halus hanya ditemukan satu kata yaitu setan. Sedangkan bagian tubuh ditemukan 55

kata: ndasmu, kupingmu, matamu, lambemu. Untuk kekerabatan juga ditemukan satu kata saja yaitu mbahmu. Sedangkan untuk kategori benda-benda ditemukan dua buah kata makian yaitu gombal and tai. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2003. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Lyons, John. Semantics. Volume 2. Cambridge: Cambridge University Press. Nida, Eugene A. 1975. Componential Analysis of Meaning. Paris: The Hague Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Wedhawati. 1999. Medan Leksikal dan Analisis Komponensial. Seminar Nasional 1: Semantik, S2 Linguistik UNS. Wijaya & Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 56