Cermin. Luklukul Maknun

dokumen-dokumen yang mirip
Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

kegiatan sehari hari pelajaran 2

Di Unduh dari : Bukupaket.com

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Belajar Memahami Drama

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

2. Gadis yang Dijodohkan

AKU AKAN MATI HARI INI

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Chapter 1. Baik, selagi kalian mencatat, saya absen.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Negeri Peri Di Tengah Hutan

Candy, Tidak Semanis Namanya

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

Sang Pangeran. Kinanti 1

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

BAB 9 Pekerjaan Pertama

Mengajarkan Budi Pekerti

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

Antara keingin- an dan hasrat serta pengorbanan Ber- bagi

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

keluarga gambar 2.1 ini keluarga dani

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Pemilik jiwa yang sepi

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

Mahesa Bayu Suryosubroto

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Di Pantai Pasir Putih

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

P A D A M U E M B U N

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

I. Arga ( tentang Dia dan Dia )

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

BUKAN KISAH RAMA SINTA. Oleh: Irahayuni

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Budi Mulyanto. Hati Bicara

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03

Impossible Love. Between 2 Worlds. Prolog. Profita Dewi Nadita

Stupid Love. June 21 st, 2013

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

Penerbit Kin S Gallery

Bab 1. Awal Perjuangan

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

SELEMBAR SURAT CINTA UNTUK ZAHRA. Malam yang Indah * * *

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

sebenarnya saya terlambat karena saya terlambat bangun, maafin saya Pak, saya sudah berbohong dan terlambat. Pak Guru memukul meja, sambil berkata,

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Hidup adalah sebuah pilihan. Hiduplah

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Alifia atau Alisa (2)

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

PERANCANGAN FILM KARTUN

Cara membuat wanita terkesan dengan anda

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

It s a long story Part I

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Oleh: Windra Yuniarsih

Saat itu aku sedang berdua di rumah dengan Fadhil, Kak Dityo sedang berada di kampus, dan Kak Darma baru saja pulang.

Ya sudah aku mau makan mie saja deh hari ini, kebetulan aku lagi pengen makan mie pakai telur ceplok.

Mencoba Tinggalkan Bayangmu

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah

hidup yang sebenarnya tidak hidup. Namun, selalu terlihat sangat nyata. Kadang aku bertanya, apa mungkin yang ku lihat di langit itu adalah apa yang

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

Ini tepat tengah malam, Tepat saat aku merasa sendiri, Hanya aku dan hening, Tenggelam bersama aksara-aksara yang kutulisakan,

Kegiatan Sehari-hari

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

Bagaimana mungkin bisa Sekarang aku harus terbiasa dengan ketidakhadiranmu di sisiku? Alasan, perlukah alasan?

Transkripsi:

Cermin Luklukul Maknun Orang-orang terkekeh-kekeh setelah melihat dirinya di cermin. Mereka tersenyum, memerhatikan dirinya, lalu tersenyum lagi. Setelah itu, mereka mencatat sesuatu di buku. Mereka memerhatikan diri dalam cermin, tersenyum, lalu mencatat. Semua orang berlaku demikian. Akan tetapi, tidak denganku. Aku, tidak bercermin. Di kamarku tidak ada cermin. Ibu tak pernah mengizinkanku bercermin. Umurku dua belas dan Ibu melarangku bercermin. Aku pernah mengendap-endap ke kamar Ibu, berniat mengambil cerminnya. Ibu selalu bisa memergokiku. Aku tak pernah memakai bedak, gincu, atau yang lain seperti Ibu. Aku tak diizinkannya. Aku kelas 6 SD, dan aku selalu gagal bercermin. Aku memiliki seorang kakak perempuan. Namanya Santi. Umurnya 16 dan dia punya cermin. Ibu tidak melarangnya. Setelah lulus sekolah dasar, Santi tidak melanjutkan sekolah. Setiap hari dia bercermin seperti orang-orang. Selesai bercermin, Santi menuliskan daftar 1

barang yang harus dibelinya, seperti bedak baru, gincu warna baru, bulu mata, kalung, dan entah apa lagi. Setiap hari Santi bercermin dan menulis barang-barang yang berbeda dari hari sebelumnya. Anehnya, barang-barang itu berhasil dibelinya. Santi bekerja seperti Ibu, menawarkan jamu di tempat karaoke. Belakangan aku tahu mereka berdua, ibu dan kakakku, adalah dua orang perempuan yang rela menjadi wanita penghibur demi membiayai sekolahku. Aku sangat terharu dengan apa yang mereka lakukan. Awalnya, aku tak pernah memedulikan cermin. Aku selalu menolak untuk dibedaki Ibu. Aku selalu lari, bau bedak Ibu membuatku sesak. Aku tidak suka bau itu. Aku takut dengan semua barang-barang Ibu, termasuk cermin. Aku takut bercermin. Takut menulis daftar barang-barang seperti Santi dan aku tak bisa membelinya. Takut jika nanti aku ikut-ikutan menjadi wanita penghibur seperti mereka. Santi berbeda denganku. Dia tidak pernah menolak dibedaki Ibu. Santi bahkan berinisiatif untuk membedaki dirinya sendiri ketika Ibu pergi. Lalu dia menemukan cermin. Dia semakin beringas membedaki dirinya. Tidak hanya bedak, Santi memakai gincu, memakai pensil alis, memakai pemerah pipi. Waktu itu aku sedang bermain di dekatnya. Setelah selesai dengan dandanannya, Santi terlihat lebih cantik. Dia mengambil sebuah buku dan mulai menulis. Dia tidak memedulikan ocehanku. Santi, kau tak boleh seperti orang-orang! Santi, jangan ambil buku itu, jangan tulis apa pun! sergahku ketakutan. Bagiku, cermin telah merebut Santi dariku. Saat malam 2

tiba, Santi sudah pergi dengan Ibu dan membawa cermin. Sejak saat itu, Santi menjadi seorang gadis kecil penghibur lelaki. Aku sendirian di rumah, tanpa cermin. Meskipun takut dengan cermin, aku selalu penasaran. Aku takut bercermin karena takut dengan bau bedak Ibu, takut menjadi seperti Ibu. Tapi, tidak semua orang yang bercermin menjadi wanita penghibur. Jadi, aku membesarkan keberanianku bahwa bercermin bukanlah hal yang menakutkan. Mulai saat itu, aku berusaha bercermin. Anehnya, aku selalu gagal saat meminjam cermin pada siapa pun. Aku pun pergi ke pasar, mencari penjual cermin. Sialnya, toko cermin tutup. Esok harinya pun tutup. Lusa pun tutup. Padahal, orang-orang semakin banyak yang menenteng cermin yang seolah selalu disembunyikan dariku. Sejak saat itu, aku punya keinginan besar untuk bercermin. Seluruh dunia bercermin, mengapa aku tidak? *** Santi, mengapa setiap hari semua orang bercermin dan aku tidak? tanyaku pada Santi ketika dia cuti dan menemaniku di rumah. Karena kau tidak punya cermin, Bodoh! jawab Santi. Apa yang kau lihat di cermin? Dunia yang indah. Apakah ada taman bunga? Tentu saja. Ada putri dan pangeran? Tentu saja. Pakaian yang indah? 3

Ya. Sang putri sangat cantik dan sang pangeran sangat tampan. Mengapa mereka tinggal di cermin? Karena cermin itu indah. Santi, apa kau mau menunjukkan keindahan cermin itu? Tentu saja tidak, Bodoh! Santi, aku ingin bercermin. Aku mohon. Tidak! Aku gagal meminjam pada Santi. Aku mendengus kesal. Ibu datang. Bau bedak Ibu ketika mendekat sangat wangi, sepertinya berbeda dengan bau yang tidak kusukai. Hal itu membuatku yakin bahwa aku harus segera bercermin. Ibu membawa makanan enak malam itu. Nasi dan ayam goreng. Kami makan di meja makan. Sebelum makan, Ibu dan Santi mengeluarkan cermin. Mereka bercermin, lalu senyum-senyum sendiri. Mereka membuka buku dan mencatat. Aku sangat lapar, jadi aku makan duluan. Bodoooh! Jangan makan, itu jatahku! teriak Santi ketika tanganku menyentuh ayamnya. *** Aku semakin tidak bisa melupakan keinginan untuk bercermin. Suatu hari, saat pelajaran IPA, aku berniat menanyakannya pada Pak Tomi. Saat itu kami tidak sedang membahas tentang cahaya atau pemantulan, tapi aku yakin Pak Tomi tahu dan bisa menjawab kegelisahanku. Waktu terasa sangat lambat ketika menunggu kesempatan bertanya. Pak Tomi masih menjelaskan tentang gaya 4

gravitasi. Akhirnya, beliau memberi kesempatan untuk bertanya, aku mengangkat tangan. Ya, silakan. Saya ingin bertanya di luar materi ini, tanyaku ketakutan. Selama masih bisa saya jawab. Pak, bagaimana sistem kerja cermin? Semua anak yang tadinya malas mendengarkan pun tersontak. Pak Tomi masih berdiri kaku di tempatnya. Aku merasakan semua mata menatapku. Ah, kita belum sampai pada cermin. Nanti, ada saatnya kita membahas cahaya dan tentu saja cermin. Tidak bisakah Bapak menjelaskan sedikit saja? aku tidak mau menunggu sampai pembahasan cermin, saat itu juga harus dijelaskan. Misalnya, mengapa ada diri kita di cermin, Pak? tanya Dita tertarik. Ah, kalian. Baiklah. Cermin hanya merupakan pantulan diri kita, Pak Tomi mulai menggambar orang dan garis-garis. Kami semakin bingung, tapi semakin tertarik. Ini cermin. Ini kita. Cahaya datang dari sini, sudut datang harus sama dengan sudut pantul, jadi cahaya ini dipantulkan seperti ini, dan lihatlah. Ini akan membentuk kita di lain sisi. Bayangan yang terbentuk sama persis, jelas Pak Tomi. Sifat bayangan yang dihasilkan adalah maya, tegak, dan sama besar, lanjutnya. Tapi Pak, ada dunia yang sangat indah dalam cermin. Mengapa Pak Tomi tidak menggambarnya? tanya seorang anak yang lain. Baru kali ini, kelas memerhatikan 5

penjelasan Pak Tomi. Aku hanya terdiam, mengamati gambar di papan tulis. Dunia apa? Cermin hanya memantulkan apa yang ada di depannya. Jika kau bercermin dan di belakangmu ada tembok, maka tembok itu pun akan muncul dalam cermin. Jika kau membawa bunga, apakah bisa di cermin kau membawa sepatu? Hahaha..., Pak Tomi tertawa, perutnya yang buncit naik turun. Anak-anak tidak tertawa. Lebih dari itu, Pak. Saat kita bercermin tanpa memegang apa pun, di cermin kita membawa bunga, kalung, anting, gaun. Lebih dari keindahan mana pun. Di belakang kami bukan tembok, tapi suatu lembah penuh bunga dan rumput hijau, ada istana. Lalu kita berlarilari, padahal pada kenyataannya kita masih berdiri di depan cermin. Dari mana keindahan itu? Cahaya apa yang membuat lukisan bergerak di dalam cermin? Pak Tomi mengelap keringatnya di dahi. Dia hanya berdehem. Pak Tomi harus bercermin, kata Dita kemudian. Bel berbunyi tanda istirahat. Semakin banyak pertanyaan yang ada di kepalaku. Santi tidak pernah menceritakan keindahan dalam cermin dengan detail. Aku membayangkan dunia yang indah itu. Anak-anak yang lain seolah melupakan keingintahuan mereka. Mereka keluar kelas sambil tertawa-tawa dan mulai bercermin. Aku penasaran. Aku ingin bertanya pada Pak Tomi. Aku mengikutinya dan memberanikan diri. Ternyata, Pak Tomi tidak ke kantor. Dia berbelok pada lorong menuju gudang sekolah. Aku heran. 6

Pak Tomi melihat sekeliling, aku bersembunyi dan memerhatikan. Pak Tomi mengeluarkan sesuatu dari tasnya, yaitu... cermin! Dia mengeluarkan cermin yang berbingkai bunga-bunga. Dia tersenyum-senyum, dan mengeluarkan buku. Mencatat sesuatu, dan tertawa. Setelah itu, menutup cerminnya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia melihat sekeliling, berbalik menuju kantor guru. Aku masih tertegun di tempat sembunyiku. Beberapa saat kemudian, aku menuju perpustakaan sekolah. Aku mencari buku tentang cermin. Aku menemukannya di buku Fisika. Aku membacanya. Persis seperti yang diterangkan Pak Tomi di kelas. Cermin yang dibawa orang-orang adalah cermin datar. Ada syaratsyarat cahaya datang dan cahaya pantul. Bayangan yang dihasilkan cermin datar adalah maya, tegak, dan sama besar. Sama dengan yang dikatakan Pak Tomi. Aku terus membaca. Ada cermin cembung, cermin cekung, dan masing-masing menghasilkan bayangan yang berbeda. Aku terus membaca. Tapi, tidak ada yang menerangkan dunia indah seperti yang dikatakan Santi dan teman sekelasku. Tidak ada lembah, putri cantik, dan keindahan lainnya. Buku itu pun kututup. Aku mencari yang lain. Setiap buku hanya menerangkan demikian. Semua buku sama saja. Tidak ada yang menerangkan tentang keindahan dunia dalam cermin. Aku hanya bisa mengimajinasikannya. Aku semakin penasaran. Bel masuk berbunyi. Pelajaran Bahasa Indonesia. Tidak ada kesempatan bertanya tentang cermin. *** 7